Anda di halaman 1dari 27

Wulan Maulina

KONSEP KOMUNIKASI KEPERAWATAN


wulanmaulina

6 years ago
Advertisements

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam ilmu kesehatan, komunikasi tidak bisa dipisahkan dengan peranan perawat
sebagai petugas kesehatan. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari
kegiatan komunikasi.Sehingga sekarang ilmu komunikasi berkembang pesat. Salah satu
kajian ilmu komunikasi ialah komunikasi kesehatan yang merupakan hubungan timbal
balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa sekarang dengan derajat
kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-program yang
bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang
hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik. Kenyataaanya memang komunikasi secara
mutlak merupakan bagian integral dari kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang
tugas sehari-harinya selalu berhubungan dengan orang lain. Entah itu pasien, sesama
teman, dengan atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting
sebagai sarana yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan
fungsinya dengan baik. Komunikasi merupakan alat untuk membina hubungan
terapeutik karena komunikasi mencakup pencapaian informasi, pertukaran pikiran dan
perasaan. Proses komunikasi terapeutik sering kali meliputi kemampuan dan komitmen
yang tulus pada pihak perawat untuk membantuk klien mencapai keberhasilan
keperawatan bersama. Komunikasi yang berlangsung di tatanan kelompok ataupun
komunitas biasanya lebih efektif dalam mengkomunikasikan tentang kesehatan oleh
petugas kesehatan seperti perawat salah satunya.

1. Tujuan Penulisan

Makalah ini dibuat agar mahasiswa mengetahui dan memahami komunikasi terapeutik
serta penerapan komunikasi terapeutik pada klien dan keluarga ditatanan komunitas
dalam program pengefektivan kebersihan diri dan lingkungan dalam masyarakat.

1. Sistematika penulisan

Makalah ini di bagi menjadi empat bab yaitu :


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2 Tujuan penulisan

1.3 Sistematika penulisan

BAB II KONSEP-KONSEP KOMUNIKASI

BAB III KOMUNIKASI KLIEN DAN KELUARGA DALAM MENJAGA


KEBERSIHAN DIRI DAN LINGKUNGAN DI MASYARAKAT

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

5.2 Saran
BAB II

KONSEP KOMUNIKASI

1. A. PENGERTIAN KOMUNIKASI

Komunikasi dalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan,mempertahankan,dan meningkatkan kontak dengan orang lain.
Karena komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap hari, orang sering sekali salah
berfikir bahwa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.Namun sebenarnya komunikasi
adalah proses kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis.

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan


nonverbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga
pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan hubungan.Kebisuan juga
merupakan sebuah makna komunikasi. Misalnya seorang perawat yang yang menyimak
kesedihan seorang suami yang ditinggal mati istrinya.Komunikasi menyampaikan
informasi , dan merupakan suatu aksi saling berbagi. Komunikasi adalah sebuah faktor
yang paling penting, yang digunakan untuk menetapkan hubungan terapeutik antara
perawat dan klien.

1. 1. TINGKATAN KOMUNIKASI

Komunikasi terjadi pada tingkatan intrapersonal, dan umum. Komunikasi intrapersonal


terjadi didalam diri individu,merupakan model bicara seorang diri atau dialog internal
yang terjadi secara konstan dan tanpa disadari. Tujuan dari komunikasi intrapersonal
adalah kesadaran diri yang mempengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai. Konsep
diri yang positif dan kesadaran diri yang datang melalui dialog internal dapat membantu
perawat mengekspresikan diri secara tepat kepada oranglain.

1. a. Komunikasi interpersonaladalah interaksi antara dua orang atau didalam kelompok


kecil. Seringkali bersifat saling berhadapan dan merupakan tipe yang paling sering digunakan
dalam situasi keperawatan. Komunikasi individual bersifat terus menerus memperhatikan
lawannya. Komunikasi interpersonal yang sehat menimbulkan terjadinya pemecahan
masalah, berbagi ide, pengambilan keputusan dan perkembangan pribadi. Dalam
keperawatan , terdapat banyak situasi yang menantang kemampuan komunikasi
interpersonal. Menjadi anggota komite perawat memacu kemampuan perawat untuk
mengekspresikan ide-idenya dengan jelas dan meyakinkan. Komunikasi interpersonal adalah
inti dari praktik keperawatan. Seorang perrawat apat membantu klien dalam tingkatan
interpersonal yang bermakna.
2. b. Komunikasi publik adalah interaksi dengan sekumpulan orang dalam jumlah yang
besar. Memberikan kuliah pada sebuah ruangan yang dipenuhi pelajar dan berbicara pada
kelompok pelanggan pada promosi kegiatan adalah contoh dari komunikasi publik. Menjadi
seorang komunikasi yang kompeten yang menghadapi membutuhkan kemampuan untuk
membayangkan dirinya berbicara pada sebuah kelompok. Kemampuan panggung khusus
seperti penggunaan postur, gerakan tubuh, dan nada bicara membantu pembicara untuk
mengekspresikan ide-idenya.

1. 2. ELEMEN PROSES KOMUNIKASI

Komuniaksi terjadi pada suatu tingkat sosial ,diaman orang orang yang terlibat
didalamnya terlibat dalam kontak intreapersonal dan interpersonal. Proses ini sangat
dinamis dimana makna pesan dinegosiasikan oleh orang tersebut. Ketika komunikasi
berlangsung , orang tersebut mungkin sadar dan mungkin juga tidak sadar akan setiap
elemen komunikasi. Pada percakapan sehari-hari, peserta tidak akan peduli untuk
menganalisis makna setiap kata atau isyarat. Misalnya seseorang mungkin menjadi lebih
hidup, menggunakan tangannya untuk mengekspresikan idenya tanpa berpikir secara
sadar. “saya akan melambaikan tangan untuk menekankan hal ini.” Namun seorang
pearawat harus belajar untuk menyadari setian elemen dari proses komunikasi.

1. 3. REFEREN

Referen atau stimulus memotivasi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Referen dapat berupa objek, pengalaman , emosi, ide atau tindakan. Individu yang sadar
memperhitungkan referen dalam interpesonal aksi intrapersonal dapat dengan hati-hati
mengembangkan dan mengatur pesan.

1. 4. PENGIRIM

Yang disebut encorder, adalah orang yang memprakarsai pesan atau komunikasi
interpersonal. Pengirim menempatkan referen pada suatu bentuk yang dapat
ditransmisikan dan melaksanakan tanggung jawab untuk ketepatan isi dan nada
emosional pada pesan tersebut. Peran pengirim dapat diputar seterusnya antara peserta
pada waktu informasi ditransmisikan.

1. 5. PESAN

Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh pengirim. Pesan yang
paling efektif harus jelas dan terorganisasi serta diekspresikan dengan cara yang dikenal
baik oleh orang yang menerimanya. Misalnya jargon profesional (terminologi teknis
yang digunakan oleh pemberi perawatan kesehatan) harus disiapkan untuk interkasi
antara profesional dan bukan antara perawat dan klien . pesan mungkin terdiri dari
simbol bahasa verbal dan nonverbal (misalnya,kata-kata yang diucapkan,ekspresi
wajah,atau gerakan tubuh). Sayangnya tidak semua simbol memiliki makna yang
universal. Oleh karena itu kesulitan dalam komunikasi mungkin terjadi pada pesan
tersebut jika pengirim tidak waspada terhadap faktor ini dan tidak mencoba untuk
menjelaskan.

