Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang

dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif

secara sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat

ditentukan oleh kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta

kesinambungan dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh periode

sebelumnya. Sehubungn dengan hal tersebut maka kementerian Kesehatan

menyusun Renstra Tahun 2015-2019. Renstra Kementerian Kesehatan

merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif memuat program-

program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian

Kesehatan dan menjadi acuan dalam penyusunan perencanaan tahunan.

Penyusunan Renstra Kementerian Kesehatan dilaksanakan melalui

pendekatan: teknokratik, politik, partisipatif, atas-bawah (top-down), dan

bawah-atas (bottom-up). (Kemenkes,2015 : 5-6)

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program

Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status

gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan

1
masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan

pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah:

meningkatnya status kesehatan dan gizi dan bayi (Kemenkes 2015). Kesehatan

reproduksi merupakan salah satu program yang ada dalam hal inI sehat secara

fisik mental, dan sosial secarah utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit

atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi.

Ruang lingkup pelayanan kesehatan reproduksi menurut international

conferance population and and Development (ICPD) tahun 1994 di kairo

terdiri dari kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan

penganagan infeksi menurut seksual terhadap HIV/AIDS, kesehatan

reproduksi remaja, pencegahan dan penaganan komplikasi aborsi, pencegahan

dan penaganan infertilitas kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini

kangker saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi lainya seperti

kerusakan seksual dan lainya. (Kemenkes, 2015 : 7).

Indonesia termasuk negara dengan presentasa pernikahan usia muda

tertinggi di dunia (renking 37). Posisi ini merupakan tertinggi ke dua di

ASEAN setelah Kamboja. Pada kenyataanya menurut data Riskesdes 2010

perempuan muda di Indonesia dengan interval usia 10-15 tahun sudah menika

usia 15 tahu. Pada interval usia yang lebih tinggi, perempuan muda berusia

15-19 tahun. telah menika ( 11,7%) jau lebuh besar jika dibandingkan dengan

laki-laki muda berusia 15-19 tahun jumlah 1,6 persen.(BKKBN, 2012 : 33).

Jumlah pernikahan dini di indonesia terutama di pedesaan masih tergalong

sangat tinggi pada tahun 2013. Rasio pernikahan usia dini adalah 67 per1.000

2
pernikahan (BKKBN) Menurut beberapa penelitian dahulu ada beberapa faktor

yang mempengaruhi pernikahan diusia dini diantaranya faktor budaya yang ada

di masyarakat setempat rendanya tingkat pendidikan dan tinginya tingkat

kemiskinan. (Riska Afriani, 2016 :236).

Mayoritas anak perempuan yang menikah dibawah umur 18 tahun adalah

dari keluarga miskin dan dibawah garis kemiskinan hampir 80% anak

perempuan menghadapi kekerasan dalam rumah tangga (dipukuli, ditampar,

atau diancam), masalah kesehatan. (Riska Afriani, 2016 : 236)

Sulawesi Tengah memiliki rata-rata tertinggi untuk persentase perkawinan usia

anak dibawah 15 tahun. Meskipun pada tingkat nasional persentase perkawinan

usia anak dibawah 15 tahun memiliki tren yang cenderung menurun, tetapi

kelima Provinsi tersebut tetap memiliki angka anak perempuan yang menikah

sebelum umur 15 tahun yang cenderung tinggi: 50,000 per tahun. Prevalensi

juga tinggi dengan persentase di antara 3,8 dan 5,5%. (Suryamin, 2016 : 38)

Dari Desa Mantikoleh angka pernikahan dini masih banyak dilakukan

pada anak dibawah umur. Data Puskemas tahun 2017 menunjukan bahwa dari

355 kepala keluarga dan memiliki anak telah menika dibawah umur. Dimana

terdapat 45 wanita di Desa Mantikole telah melakukan pernikahan diusia dini

dan 35 wanita mengalami masalah kesehatan reproduksi pada masalah yaitu

abortus masa muda. Dan dari data PBL saat pos yandu banyak wanita yang

datang adalah ibu yang kelihatan muda yang rata-rata di bawah umur 20 tahun.

Didusun IV terdapat 94 orang wanita yang sudah menikah. Berdasarkan

3
uraian maka peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul Hubungan pernikahan

dini dengan kesehatan reproduksi wanita.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana kejadian pernikahan dini di dusun IV desa Mantikole

Kecamatan Dolo Barat tahun 2018 ?

2. Bagaimana kesehatan reproduksi wanita di dusun IV desa Mantikole

Kecamatan Dolo Barat tahun 2018 ?

