Anda di halaman 1dari 23

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat
komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi diantara
dua orang atau lebih, atau dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran. Metodenya antara lain:  
berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis, menari, bercerita dan lain
sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya penyampaian pikiran kepada orang
lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal),
adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang menyampaikan
dan mendapatkan respon. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua tujuan, yaitu: mempengaruhi
orang lain dan untuk mendapatkan informasi. Akan tetapi, komunikasi dapat digambarkan sebagai
komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi informasi, pemikiran, perasaan) dan
komunikasi yang tidak memiliki  kegunaan atau tidak berguna (menghambat/blok penyampaian
informasi atau perasaan). Keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh
seseorang untuk membangun suatu hubungan, baik itu hubungan yang kompleks maupun hubungan
yang sederhana melalui sapaan atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang
dimiliki oleh seseorang menggambarkan secara utuh dirinya, perasaannya dan apa yang ia sukai dan
tidak sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup, membangun hubungan dan
merasakan kebahagiaan.
Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang berarti "sama",
communicatio atau communicare yang berarti "membuat sama" (Mulyana, 2001: 41). Sama di sini
maksudnya adalah sama dalam makna. Artinya, komunikasi akan berlangsung apabila terdapat
kesamaan makna antara komunikator (penyampai pesan) dan komunikan (penerima pesan). Makna
dapat disampaikan dalam bentuk bahasa lisan (verbal) maupun isyarat lain selain bahasa lisan (non
verbal).Makna lain dari komunikasi berasal dari kata latin lainnya yakni communico yang berarti
membagi. Membagi di sini adalah membagi gagasan, ide atau pikiran antara seseorang dan orang lain
(Saefullah, 2007: 2).Sedangkan secara pragmatis, komunikasi dapat diartikan sebagai proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap,
pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun melalui media.
Dengan demikian, komunikasi dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari
komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

2
Effendy O.U (2002) dalam Suryani (2005) menyatakan lima komponen dalam komunikasi
yaitu; komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Komunikator (pengirim pesan)
menyampaikan pesan baik secara langsung atau melalui media kepada komunikan (penerima pesan)
sehingga timbul efek atau akibat terhadap pesan yang telah diterima. Dalam prosesnya komunikasi
tidak berhenti sampai efek, melainkan ada yang disebut feedback atau umpan balik, yakni tanggapan
dari komunikan yang dikirim balik kepada komunikator untuk menunjukkan apakah pesan awal dari
komunikator dipahami atau tidak oleh komunikan. Dalam hal ini secara tidak langsung komunikan
juga bertindak sebagai komunikator. Jika pesan dari komunikator dapat dipahami oleh komunikan,
maka dapat dikatakan komunikasi tersebut berjalan efektif.
Komunikasi efektif dapat dipengaruhi oleh kerangka acuan (frame of reference) dan
pengalaman lapangan (field of experience) yang pernah diperoleh komunikator dan komunikan. Jika
bidang pengalaman komunikator dan komunikan sama, maka komunikasi akan berlangsung lancar
(nyambung), begitu pun sebaliknya. Selain itu, ada atau tidaknya gangguan (noise) baik gangguan
teknis maupun non-teknis dalam penyampaian pesan turut andil terhadap kelancaran komunikasi.
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh perawat,
karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk mengumpulkan data
pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan-mempengaruhi klien untuk
mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring, memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa
percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam
keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang
berkomunikasi secara efektif akan lebih mampu dalam mengumpulkan data,  melakukan tindakan
keperawatan (intervensi), mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah  dilakukan, melakukan
perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah- masalah legal yang
berkaitan dengan proses keperawatan.
Proses komunikasi dibangun berdasarkan  hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarganya. Komunikasi efektif merupakan hal yang esensial dalam menciptakan hubungan antara
perawat dan klien. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menegaskan bahwa seorang
perawat yang beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak peduli terhadap pasien, seseorang
(perawat)  yang tidak care dengan orang lain (pasien) adalah berdosa. Seorang perawat yang tidak
menjalankan profesinya secara profesional akan merugikan orang lain (pasien), unit kerjanya dan juga
dirinya sendiri. Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan
komunikasi yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal/kelompok.
Demikian pula ditegaskan dalam Poter dan Perry (1993) bahwa komunikasi dalam prosesnya terjadi
dalam tiga tahapan yakni komunikasi intrapersonal (terjadi dalam diri individu sendiri), interpersonal
(interaksi antara  dua orang atau kelompok kecil) dan publik (interaksi dalam kelompok besar).

3
B. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus
mampu memberikan khasiat terapi bagi proses penyembuhan  pasien. Oleh karenanya seorang
perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar
kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi
terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap
stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart
G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara 
perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar  bersama
dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan
bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku,
perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk
membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.

C. Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik


Tidak seperti komunikasi sosial, komunikasi terapeutik mempunyai  tujuan  untuk membantu
klien mencapai suatu tujuan dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya sangat penting bagi perawat
untuk memahami prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini;
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,  didasarkan
pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’. Hubungan ini tidak hanya sekedar  hubungan seorang
penolong (helper/perawat) dengan kliennya, tetapi hubungan antara manusia yang  bermartabat (Dult-
Battey,2004).
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter, memahami  perasaan dan
perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang keluarga, budaya, dan  keunikan setiap
individu.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun penerima  pesan,
dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai  terlebih
dahulu sebelum menggali  permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan  masalah
(Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi
terapeutik.

