Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“KOMUNIKASI PADA KELUARGA”

Dosen pengampu :
Vendi Kurniawan, S. Kep ,Ns , M. Kes

Oleh Kelompok 4 :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

POGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang hanya dengan rahmat serta
petunjuk-nya, kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “ KOMUNIKASI
PADA KELUARGA ” untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Dalam
keperawatan II.

Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kapada yang terhormat dosen Pengampu yang telah memberikan tugas dan
kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyusun makalah ini. Serta semua
pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta nasehat hingga
tersusunnya makalah ini hingga akhir.

Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman, kami sadar masih banyak kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang berkaitan
dengan penyusunan makalah ini akan kami terima dengan senang hati untuk
menyempurnakan penyusunan makalah tersebut.

Semoga makalah yang berjudul “KOMUNIKASI PADA KELUARGA” ini dapat


bermanfaat bagi semua pembaca.

Jombang, 12 Oktober 2021

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi.
Komunikasi merupakan jalan utama untuk mengekspresikan maksud dari pikiran
seseorang. Salah satu bentuk komunikasi ialah komunikasi terapeutik dalam
bidang kesehatan yang merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku
manusia masa lalu dan masa sekarang yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melaui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan timbal balik
melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan meningkatkan
kesehatan yang lebih baik.
Pada realita yang ada memang komunikasi menjadi bagian integral dari
kehidupan kita, tidak terkecuali perawat, yang tugas sehari-harinya selalu
berhubungan dengan orang lain. Entah itu dengan pasien, sesama teman, dengan
atasan, dokter dan sebagainya. Maka komunikasi sangatlah penting sebagai sarana
yang sangat efektif dalam memudahkan perawat melaksanakan peran dan
fungsinya dengan baik.
Selain berkomunikasi dengan pasien, perawat juga berkomunikasi dengan
anggota tim kesehatan lainnya. Sebagaimana kita ketahui tidak jarang pasien
selalu menuntut pelayanan perawatan yang lebih dan membutuhkan informasi
yang jelas. Namun yang tidak boleh dilupakan oleh perawat adalah melibatkan
keluarga terdekat dalam melakukan pengkajian sampai dengan menentukan
diagnosa yang sesuai. Tentunya yang demikian juga membutuhkan sarana
komunikasi yang efektif dan efisien mengingat bahwa keluarga akan sangat
berpengaruh dalam memberikan motivasi kesembuhan kepada pasien. Apabila
ada kesalahan komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien, maka tidak
menutup kemungkinan akan berpengaruh banyak terhadap segala macam
intervensi yang dilakukan oleh perawat.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik sebuah permasalahan yaitu:


1. Bagaimana komunikasi terapeutik antara perawat dengan keluarga klien?
2. Apa saja faktor yang menghambat komunikasi tersebut?
3. Bagaimana solusi yang efektif untuk mengurangi hambatan tersebut?
4. Apa saja manfaat dari komunikasi yang baik antara perawat dengaan keluarga
klien?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan tujuan
khusus yaitu:
1.3.1 Tujuan umum
Mengetahui maksud dari komunikasi terapeutik antara perawat dengan
keluarga klien serta memahami bagaimana prosedur komunikasi
terapeeutik tersebut.
1.3.2 Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan
pelajaran baru bagi seorang perawat agar tidak terjadi kesalahan dalam
melakukan komunikasi dengan keluarga klien guna meningkatkan standart
asuhan keperawatan yang ada.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi secara terminologi menurut para pakar komunikasi


mengacu pada aktivitas hubungan manusia yang biasa terjadi secara langsung
maupun tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari. Dibawah ini merupakan
beberapa pengertian komunikasi menurut para pakar komunikasi diantaranya:

a. Menurut Rogers & O. Lawrence Kincaid "Komunikasi merupakan suatu


interaksi dimana terdapat dua orang atau lebih yang sedang membangun
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lain yang pada
akhirnya akan tiba dimana mereka saling memahami dan mengerti".
(Hafid cangara, 2002: 19 )

b. Menurut Syaiful Bahri Jamarah, “komunikasi berlangsung apabila


orangorang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai sesuatu
yang dikomunikasikan. Komunikasi melibatkan sejumlah orang dimana
seseorang menyatakan sesuatu kepada orang lain”. (Syaiful Bahri
Jamarah, 2004 : 11)

c. Menurut Hafid Cangara, “komunikasi menekankan bahwa komunikator


atau sumber memberi respon secara timbal balik pada komunikator
lainnya. Proses komunikasi disini melingkar dengan adanya mekanisme
umpan balik yang saling mempengaruhi antara sumber dan penerima”.
( Hafid Cangara, 2002: 51)

Dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi


merupakan proses interaksi antara dua orang atau lebih serta beberapa unsur yang
terkait seperti sumber dan penerima untuk membangun sebuah kebersamaan,
mencapai tujuan bersama dan saling memahami satu sama lain.
2.2 Elemen – Elemen Dalam Komunikasi

Elemen-elemen dalam komunikasi menurut Potter & Perry (2005) meliputi :


2.2.1 Referen
Referen atau yang lebih dikenal dengan stimulus akan memotivasi
seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Referen ini dapat
berupa objek, pengalaman, emosi, ide atau tindakan.
2.2.2 Pengirim
Pengirim atau encoder adalah orang yang memprakarsai pesan atau
komunikasi interpersonal. Pengirim menempatkan referen pada suatu
bentuk yang dapat ditransmisikan dan melaksanakan tanggung jawab untuk
ketepatan isi dan nada emosional pesan tersebut.
2.2.3 Pesan
Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh
pengirim. Pesan yang paling efektif  harus jelas dan terorganisasi serta
diekspresikan dengan cara yang dikenal baik  oleh orang yang
menerimanya. Pesan mungkin terdiri dari simbol bahasa verbal dan non-
verbal. Sayangnya, tidak semua simbol (bahasa non-verbal) memiliki
makna yang universal.
2.2.4 Saluran
Pesan dikirim melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud
untuk membawa pesan, seperti melalui sarana visual, pendengaran dan
taktil. Ekspresi wajah pengirim secara visual menyampaikan pesan. Kata-
kata yang diucapkan tersampaikan melalui saluran pendengaran.
Meletakkan tangan pada individu pada waktu berkomunikasi menggunakan
saluran sentuhan. Semakin sering perawat melakukan sentuhan terhadap
klien maka semakin baik pemahaman klien terhadap perawat tersebut.
2.2.5 Penerima
Penerima juga disebut dengan decoder, adalah orang yang
menerima pesan yang dikirimkan. Supaya komunikasi dapat berjalan
dengan efektif, penerima harus merasa atau mewaspadai pesan tersebut.
Pesan dari pengirim kemudian bertindak sebagai salah satu penerima
referen dan mengharuskan penerima secara tepat membaca sandi dan
merespon pesan pengirim. Idealnya, keinginan pengirim diterima oleh
penerima. Semakin banyak kesamaan antara pengirim dan penerima, maka
semakin besar kemungkinan bahwa makna yang di sampaikan akan
tersampaikan.
2.2.6 Respon
Komunikasi adalah proses yang terus menerus. Penerima membalas
mengirimkan pesan kepada pengirim. Respon ini membantu untuk
mengungkapkan apakah makna dari pesan tersebut tersampaikan. Tujuan
dari komunikasi bukan hanya untuk meyakinkan bahwa pesan tersebut
telah diterima dengan akurat. Respon verbal dan non verbal dari penerima
mengirimkan respon kepada pengirim menunjukan pemahaman penerima
tentang pesan tersebut. Dalam hubungan komunikasi tersebut diperlukan
saling terbuka untuk menyampaikan suatu masalah agar hubungan perawat
dan klien menjadi lebih baik.