1. 6. SALURAN

Pesan dikirimkan melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud untuk membawa


pesan, seperti melalui saran visual, pendengaran dan taktil. Ekspresi wajah pengirim
secara visual menyampaikan pesan. Kata-kata yang diucapkan melalui saluran
pendengaran.meletakkan tangan pada individu pada waktu berkomunikasi menggunakan
saluran sentuhan. Secara umum, semakin banyak saluran yang digunakan oleh seorang
perawat untuk mengirimkan pesan, semakin baik pemahaman klien. Misalnya, ketika
berusaha untuk mengatasi rasa sakit , perawat sebaiknya menunjukkan perhatian verbal,
pengeksprsian rasa kasihan dan reposisi klien secara hati-hati untuk meringankan rasa
sakit.

1. 7. PENERIMA

Penerima yang juga disebut deoder, adalah orang yang menerima pesan yang
dikirimkan. Supaya komunikasi dapat berjalan efektif , penerima harus merasa atau
mewaspadai pesan tersebut. Pesan dari pengirim kemudian bertindak sebagai salah satu
penerima referen dan mengharuskan penerima secara tepat membaca sandi dan
merespons pesan pengirim.

1. 8. RESPONS

Komunikasi adalah proses yang terus menerus. Penerima membalas mengirimkan pesan
kepada pengirim. Respons ini membantu untuk mengungkapkan apakah makna dari
pesan tersebut tersampaikan. Respons verbal dan nonverbal dari penerima mengirimkan
respons kepada pengirim menunjukkan pemahaman penerima tentang pesan tersebut.
Demi keefektifan , keduanya harus peka dan terbuka atas pesan satu sama lain. Dalam
hubungan sosial , kedua belah pihak yang terlibat mengambil tanggung jawab yang
sama untuk mencari keterbukaan dan kejelasan, mengingat perawat memiliki tanggung
jawab yang besar dalam hubungan pearwat dan klien.

1. 9. BENTUK KOMUNIKASI
1. a. KOMUNIKASI VERBAL

Meliputi kata-kata yang diucapkan maupun yang ditulis. Kata-kata adalah media atau
simbol yang digunakan untuk mengekspresikan ide atau perasaan., menimbulkan
respons emosional, atau menggambarkan objek atau observasi, kenangan atau
kesimpulan. Kata-kata juga digunakan untuk menyampaikan makna yang tersembunyi ,
menguji minat orang lain atau tingkat kepedulian atau untuk mengekspresikan
kecemasan atau rasa takut. Bahasa akan menjadi efektif hanya jika setiap orang yang
berkomunikasi memahami pesan tersebut dengan jelas.

1. b. KOMUNIKASI NON-VERBAL

Tindakan sering kali dapat mengatakan lebih banyak daripada kata-kata. Komunikasi
non verbal adalah transmisi pesan tanpa menggunakan kata-kata.dan merupakan salah
satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pesan kepada oranglain. Kita
secara terus menerus berkomunikasi secara non verbal dalam pertemuan dimana kita
saling bertemu.gerakan tubuh memberikan makna yang jelas daripada kata-kata.
Komunikasi non verbal lebih kuat daripada komunikasi verbal. Perawat harus waspada
akan adanya komunikasi non verbal yang mengkuti pesan verbal yang disampaikan pada
klien. Klien mungkin merasakan adanya rsa ketidakpercayaan atau kecemasan ketika
muncul ketidaktepatan antara pesan verbal dan non verbal perawat. Ungkapan seperti,
“Selamat pagi, apa kabar?” dapat memberikan eberapa makna bagi klien jika nada
bicara dan eksprsi wajah perawat tidak sesuai dengan kata-kata yang diucapkannya.
Pesan verbal harus menguatkan atau diikuti oleh isyarat non-verbal yang tepat misalnya
ketika perawat bertemu dengan klien, pertahankan kontak mata dan bicara dengan suara
yang tenang dan memberikan rasa aman kepada klien.

Selama pengkajian, perawat harus mengamati pesan verbal dan non-verbal klien. Klien
yang mengatakan bahwa mereka merasa baik-baik saja namun menyeringai pada waktu
bergerak mengomunikasikan dua pesan yang berbeda. Menjadi pengamat tingkah laku
non-verbal membutuhkan waktu. Perawat yang merasakan pesan non-verbal memiliki
kemampuan yang lebih baik untuk memahami klien, mendeteksi peubahan kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

1. 10. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI

Persepsi, nilai, latar belakang budaya, pengetahuan, peran dan lokasi interaksi
mempengaruhi isi pesan dan cara bagaimana pesan itu disampaikan.komunikasi
interpersonal dibuat dengan lebih kompleks karena setiap orang dipengaruhi secara
berbeda oleh variabel interpersonal. Variabel interpersonal membuat setiap komunikasi
interpersonal menjadi unik. Setiap orang membuat asosiasi berbeda dan
menginterpretasikan pesan secara berbeda. Pemahanman faktor ini membantu seorang
perawat untuk mengetahui alasan klien memiliki kesulitan berkomunikasi dan strategi
yang dibutuhkan untuk membantu.

1. a. PERKEMBANGAN

Sebagian besar anak-anak lahir dengan mekanisme fisik dan kapasitas untuk
mengembangkan kemampuan berbicara dan berbahasa. Anak dengan kegagalan
perkembangan seperti paralisis cerebral, autisme dan sindrom Down akan memiliki
tingkat kapasitas yang berbeda untuk mengembangkan kemampuan bicara dan bahasa.
Tingkat perkembangan berbicara bervariasi dan secara langsung berhubungan dengan
perkembangan neurologi dan intelektual (Whaley dan Wong, 1995). Lingkungan
seorang anak harus juga menawarkan stimulasi untuk perkembangan normal.
Lingkungan yang disediakan oleh orang tua memberikan pengaruh terhadap kemampuan
untuk berkomunikasi. Perawat menggunakan teknik khusus untuk berkomunikasi
dengan anak-anak dari berbagai tingkat perkembangan yang berbeda. Untuk dapat
berkomunikasi secara efektif dengan anak-anak, perawat harus memahami pengaruh
perkembangan bahasa dan proses berfikir. Keduanya akan mempengaruhi cara anak
berkomunikasi dan cara bagaimana perawat dapat berinteraksi secara sukses dengan
mereka.

1. b. PERSEPSI

Setiap orang merasakan, menginterpretasikan, dan memahami kejadian secara berbeda.


Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Seorang perawat mungkin
berkata “Saya perhatikan Anda menjadi diam sejak keluarga anda pergi. Apakah anda
mau membicarakannya?” persepsi klien terhadap maksud perawat akan mempengaruhi
keinginanya untuk berbicara. Persepsi terbentuk oleh apa yang diharapkan dari
pengalaman. Perbedaan dalam persepsi antar individu yang berinteraksi dapat menjadi
kendala dalam komunikasi.

1. c. NILAI

Nilai adalah standar yang mempengaruhi tingkah laku. Nilai tersebut adalah apa yang
dianggap penting dalam hidup oleh seseorang dan pengaruh dari ekspresi pemikiran dan
ide. Nilai juga mempengaruhi interpretasi pesan. Karena nilai adalah panduan umum
tingkah laku, sangat penting bagi seorang perawat untuk mengembangkan kepekaan
dalam nilai tersebut. Beberapa nilai mungkin diketahui dengan mudah dan tanpa konflik
(misalnya, kerahasiaan atau perawatan kulit bagi pasien yang tidak dapat melakukan
mobilisasi) sedangkan yang lain mungkin mengarah pada konflik tingkat tinggi dan
menjadi sulit untuk diartikulasikan (mis, nilai tentang kematian dan hak untuk mati).
Memahami dan menjelaskan nilai penting dalam membuat keputusan klinis interaksi.
Perawat sebaiknya tidak membiarkan nilai pribadi mempengaruhi hubungan profesional.
Gerakan tubuh yang menghakimi akan menghancurkan kepercayaan dan mengganggu
komunikasi yang efektif.