D Sikap Perawat Dalam Komunikasi

4
Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi dengan klien.
Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi, tetapi yang sangat penting
adalah sikap dan penampilan komunikasi.
Kehadiran fisik, menurut Evans (1975, dikutip dalam Kozier dan E.B, 1993 :
372)mengidentifikasi 4 sikap dan cara untuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu :
1. Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap untuk anda"
2. Mempertahankan kontak mata : berarti mengahargai klien dan menyatakan keinginan untuk
tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau mendengar sesuatu
4.Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
merespon klien.
Sedangkan kehadiran psikologis dapat dibagi dalam dua dimensi yaitu dimensi respon
dandimensi tindakan (Truax, Carkhfoff dan Benerson, dikutip dalam Stuart dan Sundeen,
1987 : 126)
A. Pengertian Marah
Charles rycroft (1979) memberikan definisi marah sebagai suatu reaksi emosional kuat yang
didatangkan oleh ancaman, campur tangan, serangan kata-kata, penyerangan jelas, atau frustasi dan
dicirikan dengan reaksi gawat dari sistem syaraf yang bebas dengan balasa-balasan serangan atau
tersembunyi.
Davidoff (1991) mendefinisikan marah sebagai suatu emosi yang mempunyai ciri aktivitas
sistem sistem syaraf simpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat
disebabkan adanya kesalahan. Stuart dan sundeen (1987) memberikan pengertianmengenai marah
adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai
ancaman.
Jadi, kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman. Pengungkapan marah yang kontruktif
dapat membuat perasaan lega.
B.  Rentang Respon Marah
Perilaku asertif merupakan perilaku individu yang mampu menyatakan atau mengungkapkan
rasa marah atau tidak setuju tanpa menyakiti atau menyalahkan orang lain. Dengan perilaku ini dapat
melegakan perasaan pada individu. Frustasi merupakan respons \
yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan. Perilaku Pasif merupakan perilaku individu yang tidak
mampu untuk mengungkapkan perasaan marah yang sedang dialami, dilakukan dengan
tujuan menghindari suatu tuntutan nyata. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah,
merupakan dorongan mental untuk bertindak dan masih terkontrol. Individu agresif tidak
mempedulikan hak orang lain.  Bagi individu ini hidup adalah medan peperangan. Biasanya individu
kurang percaya diri. Harga dirinya ditingkatkan dengan cara menguasai orang lain untuk

5
membuktikan kemampuan yang dimilikinya. Stres, cemas , harga diri rendah dan rasa bersalah dapat
menimbulkan kemarahan yang dapat mengarah kepada perilaku kekerasan.
C.    Ciri-ciri Marah

1. Aspek biologi,respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonam bereaksi
terhadap sekresi epinerpin sehingga tekanan darah meningkat, takidarki ( frekuensi denyut
jantung meningkat ) wajah memerah, pupil membengkak, frekuensi pembuangan urin
meningkat.
2. Aspek emosional, merasa tidak berdaya, putus asa, frustasi, ngamuk, ingin berkelahi, dendam,
bermusuhan, sakit hati, menyalahkan dan menuntut. Prilakunya selalu ingin menarik
perhatian orang lain, membuat kegaduhan, kebakaran,melarikan diri, mencuri dan
penyimpangan seksual.
3. Aspek intelektual, akan terus mencair penyebab kemarahannya
4. Aspek sosial, meliputi inter aksi sosial, budaya, konsep percaya dan ketergantungan, emosi
marah akan menimbulkan kemarahan orang lain serta penolakan dari orang lain.
5. Aspek spiritual, keyakinan, nilai dan moral mempengaruhi terhadap ungkapan lingkungan
dengan tidak mempedulikan moral. Hamzah (2001)  juga menjabarkan terhadap ciri-ciri
orang yang sedang marah, yaitu:
a)      Ciri pada wajah, berupa perubahan pada kulit menjadi warna kuning pucat, tubuh
bergetar keras, timbul buih pada sudut mulut, bola mata mmerah, hidung kembung kempis
gerakan tidak terkendali.
b)      Ciri pada lidah, meluncurnya makian, celaan, kata-kata yang menyakitakan, dn ucapan-
ucapan yang keji yang membuat orang yang berakal sehat merasa risih untuk
mendengarkanya.
c)      Ciri pada anggota tubuh. Timbulnya keinginan untuk memeukul, melukai, merobek,
bahkan membunuh.
d)     Ciri pada hati, didalam hati akan timbul rasa kebencian, dendam, dan dengki,
menyembunyikan keburukan, merasa gembiradalam dukanya. Dan merasa sedih atas
gembiranya, memutuskan hubungan dan menjelek-jelekanya.
Nuh ( 1993 ) menjelaskan secara gamblang beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat apabila
seseorang marah, diantaranya:
1)        Membesarnya pembuluh darah urat leher serta memerahnya wajah .
2)        Merengut dan mengerutkan wajah
3)        Permusuhan kepihak lain
4)        Membalas permusuhan orang lain

D.    Penyebab Marah

6
Ada beberapa penyebab dari kemarahan yaitu :
1.       Faktor Fisik
a)    Kelelahan yang berlebihan
b)   Adanya zat-zat tertentu yang dapat menyebabkan marah, seperti kurangnya zat asamdi
otak.
c)    Hormon kelamin, seperti pada waktu menstruasi pada wanita
2.      Faktor psikis
a)      Rendah hati, menilai dirinya selalu merasa dirinya rendah dari yang sebenarnya.
b)      Sombong, menilai dirinya melebihi dari yang sebenarnya
c)      Egoistis, akan selalu mementingkan diri sendiri
Menurut Nuh, Hamzah, Hawwa ( 1993) berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan kemarahan yaitu :
1)       Lingkungan,
2)       Pertengkaran dan perdebatan
3)       Senda gurau dengan cara yang batil
4)      Memusuhi orang lain dengan segala cara
5)   Lalai terhadap akibat ditimbulkan oleh marah.
E.     Terapi Marah
Beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang respon marah. Spielberger (Yulianti,
2007 : 29) menyatakan bahwa secara instinktif, cara alami untuk mengekspresikan kemarahan adalah
merespon secara agresif. Spielberger mengemukakan tiga pendekatan utama yang dilakukan orang
untuk menangani perasaan marahnya baik secara sadar ataupun tidak sadar yaitu :
a. Kemarahan diekspresikan, secara asertif bukan agresif, cara yang paling sehat dalam
mengekspresikan kemarahan.
b. Kemarahan dapat ditekan, kemudian diganti atau dialihkan. Hal ini terjadi ketika kemarahan
ditahan, berhenti memikirkannya, dan fokus pada sesuatu yang positif. Tujuannya adalah untuk
menghalangi atau menekan kemarahan dan diganti dengan perilaku yang lebih konstruktif. Bahaya
dari jenis ekspresi kemarahan ini adalah jika kemarahan tidak diekspresikan keluar, maka kemarahan
akan berbalik ke dalam diri sendiri. Kemarahan yang berbalik pada diri sendiri akan mengakibatkan
hipertensi, tekanan darah tinggi atau depresi. Kemarahan yang tidak dikeluarkan dapat menciptakan
masalah lain yaitu mengarah pada ekspresi marah yang patologi, seperti perilaku pasif-agresif
(melawan orang secara tidak langsung dibandingkan secara langsung, tanpa memberitahu alasannya)
atau suatu kepribadian yang nampak terus menerus bermusuhan atau sinis.
c. Kemarahan dapat diredakan di dalam, artinya tidak hanya mengontrol perilaku luar tetapi juga
mengontrol respon internal, mengambil langkah untuk memperlambat detak jantung, menenangkan
diri, dan membiarkan perasaan itu surut
F.    Tindakan Keperawatan

