DISUSUN OLEH:
KELOMPOK I
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiraat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KONSEP
KOMUNIKASI TERAPEUTIK,PRINSIP DASAR DALAM KOMUNIKASI
TERPEUTI,HEALPING RELATIONSHIP”. Penyusunan makalah ini untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah KD II. Kami berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususunya dalam materi ini.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena itu kami
sangan mengharapkan kritikan dan sasaaran dari pada pembaca untuk melengkapi segalaa
kekurangan dan kesalahaan dari makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini.
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
a.Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks
pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran
informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain; pertukaran ide atau
pemikiran. Metodenya antara lain:
berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita dan
lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran
kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh
atau gesture (non-verbal), adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang menyampaikan
dan mendapatkan respon. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua tujuan, yaitu:
mempengaruhi orang lain dan untuk mendapatkan informasi. Akan tetapi, komunikasi dapat
digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi informasi,
pemikiran, perasaan) dan komunikasi yang tidak memiliki kegunaan atau tidak berguna
(menghambat/blok penyampaian informasi atau perasaan). Keterampilan berkomunikasi
merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun suatu hubungan,
baik itu hubungan yang kompleks maupun hubungan yang sederhana melalui sapaan atau
hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimiliki oleh seseorang
menggambarkan secara utuh dirinya, perasaannya dan apa yang ia sukai dan tidak sukai.
Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup, membangun hubungan dan
merasakan kebahagiaan.
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh perawat,
karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk mengumpulkan
data pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan-mempengaruhi klien
untuk mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring, memberikan rasa nyaman,
menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien. Sehingga dapat juga
disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan
keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam
mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi
pelaksanaan dari intervensi yang telah dilakukan, melakukan perubahan untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah- masalah legal yang berkaitan
dengan proses keperawatan.
Proses komunikasi dibangun berdasarkan hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarganya. Komunikasi efektif merupakan hal yang esensial dalam menciptakan
hubungan antara perawat dan klien. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995)
menegaskan bahwa seorang perawat yang beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak
peduli terhadap pasien, seseorang (perawat) yang tidak care dengan orang lain (pasien)
adalah berdosa. Seorang perawat yang tidak menjalankan profesinya secara profesional
akan merugikan orang lain (pasien), unit kerjanya dan juga dirinya sendiri. Komunikasi
seorang perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komunikasi yang berjenjang
yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal/kelompok. Demikian pula
ditegaskan dalam Poter dan Perry (1993) bahwa komunikasi dalam prosesnya terjadi dalam
tiga tahapan yakni komunikasi intrapersonal (terjadi dalam diri individu sendiri),
interpersonal (interaksi antara dua orang atau kelompok kecil) dan publik (interaksi dalam
kelompok besar).
b. Komunikasi merupakan proses yang sangat penting dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan (Purba, 2012). Komunikasi
merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari, tak terkecuali tenaga
kesehatan dengan pasien. Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara
terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinya masalah ilegal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan
dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Hamid, 1986),
Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan
antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan
rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu
komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi. Pada
dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada
tujuan yaitu penyembuhan pasien. Pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting
yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.
Sebelum melakukan komunikasi terapeutik, terlebih dahulu harus memahami prinsip yang
menjadi dasar sebuah komunikasi terapeutik. Maka dari itu sebagian besar keseluruhan
makalah ini membahas mengenai komunikasi terapeutik dengan prinsip dasar yang terdapat
di dalamnya.
C. Manusia adalah makluk sosial, yang artinya tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan
serta selalu berhubungan dengan orang lain dalam menjalani hidupnya. Bentuk hubungan
antar manusia tersebut bermacam-macam, salah satunya adalah hubungan membantu. Setiap
individu pernah memberikan bantuan atau menerima bantuan, meskipun dengan cara dan
maksud tertentu pemberian/penerimaan bantuan tersebut dilakukan.
Meski Brammer (1998) membedakan proses membantu ada dua, yaitu bantuan yang
profesional dan yang bukan profesional, tapi dalam makalah ini, hanya akan di bahas
hubungan membantu dalam bentuk profesional, yang dilakukan oleh setidak-tidaknya
seorang tenaga profesional yang membantu pihak lain, dan pekerjaan tersebut dalam konteks
profesi yang ditekuninya. Tenaga profesional yang dimaksud seperti perawat, psikolog,
dokter, konselor, dan lain-lain. Meski pada dasarnya, profesional atau tidaknya hubungan
membantu tersebut sangat tergantung pada konteks permasalahan yang diselesaikan dan cara
penanganannya.