2.3 Klasifikasi Komunikasi


2.3.1 Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi interpersonal adalah proses melalui mana orang
menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab
secara timbal balik dalam menciptakan makna.
2.3.2 Komunikasi Interpersonal
Menurut Kathleen S. Verderber (dalam Budyatna & Ganiem,
2011:14) komunikasi interpersonal adalah proses melalui mana orang
menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab
secara timbal balik dalam menciptakan makna.
2.3.3 Komunikasi Kelompok
Menurut Walgito Komunikasi kelompok tediri dari dua kata
komunikasi dan kelompok, komunikasi dalam bahasa inggris Communication
berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang
berarti sama, yakni maksudnya menyamakan suatu makna. Sedangkan
kelompok (Hariadi, 2011) kelompok dapat dipandang dari segi presepsi,
motivasi, dan tujuan, interdependensi, dan juga dari segi interaksi. Berarti
komunikasi kelompok adalah menyamakan suatu makna didalam suatu
kelompok

2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi


Elemen-elemen dalam komunikasi menurut Potter & Perry (2005) meliputi :
2.4.1 Referen
Referen atau yang lebih dikenal dengan stimulus akan memotivasi
seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Referen ini dapat
berupa objek, pengalaman, emosi, ide atau tindakan.
2.4.2 Pengirim
Pengirim atau encoder adalah orang yang memprakarsai pesan atau
komunikasi interpersonal. Pengirim menempatkan referen pada suatu
bentuk yang dapat ditransmisikan dan melaksanakan tanggung jawab untuk
ketepatan isi dan nada emosional pesan tersebut.
2.4.3 Pesan
Pesan adalah informasi yang dikirimkan atau diekspresikan oleh
pengirim. Pesan yang paling efektif  harus jelas dan terorganisasi serta
diekspresikan dengan cara yang dikenal baik  oleh orang yang
menerimanya. Pesan mungkin terdiri dari simbol bahasa verbal dan non-
verbal.
2.4.4 Saluran
Pesan dikirim melalui saluran komunikasi. Saluran bermaksud
untuk membawa pesan, seperti melalui sarana visual, pendengaran dan
taktil. Ekspresi wajah pengirim secara visual menyampaikan pesan. Kata-
kata yang diucapkan tersampaikan melalui saluran pendengaran.
Meletakkan tangan pada individu pada waktu berkomunikasi menggunakan
saluran sentuhan. Semakin sering perawat melakukan sentuhan terhadap
klien maka semakin baik pemahaman klien terhadap perawat tersebut.
2.4.5 Penerima
Penerima juga disebut dengan decoder, adalah orang yang
menerima pesan yang dikirimkan. Supaya komunikasi dapat berjalan
dengan efektif, penerima harus merasa atau mewaspadai pesan tersebut.
Pesan dari pengirim kemudian bertindak sebagai salah satu penerima
referen dan mengharuskan penerima secara tepat membaca sandi dan
merespon pesan pengirim. Idealnya, keinginan pengirim diterima oleh
penerima. Semakin banyak kesamaan antara pengirim dan penerima, maka
semakin besar kemungkinan bahwa makna yang di sampaikan akan
tersampaikan.
2.4.6 Respon
Komunikasi adalah proses yang terus menerus. Penerima membalas
mengirimkan pesan kepada pengirim. Respon ini membantu untuk
mengungkapkan apakah makna dari pesan tersebut tersampaikan. Respon
verbal dan non verbal dari penerima mengirimkan respon kepada pengirim
menunjukan pemahaman penerima tentang pesan tersebut.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Konsep Keluarga


Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh
kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya
sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Status sehat atau sakit anggota
keluarga akan saling mempengaruhi keseluruhan keluarga dan interaksinya.
Karena itu, pengaruh status sehat atau sakit terhadap keluarga dan dampak
status sehat atau sakit keluarga saling terkait. Keluarga cenderung menjadi
pemicu masalah kesehatan anggotanya dan sekaligus menjadi pelaku dalam
menentukan masalah kesehatannya. Menurut Campbell (2000) cit Friedman
(2010), keluarga bepengaruh besar pada kesehatan fisik anggota keluarganya.
Selain itu keluarga cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan dan
proses terapi pada setiap tahapan sehat dan sakit anggota keluarga.
Keluarga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan/atau merawat anggota
keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan. Keluarga dapat melaksanakan tugas kesehatan
berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut (Friedman, 1998) :