7
Tabel 2-17 Rencana pendidikan kesehatan untuk mengekspresikan marah secara tepat
Isi Kegiatan Evaluasi
Bantu Klien Fokuskan pada perilaku non verbal Klien mendemostrasikan
mengindetifikasi Mengekspresikan marah secara non sikap tubuh dan ekspresi
marahnya verbal melalui role play wajah pada saat marah.
Berikan Gambarkan situasi yang biasanya dapat Klien dapat
kesempatan menimbulkan rasa marah yang tepat menggambarkan situasi
mengekspresikan marah dengan respon yang
marah sesuai.
Latihan ekspresi Bermain peran dengan membayangkan Klien ikut serta dalam
marah respon yang sesuai terhadap marah. bermain peran dan
mengidentifikasi perilaku
yang sesuai untuk ekspresi
marah.
Terapkan ekspresi Bantu klien mengidentifikasi situasi Klien mengidentifikasi
marah pada situasi nyata yang membuat ia marah. Bermain situasi nyata yang telah
nyata peran dengan menghadapi objek yang membuat ia marah
menimbulkan marah. Klien mampu
mengekspresikan marahnya
melalui bermain peran
Berikan umpan balik
apabila klien dapat
mengekspresikan
perasaanya.
Identifikasi Buat daftar beberapa ekspresi marah Klien ikut serta
alternatif yang tanpa konfrontasi langsung. mengidentifikasi alternatif-
digunakan untuk Diskusikan alternatif situasi yang akan alternatif yang akan
mengekspresikan digunkan digunakan.
marah
Hadapi klien Berikan dukungan selama konfrontasi Klien mengindentifikasi
dengan berperan bila diperlukan. perasaan marahnya dan
sebagai orang Diskusikanlah pengalaman yang dapat menghadapi objek
yang menjadi dirasakan yang membuatnya marah
sumber marah dengan cara yang positif
atau sesuai.

8
Tabel 2-18 Tindakan keperawatan pada klien yang mengalami kesulitan untuk mengekpresikan rasa
marah
Prinsip Umum Tindakan Keperawatan Rasional
Mengekspresikan marah Bina hubungan saling Perilaku pasif akan
secara asertif percaya memperkuat harga diri
Bantu klien mengenali rendah
perasaan dna batasan
marahnya
Mengekspresikan perasaan Komunikasikan bahwa Kemarahan yang ditetapkan
secara asertif marah itu normal dapat menyebabkan depresi.
Meningkatkan perhatian Identifikasi mekanisme Perilaku agresif juga
pada perilaku yang positif koping yang biasanya menyebabkan rasa tidak
Lindungi dari usaha melukai dilakukan aman dan harga diri rendah.
diri sendiri maupun orang Berikan dukungan pada Perilaku asertif akan
lain. mekanisme koping yang menghasilkan harga diri
kontruksif. tinggi dan dapat
Eksplorasikan alternatif menghindarkan diri
perilaku melakukan tindakan
Bantu klien untuk berlatih kekerasan kepada orang lain.
mengekspresikan perasaanya Memberikan batasan
secara asertif. perilaku yang dapat diterima
Berikan umpan balik. dan tidak dapat diterima
Informasikan batasan akan meningkatkan
perilaku yang dapat diterima sosialisasinya.
berikut alasannya. Ekspresikan perasaan adalah
Klasifikasikan kembali suatu proses yang membantu
tanggungjawab klien klien untuk saling
terhadap prilakunya. menghargai orang lain
Berikan batasan konsekuensi dengan perilaku positif.
untuk pelanggaran peraturan Menetapkan batasan marah.
yang telah disepakati. Marah dapat dipelajari klien 
Tingkatan kesepakatan staf dan lebih efektif daripada
terhadap batas-batasan yang mekanisme koping.
sesuai. Perilaku kekerasann
Konsistensi terhadap mempunyai resiko tinggi
batasan-batasan yang telah untuk mencederai diri
ditetapkan bersama.

9
Berikan umpan balik positif sendiri dan orang lain.
apabila berhasil. Perasaan bersalah akan
Hindari pertentangan dengan menimbulkan tekanan
klien yang dapat npsikologis apabila tidak
merendahkan dirinya. dapat mengontrolnya,
Pertahankan sikap maupun individu dapat melukai
lingkungan dengan tenang. orang lain.
Kontrol emosi dan tanda- Ciptakan rasa aman.
tanda ketegangan.
Tabel 2-19 Respons maladatif terhadap ekperesi marah
Respon Ciri Utama
Bertahan Kemarahan klien diinterprestasikan sebagai
Membalas dendam penyerangan dengan menjelaskan bahwa
Merendahkan situasi menyerang itu tidak adil atau pengecut.
Menghindari Menempatkan diri pada status yang tinggi
dengan harapan depat menghukum orang lain
den mengekspresikan kemarahan.
Menduga bahwa dengan bersikap sombong
atau menempatkan diri pada posisi yang lebih
tinggi dapat menurunkan emosi klien.
Tidak mengakui atau mengabaikan perasaan
klien