3. Apakah ada hubungan pernikahan dini dengan kesehatan reproduksi wanita

di dusun IV desa Mantikole Kecamatan Dolo Barat tahun 2018 ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui hubungan pernikahan dini dengan kesehatan reproduksi wanita di

dusun IV desa Mantikole Kecamatan Dolo Barat.

2. Tujuan khusus

a. Diketahuinya kejadian pernikahan dini di dusun IV desa Mantikole

Kecamatan Dolo Barat tahun 2018.

b. Diketahuinya kesehatan reproduksi wanita di dusun IV desa Mantikole

Kecamatan Dolo Barat tahun 2018.

c. Diketahui hubungan pernikahan dini dengan kesehatan reproduksi

wanita di dusun IV desa Mantikole Kecamatan Dolo Barat tahun 2018.

D. Manfaat penilitian

4
1. Puskesmas

Sebagai masukan bagi petugas kesehatan di desa Mantikole dalam

upaya mencegah kesehatan reproduksi pada wanita.

2. Bagi peneliti

Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan ilmu pengetahuan

yang di peroleh semua dari pendidikan

3. Bagi peneliti lain

Mengetahui bahwa ada banyak dampak yang buruk yang terjadi

dalam pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi.

E. Ruang lingkup penelitian

Penelitian ini telah di lakukan di Dusun IV desa Mantikole Kecamatan

Dolo Barat pada 23-28 Maret 2018.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pernikahan Dini

1. Pengertian Pernikahan Dini (Kemenkes,2015 : 7).

Perkawinan usia anak sampai tingkat tertentu juga dianggap sah di

Indonesia. Permohonan untuk uji materi Pasal 7 Undang-Undang

Perkawinan Indonesia tentang usia minimum perkawinan telah

menimbulkan perdebatan yang intensif di Indonesia. Menurut Undang-

Undang Perkawinan saat ini, persetujuan orang tua dapat diajukan untuk

mendukung semua perkawinan di bawah usia 21 tahun. Dengan

persetujuan orang tua, perempuan dapat menikah secara sah pada usia 16

tahun dan laki-laki pada usia 19 tahun. Bahkan, orang tua anak perempuan

yang berusia di bawah 16 tahun dapat menikahkan anak perempuan

mereka walau masih sangat muda dengan mengajukan permohonan

kepada petugas perkawinan atau pengadilan negeri agama untuk

memberikan dispensasi. Akan tetapi, uji materi tersebut ditolak oleh

Mahkamah Konstitusi pada tanggal 18 Juni 2015. Mahkamah Konstitusi

menyatakan bahwa perubahan usia perkawinan merupakan wewenan DPR

UU Perkawinan juga tidak memberikan petunjuk tentang pembuktian usia

pemohon pernikahan perkawinan atau pejabat hukum atau agama,

sehingga sulit untuk melindungi anak perempuan dari perkawinan yang

terlalu muda. Pengadilan yang memberikan dispensasi sama halnya

6
dengan tidak mengizinkan anak-anak untuk berpendapat atas diri mereka

sendiri. Lebih dari 90 persen permintaan dispensasi diterima dan jumlah

permohonan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Perkawinan

seringkali dikehendaki oleh orang tua, anak perempuan, dan anak laki-laki

karena hubungan seksual dan kehamilan. Terdapat laporan yang

menunjukkan bahwa oknum pejabat setempat telah memalsukan dokumen

untuk mengubah usia anak sehingga mereka dapat menghindari batas usia

minimum yang ditetapkan dalam undang-undang perkawinan. Hampir 90

persen perkawinan usia anak melibatkan seseorang tanpa akta kelahiran,

sehingga sulit untuk mengetahui dan menangani kasus perkawinan usia

anak di Indonesia. Angka-angka ini menunjukkan perlunya sistem

perlindungan anak yang lebih kuat untuk dapat mengidentifikasi dan

merespon kasus perkawinan usia anak di Indonesia secara lebih baik.

(.Suryamin, 2014 : 30).

Demi mewujudkan pernikahan yang ideal, kita hendaknya

memperhatikan beberapa aspek untuk mempersiapkanya antara lain

sebagai berikut( AR−Ruzz Media :16)

2. Aspek biologis

Adapun aspek biologis yang perlu di perhatikan di antaranya meliputi:

a. Usia

usia ideal untuk menikah menurut ilmu kesehatan yaitu

perempuan berusia 21 tahun dan pihak laki-laki berusia 25 tahun

7
namun jika mempertimbangkan kematangan mental danemosi usia

yang ideal untuk menikah perbandinganya adalah 25tahun untuk

perempuan dan 30 tahun untuk laki-laki

b. Kondisi fisik

fisik yang baik untuk menikah adalah apa bila keduanya

suah baligh. Hal ini sebagai pertimbangan akan kematangan organ-

organ reproduksi yang mesti di perhatikan. Misalnya seperti

perempuan berusia di bawah 16 tahun yang biasanya organ-organ

reproduksinya belum cukup matang untuk menerima perlakuan

seksual. Maka ini berdampak buruk jika kita paksakan. Maka ini

berdampak buruk jika kita paksakan selain itu kesehatan jasmani

juga penting menjadi pertimbangan untuk menciptakan pernikahan

yang ideal. Apakah kita dan calon pasangan sehat tidak menghidap

penyakit HIV/AIDS, bukan pecandu narkotika, dan bebas penyakit

turunan.