1. Mengenal masalah
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
3.2 Fungsi komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien
a. Meningkatkan interaksi antara perawat, pasien, dan keluarga pasien.
b. Mengurangi keraguan dan kecemasan keluarga pasien terhadap kondisi
pasien, proses parawatan untuk pasien, proses rawat inap pasien (misal: di
unit perawatan intensif), dll.
c. Misalkan jika ada berita buruk seperti pasien meninggal atau Pada saat
awal diagnosis buruk, perawat secara aktif berpartisipasi dalam
memberikan informasi, mengklarifikasi informasi medis, dan
mendengarkan tanggapan pasien dan keluarga mereka mengevaluasi
pilihan pengobatan. Selama perawatan aktif seperti kemoterapi, perawat
merupakan kunci dalam mendengarkan kekhawatiran pasien dan gejala
dan pasien pembinaan untuk berbagi keprihatinan ini. Pada penyakit
kambuhan atau stadium akhir atau bagi mereka mendekati akhir hidup,
berkomunikasi tentang keputusan dari keprihatinan yang signifikan
sangat penting.
d. Dapat memberikan pendidikan atau ilmu tambahan kepada keluarga
tentang kesehatan.
e. Mendukung pasien untuk segera sembuh dari sakitnya.

3.3 Tahapan Komunikasi Terapeutik dengan Keluarga Pasien


Dalam komunikasi terapeutik terdapat beberapa tahapan menurut Nasir
A dkk (2011) yaitu:
3.3.1 Prainteraksi
Tahap ini disebut juga tahap apersepsi dimana perawat
menggali lebih dahulu kemampuan yang dimiliki sebelum
berhubungan dengan keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011). Proses ini
membantu menghindari terjadinya stereotip pada keluarga klien dan
membantu perawat untuk berpikir mengenai nilai atau perasaan
pribadi (Potter & Perry, 2005).
3.3.2 Orientasi
Pada tahap orientasi perawat menggali keluhan-keluhan yang
dirasakan oleh keluarga pasien dan memvalidasinya.  Sehingga
perawat dituntut memiliki keahlian yang tinggi dalam menstimulasi
keluarga pasien agar mampu mengungkapkan keluhan yang dirasakan
secara lengkap dan sistematis serta objektif (Nasir A dkk, 2011).
3.3.3 Kerja
Pada tahap ini,  perawat berupaya untuk mencapai tujuan
selama fase orientasi. Perawat dan keluarga pasien bekerja bersama.
Hubungan berkembang dan menjadi lebih fleksibel ketika keluarga
pasien dan perawat memiliki keinginan untuk berbagi perasaan dan
mendiskusikan masalah. Jika fase bekerja berhasil, keluarga pasien
dapat bertindak berdasarkan ide dan perasaan (Potter & Perry,
2005).  Pada tahap ini pula perawat berperan untuk mengatasi
kecemasan keluarga pasien (Nasir A dkk, 2011).
3.3.4 Terminasi
Selama fase orientasi, perawat mengatakan pada keluarga klien
kapan ia memperkirakan berakhirnya hubungan. Ketika pemutusan
terjadi, keluarga pasien tidak seharusnya terkejut. Dengan tetap
memperhitungkan keberhasilan hubungan, keluarga pasien harus siap
untuk berfungsi secara efektif tanpa dukungan perawat (Potter &
Perry, 2005).

3.4 Penerapan komunikasi terapeutik pada keluarga pasien

Dalam perawatan pasien di rumah sakit tidak hanya terbentuk


hubungan antara perawat dengan pasien saja tetapi juga terdapat hubungan
antara perawat dengan keluarga pasien karena keluarga juga berperan dalam
pemulihan kondisi pasien. Dengan demikian maka perlu adanya komunikasi
yang baik antara perawat dengan keluarga pasien yang berhubungan dengan
kondisi pasien.

Banyak jenis kondisi yang dialami pasien dan untuk menyelesaikan


kondisi tersebut sangat diperlukan adanya komunikasi antara perawat, pasien
dan keluarga pasien. Disini kami berikan dua contoh kondisi yaitu untuk
pasien jiwa dan pasien end-of-life. Berikut adalah penjelasannya :

1. Pasien jiwa

Berikut ini adalah penjelasan tentang prinsip dan teknik komunikasi


pada saat perawat melakukan interaksi dengan keluarga. Interaksi dengan
keluarga atau pemberian pendidikan kesehatan kepada keluarga juga
dilakukan secara bertahap, meliputi tahap :

a. Permulaan hubungan perawat dengan keluarga


b. Pendidikan kesehatan tentang keterampilan keluarga dalam merawat
pasien
c. Penerapan cara merawat pasien
d. Peran keluarga merawat pasien di rumah – masyarakat (follow up care)