H.    Fase-Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat-Klien


Proses berhubungan perawat klien dapat dibagi dalam 4 fase: Fae prainteraksi, fase perkenalan
(Orientasi), Fase kerja dan fase terminasi..
1.      Fase Prainteraksi
Pra interaksi merupakan masa persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan
klien. Seorang perawat perlu mengevaluasi dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya. Jika merasa
ada ketidaksiapan maka perlu membaca kembali, diskusi dengan teman. Jika sudah siap perlu
membuat rencana interaksi dengan klien.
a.       Evaluasi diri
Coba jawab pertanyaan berikut :
1)      Apa pengetahuan yang saya miliki tentang teknik komunikasi pada klien dengan kemarahan?
2)      Apa yang akan saya ucapkan saat bertemu dengan klien?
3)      Bagaimana saya bersikap jika klien diam, menolak,dan marah?
4)      Adakah pengalaman interaksi dengan klien yang negative/tidak menyenangkan?

10
5)      Bagaimana tingkat kecemasan saya?

b.      Penetapan tahapan hubungan


Yang perlu ditetapkan tahapan hubungan perawat klien :
1)      Apakah kontrak pertama?
2)      Apakah kontrak lanjutan?
3)      Apa tujuan pertemuan?
4)      Apa tindakan yang akan saya lakukan?
5)      Bagaimana cara melakukan?

c.       Rencana interaksi


Siapkan secara tertulis rencana percakapan yang akan dilakukan!
1)      Tentukan tehnik komunikasi sesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai!
2)      Tentukan tehnik observasiyang akan dilakukan!
3)      Buat langkah-langkah prosedur yang akan dilakukan!

2.      Fase Perkenalan (Orientasi)


Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama yang perlu dikaji adalah alasan
klien minta pertolongan yang akan mempengaruhi terbinanya hubungan perawat-klien.Dalam
membina hubungan, tugas utama adalah membina rasa saling percaya, penerimaan dan pengertian,
komunikasi yang terbuka dan perumusan kontak dengan klien.
Elemen-elemen kontrak perlu diuraikan dengan jelas pada klien sehingga kerjasama perawat
klien dapat optimal. Diharapkan klien berperan serta secara penuh dalam kontrak, namun pada kondisi
tertentu, misalnya klien dengan gangguan realita, maka kontrak dilakukan sepihak dan perawat perlu
mengulang kontrak jika kontrak realitas klien meningkat.
Perawat dan klien mungkin kan mengalami  perasaan tak nyaman, bimbang karena memulai
hubungan baru. Klien yang mempunyai pengalaman hubungan interpersonal yang menyakitkan adan
sukar menerima dan terbuka pada orang asing. Klien anak memerlukan rasa aman untuk
mengekspresikan perasaan tanpa dikritik atau dihukum.
Tugas perawat adalah mengeksplorasi pikiran, perasaan, perbuatan klien dan mengidentifikasi
masalah, serta merumuskan tujuan bersama klien.
Elemen kontrak perawat-klien :
a)      Nama individu (perawat dan lien)
b)      Peran perawat dan klien
c)      Tanggung jawab perawat dan klien
d)     Harapan perawat dan klien
e)      Tujuan hubungan

11
f)       Tempat pertemuan
g)      Waktu pertemuan
h)      Situasi terminasi
i)        Kerahasiaan

Hal-hal yang perlu dilakukan pada fase perkenalan :


Perkenalan dilakukan pada pertemuan pertama
1)      Memberi salam
Selamat pagi / siang / sore / malam atau sesuai latar belakang sosial budaya yang disertai dengan
mengulurkan tangan untuk jabat tangan.
2)       Memperkenalkan diri perawat
“Nama saya Wahyu Purwaningsih, saya senang dipanggil Wahyu.”
3)       Menanyakan nama pasien
“Nama bapak/ibu/saudara siapa, apa panggilan kesayangannya?”
4)      Menyepakati pertemuan/kontrak
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap.”
“Dimana kita duduk”
Bagaimana kalau kita duduk disana (sebutkan tempatnya)
Jika dirumah sakit langsung katakana silahkan duduk
Jika dikamar pasien, langsung duduk disamping pasien.
5)      Menghadapi kontrak
“saya perawat yang bekerja di……, saya akan merawat anda (sebutkan nama pasien) selama 8 hari.”
“dimuai saai ini S/D………, saya datang jam 07.00 dan pulang jam 14.00.”
Saya akan membantu anda (sebutkan nama pasien) untuk menyelesaikan masalah yang anda
(sebutkan nama pasien) hadapi.”
“kita bersama-sama menghadapi masalah yang anda (sebutkan nama pasien)”
6)      Memulai percakapan awal
Fokus percakapan adalah pengkajian keluhan utama atau alasan masuk rumah sakit. Kemudian
dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan utama. Jika mungkin melengkapi format
pengkajian proses keperawatan.
Contoh komunikasi menkaji keluhan utama
“Apa yang terjadi dirumah sehingga anda (sebutkan nama pasien) dibawa kemari?”
“Apa yang anda (sebutkan nama pasien) sampai datang kemari?”
“Apa masalah yang anda rasakan (sebutkan nama pasien) rasakan?”
Jika klien menjawab lanjutkan eksplorasi sesuai dengan format pengkajian terutama terkait dengan
keluhan utama.

12
Jika tidak menjawab “Saya tidak dapat membantu anda (sebutkan nama pasien) jika anda (sebutkan
nama pasien) tidak mau menceritakan masalah yang anda (sebutkan nama pasien) hadapi.
Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) belum mau cerita kita duduk bersama saja ya.” (10 menit).
7)      Menyepakati masalah klien
Setelah pengkajian jika mungkin pada akhir wawancara sepakati masalah :
“Dari percakapan kita tadi tampaknya anda (sebutkan nama pasien) ……., (sesuaikan dengan
kesimpulan masalah), “Misal : Tampaknya anda (sebutkan nama pasien) sungkan berhubungan
dengan orang lain, sering marah tak terkendali dirumah.
8)      Mengakhiri perkenalan
Terminasi sementara (lihat pada fase terminasi sementara)
Hal-hal yang dilakukan pada fase orientasi :
Orientasi dilakukan pada pertemuan kedua dan seterusnya.
a)      Memberi salam
Sama pada perkenalan
b)      Memvalidasi keadaan klien
“Bagaimana perasaan anda (sebutkan nama pasien) hari ini?”
“Coba ceritakan perasaannya hari ini?”
c)      Mengingatkan kontrak
“Sesuai dengan janji kita kemarin kita akan bertemu lagi jam (sebutkan sesuai janji).
Jika klien ingat janjinya berikan pujian.
“Baiklah sekarang kita akan bicara tentang sesuai dengan hal telah disepakati. Masalah klien (cara
berkenalan dengan orang lain, mengungkapkan marah, kebersihan diri, dll)

3.       Fase Kerja


Pada fase kerja, perwat dan klien mengeksplorasi stressor yang tepat dan mendorong
perkembangan kesadaran diri dengan menghubungkan persepsi, pikiran, perasaan dan perbuatan
klien. Perawat membantu klien mengatasi kecemasan, meningkatkan kemandirian dan tanggung
jawab diri sendiri dan mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif. Perubahan perilaku
maladaftif menjadi adaftif merupakan fokus fase ini.
Contoh :
“Apa yang menyebabkan ibu marah?”
Bagaimana ibu mengatasi perasaan tersebut?”
“Saya bantu ibu untuk mengatasi marah.”

4.       Fase Terminasi

13
Terminasi adalah fase yang amat sulit dan penting dari hubungan terapeutik. Rasa percaya
dan hubungan akrab sudah terbina dan berada pada tingkat oprimal.
Keduanya, perawat dan klien akan merasakan kehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat
perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau klien pulang.
Apapun alasan terminasi, tugas perawat pada fase ini adalah menghadapi realitas perpisahan
yang dapat diingkari. Klien dan perawat bersama-sama meninjau kembali proses perawatan yang telah
dilalui dan pencapaian tujuan. Perasaan marah, sedih dan penolakan perlu dieksplorasidan
diekspresikan.
Fase terminasi harus diatasi dengan memakai konsep proses kehilangan. Proses terminasi
yang sehat akan memberikan pengalaman positif dalam membantu klien mengembangkan koping
untuk perpisahan. Reaksi klien dalam menhadapi terminasi dapat bermacam cara. Klien mungkin
mengingkari manfaat hubungan. Klien dapat mengekspresikan perasaan marah dan permusuhannya
dengan tidak menghadiri pertemuan atau bicara dangkal.
Terminasi yang mendadak dan tanpa persiapan mungkin dipersepsikan klien sebagai
penolakan. Atau perilaku klien kembali pada perilaku sebelumnya, dengan harapan perawat tidak
akan mengakhiri hubungan karena klien masih memerlukan bantuan.
a.       Terminasi sementara
Terminasi sementara adalah setiap akhir dari pertemuan perawat klien. Sehingga perawat masih akan
bertemu lagi dengan klien.
Isi percakapan :
1)      Evaluasi
“Coba ibu sebutkan hal-hal yang sudah kita bicarakan.”
2)      Tindak lanjut
“Bagaimana kalau ibu lakukan diruangan?”
3)      Kontrak yang akan datang
“Kapan kita bertemu lagi?”
Apa yang akan kita bicarakan?”
b.      Terminasi akhir
Evaluaasi akhir terjadi jika pasien akan pulang atau mahasiswa yang selesai praktek dirumah sakit.
 Isi percakapan :
1)  Evaluasi
“Coba ibu sebutkan kemampuan yang sudah didapat selama dirawat disini?”
2)  Tindak lanjut
“Apa rencana yang akan ibu lakukan dirumah?”
3)  Kontrak yang akan dating
“Bagaimana perasaan ibu berpisah dengan saya / meninggalkan rumah sakit?”
4)  Hal yang sama dengan 1,2,3 dilakukan pada keluarga. 

14
Pasien dalam Keadaan Marah
Terkadang kita segera merasa benci kepada pasien yang marah-marah. Tetapi membenci
pasien  berlawanan dengan segala sesuatu yang telah diajarkan kepada kita. Karena penyakitnya,
pasien mempunyai perasaan hilang kendali, kewibawaan terganggu, dan takut. Kemarahannya adalah
mekanisme untuk mengatasi perasaan takutnya. Konfrontasi dapat menjadi teknik yang berguna untuk
berbicara atau mewawancarai pasien
seperti itu. Dengan mengatakan “Anda kelihatan sangat marah” , Anda membuat pasien dapat
melepaskan sebagian
ketakutannya. Cara konfrontasi lainnya adalah dengan mengatakan, “Anda
 jelas merasa marah mengenai sesuatu hal. Beritahukanlah kepada saya hal yang salah menurut
Anda.” Anda harus mempertahankan ketenangan hati Anda dan jangan menjadi defensif. Jika  pada
awal wawancara Anda mengetahui bahwa pasien sedang marah, berusahalah untuk menghilangkan
perasaan tersebut. Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan Anda dengan perlahan-lahan
Pasien marah karena berbagai alasan, tapi terutama karena kebutuhan, gagasan, dan pengharapan
mereka tidak terpenuhi. Karena itu kunci utama meredam kemarahan pasien adalah dengan  berusaha
memenuhi kebutuhan, gagasan dan pengharapan mereka.
1.1 Sikap dan Cara Menghadapi Pasien yang Marah
Pasien yang marah ingin:
1. Didengarkan
2. Dimengerti.
3. Dihormati
4. Diberi permintaan maaf
5. Diberi penjelasan
Komplain adalah ungkapan kekec
A. PENGERTIAN KOMPLAIN
1. Komplain adalah bentuk ekspresi negatif yang dihasilkan dari ketidaksamaan antara
kenyataan dengan keinginan seseorang (jones:2006)
2. Komplain adalah suatu bentuk ekspresi formal tentang ketidaksukaan atau
ketidakpuasan terhadap beberapa aspek yang diterimaseseorang (lovelock &
wright:2002)
3. ewaan atau ketidakpuasan (tjiptono:2004)

B. Jenis-jenis Pengeluh (Komplain)

1.    Pengeluh pasif, mereka biasanya diam saja dan hanya menunjukkan wajah muram
tanpa mengungkapkan kekecewaannya.

15
2.   Pengeluh Agresif, dalam mewujudkan kekecewannya mereka marah-marah dan
menuntut sesuatu dengan berbagai cara.