3. Aspek psikologis

Psikologi menurut KBBI V adalah ilmu yang berkaitan dengan

proses mental, baik normal maupun abnormal dan pengarunya pada

perilaku. Dengan penjelasan lain bahwa psikologi yaitu ilmu pengetahuan

tentang gejala dan kegiatan jiwa. Adapun aspek psikologi yang perlu di

perhatikan untuk mempersiapkan perkawinan antara lain,

( AR−Ruzz Media :16)

8
a. Kepribadian

Jangan mencuri kepribadian sempurna untuk menjadi

pendamping hidup. Tapi carilah pasangan dengan kepribadian yang

dapat menyempurnakan kehidupan kita. Ingat setiap orang memiliki

kepribadian yang dapat menyempurnakan kehidupan kita. Ingat setiap

orang memiliki kepribadian yang berbeda, untuk membedakan

manusia satu dengan lainya. Namun demikin paling tidak pernikahan

terjalin atas dua manusia yang sama-sama telah mengenal kelebihan

dan kekurangan masing-masing, sehingga kelak saling melengkapi.

b. Sifat

Setiap orang tentunya berharap akan hanya sekali melakukan

pernikahan untuk seumur hidupnya. Untuk itu kita perlu mengenal

sifat dari calon pasangan kita. Apakah sifatnya dapat menyatu dengan

kita ? Apakah kita merasa nyaman dengan kekurangan sifat calon

kita? Dan banyak lagi kriteria pertimbangan yang hanyadapat di

jawap oleh diri sendiri.

4. Karakteristik masa remaja.

Perubahan fisik remaja berhubungan dengan kerekteristik remaja,

perubahan hormonal remaja, tanda kematangan seksual dan reaksi

terhadap menarche. Menarche merupakan tanda-tanda dari kematangan

fungsi seksual pada wanita, hal ini telah di kemukakan (Mansur di kutip

dalam yanti 2012). Karateristik remaja (Adolescence) adalah tumbuh

menjadi dewasa, secara fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada

9
penampilan, fisik dan fumgsi fisiologi, terutama yang terkait dengan

kelenjar seksual, (Muftahur Rohman,2014 :10).

5. Karakteristik perubahan hormonal remaja

Perubahan hormonal merupakan awal dari masa pubertas remaja

yang terjadi sekitar usia 11-12 tahun. Pengaruh hormonal perkembangan

organ-organ tubuh remaja wanita yaitu, menambah lemak tubuh,

memperkuat kematangan organ tubuh dan memperbesar payudara,

(Muftahur Rohman,2014 :11).

6. Seks remaja

Masalah seks pada remaja sering kali mencemaskan pada orang

tua, juga pendidik, pejabat pemerintah, parah ahli dan sebagainya. Remaja

yang tidak melakukan hubungan seks, tentunya tidak terdapat penyakit

Menular Seksual, karena penyakit ini hanya bisa menular melalui

hubungan seks. Hal itu tidak berarti bahwa remaja yang tidak atau belum

bersenggama otomatis bebas bermasalah, (Muftahur Rohman,2014 :12).

7. Faktor terjadinya seks pranikah:

a. Meningkatnya libido seksualitas

Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan peran

sosial yang terjadi pada dirinya. Upaya dalam mengisi peran

sosialnya, seseorang remaja mendapatkan motivasinya dari

meningkatkan energi seksual atau libido.

b. Penundaan usia perkawinan

Penundaan usia perkawinan terjadi karna banyak hal salah satuya

10
adalah karena kecenderungan masyarakat untuk meningkatkan taraf

pendidikan. Undang-Undang tentang perkawinan pasal 7 ayat1 yang

mengatakan usia pria menikah harus suda mencapai 19 tahun

sedangkan wanita mencapai umur 16 tahun.

c. Tabu-Larangan

Seks dianggap bersumber pada dorongan-dorongan naluri yang

bertentangan dengan dorongan moral sehingga menyebapkan remaja

pada umumnya tidak mau mengakui aktifitas seksualnya dan sangat

sulit di ajak berdiskusi tentang seks.

d. Kurangya pengetahuan tentang seks

Umumnya remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks

akan salah mengartikan tentang seks. Hal ini disebabkan karena

kurangya informasi tentang seks dari orang tua sehinga mereka

berpaling ke sumber-sumber lain yang tidak akurat.

e. Pergaulan yang makin bebas

Pergaulan bebas antar jenis kelamin pada remaja sangat

mengkhatirkan apa lagi jika kurangya pemantauan dari orang tua,

(Muftahur Rohman, 2014 :14).