1. d. EMOSI

Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu. Cara seorang
bersosialisasi atau berkomunikasi dengan orang lain dipengaruhi oleh emosi. Klien yang
marah mungkin melakukan reaksi yang berbeda atas perintah perawat dibandingkan
mereka yang ketakutan. Emosi mempengaruhi kemampuan untuk menerima pesan
dengan sukses. Emosi juga dapat menyebabkan seseorang salah menginterpretasikan
sesuatu atau tidak mendengar pesan. Jika klien melontarkan rasa marahnya, seorang
perawat tidak boleh menganggapnya serius. Perawat dapat mengkaji emosi klien dengan
mengamati interaksi mereka dengan keluarga, dokter, atau perawat lainnya.

Ketika seorang perawat mengasuh klien, mereka harus mewaspadai emosi emosi mereka
sendiri. Sangat sulit untuk menghindari emosi. Klien sangat peka dan dapat merasakan
rasa marah, frustasi atau sedih. Umumnya tidak tepat untuk mendiskusikan emosi
pribadi dengan klien. Sistem pendukung sosial darin sejawat akan membantu perawat
mengekspresikan emosinya. Pemanfaatan program asisten karyawan, pertemuan dengan
teman sebaya, dan penggunaan tim interdisiplin seperti pekerja sosial dan perawatan
pastoral membuat perawat dapat mengekspresikan emosinya dan perasaan pada tempat
dan waktu yang tepat. Hasil dari intervensi ini harus difokuskan untuk mendapatkan
solusi untuk mencapai atau mengidentifikasikan masalah dan apa yang menjadi
perhatian perawat.

1. e. LATAR BELAKANG SOSIOKULTURAL

Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berpikir dan merasakan.
Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukan dirinya melalui tingkah laku.
Bahasa, pembawaan, nilai, dan gerakan tubuh merefleksikan asal budaya. Budaya
mempengaruhi cara klien dan perawat melakukan hubungan satu sama lain dalam
berbagai situasi. Perawat belajar untuk mengetahui makna budaya dalam proses
komunikasi. Pengaruh kebudayaan menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak
dan berkomunikasi.

Budaya juga mempengaruhi metoda komunikasi tentang gejala atau perasaan menderita
pada orang lain. Perbedaan muncul dalam penyingkapan diri atau ketika keinginan untuk
menunjukkan emosi dan informasi psikologis pada orang lain. Misalnya orang Amerika
dan Eropa lebih terbuka dan ingin mendiskusikan masalah keluarga yang pribadi
sedangkan orang Amerika Latin, Afrika dan Asia enggan untuk mengemukakan
informasi pribadi atau keluarga pada orang asing seperti perawat atau dokter. Pada
beberapa kelompok etnik, atau kelompok rasial, diam, rasa malu hanya terjadi jika ada
orang asing atau profesional dari budaya yang lebih dominanm kadang hal itu terjadi
karena rasa ketidakpercayaanhistoris yang berdasarkan pada diskriminasi. Pada kondisi
lain dapat dipengaruhi oleh kesetiaan pada keluarga dan persetujuan tidak akan
membagi masalah pada orang yang bukan amggota keluarga.

Perbedaan bahasa juga dapat merintangi komunikasi dan hubungan. Ketika perawat
melakukan perawatan pada klien yang berbicara dalam bahasa yang berbeda, mungkin
diperlukan seorang penarjemah. Perawat dapat mempelajari kata kunci seperti air, sakit,
atau kamar mandi untuk meyakinkan bahwa kebutuhan dasar pasien dikaji dan
dipahami.

1. f. JENDER

Perbedaan janis kelamin mempengaruhi proses komunikasi. Pria dan wanita memiliki
gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain aling mempengaruhi proses
komunikasi secara unik. Tannen (1990) mendiskusikan gaya komunikasi yang berbeda
bagi prai dan wanita. Sejak usia 3 tahun, anak perempuan bermain dengan teman
baiknya atau dalam kelompok bermain kecil dan menggunakan bahasa untuk mencari
konfirmasi, meminimalkan perbedaan, dan menetapkan atau menguatkan keintiman.
Sebaliknya anak laki-laki, menggunakan bahasa untuk menetapkan kebebasab dan
menegosiasikan aktivitas status dalam kelompok yang besar, meskipun ketika mereka
ingin berteman, mereka umumnya melakukannya dengan adu otot. Ketika dewasa, pria
dan wanita memiliki kesan yang sama sekali berbeda mengenai perbincangan yang
sama. Tannen (1990) menyatakan bahwa friksi antar kedua jenis kelamin bangkit karena
pria dan wanita tumbuh dalam budaya yang secara esensial berbeda, maka akibatnya
percakapan diantara mereka mengalami lintas kultural. Pendekatan ini berbeda dari teori
perbedaan dominasi bahwa justru menekankan pada pola wanita predominan untuk
mencari hubungan dan persahabatan dengan yang lain dan pola predominan pria untuk
menyelesaikan tugas dan mencari kebebasan serta status. Meskipun pendekatan seperti
ini tidak menjelaskan seluruh masalah yang muncul dalam hubungan antara pria dan
wanita, namun dapat menjelaskan ketidakpuasan tanpa menyalahkan dan tanpa
menghancurkan hubungan.

Tentu saja perawat perlu mewaspadai perbedaan ini ketika bekerja dengan klien atau
dengan anggota tim kesehatan lainnya yang berlawan jenis. Aktif menyimak dan
mencari kejelasan akan membantu mencegah salah persepsi dan salah paham (Ebersole
dan Hess, 1994).

1. g. PENGETAHUAN

Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi memiliki tingkat
pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak jelas ketika kata-kata dan
ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh pendengar. “insisi hampir sembuh tanpa
ada cairan abnormal” sama artinya dengan “insisi bersih dan akan segera sembuh”.
Dalam hal ini perkataan yang kedua akan lebih dipahami oleh pasien.

Perawat berkomunikasi dengan klien dan profesional yang memiliki tingkat


pengetahuan yang berbeda. Bahasa yang umum digunakan adalah esensial ketika
berkomunikasi dengan tingkat pengetahuan yang berbeda. Perawat mengkaji
pengetahuan klien dengan mencatat respon mereka atas pertanyaan, kemampuan untuk
mendiskusikan masalah kesehatan, dan pertanyaan yang mereka tanyakan. Setelah
pengkajian, perawat menggunakan terminologi dan ungkapan yang dipahami klien untuk
meningkatkan perhatian dan minat.

1. h. PERAN DAN HUBUNGAN

Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan peran
mereka.Pelajar menggunakan cara bicara yang berbeda ketika mereka bicara dengan
teman atau dengan instruktur,dokter atau rohaniawan.Kata-kata,ekspresi wajah,nada
suara,dan gerakan tubuh bergantung pada bagaimana orang tersebut menerima
komunikasi.

Perawat mungkin merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan teman sejawat,bercanda


mengenai kejadian sehari-hari dan berbagi cerita yang menyenangkan.Namun
komunikasi dengan klien yang memasuki klinik untuk pertama kalinya membutuhkan
peran yang berbeda.Dengan mengantisipasi keprihatinan,perawat menunjukan rasa
hormat dengan menggunakan nama keluarga klien dan menghindari humor sampai
mereka dapat menetukan reaksi pasien terhadapnya.Klien mungkin lebih mencari
dukungan daripada cerita lucu.Kemudian,ketika hubungan antara perawat dan klien
semakin kuat,percakapan sehari-hari dan memanggil klien dengan nama depan mungkin
dapat dilakukan,teapi hanya atas persetujuan klien (Wootsen,1993).