Uraian tentang tahap atau langkah – langkah pendidikan kesehatan


keluarga sebagai berikut :

a. Permulaan hubungan perawat - keluarga dirumah


Interaksi perawat – keluarga dimulai dengan perkenalan, membina
hubungan saling percaya, dan dilanjutkan dengan pengkajian pengalaman
keluarga dalam merawat pasien sehingga dapat ditetapkan pendidikan
kesehatan keluarga.
b. Keterampilan keluarga merawat pasien
Pada tahap ini pertemuan dilaksanakan dengan metode ceramah,
tanya jawab, simulasi tentang cara merawat anggota keluarga yang sakit.
c. Penerapan cara merawat pasien
Pada pertemuan ini dilaksanakan dengan melibatkan keluarga
tentang cara merawat pasien dirumah. Metode yang paling banyak
digunakan adalah demonstrasi dan redemonstrasi.
d. Peran keluarga merawat pasien di rumah – masyarakat (follow up care)
Jika pasien dan keluarga telah memiliki kemampuan merawat
pasien secara mandiri maka perlu dibuat jadwal kunjungan rumah secara
periodik. Misalnya setiap bulan untuk mengevaluasi kondisi dan
kemampuan pasien serta keluarga.

2. Pasien end-of-life
a. Persiapan diskusi
 Persiapan awal:
 Pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakitnya
 Tujuan diskusi
 Perencanaan waktu, lokasi dan setting:
 Memberikan bimbingan kepada pasien/keluarga tentang
penyakit pasien sedini mungkin
 Ruangan yang pribadi dan tenang
 Orang-orang yang hadir:
 Keluarga, teman, staf, interpreter

Sangat penting mengadakan persiapan awal dalam diskusi dan


sangat penting juga memberikan bimbingan kepada pasien/keluarga
tentang penyakit pasien sedini mungkin karena hal tersebut dapat
membangun hubungan saling percaya antara perawat dan
pasien/keluarga, dan memberikan waktu kepada pasien untuk
mempertimbangkan kebutuhan dan nilai mereka.
Memahami pasien dan keluarga dengan cara mempunyai
informasi tentang proses penyakitnya. Pasien mungkin mempunyai
banyak pertanyaan mengenai terapi dan prognosis penyakitnya, maka
dari itu perawat harus mempunyai banyak informasi tentang hal
tersebut.
Memikirkan tindak lanjut penanganan dalam diskusi tersebut,
apakah dalam diskusi tersebut menghasilkan keputusan dari
pasien/keluarga untuk tindak lanjut perawatannya ataukah kita sebagai
perawat hanya menyampaikan berbagai informasi mengenai penyakit
pasien sehingga pasien/keluarga berpikir dahulu dan belum
memutuskan sesuatu.

b. Diskusi
 Memperoleh pemahaman dan nilai pasien/keluarga
 Menggunakan bahasa yang dimengerti pasien/keluarga
 Menyelaraskan sudut pandang antara perawat dengan pasien/keluarga
 Melakukan pengulangan untuk menunjukkan bahwa kita (perawat)
mendengarkan apa yang telah disampaikan oleh pasien/keluarga
 Memahami emosi serta kesulitan pasien/keluarga
 Melakukan feedback untuk menunjukkan empati
 Bertoleransi

Diskusi dalam tahap ini bertujuan untuk menyelaraskan sudut


pandang antara perawat dengan pasien/keluarga. Jika terdapat perbedaan
antara pasien/keluarga dengan perawat, maka diskusi ditujukan untuk
berbagi pemahaman. Dengan menanyakan pengalaman masa lalu
merupakan cara yang baik untuk memulai sebuah komunikasi.

c. Akhir diskusi
 Tercapai pemahaman umum
 Jangan meninggalkan pasien/keluarga ketika merasa sepi
 Menanyakan kepada pasien/keluarga jika pasien/keluarga tersebut ada
yang ingin ditanyakan
 Rencana tindak lanjut:
 Kapan Anda akan bertemu lagi?
 Bagaimana menghubungi Anda?