Dari sekian banyak hubungan membantu yang ada dan dilakukan oleh banyak orang,
konseling merupakan salah satu bentuk hubungan membantu yang dilakukan oleh
profesional, seperti yang telah dijelaskan di awal. Maka, melalui makalah ini, penulis akan
menguraikan terlebih dahulu pengertian hubungan membantu dan langkah-langkah hubungan
membantu. Dari pemahaman tentang hubungan membantu ini, semoga kita dapat menarik
benang merah kaitannya dengan konseling sebagai hubungan yang membantu.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Setiap penyusunan sebuah makalah tentu bukan tanpa sebaba, melainkan hendak
menyampaikan sebuah persalaahan atau pun memuat sebauh ilmu. Berdasarkan latar
belakang tersebut, melalau beberapa pertanyaan di bawah ini, penulis akan menyampaikan
rumusan masalah dari makalah ini :
Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik?
Apa saja yang menjadi prinsip dasar komunikasi terapeutik?
Bagimana prinsip dasar komunikasi terapeutik menurut para ahli?
A. Pengertian
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien.
Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi.
mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat
untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan
belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain.
komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam
hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka
memperbaiki pengalaman emosional klien. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan
bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar
perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper)
untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.
1. . Fungsi
Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi yang dilakukan oleh perawat adalah
komunikasi yang berjenjang. Masing-masing jenjang komunikasi tersebut memiliki fungsi
sebagai berikut:
2. Komunikasi Intrapersonal
Digunakan untuk berpikir, belajar, merenung, meningkatkan motivasi, introspeksi diri.
3. Komunikasi Interpersonal
Digunakan untuk meningkatkan hubungan interpersonal, menggali data atau masalah,
menawarkan gagasan, memberi dan menerima informasi.
4. Komunikasi Publik
Mempengaruhi orang banyak, menyampaikan informasi, menyampaikan perintah atau
larangan umum (publik).
5. Tujuan
Komunikasi terapeutik bertujuan untuk mengembangkan pribadi klien kearah yang lebih
positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien yang meliputi:
6. Tujuan
Tujuan merupakan suatu keinginan yang akan dicapai. Dapat di artikan juga dengan maksud
penulisan. Makalah ini memiliki tujuan penulisan sebagai berukut:
Memahami pengertian komunikasi terapeutik.
Memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik.
Mengetahui prinsip dadar komunikasi terapeutik menurut beberapa ahli.
7. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian dari helping relationship.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien yang
menderita penyakit kronis ataupun terminal umumnya mengalami perubahan dalam
dirinya, ia tidak mampu menerima keberadaan dirinya, mengalami gangguan gambaran
diri, penurunan harga diri, merasa tidak berarti dan pada akhirnya merasa putus asa dan
depresi.
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang lain.
Dengan komunikasi yang terbuka, jujur dan menerima klien apa adanya, perawat akan dapat
meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya (Hibdon, 2000).
Rogers (1974) dalam Abraham dan Shanley (1997) mengemukakan bahwa hubungan
mendalam yang digunakan dalam proses interaksi antara perawat dan klien merupakan area
untuk mengekspresikan kebutuhan, memecahkan masalah dan meningkatkan kemampuan
koping.
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa percaya
diri dan mengalami harga diri rendah. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat
dapat membantu klien meningkatkan integritas dirinya dan identitas diri yang jelas.
Egan (1998) dalam Kozier,et.al (2004), telah menggambarkan lima cara yang spesifik untuk
menunjukkan kehadiran secara fisik ketika melaksanakan komunikasi terapeutik, yang ia
definisikan sebagai sikap atas kehadiran atau keberadaan terhadap orang lain atau ketika
sedang berada dengan orang lain. Berikut adalah tindakan atau sikap yang dilakukan ketika
menunjukkan kehadiran secara fisik :
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,
didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’. Hubungan ini tidak hanya sekedar
hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan kliennya, tetapi hubungan antara
manusia yang bermartabat (Dult-Battey,2004).
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,
memahami perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga,
budaya, dan keunikan setiap individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri
klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus
dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
adalah kunci dari komunikasi terapeutik.
1. Keterbukaan
2. Empati
3. Sifat mendukung sikap positif
4. Kesetaraan
3) TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
a. Mendengar(Listening)
Tujuan: memberi rasa aman klien dalam mengungkapkan perasaannya dan menjaga
kesetabilan emosi/psikologis klien.
c. Mengulang(Restarting)
Untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat mengikuti pembicaraan
klien.
d. Klarifikasi
Dilakukan bila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar atau klien berhenti karena malu
mengemukakan informasi.
e. Refleksi
Reaksi perawat-klien selama berlangsungnya komunikasi. Refleksi ini ada dua macam,
yaitu:
f. Memfokuskan
Membantu klien bicara pada topik yang telah dipilih dan yang penting serta menjaga
pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih spesifik, lebih jelas, dan berfokus pada realitas.
g. Membagi Persepsi
Meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan dan pikirkan.
h. Identifikasi Tema
Mengidentifikasi latar belakang masalah yang dialami klien yang muncul selama
percakapan.
i. Diam(Silence)
Tujuannya untuk memberi kesempatan klien untuk berpikir dan memotivasi klien untuk
bicara.
j. Informing
Tujuannya untuk memberi informasi dan fakta untuk pendidikan kesehatan bagi klien.
k. Saran
Memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.
1. Kejujuran
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina
hubungan saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang
terbuka dan mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati
pada lawan bicara yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang
sebenarnya dengan kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam
Suryani,2005).). Sangat penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi
dengan klien, karena apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri,
merasa dibohongi, membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.
3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam
membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan
ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau
ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya
(Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada
saat ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
* Sumber pesan
Meliputi hal-hal berikut.
Bahasa yang digunakan
Faktor tekhnis adalah cara kita memperoleh informasi dari berbagai sumber. Contohnya
adalah internet dan birokrasi.
Ketersediaan dan keterjangkauan sumber adalah memanfaatkan fasilitas yang ada.
Contohnya surat kabar, televisi, internet, dan buku.
* Komunikator.
Komunikator atau orang yang menyampaikan pesan harus berusaha merumuskan isi pesan
yang akan disampaikan. Sikap dari komunikator harus empati, jelas. Kejelasan kalimat dan
kemudahan bahasa akan sangat mempengaruhi penerimaan pesan oleh komunikan. Hal-hal
yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut.
b. Penguasaan masalah
c. Penguasaan bahasa
d. Kesempatan adalah adanya waktu dan tempat serta suasana psikologis yang
memungkinkan terlaksananya komunikasi secara dinamis.
e. Saluran. Yang dimaksud adalah alat indera sebagai komunikator dalam mendapatkan dan
menyampaikan pesan. Misalnya dengan pasien tuna rungu, kita menggunakan bahasa
isyarat.
* Pesan
a. Teknik penyampaian pesan yang digunakan yaitu faktor bahasa dan faktor tekhnis
b. Bentuk pesan disampaikan dapat bersifat informatif, persuasif dan koersif (memaksa
dengan menggunakan sanksi-sanksi, misal: perintah, instruksi)
d. Jelas
* Media
Media adalah sarana atau saluran dari komunikasi. Bisa berupa media cetak, audio, visual
dan audio-visual. Gangguan atau kerusakan pada media akan mempengaruhi penerimaan
pesan dari komunikan.
* Umpan balik
Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari
pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Umpan balik
langsung disampaikan komunikan secara verbal, yaitu dengan kalimat yang diucapkan
langsung dan nonverbal melalui ekspresi wajah atau gerakan tubuh. Umpan balik secara
tidak langsung dapat berupa perubahan perilaku setelah proses komunikasi berlangsung,
bisa dalam waktu yang relative singkat atau bahkan memerlukan waktu cukup lama.
* Komunikan
Komunikan adalah penerima pesan. Seorang penerima pesan harus tanggap atau peka dgn
pesan yg diterimanya dan harus dapat menafsirkan pesan yang diterimanya. Satu hal penting
yang harus diperhatikan adalah persepsi komunikan terhadap pesan harus sama dengan
persepsi komunikator yang menyampaikan pesan.
* Efek
Efek adalah hasil akhir apakah komunikasio itu berhasil atau tidak, tersampainya pesan atau
tidak.
1. Tahap Persiapan/Pra-interaksi
Dalam tahapan ini perawat menggali perasaan dan menilik dirinya dengan cara
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini juga perawat mencari
informasi tentang klien sebagai lawan bicaranya. Setelah hal ini dilakukan perawat
merancang strategi untuk pertemuan pertama dengan klien. Tahapan ini dilakukan oleh
perawat dengan tujuan mengurangi rasa cemas atau kecemasan yang mungkin dirasakan
oleh perawat sebelum melakukan komunikasi terapeutik dengan klien.