8. Resiko terjadinya pernikahan dini

Remaja yang melakukan pernikahan dini memiliki resiko dalam

kehidupan dan proses persalinan yaitu:

a. Resiko sosial dalam pernikahan dini

Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas diri dan

11
membutukan pergaulan dengan teman-teman sebaya. Perkawinan dini

secara sosial akan menjadi bahan pembicaraan remaja dan masyarakat,

kesempatan untuk bergaul dengan teman semasa remaja hilang, sehingga

remaja hilang sehingga remaja kurang dapat membicarakan masalah-

masalah yang di hadapinya (Muftahur Rohman, 2014 :22).

Pernikahan dini merupakan pengaruh bagi kesejahtraan keluarga dan

masyarakat secara keseluruhan. Wanita yang kurang berpendidikan dan

tidak siap menjalani peranya sebagai ibu akan kurang mampu untuk

mendidik anaknya sehingga anak akan bertumbuh kembang secara kurang

baik, (Muftahur Rohman, 2014 :22).

9. Resiko kejiwaan pernikahan dini

Perkawinan pada umumnya merupakan suatu masa pemeliharaan

dalam kehidupan seorang dan oleh karna itu mengandung stres. Istri dan

suami memerlukan kesiapan mental dalam menghadapi stres, yaitu

bahwa istri dan suami memulai berahli dari masa hidup sendiri ke masa

hidup bersama dan keluarga kesiapan dan kematangan mental biasanya

belum di capai pada umur di bawah 20 tahun, (Muftahur Rohman,

2014 :23).

10. Resiko kesehatan pernikahan dini

Resiko kehamilan usia dini merupakan kehamilan usia muda yang

dapat merugikan. Perkawinan dini memiliki resiko terhadap kesehatan,

terutama pasangan wanita pada saat mengalami kehamilan dan proses

persalinan. Kehamilan mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan

12
seorang remaja. Sebenarnya remaja tersebut belum siap mental untuk

hamil, namun karena keadaan remaja terpaksa menerima kehamilan

dengan resiko,( Muftahur Rohman, 2014 :23).

11. Faktor terjadinya pernikahan dini (Muftahur Rohman, 2014 :19).

Faktor penyebap terjadinya pernikahan dini adalah:

a. Paksaan orang tua

Peran orang tua di dalam menentukan perkawinan anaknya

harus menikah di usia muda oleh karna beban ekonomi orang tua

karena orang tua menganggap jika mengawinkan anak gadisnya

maka terdapat dua keuntungan, pertama tanggung jawap ekonomi

akan berkurang, dan kedua dengan perkawinan akan di peroleh

tenaga kerja tambahan yaitu menantu.

b. Faktor sosial budaya

Beberapa daera di indonesia masih menerapkan praktik

kawin muda karna dianggap bahwa anak perempuan yang

terlambat menikah merupakan aib bagi keluarga.

c. Sulit mendapat pekerjaan

Banyak remaja menganggap jika mereka kawin diusia muda

mereka tidak perlu lagi mencari pekerjaan karna keuanganya sudah

di tanggung oleh suaminya.

d. Agama

Menika di usia muda dari segi agama tidak ada larangan

bahkan lebi baik dari pada remaja melakukan perzinahan.

13
e. Desakan ekonomi

Perkawinan di usia dini terjadi karena faktor keluarga yang

hidup di garis kemiskinan untuk mengurangi beban orang tua maka

anak di kawinkan dengan yang di anggap mampu. Alasan lain

yaitu orang tua mempunyai dorongan segera mengawinkan anak

gadisnya yaitu terdapat dua keuntungan yaitu: pertama tanggung

jawab ekonomi akan berkurang kedua dengan perkawinan akan di

peroleh tenaga kerja tambahan yaitu manantu(Wantania Ginting.

2011). Tingkat pendapatan keluarga akan mempengaruhi

terjadinya pernikahan usia anak. Hal tersebut di karnakan pada

keluarga yang berpendapatan rendah maka pernikahan anaknya

berarti lepasnya beban dari tanggung jawab umtuk membiayai

anaknya.

f. Kesadaran individu

Adanya keinginan seseorang melakukan pernikahan

karena faktor ketertarikan mempunyai pasangan untuk hidup di

dalam masyarakat dari dalam diri sendiri. Alasan orang untuk

menikah adalah distimulasi oleh dorongan-dorongan romantis

hasrat untuk mendapatkan diri dari belenggu keinginan keluarga.