Memikirkan bagaimana untuk mengakhiri diskusi sehingga


dapat mencapai pemahaman umum merupakan hal yang penting dalam
berdiskusi antara perawat dengan pasien/keluarga. Selain itu, hal yang
penting lainnya adalah menanyakan kepada pasien/keluarga apakah
ada pertanyaan yang ingin ditanyakan dan mengembangkan rencana
untuk tindak lanjut (kapan dan bagaimana jika akan bertemu kembali
ketika ada hal yang ingin didiskusikan lagi).

Dalam hal berkomunikasi dengan keluarga pasien pada pasien


yang sedang mengalami penarikan dukungan kehidupan dalam
kaitannya dengan end of life pasien, maka komunikasi dengan
keluarga pasien adalah fokus pada apa yang menjadi keinginan pasien
bukan apa yang diinginkan keluarga untuk pasien sehingga kebutuhan
pasien dapat terpenuhi secara tepat.

3.5 Tips untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien


Ada beberapa tips untuk berkomunikasi dengan keluarga pasien. Tips-tips
tersebut antara lain :
a. Luangkan waktu anda
b. Jelaskan segala sesuatunya dengan jelas dan gunakan bahasa yang mudah
dimengerti
c. Minta keluarga pasien untuk mengulang informasi dan instruksi yang
telah kita berikan kepada mereka dengan menggunakan bahasa mereka
sendiri. Jika mereka tidak mengerti, temukan cara lain untuk menjelaskan
informasi dan instruksi sampai mereka memahami apa yang kita
sampaikan.
d. Bila perlu gunakan jasa penerjemah bahasa jika kita tidak mengerti bahasa
yang diucapkan keluarga pasien dan bahasa utama mereka bukan bahasa
inggris (tidak mengerti bahasa inggris).
e. Gunakan batasan ketika berkomunikasi (berdiskusi) dengan keluarga
pasien dengan menggunakan Ask Me Three TM , antara lain :
1. Apa masalah utama saya?
2. Apa yang harus saya lakukan?
3. Mengapa penting bagi saya untuk melakukan ini?

3.6 Kapan saja perawat berkomunikasi dengan keluarga pasien (menurut


HIPAA)

Jika pasien ada dan memiliki kapasitas untuk membuat keputusan


perawatan kesehatan, penyedia perawatan kesehatan dapat mendiskusikan
informasi kesehatan pasien dengan anggota keluarga, teman, atau orang lain
jika pasien setuju atau, ketika diberi kesempatan, tidak keberatan. Sebagai
contohnya, Seorang perawat dapat mendiskusikan status kesehatan pasien
dengan saudara pasien jika dia memberitahu pasien dia akan melakukannya
dan pasien tidak keberatan. Namun seorang perawat tidak dapat
mendiskusikan kondisi pasien dengan saudara pasien jika pasien telah
menyatakan dia tidak ingin keluarganya tahu tentang kondisinya.
Jika pasien tidak hadir atau tidak mampu, penyedia perawatan
kesehatan dapat berbagi informasi pasien dengan keluarga, teman, atau orang
lain selama menentukan penyedia layanan kesehatan, berdasarkan penilaian
profesional, bahwa itu adalah demi kepentingan terbaik pasien.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
a. Tujuan dari komunikasi antara perawat dengan klien antara lain untuk
meningkatkan interaksi antara perawat, pasien, dan keluarga pasien,
mengurangi keraguan dan kecemasan keluarga pasien karena, dapat
memberikan pendidikan atau ilmu tambahan kepada keluarga tentang
kesehatan, mendukung pasien untuk segera sembuh dari sakitnya.
b. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti ketika berkomunikasi
dengan keluarga pasien, dan minta keluarga pasien untuk mengulangi
informasi atau arahan yang kita berikan dengan menggunakan bahasa
mereka sendiri untuk mengetahui apakah keluarga pasien sudah
memahami apa yang kita katakan.
c. Informasi tentang kesehatan pasien dapat kita beritahukan kepada
keluarga pasien atau orang terdekat pasien dengan syarat pasien telah
menyetujui untuk memberitahukan kondisinya pada orang tersebut.

4.2 Saran
a. Sebaiknya makalah ini dijelaskan dengan lebih detail sehingga pembaca
bisa lebih mudah untuk memahami materi.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai