Tahun 2022
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang mungkin sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang
“KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL
DENGAN AHLI GIZI”. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Makalah ini kami mengakui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang, oleh karena itu
kami harapkan kepada dosen untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Sampang, 14-Maret-2022
Penulis
ii
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Komunikasi Efektif 3
B. Komunikasi Interpersonal 3
A. Kesimpulan 14
B. Saran 14
Daftar Pustaka
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iv
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui tentang komunikasi efektif.
2. Mengetahui tentang komunikasi interpersonal.
3. Mengetahui tentang komunikasi interpersonal dalam keperawatan.
4. Mengetahui tentang komunikasi antara perawat dengan ahli gizi.
5. Mengetahui tentang apa saja efetivitas komunikasi interpersonal.
6. Mengetahui tentang fungsi dari komunikasi gizi.
v
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komunikasi Efektif
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan
sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh
karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya “the
communication is in tune”, yaitu kedua belah pihak yang
berkomunikasi sama-sama mengerti apa pesan yang disampaikan.
Menurut Jalaluddin dalam buku Psikolog Komunikasi
menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya
pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,
meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya
menimbulkan suatu tindakan.
Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain :
1. Menciptakan suasana yang menguntungkan.
2. menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
3. pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di
pihak komunikan.
4. Pesan dapat menggugah kepentingan dipihak komunikan yang
dapat menguntungkannya.
5. Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di
pihak komunikan.
B. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal atau disebut juga dengan komunikasi
antar personal atau komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi
yang dilakukan oleh individu untuk saling bertukar gagasan ataupun
pemikiran kepada individu lainnya. Atau dengan kata lain, komunikasi
interpersonal adalah salah satu konteks komunikasi dimana setiap
individu mengkomunikasikan perasaan, gagasan, emosi, serta informasi
lainnya secara tatap muka kepada individu lainnya.
6
Berikut adalah beberapa pengertian komunikasi interpersonal
menurut para ahli, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. G.R Miller dan M. Steinberg (1975): Komunikasi interpersonal
dapat dipandang sebagai komunikasi yang terjadi dalam suatu
hubungan interpersonal.
2. Ronald B. Adler, dkk (2009) : Komunikasi interpersonal adalah
semua komunikasi antara dua orang atau secara kontekstual
komunikasi interpersonal.
3. Judy C. Pearson, dkk (2011) : Komunikasi interpersonal sebagai
proses yang menggunakan pesan-pesan untuk mencapai kesamaan
makna antara-paling tidak-antara dua orang dalam sebuah situasi
yang memungkinkan adanya kesempatan yang sama bagi
pembicara dan pendengar.
4. Joseph A. DeVito (2013) : Komunikasi interpersonal adalah
interaksi verbal dan nonverbal antara dua (atau kadang-kadang
lebih dari dua) orang yang saling tergantung satu sama lain.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan dalam
suatu hubungan interpersonal antara dua orang atau lebih, baik secara
verbal maupun nonverbal, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan
makna.
Komunikasi interpersonal efektif adalah komunikasi yang
terkandung dalam tatap muka dan saling mempengaruhi,
mendengarkan, menyampaikan pernyataan, keterbukaan, kepekaan
yang merupakan cara paling efektif dalam mengubah sikap, pendapat
dan perilaku seseorang dengan efek umpan balik secara langsung.
Adapun komunikasi interpersonal efektif dalam suatu organisasi
mencakup dua bagian yaitu componential dan situational:
a. Componential
Menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati
komponen-komponen utamanya, dalam hal ini adalah
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh
7
orang lain dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang
untuk memberikan umpan balik dengan segera.
b. Situasional
Interaksi tatap muka antara dua orang dengan potensi umpan
balik langsung dengan situasi yang mendukung disekitarnya.
C. Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan
1. Hubungan perawat-pasien
Ada tiga jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal, tertulis, dan
non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik:
a. Komunikasi Verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran
informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap
muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat
waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk
mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon
emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Komunikasi verbal yang efektif yang harus diperhatikan yaitu:
1) Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan
langsung. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara
lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk
dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang
disampaikan.
2) Perbendaharaan kata
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan
dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien
dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti
petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan
pesan dengan istilah yang dimengerti klien.
8
3) Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap
kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan
pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati
memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah
tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan
tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4) Selaan dan kesempatan
bicara 10 Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut
menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang
lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan
lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat
sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan
perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu,
memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan
dan memahami arti kata.. Perawat juga bisa menanyakan
kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau
terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5) Waktu dan relevansi
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi
waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan
secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap
ketepatan waktu untuk berkomunikasi.
6) Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu
pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh
stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien.
9
b. Komunikasi Non-Verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa
menggunakan katakata. Merupakan cara yang paling
meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang
disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi
asuhan keperawatan, karena isyarat nonverbal menambah arti
terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi
dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Sikap pada saat melakukan komunikasi interpersonal:
a. Metakomunikasi.
Contoh : tersenyum ketika sedang marah.
b. Penampilan personal
c. Intonasi (nada suara).
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang
berinteraksi dengan klien
d. Ekspresi wajah.
Menjaga Kontak mata Perawat sebaiknya tidak
memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan
klien. Ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat
tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien
dilakukan dalam keadaan sejajar.
e. Sikap tubuh dan ekspresi wajah.
f. Sentuhan. Kasih sayang, dukungan emosional, dan
perhatian disampaikan melalui sentuhan.
Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal
dipengaruhi oleh beberapa hal terhadap isi pesan dan sikap
penyampaian pesan antara lain:
a. Perkembangan
Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu
diperhatikan adalah siapa yang diajak berkomunikasi. Maka
10
dalam berkomunikasi isi pesan dan sikap menyampaikan
pesan harus disesuaikan apakah yang kita ajak bicara adalah
anak-anak, remaja, dewasa atau usia lanjut. Pasti akan
berbeda dalam berkomunikasi.
b. Persepsi
Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian.
Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Kadangkala
persepsi merupakan suatu hambatan kita dalam
berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum
tentu sama dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.Nilai.
Nilai adalah standar yang mempengaruhi perilaku sehingga
sangat penting bagi pemberi pelayanan kesehatan untuk
menyadari nilai seseorang.
c. Latar belakang budaya
Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi oleh faktor budaya.
Budaya inilah yang akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi.
d. Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa.
Dalam berkomunikasi kita harus tahu emosi dari orang yang
akan kita ajak 12 berkomunikasi. Karena emosi ini dapat
menyebabkan salah tafsir atau pesan tidak sampai.
e. Pengetahuan
Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang kitan ajak
berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda.
Untuk itu maka kita harus bisa menempatkan diri sesuai
dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara
f. Peran
Gaya komunikasi harus di sesuaikan dengan peran yang
sedang kita lakukan. Misalnya ketika kita berperan
membantu pasien akan berbeda ketika kita berperan atau
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang lain.
11
g. Tatanan interaksi. Komunikasi interpersonal akan lebih
efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang menunjang.
Kalau tempatnya bising, ruangan sempit, tidak leluasa untuk
berkomunikasi dapat mengakibatkan ketegangan dan tidak
nyaman.
D. Komunikasi Antara Perawat Dengan Ahli Gizi
12
pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan
perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang
perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala
ruang kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan
struktural.
13
”kemampuan seseorang untuk dapat mengetahui apa yang
sedang dialami orang lain pada saat tertentu.”berempati iyalah
merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya, berada di
kapal yang sama serta merasakan perasaan yang sama dengan
cara yang sama.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif merupakan hubungan
dimana terdapat sikap mendukung (supportiveness). Suatu
konsep yang perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack
Gibb. Komunikasi yang terbuka serta empatik tidak dapat
berlangsung dalam suasana yang tidak mendukung. Kita dapat
memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap
a. deskriptif, bukan evaluatif
b. spontan, bukan strategic
c. provisional, bukan sangat yakin.
4. Sikap positif (positiveness)
Kita dapat mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi
interpersonal dengan dua cara:
a. menyatakan sikap positif secara secara positif dapat
mendorong orang yang menjadi teman kita berinteraksi.
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi interpersonal.
b. perasaan positif untuk situasi komunikasi ini pada
umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.
5. Kesetaraan (Equality)
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam
segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan ini, komunikasi
interpersonal ini akan lebih efektif bila suasananya setara. dalam
arti, harus adanya pengakuan secara diam-diam bahwa kedua
pihak sama-sama bernilai serta berharga, dan bahwa masing-
masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk dapat
disumbangkan.
14
F. Fungsi Komunikasi Gizi
Adapun fungsi komunikasi gizi antara lain :
1. Komunikasi Ahli Gizi sebagai Konsultan
Sebagai seorang ahli gizi yang bekerja dalam ranah klinis yaitu
sebagai konsultan, penting sekiranya mengetahui komunikasi
interpersonal yang baik agar dapat menggali data yang dibutuhkan
dan memberikan konsultasi yang mudah dipahami oleh pasien
sehingga hasil konsultasi dapat efektif dan mudah dilaksanakan.
Jenis komunikasi yang penting dilakukan oleh ahli gizi sebagai
konsultan adalah:
a. Komunikasi verbal dengan kata-kata
15
b. pengendalian berat badan/obesitas
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa
berkolaborasi dengan profesi lain, seperti ahli gizi. Setiap tenaga profesi
tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila
setiap profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja
sama akan dapat terjalin dengan baik.
Gizi Klinik adalah unit pelayanan kesehatan yang membantu
menangani permasalahan gizi pasien. Komunikasi Gizi Klinik
memberikan konsultasi, terapi dan edukasi tentang asupan gizi
seimbang guna meningkatkan kualitas hidup pasien baik rawat inap
maupun rawat jalan.
Komunikasi Gizi Masyarakat merupakan upaya untuk
meningkatkan status gizi pada masyarakat serta merupakan alat penting
yang dapat dijadikan sebagai media atau penghubung antara orang-
orang yang bergerak dalam bidang Gizi dan masyarakat untuk saling
bertukar informasi. Oleh karena itu komunikasi sangat penting untuk
merubah sikap atau prilaku masyarakat hidup sehat.
B. Saran
Semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca baik di masa yang sekarang maupun masa yang akan datang.
Penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam makalah ini, karena penulis pun masih dalam tahap
pembelajaran. Penulis memohon kritik dan saran kepada pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi. 2018. Buku Ajar Komunikasi Keperawatan. Bandung: The Sadari
Institute
18
19