Seseorang akan merasa lebih nyaman ketika menunjukan ide untuk individu yang dapat
mengembangkan hubungan yang positif dan memuaskan.Ketika hubungan antara
perawat dan klien berkembang,perawat dan klien akan memiliki rasa percaya diri dalam
menghubungkan ide dengan perasaan.Komunikasi akan menjadi lebih efektif ketika
masing-masing pihak tetap waspada tentang peran mereka dalam suatu
hubungan.Perawat harus menghindari penggunaan terminologi seperti,‘’sayang’’ atau
‘’manis’’ ketika memanggil klien manapun.Ungkapan seperti ini dapat diinterpretasikan
tidak tepat dan ofensif oleh pasien.

1. i. LINGKUNGAN

Orang cenderung dapat berkomunikasi dengan lebih baik dalam lingkungan yang
nyaman.Ruangan yang hangat,bebas dari kebisingan dan gangguan adalah yang
terbaik.Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat mengakibatkan
kebingungan,ketegangan atau ketidak nyamanan.Misalnya,klien yang takut pada
diagnosa kanker akan keberatan untuk mendiskusikan penyakitnya dalam
ruangantunggu yang sibuk dan penuh sesak.Gangguan lingkungan dapat mengganggu
pesan yang dikirimkan antara dua orang.

Perawat memiliki semacam kontrol ketika memilih lingkungan untuk melakukan


komunikasi dengan klien.Kantor atau ruang duduk yang tenang sangat ideal.Ketika klien
dikunjungi dirumah,kamar tidur atau ruang baca mungkin yang terbaik.

Dalam lingkungan perawatan kesehatan sekarang ini,seringkali tidak ada waktu untuk
dihabiskan bersama klien.Dalam pengaturan keperawatan akut,perawat harus
mempelajari bagaimana menggunakan waktu dengan klien secara bijak karena waktu
rawat inap dirumah sakit yang pendek.

Usaha perawat untuk memberikan informasi tidak boleh dihalangi oleh distraksi
lingkungan.Komunikasi harus tepat dan relevan,berdasarkan pada rencana pasien untuk
perawatan.Proses komunikasi ini terus berlanjut ketika pasien memasuki fase pasca
rawat inap.Klien kerap kali dipindahkan ke lingkungan yang bervariasi.Komunikasi
harus terus berlanjut pada lingkungan yang bervariasi ini,seperti unit perawat yang
terlatih di rumah.Metode yang kreatif seperti interaksi telepon atau referensi fax
komputer umumnya muncul sebagai fasilitator proses komunikasi dalam lingkungan
perawatan kesehatan yang terus berubah dewasa ini.

1. j. RUANG DAN TERITORIAL

Teritorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan
sekitarnya.Teritorial sangat penting karena membuat seseorang memiliki
identitas,keamanan dan kontrol.Dengan kata lain,seseorang merasa terancam ketika
orang lain memasuki teritorialnya karena hal tersebut mengganggu homeostatis
psikologis,menimbulkan kecemasan,dan menyebabkan munculnya perasaan kehilangan
kontrol.Dalam teks klasik,Hall (1969) mengemukan istilah proksemik yang artinya
penggunaan ruang dalam hubungan inerpersonal atau jarak antar komunikator.Dalam
interaksi sosial,orang secara sadar mempertahankan jarak antar-mereka sendiri.Ruang
pribadi adalah ‘’gelembung’’yang tidak tampak dan dapat berpindah,mengikuti orang
tersebut.Teritorial dapat dipisahkan dan menjadi tampak bagi orang lain,seperti halaman
yang berpagar,handuk dipantai,atau tempat tidur dirumah sakit.

1. 1. Sikap Berkomunikasi
2. Gerakan Tubuh :
— Sikap tubuh

— Ekspresi wajah

— Tersenyum

— Kontak mata

— Tidak melipat tangan

— Tidak menyilangkan kaki

— Tidak memasukkan tangan ke kantong

— Sedikit membungkuk

1. Sentuhan:

— Bersalaman

— Menepuk bahu

— Mengangkat jempol

— Tepuk tangan

— Memegang tangan pasien yg sedang sedih

— Hal-hal yang harus diperhatikan\

— Korban aniaya

— Larangan budaya

— Curiga

1. Volume dan Nada Suara:

— Untuk Lansia : volume suara tinggi, nada rendah

— Untuk Perilau Kekerasan : volume dan nada rendah, tegas

1. Jarak:

— Ruang intim : s.d. 50 cm

— Pribadi : 50 – 120 cm

— Konsultasi sosial : 275 – 365 cm

— Diam:

— Mendengar aktif
— Kontak mata

— Digunakan untuk pasien isolasi sosial, memberi kesempatan berfikir

Proses komunikasi, menurut Cultlipdan Center, komunikasi yang efektif harus


dilaksanakan dengan melalui empat tahap, yaitu: fact finding,planning, communicating,
dan evaluation.

1. 1. Fact Finding

Mencarikan dan mengumpulkan fakta dan data sebelum seseorang melakukan kegiatan
komunikasi. Untuk berbicara di depan suatu masyarakat perlu dicari fakta dan data
tentang masyarakat tersebut, keinginannya, komposisinya dan sebagainya.

1. 2. Planning

Berdasarkan fakta dan data itu dibuatkan rencana tentang apa yang akan dikemukakan
dan bagaimana mengemukakannya. Bagi suatu masyarakat yang agraris tentu saja
pengemukaan komunikasi haruslah menggunakan cara yang sesuai dengan ciri-ciri
agraris.

1. 3. Communicating

Setelah planning disusun maka tahap selanjutnya adalah communicating/berkomunikasi.

1. 4. Evaluation

Penilaian dan analisis kembali diperlukan untuk melihat bagaimana hasil komunikasi
tersebut. Ini kemudian menjadi bahan bagi perencanaan melakukan komunikasi
selanjutnya.

1. B. Komunikasi terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah proses dimana perawat yang menggunakan pendekatan


terencana mempelajari klien. Proses memfokuskan pada klien namun direncanakan dan
dipimpin oleh seorang professional (Keltner,Schweche,dan Bostrom 1991 ). Komunikasi
terapeutik mengembangkan hubungan interpersonal antara klien dan perawat. Proses ini
meliputi kemampuan khusus karena perawat harus memperhatikan pada berbagai
interaksi dan tingkah laku non-verbal. Komunikasi terapeutik disampaikan secara
rahasia karena klien tahu bahwa semua informasi yang disampaikan perawat menjadi
bagian dari catatan medis dan tidak disebarkan sebagai gossip,maka klien merasa
nyaman untuk memapaparkan hal-hal yang berhubungan dengan data kesehatab,apa
yang menjadi perhatian ,ketakutan atau masalah keluarga.Hanya tim perawat kesehatan
yang secara langsung terlibat pada renacana klien untuk perawatan yang memiliki
tanggung jawab pada informasi tersebut. Komunikasi terapeutik pada akhirnya
menentukan perawat untuk menetapkan hubungan kerja dengan klien dan keluarganya.

1. 1. Interaksi Sosial

Usaha pertama dalam berkomunikasi dengan klien umumnya meliputi interaksi social
yang singkat. Pesan yang disampaikan bersifat dangkal dimana baik perawat ataupun
klien tidak mendiskusikan masalah atau pandangan pribadi secara mendalam. Interaksi
superficial membuat mereka yang ikut serta merasa aman karena diskusi tidak memiliki
keinginan tersembunyi untuk pemaparan pribadi. Perawat sering kali menggukan
interaksi social superficial pada awa pembicaraan dengan klien untuk memberikan dasar
bagi hubungan yang lebih dekat. Misalnya perawat menyapa klien ‘Selamat pagi Ny.C
senang bertemu dengan anda hari ini”.

1. 2. Menyimak dengan penuh perhatian

Menyimak adalah salah satu tehnik komunikasi terapeutik yang paling efektif.
Menyimak merupakan metoda non verbal untuk menunjukan minat pada
kebutuhan,pandangan dan masalah klien. Menyimak adalah proses aktif dan penuh
pelajaran sedangkan mendengarka adalah proses neurologis yang pasif untuk menerima
informasi.

1. 3. Menunjukan penerimaan

Penunjukan penerimaan artinya bukan menghakimi orang lain dan menunjukan kegiatan
pewawancara untuk menyimak kepercayaan,penghargaan dan latihan klien. Hal ini
kadang sulit karena perawat menghadapi klien dengan latarbelakang yang bervariasi.
Penerimaan tidak sama dengan persetujuan. Penerimaan dalah keinginan untuk
mendegar seseorang tanpa menunjukan keraguan atau ketidaksetujuan.

1. 4. Mengajukan pertanyaan yang berhubungan

Bertanya adalah metode langsung dari komunikasi . tujuan perawat adalah untuk
memperoleh infrmasi spesifik mengenai klie. Pertanyaaan digunakan selama
percakapan, unutk menetapkan nada interaksi verbal da mengontrol tujuannya.
Pertanyaan yang paling efektif jika berkaitan dengan topic atau subjek yang didskusikan
dan menggunakan kata-kata dan pola-pola dalam konteks sosiokultural klien yang
normal.

Susunan pertanayaan perawat membntu klien mengungkapka sebuah cerita. Setiap


ertanyaan berfokus pada aspek khusus cerita tersebut.perawat memilih pertanyaan
berdasarkan pada respons pasien yang sebelumnya sehingga informasi tersebut menjadi
logis. Mengajukan pertanyaan terbuka kepada klien akan mendorong perawat mengkaji
beberapa faktor.

1. 5. Parafrase

Parafrase adalah mengulang pesan klien dengan kata-kata perawat sendiri. Melalui
paraphrase perawat mengirim respons yang membuat klien tahu apakah pesan mereka di
pahami dan mengacu pada komunikasi lebih lanjut. Ilustrasi :
Klien : saya sudah muak dokter saya tidak mau mengatakan kepada saya apa yang
terjadi. Dia tampaknya tidak peduli apa yang saya fikirkan

Perawat : anda frustasi kaena anda dan dokter anda tidak membicarakan diagnose?

Klien : Ya,dia jelas tidak tau bagaimana rasanya sakit

1. 6. Menjelaskan

Menjelaskan dalam hal ini mungkin didefinisikan sebagai tindakan yang menyatakan
ulang sebuah pertanyaan yang sudah diutarakan atau dikirimkan oleh pengirim pesan.
Tanpa penjelasan,informasi penting dapat menjadi hilang. Informasi sangat penting
untuk rencana perawatan klien dan dapat menjadi tidak lengkap kecuali jika data yang
membinggungkan atau kontradiksi dapat dijelaskan. Dengan menjelaskan pesan secara
lebih spesifik kemungkinan untuk dipahami menjad lebih besar.

1. 7. Fokus

Focus dapat didefiniskan sebagai memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci
dari pesan yang dikirimkan. Pemfokuskan akan menghilang ketidak jelasan dalam
komunikasi dengan membatasi area diskusi.

1. 8. Menetapkan observasi

Ketika berkomunikasi orang sering kali tidak sadar bagaimana pesan mereka terima.
Respon dari orang lain memberitahu mereka apakah mereka mengkomunikasikan pesan
yang dikehendaki. Salah satu supaya perawat dapat memberikan respon adalah bersama
dengan klien berbagi observasi tentang tingkah laku merka selam berkomunikasi.

1. 9. Memberikan informasi

Dalam interaksi dengan klien perawat seringkali memberikan informasi yang member
klien data tambahan atau masukan.perawat harus menghindari memberikan nasihat pada
klien ketika memberikan informs sehingga tidak mempengaruhi proses pengambilan
keputusan klien. Perawat menyediakan informasi yang akan mambantu klien mencapai
keputusan yang menurut mereka dapat mengoptimalkan tingkat kesehatan mereka.

1. 10. Mempertahankan ketenangan

Kegunaan ketengan dapat menjadi efektif namun dapat menjadi sulit karena
jeda dalam percakapan yang berlangsung selama beberapa detik atau menit dapat
menybabkan kejanggalan. Penggunaan ketengan membtuhkan keterampilan dan waktu.
Ketenagan secara khusus bergua ketika klien berhadapan dengan keputusan sulit dimana
mereka tidak yakin bagaimana membaginya dengan perawat.

1. 11. Penyimpulan
Penyimpulan adalah pengulangan ringkas ide – ide utama yang telah didiskusikan.
Penyimpulan kan membatu perawatmengulang aspek-aspek kunci interaksi. Dengan
penyimpulan klien akan mampu mengurangi informasi dan menambahkan atau
mengoreksi.

1. 12. Pemberian pendapat

Dengan memberikan pendapat akan membutuhkan pengambilan keputusan yang


dilakukan jauh dari klien.sering kali klien hanya membutuhkan kesempatan untuk
menunjukan perasaanya.. pemberian pendapat akan menghalangi pasien
mengembangkan solusi utnk memcahkan masalanya.

1. 13. Memberikian penentraman semu

Penentraman yang tulus dan dapat dipercaya sangat penting dan dapat membantu
menetapkan harga diri da harapan klien. Bradley dan edinberg (1990) telah
mengidentifikasi 6 konsep dasar dimana penemtrman secra verbal dapat diberikan klien
dapat diyakinkan bahwa :

1. Masih ada harapan


2. Perawat selal mendengarkan
3. Pengobtan tersedia
4. Perubahan tertentu yang tidak diinginkan dapat terjadi (mis : kehilangan rambut karena
kemoterapi )
5. Klien akan iperlakukan sebagai individu
6. Masalah klien telah dipahami
1. 14. Bersikap defentif

Defentif adalah respons untuk mengkritik , untuk menunjukan bahwa klien tidak
memiliki hak untuk memberikan opini. Ketika perawat menjadi defentif apa yang
menjadi kekhawatiran klien sering kali terabaikan.

1. 15. Menunjukan persetujuan atau ketidakpersetujuan

Menunjukan persetujuan yang berlebuhan dapat menimbulkan bahaya untuk hubungan


pasien dan perawat begitupun juga dengan ketidaksetujuan. Memberikan pujian yang
berlebihpun dapat menunjukan tingkah laku yang dipuji adalah satu-satunya yang
diterima.

1. 16. Bertanya mengapa

Jika perawat menginginka informasi tambahan, terdapat cara cara lain yang lebih efektif
untuk menetapkan pertanyaan. Misalnya, daripada betanya “kenapa anda tidak
melakukan latihan ?” perawat dapat mengatakan , “Anda tidak melakukan latihan anda.
Apakah ada masalah ?