Kecemasan yang dialami seseorang dapat sangat mempengaruhi interaksinya dengan orang
lain (Ellis, Gates dan Kenworthy, 2000 dalam Suryani, 2005). Hal ini disebabkan oleh
adanya kesalahan dalam menginterpretasikan apa yang diucapkan oleh lawan bicara. Pada
saat perawat merasa cemas, dia tidak akan mampu mendengarkan apa yang dikatakan oleh
klien dengan baik (Brammer, 1993 dalam Suryani, 2005) sehingga tidak mampu melakukan
active listening (mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian).
2. Tahap Perkenalan/Orientasi
Tahap perkenalan dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan klien dilakukan. Tujuan dalam
tahap ini adalah memvalidasi keakuratan data dan rencana yang telah dibuat sesuai dengan
keadaan klien saat ini, serta mengevaluasi hasil tindakan yang telah lalu (Stuart.G.W, 1998).
3. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien yang umumnya
dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi pertanyaan terbuka.
3. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik
(Stuart,G.W,1998). Tahap kerja merupakan tahap yang terpanjang dalam komunikasi
terapeutik karena didalamnya perawat dituntut untuk membantu dan mendukung klien
untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya dan kemudian menganalisa respons ataupun
pesan komunikasi verbal dan non verbal yang disampaikan oleh klien. Dalam tahap ini pula
perawat mendengarkan secara aktif dan dengan penuh perhatian sehingga mampu
membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh klien, mencari
penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, perawat diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan
klien. Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-
hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat dan klien memiliki pikiran dan ide
yang sama (Murray,B. & Judith,P,1997 dalam Suryani,2005). Dengan dilakukannya
penarikan kesimpulan oleh perawat maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan pesan
atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar dipahami
oleh perawat.
4. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dan klien. Tahap terminasi dibagi dua
yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir (Stuart,G.W,1998). Terminasi sementara
adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu
yang telah disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat setelah
menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien. Menurut Purwanto, (1999)
komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar untuk melakukan wawancara
dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan
pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatan. Jadi dapat disimpulkan
bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk terapi.
Seorang perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
komunikasi (Nurhasanah, 2010).
Komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat-klien yang terapeutik tidak mungkin
dicapai tanpa komunikasi. Hubungan terapeutik sebagai pengalaman belajar baik bagi klien
maupun bagi perawat yang diidentifikasi dalam empat tindakan yang harus diambil antara
perawat-klien, yaitu : tindakan diawali perawat, respon reaksi dari klien, interaksi dimana
perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan, transaksi dimana hubungan timbal
balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai tujuan hubungan (Mundakir, 2006).
Pendapat Mundakir:2006 Untuk mengetahui apakah komunikasi yang dilakukan tersebut
bersifat terapeutik atau tidak, maka dapat dilihat apakah komunikasi tersebut sesuai dengan
prinsip-prinsip berikut ini:
Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti memahami dirinya sendiri serta nilai
yang dianut.
Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
Perawat harus memahami, menghayati nilai yang dianut oleh klien.
Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi untuk
mengubah dirinya baik sikap maupun tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang dan
dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Perawat harus mampu menguasai perasaan sendiri secara bertahap untuk mengetahui dan
mengatasi perasaan gembira, sedih, marah, keberhasilan maupun frustasi.
Mampu menentukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik.
Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain
tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik,
mental, sosial, spiritual, dan gaya hidup.
Disarankan mengekspresikan perasaan dianggap mengganggu.
Perawt harus menciptakan suasana yang memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa
takut.
Altruisme mendapatkan kepuasan dengan menolong orang lain secara manusiawi.
Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin keputusan berdasarkan prinsip
kesejahteraan manusia.
Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap dirinya atas tindakan
yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain tentang apa yang dikomunikasikan
(Mundakir, 2006). (Abdul Nasir, 2011) Prinsip dasar komunikasi terapeutik antara lain:
1) Komunikasi berorientasi pada proses percepatan kesembuhan. Setiap pesan
komunikasi mempunyai tujuan tertentu atau makna tertentu dimana perawat harus dapat
memprediksikan bagaimana cara berkomunikasi. Saat perawat berkomunikasi dengan pasien,
maka semua percakapan berorientasi bagaimana percakapan ini bisa mendukung perawat
mendapatkan masukan yang berharga dalam menentukan sikap dan tindakan. Komunikasi
yang terjadi antara perawat dan pasien merupakan komunikasi yang mengarah pada
penemuan masalah keperawatan melalui pengkajian sampai evaluasi dari hasil tindakan yang
telah dilakukan oleh perawat.