3.  Pengeluh pembangun/konstruktif, disampaikan dengan baik dan kritik membangun


dan mudah bernegosiasi mengatasi masalah

C. Penyebab Komplain

Pada dasarnya pelanggan yang mengeluh karena merasa tidak puas ada beberapa
penyebabnya. Menurut Soeharto A. Majid (2009:149) banyak hal yang dapat
menimbulkan terjadi keluhan dari klien, seperti :

a.       Pelayanan yang diharapkan dari kita tidak seperti yang mereka harapkan

b.      Mereka diacuhkan, misalnya dibiarkan menunggu tanpa penjelasan

c.       Seseorang berlaku tidak sopan atau tidak ada yang mau mendengarkan

d.      Tidak ada yang mau bertanggung jawab terhadap suatu kesalahan

e.       Adanya kegagalan dalam komunikasi, dll.

D. Komunikasi pada Pasien Komplain

1. Jadilah Pendengar yang Baik untuk Meredakan Emosi Pasien.


Ketika pasien melakukan komplain, maka hal pertama yang mereka inginkan adalah
agar keluhan dan pendapat mereka didengarkan. Beberapa pasien memiliki cara yang
berbeda- beda dalam menyampaikan keluhanya. Ada yang biasa saja dan cenderung
melankolis, tapi ada juga yang berapi- api dan berlebihan. Dengan menjadi pendengar
yang baik, maka Anda telah berusaha untuk menenangkan emosi pasien. Di tahap ini,
Anda jangan menyangkal, membantah, ngeles atau memotong pembicaraan mereka
terlebih dahulu. Biarkan mereka berbicara sampai tuntas.
2. Tunjukkan Empati
Meskipu belum tentu itu semua kesalahan dari pelayan kesehatan, tetaplah tunjukkan
empati sewajarnya. Ajak mereka berkomunikasi dengan lemah lembut dan minta
maaf lah jika memang ada yang keliru terhadap pelayanan Anda. Senyum adalah
senjata ampuh untuk menunjukkan kepada pasien bahwa kita peduli kepada mereka.
3. Segera Berikan Solusi yang Cerdas dan Tepat.

16
Ketika pasien mulai mereda emosinya, selanjutnya tawarkan lah beberapa solusi
untuk permasalahan yang mereka hadapi. Jangan menyalahkan pasien secara terang-
terangan, tugas Anda adalah berada di pihak mereka. Anda harus tetap tenang dan
memberikan mereka solusi yang cerdas dan terbaik, sehingga pasien dan keluarga
merasa saling diuntungkan dan kepercayaan pasien terhadap anda kembali seperti
sedia kala.
4. Ambil Keberanian untuk Bertanggung Jawab atas Komplain.
Misalnya komplain tersebut sebetulnya ditujukan ke tenaga kesehatan lain, jangan
langsung mengarahkan pasien untuk menuju orang tersebut dengan dalih itu bukan
tanggung jawab Anda. Hal ini justru dapat menimbulkan kesan negatif bahwa kinerja
Anda bekerja secara individual dan tidak mendengarkan pasien secara serius. Ambil
alih lah kesalahan tersebut, dengarkan dan berikan solusi yang terbaik. Selanjutnya,
baru Anda meneruskan informasi komplain tersebut ke perawat yang bersangkutan.
Tindakan ini juga dapat menjadi tolak ukur profesionalitas kerja Institusi kerja dimana
Anda bekerja.
5. Lakukan Tindakan untuk Mengobat Kekecewaan Pelanggan.
6. Bersikaplah Luwes, Jangan Kaku
Banyak orang yang berubah menjadi kaku dan grogi ketika mengadapi pasien yang
sedang melakukan komplain. Sikap kaku seperti ini padahal dapat memicu perasaan
kurang lega di hati pasien. Untuk menghindari hal seperti, maka posisikanlah mereka
sebagai sahabat atau saudara yang membutuhkan perhatian kita, sehingga kita dapat
lebih luwes, tenang dan santai ketika berhadapan.
7. Catat Semua Komplain sebagai Bahan Evaluasi
8. Komplain adalah salah satu komponen penting untuk meningkatkan layanan
kesehatan kita kepada pasien. Ambilah komplain tersebut sebagai hal yang serius,
sehingga Anda dat menghindari komplain yang samat berulang kali. Catat semua
komplain tersebut dan jadikan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.

17
A.PENGERTIAN PASIEN REWEL

Rewel adalah tindakan atau ekspresi saat mereka ingin menyampaikan apa yang mereka inginkan,
dengan menyampaikan dengan banyak bicara atau dengan sering dan terkadang mengganggu orang
lain

B.PENYEBAB PASIEN REWEL

Ada beberapa penyebabnya yaitu :


1. Faktor fisik

a. Kelelahan yang berlebihan

b. Adanya zat-zat tertentu yang menyebabkan marah, spt kuranganya zat asam di otak

c. Hormon kelamin, seperti pada waktu wanita menstruasi.

d. Umur

2. Faktor psikis

a. Rendah hati

b. Sombong

c. Egoistis

3. Tingkat Pengetahuan/ Pendidikan

C. Cara perawat menangani pasien dengan keluhan yang benar


1. Tatap mata pasien dan dengarkan dengan baik
Tatap mata sangat penting agar pasien merasa diperhatikan selama bicara
2. Selalu beri tanggapan
Tanggapan tidak harus banyak. Cukup sesekali menjawab agar pasien dapat meneruskan
menceritakan gejala penyakit dan keluh kesahnya.
3. Perlu kesabaran untuk keluluhan pelayanan
Jika pasien mengeluhkan pelayanan dosen yang diberikan dengan melakukan komplain, anda
harus menghadapinya dengan sabar.
D. Dampak Melakukan Komunikasi Terapeutik
1. Perawat yang dapat melakukan komunikasi terapeutik dapat menjalin hubungan rasa percaya
dengan klien
2. mencegah terjadinya masalah legal
3. Meminimalkan stres pasien
4. Membantu meringankan berat perasaan dan pikiran pasien
5. memercepat kesembuhan pasien