12. Dampak Biologis

Sebuah pernikaan akan selalu libatkan aktifitas seks di dalamnya.

Tidak terkecuali pada pernikaha dua anak manusia yang masih berusia di

bawah batas umur standar pernikahan. Oleh karena itulah, pernikahan dini

14
berpeluang besar memberikan dampak bologis bagi pelaunya, terlebih bgi

perempuan.( AR- Ruzz Media:34)

a. Kehamilan beresiko

Pernikahan dini memberi peluang kepada anak perempuan

berusia belasan tahun untuk mengalami kehamilan beresiko. Kenapa

demikian? Karena menurut medis, hamil dibawa usia 16 tahun

bahkan 19 tahun memiliki resiko yang besardi banding kehamilan

dengan usia diatas 20 tahun. Bahkan sebua sumber mengatakan bahwa

melahirkan dibawah usia 15 tahun memiliki resiko meninggal dunia 5

kali lebih besar dari melahirkan. Hal ini sejalan dengan tingginya

anggka kemarian ibu yang salah satunya di sumbang oleh faktor

pernikahan dini.

Memang bukan hal yang mudah bagi perempuan muda untuk

menjalani kehamilan. Deretan resiko yang mengancamnya pun tidak

main-main. Ia akan muda terkena anemia, dimana cirinya adalah terus

merasa lelah dan lemah. Hal ini tentu membahayakan kondisi janin

dan juga kesehatan ibu. Belum lagi saat persalinan. Pertumbuhan

tulang panggul yang belum sempurna akan berefek pada

keberlangsungan persalinan. Selain itu mereka juga beresiko terkena

preklamsia di mana ibu mengalami peningkatan protein urine dan

tekanan darah tinggi. Jika suda terkena eklamsia, maka kesehatan jiwa

janin dan juga ibunya sangat beresiko, karena dapat mengakibatkan

kematian.

15
b. Merugukan sel reproduksi wanita.

Pada usia belasan, kebanyakan permpuan suda mengalami

menstruasi bahkan suda bisa hamil. Akan tetapi sebenarnya organ

intim mereka masi dalam proses pematangan. Maka apabila terlibat

dalam pernikahan dini yang mengharuskan terjadinya perilaku

seksual, ini akan merugikan kesehatan reproduksi mereka. Apalagi

jika sampai hamil. Perilaku seksual yang di paksakan dapat membuat

organ reproduksi mereka mengalami trauma, perobekan yang besar

bahkan infeksi yang berbahaya. Terjadinya infeksi menurut medis di

sebapkan oleh perilaku seksual yang mengubah sel normal (sel yang

biasa tumbuh pada anak-anak) menjadi sel ganas yang akhirya

menyebapkan infeksi kandungan bahkan kanker.

c. Kesehatan anak yang di lahirkan

Di depan suda di jelaskan bagai mana pernikahan dini dapat

menjadi faktor tingginya tinglat kematian ibu. Namun demikian

sebenarnya resiko kehamilan di usia muda tidak hanya mengancam

keselamatan ibu, tapijuga calon bayi mereka. Hal ini disebapkan

karena kesehatan ibu yang lemah berpengaruh terhadap

perkembangan janin. Maka wajar calon bayi yang di kandung ibu

muda beresiko lahir dengan berat badan rendah, caderah saat lahir,

prematur, atau bahkan gugur dalam kandngan.

16
B. Kesehatan reproduksi wanita

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara mental, fisik dan

kesejatraan sosial secarah utuh pada semua hal yang berhubungan dengan

sistem fungsi serta proses dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit

dan kecacatan semata. Kesehatan reproduksi mencakup tiga komponen yaitu

kemampuan, keberhasilan dan keamanan. Kemampuan berarti dapat

bereproduksi. Keberhasilan berari dapat menghasilkan anak sehat yang tumbuh

dan berkembang dam Keamanan yang berarti semua proses reproduksi

termaksuk hubungan seks, kehamilan, persalinan, kontrasepsi, dan abortus

bukan merupakan hal yang berbahaya (Muftahur Rohman, 2014 :25).

Perkawinan dini berdampak pada kesehatan reproduksi anak perempuan.