2) Komunikasi terstruktur dan direncanakan. Perawat yang akan melakukan komunikasi
dengan pasien sudah merencanakan cara-cara yang akan dilakukan atau hal-hal yang akan
dikomunikasikan kepada pasien. Perawat harus mempersiapkan materi yang akan
disampaikan dengan matang. Untuk itu dibutuhkan strategi pelaksanaan komunikasi yang
baik. Strategi ini menuntun dan memberi petunjuk, serta mengarahkan perkataanapa saja
yang akan disampaikan kepada pasien.
3) Komunikasi terjadi dalam konteks topik, ruang dan waktu. Saat berkomunikasi dengan
pasien perawat harus memiliki topik yang dibutuhkan oleh pasien sesuai dengan keluhan
yang dirasakan atau masalah pasien. Oleh karena itu, perawat harus mampu beradaptasi
dengan keunikan pasien, karena pasien yang satu dengan pasien yang lain tidak sama, baik
topik maupun cara berhubungan atau berkomunikasi sehingga perawat harus memperhatikan
dari sisi dimensi isi dan hubungan. Perawat harus memprediksi dan menentukan isi pesan apa
yang akan disampaikan. Isi pesan yang disampaikan harus dapat memberikan efek terapeutik
bagi pasien. Perawat harus membuat kontrak pertemuan dengan pasien terutama kapan dan
dimana pertemuan tersebut dilaksanakan sehingga diharapkan komunikasi yang berlangsung
sesuai dengan waktu yang ditentukan dan materi/topik yang akan dibicarakan atau
disampaikan sesuai dengan tempat yang telah disepakati.
4) Komunikasi memperhatikan kerangka pengalaman pasien. Dalam proses komunikasi
perawat harus memperhatikan kondisi emosional dari pasien sehingga dalam berkomunikasi
perawat mampu menempatkan diri dalam berinteraksi.
5) Komunikasi memerlukan keterlibatan maksimal dari pasien dan keluarga. Untuk
mempercepat proses penyembuhan pasien dan keluarga harus mengikuti pesan yang
disampaikan perawat. Untuk itu perawat harus menampilkan kesungguhan dari perawat
dimana pesan verbal sesuai dengan pesan nonverbal atau pesan yang disampaikan sesuai
kebutuhan pasien.
Prinsip Komunikasi Terapeutik Menurut Beberapa Ahli
Dalam prinsip komunikasi terapeutik terdapat banyak pandangan yang di sampaikan oleh
beberapa ahli, diantaranya :
Suryani (2005)
Prinsip-prinsip yang terkandung pada komunikasi terapeutik antara lain:
a. Kejujuran (trustworthy).
Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan komunikasi yang bernilai
terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat membina hubungan saling percaya. Klien hanya
akan terbuka dan jujur pula dalam memberikan informasi yang benar hanya bila yakin bahwa
perawat dapat dipercaya.
b. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif.
Dalam berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti
oleh klien. Komunikasi nonverbal harus mendukung komunikasi verbal yang disampaikan.
Ketidaksesuaian dapat menyebabkan klien menjadi bingung.
c. Bersikap positif.
Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh perhatian dan
penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari hubungan terapeutik adalah
kehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati dan sikap positif.
d. Empati bukan simpati.
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat
akan mampu merasakan dan memikirkan permasalahan klien seperti yang dirasakan dan
dipikirkan oleh klien. Dengan empati seorang perawat dapat memberikan alternatif
pemecahan masalah bagi klien, karena meskipun dia turut merasakan permasalahan yang
dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah tersebut sehingga perawat dapat
memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif. Sikap simpati membuat perawat
tidak mampu melihat permasalahan secara objektif karena dia terlibat secara emosional dan
terlarut didalamnya.
e. Mampu melihat permasalahan klien dari kacamata klien.
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi pada klien, (Taylor, dkk ,
1997) dalam Suryani 2005. Untuk itu agar dapat membantu memecahkan masalah klien
perawat harus memandang permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk itu
perawat harus menggunakan terkhnik active listening dan kesabaran dalam mendengarkan
ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan tidak menyimak
secara keseluruhan ungkapan klien akibatnya dapat fatal, karena dapat saja diagnosa yang
dirumuskan perawat tidak sesuai dengan masalah klien dan akibatnya tindakan yang
diberikan dapat tidak membantu bahkan merusak klien.
f. Menerima klien apa adanya
Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan merasa nyaman dan aman dalam
menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan penilaian atau mengkritik klien
berdasarkan nilai-nilai yang diyakini perawat menunjukkan bahwa perawat tidak menerima
klien apa adanya.
g. Sensitif terhadap perasaan kli
C. PENGERTIAN HELPING RELATIONSHIP
Kesimpulan