18
NASKAH ROLE PLAY

PASIEN KOMPLAIN DAN MARAH-MARAH PADA PELAYANAN RS

PERAWAT 1 (Adrian)

Perawat 2 (Ka Seska0

PASIEN (Ka Imam)

KELUARGA PASIEN (Rani)

Pada hari sabtu tepatnya tgl 15 oktober 2019 , seorang bapak masuk di igd rs A palu pada siang hari
jam 15.00, dengan keluhan nyeri uluhari disertai mual muntah, kemudian perawaat igd melakukan
anamnese kepada bapak tersebut, selesai itu dr jaga memeriksanya. Parawat jaga mengarahkan kepada
keluarganya untuk mengurus pendaftaran berobat ke loket, ternyata kartu yang di gunakan bermasalah
(premi) jadi keluarganya ingin membayar tunai untuk berobat(umum)

Setelah di data di loket nama pasien adalah TN obet,beralamat d jalan wodward palu,
Setelah dilakukan tindakan di igd tn obet di rawat di kelas 1.
Perawat 1 : asalamualaikum,selamat siang pak, sy perawat yang jaga di ruangan ini pak,,,, nanti kalo
ada apa-apa atau ada yang bisa kami bantu silahkan d tekan d bel ya pak
Pasien : oh iya pak mantri, saya mau istirahat dulu nanti kalo ada apa-apa sy tekan belnya.
Perawat 2 : asalamualaikum pak , selamat malam perkenalkan sy perawat yang jaga malam di ruangan
ini, nanti kalo ada keperluan tekan belnya ya pak
Pasien : iya , tpi kok kambuh lagi nyerinya yaaa, apa ada lagi obat yang harus d berikan?
Perawat 2 : ada pak tapi harus sesuai jamnya ya pak , mungkin sekitar jam 10 saya berikan obatnya.
Pasien : yaa udah klo gitu
Keluarga pasien : pak mantri bisa tidak d berikan sekarang obatnya soalnya sdh kesakitan
Perawat 2 iya bu tapi obatnya sy bisa berikan sesuai jam pemberian obat ya bu, , , ,
Keluarga pasien : ya sudah (dengan nada yang jutek)
Perawat 2 : permisi pak sy mau berikan obat suntikan ya pak, karna sudah jam untuk pemberian
obatnya
Pasien : iya. . . . .
Perawat 2 : nanti bapak setelah berikan obatnya harus istirahat yaa pak,
Pasien ; iya pak mantri.

Keluarga pasien : menekan bel... kriiiiiiiiiiiing. . . . . . .


Perawat : iya bu ada yang bisa kami bantu.

19
Keluarga pasien : kok pagi ini tidak ada dr yang priksa ya?
Perawat : ooh iya maaf bu kalo di hari minggu dr.spesialisnya libur, tapi kami tetap konsul ke
dokternya bu, tentang perkembangan kesehatan bapak ,,mungkin ada penambaahan obat dari dokter
bu.
Kelurga pasien : kok gitu ! masa tidak ada dr. Yang periksa ?
Pasien : saya ini masuk membayar umum loh kok tidak ada dr yang periksa.
Perawat 2 : iya pak, semua pasien yang membayar umum ataupun bpjs semuanya sama pak, kami
tetap konsul ke dr.spesialisnya hanya mungkin dokternya tidak melakukan visite pada hari ini pak.
Keluarga pasien : trus saya sudah bayar mahal’’ kok tidak di liat dr. (sambil memperlihatkan wajah
marah)
Perawat 2 : begini ya pak , bu,, sy jelaskan sedikit yaaa, untuk dr spesialisnya paada hari minggu
tidak visite tapi kami perawat yang jaga selalu memantau perkembangan dan keluhan pasien untuk
kami laporkan ke dr.spesialisnya. kan sekarang bapaaknya belum ada keluhan jadi kami tetap
melanjutkan terapi yang d berikan dr. Mungkin sebentar siang jam 13.00 tetap ada dr yang periksa . . .
. tapi dr jaga ya.
Nanti dr.jaga konsul kembali ke dr spesialisnya .
Pasien2 : Baiklah Kalau begitu infonya suster(Dan Pasiennya Mengikuti Prosesnya)

END

20
NASKAH ROLE PLAY PADA PASIEN YANG REWEL

PERAWAT (Ka Imam)


PASIEN (Adrian)
KELUARGA PASIEN (Rani)

Di rumah sakit B tepatnya ruang perawatan kelas 3,terdapat banyak pasien , ada yang post op
katarak, pasien diare dan ada yang demam, semua di rawat bersamaan dengan keluhan masing-
masing, tapi ada salah satu pasien yang agak sedikit rewel yaitu Tn. A(nama samaran) dengan
keluhan pusing berputar, dan hampir semua perawat yang jaga selalu mendapatkan dampak dari tn.
A,, pada siang hari tn. A memanggil perawat yang berjaga di rungan itu. . . . . . . . . . . .
Pasien : buuu, ibuuuu (memanggil istrinya yang sedang berada di luar ruangan)
Keluarga pasien : yaaaa pa, ada apa ?
Pasien : coba panggil perawatnya ..
Keluarga pasien : baik pa.. (sambil berjalan di ruangan perawat)
Perawat : yaa,, ada apa bu, ada yang bisa saya bantu ?
Keluarga pasien : pak mantri , suami sy gelisah, bisa tolong diliat dulu pak mantri !!
Perawat : oke baik buuu, sy akan segera kesana ,nama suami ibu siapa yah ?
Keluarga pasien : Tn. A di kelas 3 pak .
Perawat : asalamualaikum bapak . . . . sy dengar bapak mengeluh gelisah yaaa ? kenapa pak kalo
boleh saya tau ?
Pasien : kok ruangan ini pengap sekali yah ?terus kok berisik sekali, terus kok AC nya di matikan ,
kan panas !!
Perawat : oh gitu ya pak (sambil tersenyum) kebetulan ini ruangan kelas 3 pak dan sekarang lagi full
dengan pasien yang lainnya pak, mungkin AC nya di matiin sama bapak di sebelahnya yang demam,
tunggu yaa pak sy coba bilang ke pasiennya yaah..
Pasien : iya kalo bisa segera di hidupkan kembali AC nya(dengan muka yang agak marah)
Perawat (segera berkomunikasi dengan pasien yang di sebelahnya, kemudian kembali menghidupkan
AC) pak AC nya sudah saya hidupkan kembali, sekarang bapak sudah tidak terlalu kepanasan yaaaa.
Pasien : iya .
Keluarga pasien : terimakasi yaaa pak mantri..(kemudian setelah beberapa jam kemudian)
Pasien : buuuuu, ibu coba tolong panggilkan kembali perawatnya..
Perawat : yaaa bu ada yang bisa saya bantu ?
Keluarga pasien : maaf pak mantri ,suami saya butuh sesuatu..
Perawat : baik buuuu, bapak yang tadi yaah (sambil tersenyum lebar)
Perawat : ada yang bisa saya bantu pak ?