Dalam segi fisik remaja masih belum cukup kuat, tulang panggulnya masih

terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses persalinan. Anak perempuan

berusia 10-14 memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar selama

kehamiln atau melahirkan dibandingkan dengan perempuan berusia 20-25

tahun. Sementara itu anak perempuan berusia 15-19 tahun memiliki

kemungkinan dua kali lebih besar terjadinya resiko saat melahirkan. Mereka

tidak menyadari resiko yang akan terjadi jika melahirkan pada usia muda.

Sehingga mereka juga tidak memhami tentang kesehatan reproduksi sebagai

salah satu cuotoh adalah begaimana salah seorang perempuan dalam

memutuskan kapan dia akan hamil dan melahirkan.

17
Kondisi ini menunjukan betapa lemahnya sisi tawar perempuan tentang

kesehatan reproduksinya.(Cipto Susilo, 2014 : 43).

Berikut beberapa resiko kehamilan yang dapat di alami oleh remaja

usia (kurang dari 20 tahun menurut Muftahor Rohma 2014) yaitu:

1. Kurang darah (anemia) adalah dalam masa kehamilan dengan akibat bagi

janin yang di kandung seperti pertumbuhan janin terlambat dan kelahiran

prematur.

2. Kurang gizi pada masa kehamilan yang dapat mengakibatkan

perkembangan biologis dan dan kesadaran janin terlambat, sehingga bayi

dapat lahir dengan berat badan rendah.

3. Preeklemsi dan eklamsi yang dapat membawa maut bagi ibu maupun

bayinya.

4. Pasangan yang kurang siap menerima kehamilan cenderung untuk

melakukan penguguran kandungan(aborsi) yang akan berakibat kematian

pada wanita.

5. Indikasi medis di lakukan sectio caesarea ada dua faktor yang

mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor ibu faktor janin terdiri dari

bayi terlalu besar, kelainan letak, ancaman gawat janin, janin

abnormal,faktor plasenta kelainan tali pusat dan bayi kembar. Faktor ibu

terdiri dari usia jumla anak yang di lahirkan (paritis), keadaan panggul,

penghambat jalan lahir kelainan kontraksi rahim, ketuban pecah dini

(KPD) dan preeklamsea.

18
Adapun dampak operasi sectio caesarea Dampak bagi ibu

adalah syok perdarahan, cedera pada organ lain perut dalam rahim,

infeksi puerpardis (nifas), thrombophebitis dan gangguan jalan kencing.

Umumnya pada janin tidak terdapat komplikasi yang cukup berartin

tetapi perlu di waspadai resiko morbiditas pernapasan meningkat pada

bayi yang lahir melalui sectio caesarea sebelum usia gestasi 39 munggu,

( Muftahur Rohman, 2014 :38).

Banyak hal yang menjadi penyebab atau indikasi seorang ibu harus

melakukan operasi sectio caesarea. Indikasi sectio caesarea terdiri atas

dua yaitu medis dan non indikasi. Indikas medis di lakukan sectio

caesarea ada dua faktor yang mempengaruhi yaitu faktor janin dan faktor

ibu. Faktor janin terdiri dari bayi terlalu besar, kelainan letak, ancaman

gawat janin, janin abnornal faktor plasenta kelainan tali pusat dan bayi

kembar. Faktor ibu terdiri dari usia, jumla anak yangdi lahirkan(paritis),

peghambat jalan lahir, kelainan kontraksi rahim ketuban pecah dini, pre

eklamsia dan keadaan panggul. Adapun indikasi non medis terdiri atas

indikasi sosial HSVB (High Social Value Baby) dan kerenaadanya

permintaan dari pasien sendiri (APS) atau di rencanakan. (Muftahur

Rohman, 2014 :36).

6. Kondisi inflamasi pada Penyakit ini yang meliputi infeksi pada saluran

urogenital bawah (vulva,vagina, dan serviks) relatif sering di jumpai.

Keadaan ini terjadi karena daerah tersebut mudah terjangkau oleh

mikroorganisme penyebap infeksi selain karena suhu dan kelembapan,

19
jaringan di daerah ini memungkinkan timbulnya lingkungan yang

sempurna untuk pertumbuhan mikroorganisme. Penyebebnya adalah

ostium serviks yang bertindak sebagai barier alami, akibat yang di

timbulkan oleh infeksi jauh lebih berat karena lokasinya dekat dengan

rongga peritoneum, (Esther Chang, 2010 : 344).

7. Rabes vavina fisiologi normal seharusnya tidak menimbulkan bau yang

menyengat, iritasi atau rasa sakit. Jika wanita mengalami rabes vaginanya

berbeda dengan normal dan menyebapkan masalah baginya, perawaran

harus di berikan tanpa memberi asumsi bahwa ia otomatis mengidap IMS,

penyebab rabes vagina patologi dapat infeksius maupun noninfeksius.