1. 17. Mengubah subjek pembicaraan secara tidak tepat


Komentar perawat yang menunjukan ketidakinginan untuk mendiskusikan ketidak
nyamanan klien. Perubahan pengkajian terapeutik ketidaknyamanan telah hilang. Dalam
contoh ini, mengubah subjek tidak terapeutik karena perawat tidak mengindahkan
masalah serius yang potensial.

Mengubah subjek menghalangi kemajuan dalam komunikasi terapeutik. Pemikiran dan


spontianintas klien menjadi terganggu, ide-idenya menjadi kusut dan sebagai akibatnya
informasi yang tersedia menjadi tidak adekuat.

1. 18. Membantu hubungan

Hubungan klien – perawat adalah suatu proses dinamis yang meliputi usaha kolaborasi
perawat-klien untuk mengatasi masalh dan untuk meningkatkan kesehatan dan
kemampuan adaptasi hubungan yang membantu ini adalah terapeutik yang
meningkatakan iklim psikologis yang membawa perubahan dan pertumbuhan klien yang
positif . penciptaan lingkungan yang terapeutik bergantung pada kemampuan perawat
untuk menyediakan kenyamanan fisik dan psikososial pada klien .

1. a. Fase komunikasi therapeutic

Struktur dalam komunikasi terapeutik, menurut Stuart,G.W.,1998,Terdiri dari 4


fase,Antara lain:

1) Fase preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien. Tugas
perawat pada fase ini yaitu :

a) Mengeksplorasi perasaan,harapan dan kecemasannya;

b) Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri ia akan terlatih
untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai tera[eutik bagi klien, jika merasa tidak siap
maka perlu belajar kembali, diskusi teman kelompok;

c) Mengumpulkan data tentang klien, sebagai dasar dalam membuat rencana


interaksi;

d) Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di implementasikan saat


bertemu dengan klien.

2) Fase orientasi

Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada saat pertama kali
bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat untuk berkenalan dengan klien dan
merupakan langkah awal dalam membina hubungan saling percaya. Tugas utama
perawat pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan
menunjukkan penerimaan, serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan
pikirannya. Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain :

a) Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap penerimaan dan


komunikasi terbuka. Untuk membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap
terbuka, jujur, ihklas, menerima klien apa danya, menepati janji, dan menghargai klien;
b) Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk menjaga
kelangsungan sebuah interaksi.Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien yaitu,
tempat, waktu dan topik pertemuan;

c) Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah klien. Untuk


mendorong klien mengekspresikan perasaannya, maka tekhnik yang digunakan adalah
pertanyaan terbuka;

d) Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah masalah klien


teridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan menimbulkan kegagalan pada
keseluruhan interaksi.

1. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini antara lain :


1. Memberikan salam terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatan tangan
2. Memperkenalkan diri perawat
3. Menyepakati kontrak. Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klien untuk
berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.
4. Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat perlu melengkapi penjelasan
tentang identitas serta tujuan interaksi agar klien percaya kepada perawat.
5. Evaluasi dan validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasan atau kejadian yang
membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini juga digunakan untuk mendapatkan fokus
pengkajian lebih lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yang terkait dengan keluhan
utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi/validasi digunakan untuk mengetahui kondisi
dan kemajuan klien hasil interaksi sebelumnya.
6. Menyepakati masalah. Dengan tekhnik memfokuskan perawat bersama klien
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan klien.

Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan dengan klien lakukan orientasi. Tujuan
orientasi adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat dengan
keadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan pertemuan sebelumnya.

3) Fase kerja

Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi teraeutik.Tahap ini
perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien.Perawat dan klien
mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi, perasaan dan perilaku klien.Tahap ini berkaitan dengan
pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.Tekhnik komunikasi terapeutik yang
sering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi, mendengarkan dengan aktif,
refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan dan menyimpulkan.

4) Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya sudah
terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat dan klien keduanya merasa kehilangan.
Terminasi dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas pada unit tertentu atau saat
klien akan pulang. Perawat dan klien bersama-sama meninjau kembali proses
keperawatan yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan
sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi
merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang dibagi dua yaitu:
1. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan.
2. Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan secara
menyeluruh.

Tugas perawat pada fase ini yaitu :

1. Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi ini disebut evaluasi
objektif. Brammer & Mc Donald (1996) menyatakan bahwa meminta klien menyimpulkan
tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah tindakan dilakukan sangat
berguna pada tahap terminasi
2. Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan
3. klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan tindakan tertentu;
Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Hal ini sering disebut
pekerjaan rumah (planning klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan
interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan
tindak lanjut klien tidak akan pernah kosong menerima proses keperawatan dalam 24 jam;
4. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu disepakati adalah topik,
waktu dan tempat pertemuan. Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasi akhir,
adalah bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil yang telah dicapai
selama interaksi.

1. 19. Teknik Komunikasi Terapeutik.

Ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi yang efektif yaitu :

1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi maupun penerima
pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu sebelum
memberikan saran, informasi maupun masukan.

1. HAMBATAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Dalam hal kemajuan hubungan perawat-klien terdiri dari tiga jenisà utama : resistens,
transferens, dan kontertransferens (Hamid, 1998). Ini timbul dari berbagai alasan dan
mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi semuanya menghambat komunikasi
terapeutik. Perawat harus segera mengatasinya. Oleh karena itu hambatan ini
menimbulkan perasaan tegang baik bagi perawat maupun bagi klien.

1. a. Resisten.

Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yang
dialaminya. Resisten merupakan keengganan alamiah atau penghindaran verbalisasi
yang dipelajari atau mengalami peristiwa yang menimbulkan masalah aspek diri
seseorang. Resisten sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah
ketika kebutuhan untuk berubah telah dirasakan. Perilaku resistens biasanya
diperlihatkan oleh klien selama fase kerja, karena fase ini sangat banyak berisi proses
penyelesaian masalah.

1. b. .Transferens.

Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap
terhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam kehidupannya di masa
lalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan respon klien dalam intensitas dan
penggunaan mekanisme pertahanan pengisaran (displacement) yang maladaptif. Ada
dua jenis utama reaksi bermusuhan dan tergantung.

1. c. .Kontertransferens.

Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh klien.
Konterrtransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat terhadap klien
yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan
dalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah satu dari tiga jenis reaksi
sangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau membenci dan reaksi sangat cemas
sering kali digunakan sebagai respon terhadap resisten klien.

Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk


mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam konteks hubungan
perawat-klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang
hambatan komunikasi terapeutik dan mengenali perilaku yang menunjukkan adanya
hambatan tersebut. Latar belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung
jawab terhadap hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.

1. C. Komunikasi Terapeutik pada kelompok

Interaksi dengan kelompok besar ( > 12 orang) untuk mempengaruhi masyarakat


untuk mengadopsi perilaku sehat dengan cara memberikan pendidikan kesehatan
tentang kesehatan/keperawatan.

. Teknik komunikasi kelompok masyarakat :

a) Brainstorming/curah pendapat

1) Beri kebebasan mengungkapkan ide dan mendiskusikan dalam kelompok besar

2) Beri kesempatan pada anggota untuk

3) Mengidentifikasi isu dan mencari solusi

b) Program Komunitas

1)Pendekatan individu/kelompok program, dilakukan melalui perencanaan sistematis


c) Demonstrasi

1) Memperlihatkan secara langsung tindakan yang harus dilakukan

d) Ceramah

Menyampaikan informasi secara verbal (tatap muka)

1) Pembicara harus berpengalaman, nyaman, punya kemampuan berbicara,


memberikan penekanan pd point yg penting

2) Kombinasikan dengan media

3) Batasi umpan balik peserta karena waktu yang terbatas

i. Role Play (bermain peran)

1) Efektif dlm mempengaruhi sikap dan opini masyarakat.