21
Pasien : kok bapak yang di depan saya selalu keluar masuk kamar mandi yah, terus buang angin
sembarang, kan bauuuuu....
Perawat : (tarik nafas panjang) begini pak, pasien yang di depan itu diare pak, jadi keluar masuk wc
pak.....
Pasien : bisa tidak saya di pindahkan di bed yang tidak terlalu dekat dengan pintu kamar mandi,
soalnya kepala saya pusing liat bapak itu mondar-mandir dari tadi..
Perawat : baik pak kebetulan ada pasien yang akan pulang sebentar nanti saya bersihkan kembali
tempatnya dan bapak bisa pindah nanti...
Pasien : saya tunggu ya pak mantri. Kalo bisa cepat !! (agak judes)
Perawat : (tetap tersenyum) baik pak nanti segera saya pindahkan.(selang beberapa jam kemudian
perawat memindahkan Tn.A di tempat yang di baru)
Pasien : buuu .. ibuuu tolong panggilkan sy perawatnya ...
Keluarga pasien : knp lagi pak !!!(dengan nada yang keras)
Pasien : ini looh bapak di sebelah saya kok banyak sekali keluarganya datang ,, kan berisik.
Keluarga pasien : pak ini jam besuk looh, wajar saja kalo banyak keluarganya yang jenguk !!!
Pasien : terdiam (sambil geleng-geleng kepala)
Keluarga pasien : (berjalan ke ruangan perawat) permisi pak mantri ...
Perawat : ya bu saya segera ke sana (tanpa bertanya apa keluhan si bapak)
Keluarga pasien : begini pak mantri . (sambil menjelaskan keluhan suaminya yang rewel ) kalo bisa
suami saya di pindahkan di vip , biar dia agak tenang- tenang sedikit.(terlihat wajah mengeluh)
Perawat : oke baik bu, nanti saya konfirmasi kembali ke ibu kalo mau pindah ke rungan VIP.
(sedikit menghibur si ibu yang agak kelelahan)
Perawat : asalamualikum bapak,,, pak saya pindahkan di ruangan vip yaah,, di sana ruangannya lebih
nyaman dan hanya bapak sendiri yang di rawat disitu, di karenakan ini ruangan kelas 3 jadi harap
maklum yaa pak,bu kalo beginilah kondisi ruangannya(sambil menjelakan dengan wajah tersenyum),
Keluarga pasien : maaf yaa pak mantri klo suami saya agak rewel, setidaknya saya sudah ada
gambaran kalo nanti suami saya tidak di minta-minta di rawat kembali pasti saya akan langsung minta
di ruangan VIP, biar tidak merepotkan perawat yang berjaga..
Perawat (kembali tersenyum) tidak merepotkan bu, ini kan tugas saya melayani setiap pasien , mesti
yang agak-agak rewel hahaha.....
Pasien : maaf ya pak mantri .
Kemudian setelah itu pasien di antar ke rungan barunya(VIP) sesampainya di ruangan pasien sedikit
legah , terasa nyaman di banding di ruangan sebelumnya, rungannya sejuk tidak pengap dan tidak
terlalu berisik,, Tn. A dengan wajah yang tersenyum kemudian berbaring dan beristirahat kembali
sambil berkata minta maaf ya pak mantri dengan segala sikap saya, kemudian Tn. A beristirahat dan
melanjutkan kembali masa perawatannya.

22
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks pada saat
komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran informasi
diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran.
Metodenya antara lain:  berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis,
menari, bercerita dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya
penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi
juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal), adalah komunikasi.

B. Saran
1. Bagi perawat diharapakan mampu memahami dan menerapkan komunikasi terapeutik
keperawatan dalam praktek lapangan
2. Bagi pendidikan diharapkan perlunya menyediakan buku refrensi yang ada kaitan dengan
judul sehingga bias menambah wawasan yang lebih luas
3. Para pembaca khusunya mahasiswa keperawatan dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari - hari. Sehingga dapat mengetahui tentang apa itu falsafah dan para
digma keperawatan dalam perkembangan ilmu.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dian, L. (2012). Hubungan komunikasi terapeutik dengan kepuasan pasien pasca


operasi rawat inap di RSUD kajen kabupaten pekalongan. FIKkes Jurnal Keperawatan, vol.5
no 1, 9-11.

Heny Siswanti, S. (2017). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Kecemasan


Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Pra Sekolah yang Dirawat i RS Sultan Hadirin
Kabupaten Jepara . vol 8 no.2, 84-88.

Siti Arifah, I. N. (2012). Pengaruh Pemberian Informasi Tentan Persiapan Operasi dengan
pendekatan komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasie pre operasi di ruang
bougenville RSUD Sleman. Jurnal Kebidanan, Vol 4 no 1, 40-49.

24

Anda mungkin juga menyukai