Baik gejala pasien maupun gambaran subjektif mengenai warna dan

banyaknya rabes vagina, penyebab utama terjadinya rabes pada umumnya

potensial lain rabes vagina mencakup sitomegalovirus yang telah diisolasi

dari semem, serviks dan saliva. Patogen enteral dan streptokoki B

hemolitik juga ikut berkontribusi sebagai penyebap vaginatis dan

servisitis, adanya tanda dan gejalah rebes vagina yang menyatakan bahwa

perubahan kuantitatif terjadi pada balans polimikroba flora vagina.

Perubahan yang sesuai baik dalam jumlah maupun hasil organisme

mempengaruhi lingkungan vagina yang selanjutnya memungkinkan

sebagai organisme menjadi patogen, (Gilly Andrews, 2010 : 405).

8. Kehamilan remaja dapat menyebapkan terganggunya perencanaan masa

depan remaja. Kehamilan pada masa sekolah, remaja akan terpaksa

20
meninggalkan sekolahnya hal ini terlambat atau bahkan mungkin tidak

tercapai cita-citanya.( Muftahur Rohman, 2014 :36).

Fisiologi organ-organ reproduksi wanita, (Lyndon Saputra, 2014 : 272)

Organ reproduksi perempuan memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Pengeluaran sel kelamin perempuan atau ovum (berlaku pada saat

ovulasi).

b. Pengeluaran hormon untuk menyuburkan endometrium untuk

menerima ovum yang telah di buahi oleh sperma. Jika fertilisasi

tidak terjadi, endometrium lurug sehingga menyebapkan terjadinya

menstruasi.

c. Kehamilan jika ovum telah di buahi, emrio akan tertanam di

dinding rahim dan membesar menjadi rahim.

d. Kelahiran-kontraksi otat dinding rahim mendorong bayi dan

plasentanya keluar.

Ruang lingkup kesehatan reproduksi dalam siklus kehidupan (Dwi

Maryanti, 2010 : 6). Pelayanan dan konseling, informasi, edukasi dan

komunikasi KB yang berkualitas.

1) Pelayanan prenatal, persalinan, dan post partum yang aman, termasuk

menyusui.

2) pencegahan dan penanganan aborsi tidak aman.

3) Informasi dan konseling mengenai seksualitas, menjadi orang tua

yang bertanggung jawab serta kesehatan reproduksi seksual.

21
4) Pelayanan rujukan untuk komplikasi KB, kehamilan, persalinan dan

aborsi, dan HIV/AIDS serta kanker kandungan.

22
BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI

OPERASIONAL

A. Kerangka konsep

Penelitian ini adalah penelitian analitik dimana peneliti akan meneliti

pernikahan dini sebagai variabel independen dan kesehatan reproduksi pada

wanita sebagai variabel dependen untuk lebih jelasnya kerangka konsep

tersebut dibuat dalam skema sebagai mana gambar berikut

Independen Dependen

Kesehatan
Pernikahan dini
reproduksi wanita

Gambar3.1
Kerangka konsep

B.Hipotesis

Ada hubungan pernikahan dini dengan kesehatan reproduksi pada wanita di

Desa Mantikole Kecamatan Dolo Barat tahun 2018.

23
C. Definisi Operasional

1. Pernikahan dini

Pernikahan dini : Usia wanita saat melangsungkan

pernikahan yang di peroleh saat penelitian

berlangsung.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuisioner

Hasil ukur : 0 =kurang baik bila usia < 20 tahun

: 1= baik bila usia≥ 20 tahun

Skala ukur : Ordinal

2. Kesehatan Reproduksi Wanita

Definisi : riwayat kesehatan reproduksi ibu saat

penelitian berlangsung

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuisioner

Hasil ukur : 0 =kurang baik bila skor ≥ 6

1= baik bila skor < 6

Skala ukur : Ordinal

24
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian analisis untuk memberikan

adanya hubungan pernikahan dini dengan kesehatan reproduksi wanita pada

penelitian ini secara cross sectional di mana pengukuran variabel independen

dan variabel dependen di lakukan secara bersamaan

B.Populasi sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan orang atau obyek yang memiliki

karakteristik yang secara utu dapat di amatih (Hermanto, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua wanita yang telah menikah

Di Dusun IV Desa Mantikole berjumlah 94 ibu

2. sampel

Sampel merupakan populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari kerakteristik yang dimiliki oleh populasi. Pada penelitian ini sampel

adalah sebagian dari wanita yang telah menikah di Dusun IV desa

Mantikole dengan kriteriadari sebagai berikut.