2) Dapat mengembangkan kemampuan peserta dalam menyelesaikan masalah dan


berpikir kritis

3) Optimalkan partisipasi setiap anggota

4) Kombinasikan dengan metode ceramah & diskusi

Tujuan:

1. Membantu anggota kelompok berinteraksi dengan orang lain


2. Membantu anggota kelompok merubah perilaku

1. D. KOMUNIKASI MASSA

Joseph A.Devito mendefinisikan komunikasi massa sebagai berikut :

Pertama-tama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada khalayak


banyak, kepada pendengar dalam jumlah yang luar biasa besar. Pendengar yang
dimaksud di sini bukan semua atau setiap orang yang membaca atau menonton televisi,
melainkan jumlah penonton yang besar dan umumnya agak sulit di definisikan. Kedua,
komunikasi massa adalah komunikasi yang di perantai oleh alat pentransmisi audio dan
atau visual. Bentuk komuniksi massa yang kemungkinana paling mudah dan paling logis
adalah : televisi, radio, surat kabar, majalah, buku, film, dan kaset.

Selanjutnya, mengacu pada pemahaman komunikasi menurut Werner I. Severin dan


James W. Tankard Jr., komunikasi diartikan sebagai berikut :

Komunikasi massa sebagian merupakan keterampilan, sebagian seni, dan sebagian lagi
ilmu pengetahuan. Dikatakan suatu keterampilan karena komunikasi ini melibatkan
teknik dasar tertentu yang dapat di pelajari, misalnya, memfokuskan kamera televisi,
mengoprasikan tape recorder , atau melakukan pencatatan pada suatu wawancara.
Dalam pengertian sebagai seni, komunikasi ini menciptakan tantangan, missal, menulis
skrip untuk program televise, mengembangkan suatu tata ruang yang estetis untuk
majalah dan atau mengusulkan suatu lead yang menarik perhatian untuk isi berita.
Komunikasi merupakan suatu ilmu pengetahuan dalam arti bahwa ada prinsip tertentu
yang terlibat, yang memungkinkan komunikasi berlangsung, dan dapat di verifikasi serta
digunakan untuk mengupayakan sesuatu menjadi lebih baik.

Berdasarkan pemahaman diatas, komunikasi massa sesungguhnya merupakan


komunikasi media massa. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang memiliki
ciri-ciri, yaitu berlangsung satu arah, media komunikasi massa menimbulkan
keserempakan, dan komunikan komunikasi massa bersifat heterogen.

1. 1. Berlangsung Satu Arah

Berbeda dari komunikasi interpersonal yang berlangsung dua arah, komunikasi massa
berlangsung satu arah, yang berarti tidak ada arus balik dari komunikan kepada
komunikator. Situasi ini dapat diasumsikan bahwa setelah pesan sampai kepada massa,
persepsi atau penerimaan massa terhadap informasi yang disebarkan sangat bergantung
pada massa dan komunikator tidak dapat memantau atau mengontrol penerimaan massa
terhadap informasi tersebut. Situasi ini tentulah tidak menguntungkan karena
memungkinkan kesalah persepsi yang besifat missal dan meluas. Contohnya, iklan atau
propaganda tentang HIV/AIDS yang ditayangkan televisi: “Gunakan kondom untuk
menghindari HIV/AIDS.” Pernyataan ini dapat menimbulkan persepsi bahwa seks bebas
diperkenanka selama HIV/AIDS dapat dicegah.

Konsekuensi kemungkinan pesan atau informasi dipersepsikan salah adalah bahwa


komunikator harus melakukan perencanaan dan persiapan sedemikian rupa sehingga
pesan yang disampaikan kepada komunikan harus komunikatif, dalam arti kata dapat
diterima secara inderawi (received) dan secara rohani (accepted) pada satu kli penyiaran.
Dengan demikian, pesan komunikasi harus jelas sehingga dapat dibaca, didengar,
ataupun dilihat, dan dipahami maknanya serta tidak bertentangan dengan kebudayaan
komunikan yang menjadi sasaran komunikasi.

Pada masa ini, sering kali kita melihat acara Talk Show atau wawancara yang disiarkan melalui
televisi. Apakah komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi massa ?

Televisi atau radio sering menayangkan komunikasi antara pendengar/pemirsa dan penyiar
melalui fasilitas telepon. Apakah komunikasi diatas berlangsung searah? Atau merupakan
suatu komunikasi massa?

1. 2. Komunikator pada Komunikasi Massa Lembaga

Media massa sebagai saluran komunikasi merupakan lembaga bagi suatu intitusi atau
organisasi. Oleh karena itu, komunikatornya merupakan suatu lembaga (institutionalized
communicator atau organized communication). Komunikator pada komunikasi massa
misalnya wartawa surat kabar atau penyiar televisi, karena media yang digunakan adalah
suatu lembaga. Dalam menyebarkan pesan , komunikator bertindak atas nama lembaga,
sehingga informasi yang disampaikan harus selaras dengan kebijakan surat kabar atau
stasiun televisi yang diwakilinya. Komunikator pada komunikasi massa ini tidak
memiliki kebebasan individu untuk mengeluarkan pendapat (freedom of expression atau
freedom of opinion), hanya memiliki kebebasan yang dibatasi (restricted freedom).

Konsekuensi yang timbul dari komunikator adalah lembaga ini bahwa perannya dalam
proses komunikasi didukung orang-orang lain. Pemunculannya pada media komunikasi
tidak sendirian, tetapi bersama orang lain yang berperan mengatur teknik penyampaian,
perbaikan isi informasi, atau penambahan dan perluasan isi informasi sehingga
informasi menjadi lebih menarik dan sesuai dengan visi dan kebijakan lembaga
penyedia informasi. Seorang wartawan ketika menyampaikan informasi dalam Koran,
memerlukan tim editor agar tulisannya menjadi lebih baik, memerlukan penata letak
dalam penulisan dikoran atau majalah, dan mungkin juga memerlukan tambahan
informasi dari wartawan lain agar berita yang disampaikannya menjadi lebih
komprehensip, luas, dan mendalam.

Berdasarkan kenyataan diatas, komunikator yang terlibat dalam komunikasi massa


disebut komunikator kolektif karena penyebaran pesan merupakan hasil kerja sama
sejumlah personil dalam penyampaian informasi.

1. 3. Pesan pada Komunikasi Massa Bersifat Umum

Pesan hyang disebarkan melalui media massa bersifat umum (publik) karena ditujukan
pada khalayak umum dan menyangkut kepentingan umum. Dengan demikian, majalah
organisasi, film documenter, dan televise kabel tidak dapat di katakana sebagai
komunikasi massa. Media massa tidak akan menyiarkan suatu pesan yang tidak
menyangkut kepentingan umum, misalnya, berita pernikahan artis, undangan seminar
khusus alumni sekolah, dan sebagainya. Pemberitaan dengan tema-tema ini dalam
bidang jurnalistik disebut human interest, kisah yang oleh media massa dianggap
menarik untuk diketahui masyarakat.

1. 4. Media Komunikasi Massa Menimbulkan Keserempakan

Ciri lain komunikasi massa adalah menimbulkan keserempakan (simultaneity) pada


masyarakat dalam menerima pesan-pesan yang disebarkan karena pesan yang
disampaikan dapat diterima secara bersama-sama pada suatu waktu. Pada komunikasi
melalui televisi atau radio serta surat kabar, informasi atau pesan dapat diakses oleh
masyarakat secara serempak. Bandingkan dengan penggunaan poster atau papan
pengumuman. Informasi dari poster atau pengumuman serta buku, dikemas dalam oplah
kecil sehingga tidak dapat diakses secaara bersamaan, melainkan seca bergiliran.

Menurut Harold D. Lasswell, fungsi komunikasi massa adalah:

 Mengamati/mengawasi lingkungan;
 Mengorelasi unsur-unsur masyarakat dalam menanggapi lingkungan;
 Menyebarkan warisan sosial.

1. 5. Komunikan Komunikasi Massa Bersifat Heterogen

Komunikan atau masyarakat penerima informasi bersifat heterogen. Heterogenitas ini


terlihat mulai dari tempat tinggal hingga karakteristik penerima informasi. Sifat
heterogenitas khalayak menimbulkan kesulitan bagi seorang komunikator dalam
menyebarkan pesannya melalui media massa karena setiap individu dalam masyarakat
menghendaki keinginannya dipenuhi. Bagi para pengelola media massa, tidaklah sulit
memenuhi hal itu. Satu-satunya pendekatan untuk memenuhi keinginan seluruh
khalayak sepenuhnya ialah mengelompokkan mereka menurut jenis kelaminn, usia,
agama, pekerjaan, pendidikan, kebudayaan, hobby, dan sebagainya.

Pengelompokkan tersebut telah dilaksanakan oleh berbagai media massa melalui


penyelenggaraan rubrik atau acara tertentu untuk kelompok komunikan tertentu,
misalnya, menggelar acara khusus untuk anak , ceramah islam, acara khusus
pengetahuan untuk kalangan mahasiswa, dan sebagainya. Melaluipengelompokan ini,
sejumlah rubrik atau acara dapat ditujukan khusus bagi kelompok tertentu sehingga
sasaran dapat dicapai.

BAB III
Penerapan komunikasi terapeutik pada klien dan keluarga ditatanan
komunitas dalam mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue

Fase-fase
Komunikasi Topik Peran Tujuan
Terapeutik

Pra Interaksi 1. Mengadakan kunjungan Perawat 1 : Dyah ayu NS 1. Mengetahui k


pertama atau survey ke Perawat 2 : A sebelum mel
desa A Afani Widiati penyuluhan
2. Mengadakan rapat Kepala desa :
2. Berkoordinasi
dengan kepala desa Heryanto Wibowo
kepala desa un
3. Mengajukan proposal Warga :
mengadakan p
perijinan kepada kepala – Sherly Junia
desa – Angesty 3. sebagai bukti
– Wulan Maulina perizinan untuk
melaksanakan

Orientasi 1. Menggunakan media Perawat 1 : Dyah ayu NS 1. Untuk mema


komunikasi untuk Perawat 2 : agar dapat me
menyebarkan informasi Afani Widiati pengumuman
tentang penyuluhan kepada Perawat 3: efektif di desa
warga Heryanto Wibowo
2. Agar Setting t
2. Mempersiapakan setting Warga :
lebih siap sebe
tempat sebelum acara – Sherly Junia
penyuluhan be
dilaksanakan – Angesty
3. Memastikan alat peraga – Wulan Maulina 3. Agar pada saa
yang di butuhkan dalam pelaksanaan a
penyuluhan tidak ada yang

Kerja 1. Sambutan kepala desa Perawat 1 : Dyah ayu NS 1. Memperoleh


2. Menjelaskan tentang Perawat 2 : atas penyuluh
pentingnya kebersihan Afani Widiati
2. Masyarakat
lingkungan untuk Kepala desa:
mengerti tent
Mencegah penyakit DBD kepada Heryanto Wibowo
kebersihan lin
masyarakat Warga :
untuk mence
3. Mendemonstrasikan – Sherly Junia
salah satu teknik – Angesty 3. Masyarakat
pencegahan yaitu 3M – Wulan Maulina melihat langs
penerapan te
kebersihan lin

Terminasi 1. Perawat melakukan Perawat 1 : Dyah ayu NS 1. Perawat memvali


Tanya jawab dengan Perawat 2 : masyarakat meng
masyarakat Afani Widiati memahami teknik
2. Perawat meminta salah Pak kepala desa: 2. perawat dapat me
satu masyarakat untuk Heryanto Wibowo bahwa masyaraka
redemonstrasi teknik 3M Warga : mengaplikasi kan
3. Memberikan booklet – Sherly Junia 3. Masyarakat bisa
sebagai panduan – Angesty memberikan peng
masyarakat.tentang bahaya – Wulan Maulina kepada masyarak
dan pencegahan DBD sehingga masyara
yang tidak hadir b
mengaplikasikan t

BAB IV
PEMBAHASAN

Komunikasi terapeutik dalam mengefektifkan kebersihan diri dan


lingkungan diharapkan dapat bermanfaat khususnya dalam mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan anggota keluarga, ini juga tidak lepas dari peran perawat dalam penyampaiannya
ditatanan komunitas. Selain itu diperlukan dukungan para masyarakat untuk:

1. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar kita

2. Istirahat / Tidur yang cukup

3. Berolahraga secara teratur

4. Makan makanan yang sehat dan sesuai aturan

5. Hindari hubungan seks diluar nikah

Program kebersihan diri dan lingkunngan akan lebih efektif apabila dapat secara tepat
mengkomunikasikannya kepada seluruh komunitas. Jika ingin program kebersihan diri dan
lingkunganberhasil meningkatkan kesehatan warga , maka harus meningkatkan pengetahuan
kesehatan danmengetahui dampak yang buruk dari reaksi tidak menjaga kebersihan diri dan
lingkungan antara lain.

1. Dapat menyebabkan penyakit kulit, diare, disentri dan penyakit yang


berhubungan dengan pencernaan dan kulit

2. Lingkungan bisa menjadi longsor atau banjir

3. Bisa timbul ketidak percayaan masyarakat atas barang/makanan yang diproduksi


dari desa bila desa dan warganya tidak bersih

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Sesuai hasil dari perumusan masalah dan tujuan penulisan yang berdasarkan
pembahasan, didapat kesimpulan dari penulisan ini yaitu,komunikasi merupakan proses
belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat mempunyai peran penting dalam menjaga
kesehatan dan kebahagian khususnya dalam memberikan komunikasi dalam
mengefektifkan keluarga berencana. Komunitas adalah suatu kumpulan orang yang
berbagi beberapa atribut kehidupan mereka. Keperawatan kesehatan komunitas adalah
praktik keperawatan dalam komunitas, dengan fokus primer pada pelayanan kesehatan
individu, keluarga, dan kelompok dalam komunitas. Tujuannya adalah untuk menjaga,
melindungi, memajukan, atau memelihara kesehatan.

B. Saran

Adapun saran yang akan disampaikan berhubungan dengan penulisan yaitu:

Perawat perlu melakukan penyuluhan pada klien dan keluarga ditatanan


komunitas dalam mengefektifkan keluaga berencana secara tepat dalam melakukan
komunikasi.

Daftar Pustaka

Perry, AN. And Potter, PA (2005) Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Suryani. (2006). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktek. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Tamsuri,Anas.2005.Buku Saku Komunikasi Dalam Keperawatan.Jakarta : EGC

http://entegila.wordpress.com/2012/06/05/penyakit-penyakit-yang-paling-sering-muncul-
akibat-kurangnya-menjaga-kebersihan-dan-
kesehatan/

Advertisements

Categories: Uncategorized

Leave a Comment

Wulan Maulina

Create a free website or blog at WordPress.com.


Back to top
Advertisements

Anda mungkin juga menyukai