25
a. kriteria inklusi

1) ibu yang bersedia menjadi responden

2) ibu yang berada di desa mantikole Dusun IV kecamatan dolo barat

b. besar sampel

besar sampel pada penelitian ini di hitung berdasarkan rumus Slovin yaitu

sebagai berikut

N
n = 1+ N (d ²)

Keterangan n = besar sampel

N = besar populasi

d= tingkat kesalahan absolut yang dikehendaki 10%

Diketahui :N= 48 Jumlah ibu yang menikah mudah

d =10%(0,1)

94 94 94
n ¿ = = =48 responden
1+ 94(0,1) ² 1+ 94 (0,01) 1,94

jadi sampel minimal yang di buhtukan 48 responden

c. Teknik pengambilan sampel (Soekidjo Notoatmodjo, 2009 : 85).

Teknik pengambilan sampel yang di lakukan pasa penelitian ini

adalah secara non rendom sampling yaitu pengambilan sampel bukan

secara acak atau rendom atau kemungkinan yang dapat di

26
perhitungkan tetapi semata-mata hanya berdasarka kepraktisan belaka

dan yang di gunakan yaitu secara purpose sampling

C. Pengumpulan data

1. Dalam pengumpulan data terbagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Data primer

Data ini di dapat dari responden dengan cara membagikan

kuesioner tentang usia pernikahan dan kesehatan reproduksi wanita

b. Data sekunder

Data ini diperoleh dari data PBL mahasiswa AKPER BK Palu dan

di, Puskesmas Mantikole dan kantor kepala desa mantikole

2. Cara pengukuran

Untuk mengukur usia pernikahan di bagi menjadi dua yaitu ≥ 20

tahun dan < 20 tahun selanjutnya untuk mengukur kesehatan reproduksi

wanita diberikan 10 pertanyaan dengan dua pilihan jawaban (ya di beri

skor 1 dan tidak di beri skor 0) .

D. Pengolahan Data (Hidayat A. 2011:107)

Dalam statistik, informasi yang diperoleh digunakan untuk proses

pengambilan keputusan terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses

pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, antaranya

1. Editing

Dilakukan untuk memeriksa adnya kesehatan atau kurangya data yang di

isi oleh responden.

2. Coding data

27
Adalah data mengklasifikasikan data dengan cara memberikan kode untuk

memudahkan peneliti pada saat entry data.

3. Entry

Penyusunan data berdasarkan variabel yang di teliti

4. Cleaning data

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang suda di entry, apakah

ada kesalahan atau tidak.

5. Describing Data
Merupakan kegiatan menguraikan data yang sudah di cek kembali

E. Analisa Data ( V. Wiratna Sujarweni, 2014 : 123)

1. Analisis Univariat

Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekwensi dan proporsi masing-

masing variabel independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

2. Analisis Bivariat

Penelitan analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan lebi dari dua

vriael.

Uji statistic yang digunakan pada penelitan ini adalah uji statistik dengan

uji Chi –Square dengan nilai kepercayaan 95%, dengan menggunakan

Yates Corrctio dengan rumus sebagai berikut:

2
X =
(
n ( ad−bc )−
n 2
2 ) ❑

( a+b ) ( c +d ) ( a+c ) ( b+d )

28
Kriteria penerimaan Hipotesis

a. Bila x² hitung > x² tabel, berarti hasil perhitungan statistic

bermakna/signifikan (HO ditoak) atau ada hubungan.

b. Bila x² hitung < x² tablel berarti hasil perhitungan statistic tidak

bermakna/tidak signifikan ( HO diterima) atau tidak ada hubungan

Tabel 5.1

Variabel 1 Variabel 2 (Dependen) Jumlah

(Independen) Kurang baik Baik

Kurang bak A B a+b

Baik C D c+d

Jumlah a+b b+d a+b+c+d

Rumus mencari nilai phio

( A . D−B . C )
 R ∅=
√ ( A +B )( C + D )( A+ C ) ( B+ D )

F. Penyajian Data (Alimul, 2009 :108)

Hasil peneliti akan disajikan dalam bentuk gambar sedemikian rupa

dengan teks atau naskah untuk menjelaskan hasil penelitian.

29
G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada Kepala Desa Mantikole Kecamatan Dolo Barat dan kepala puskesmas

mantikole untuk mendapatkan persetujuan, dan kemudian kuesioner dijalankan

ke subjek yang diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi

(Alimul, 2009):

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Sebelum dilakukan penelitian maka diedarkan lembar persetujuan

untuk menjadi responden, dengan tujuan agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian, serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,

maka responden harus mendana tangani lembar persetujuan dan jika

responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormatihak

responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak mencatumkan nama

pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode lembar

pengumpulan data.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai

hasil penelitian.

30

Anda mungkin juga menyukai