Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PASIEN DI RUANG BEDAH

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. CHICHA MAYONI LOVENDA (211211777)


2. REBI NUR HAQQI (211211811)
3. SELVIA LOVITA SARI (211211816)
4. VIONY BERLIANA (211211824)

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Mira Andika, S.Kep, M.kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG


2021-2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana atas
berkat,rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah yang berjudul
“MAKALAH KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA PASIEN DI RUANG
BEDAH ” untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Komunikasi Teraupetik .

Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Ns.Mira Andika, M.Kep selaku dosen mata kuliah Komunikasi Teraupetik yang
telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini. Selain itu tugas ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis. Penulis
menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kekurangan
yang disebabkan keterbatasab kemampuan, pengetahuan serta pengalaman penulis.
Namun demikian, makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-
pihak yang berkepentingan.

Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah ini, namun


penulis menyadari banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata Bahasa, untuk
itu penulis meminta kritik yang bersifat membangun.

Padang, 24 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………..……………….i

DAFTAR ISI…………………………….…………………………………...…..ii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………..……………....1

1.1 Latar Belakang………………………………………………….………....1


1.2 Rumusan Masalah….…………………………..……………...……….….1
1.3 Tujuan…………………………………….……………………………….2

BAB II PEMBAHASAN…………….........….…….……………….………........3

A. Pengertian dan Jenis Komunikasi……...……………….………………….3


B. Komponen Komunikasi……………….………………..…………………4
C. Fase Hubungan Komunikasi Teraupetik
D. Sikap Komunukasi ………………………………………………..………3
E. Teknik Komunikasi Terapeutik…………………………………………..10
F. Hambatan Dalam Berkomunikasi…………………………………..…….12
G. Tolak Ukur Keberhasillan Komunikasi………………………………….13

H. Tinjauan Kecemasan……………………………………………………..14
I. Penyebab Kecemasan…………………………………………………….14

J. Landasan Teoritis Keperawatan Perioperatif………………………….…18

BAB III SKENARIO……………..……………………………………..…..…..25

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………...30

A. Kesimpulan……………………………………………………………....30
B. Saran……………………………………………………………………..30

DAFTAR

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam


hubunganantar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih
bermakna karenamerupakan metode utama dalam mengimplementasikan
proses keperawatan.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus
dankepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat
memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup
keterampilan intelektual,tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku “caring” atau kasih sayang/cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi
dengan orang lain.
Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak
sajaakan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinyamasalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan danmeningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit
(Achir Yani), tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk
memberikan pertolongan terhadapsesama manusia.
Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi termasuk.
Konsep Komunikasi Terapeutik pada Keadaan Pre dan Post Operasi” untuk
praktek keperawatan, sikap dan teknik serta dimensi hubungan dari komunikasi
terapeutik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi?
2. Bagaimana teknik komunikasi terapeutik?
3. Apa saja yang termasuk fase-fase komunikasi terapeutik?
4. Bagaimana sikap komunikasi terapeutik yang baik?
5. Bagaimana cara berkomunikasi dengan klien pre dan post operatif?

1
1.3 TUJUAN MASALAH
Tujuan dari pembuatan makalah yang berjudul “Komunikasi Terapeutik
pada Pasien di Ruang Bedah” yaitu :
1. Mengetahui pengertian komunikasi
2. Memahami teknik komunikasi terapeutik
3. Mengetahui fase-fase terapeutik
4. Mengetahui sikap komunikasi terapeutik
5. Mengetahui cara berkomunikasi dengan pasien di ruang bedah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Jenis Komunikasi

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku


danmemungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia
sekitarnya.Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan
yaituintrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada
komunikasi interpersonal yang terapeutik.Komunikasi interpersonal adalah
interaksi yang terjadi antara sedikitnya duaorang atau dalam kelompok kecil,
terutama dalam keperawatan. Komunikasiinterpersonal yang sehat memungkinkan
penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan
personal.Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984)
danTappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal
yangdimanifestasikan secara terapeutik.

2.2 Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong


proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian lain mengatakan
bahwakomunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai
pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
pada klien. Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik
tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang
mendasar dari komunikasi ini adalah adanya rasa saling membutuhkan antara
perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di
antara perawat dan klien, perawat membantu dan klien menerima bantuan. Menurut
Stuart dan Sundeen (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik diarahkan
pada pertumbuhan klien meliputi :

a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri.


b. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling
tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.

3
d. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta
mencapai tujuan personal yang realistik.

2.2.1 Komponen Komunikasi Terapeutik

Model struktural dari komunikasi mengidentifikasi lima komponen


fungsional berikut (Hamid,1998):

a) Pengirim : yang menjadi asal dari pesan.


b) Pesan : suatu unit informasi yang dipindahkan dari pengirim
kepada penerima.
c) Penerima : yang mempersepsikan pesan, yang perilakunya dipengaruhi
oleh pesan.
d) Umpan balik : respon dari penerima pesan kepada pengirim pesan.
e) Konteks tatanan di mana komunikasi terjadi.

Jika perawat mengevaluasi proses komunikasi dengan menggunakan lima


elemen struktur ini maka masalah-masalah yang spesifik atau kesalahan yang
potensial dapat diidentifikasi. Menurut Roger, terdapat beberapa karakteristik dari
seorang perawat yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik.

Karakteristik tersebut antara lain :

a. Kejujuran (Trustworthy)
Kejujuran merupakan modal utama agar dapat melakukan
komunikasi yang bernilai terapeutik, tanpa kejujuran mustahil dapat
membina hubungan saling percaya.Klien hanya akan terbuka dan jujur pula
dalam memberikan informasi yang benar hanya bila yakin bahwa perawat
dapat dipercaya.
b. Tidak Membingungkan dan Cukup Ekspresif
Dalam berkomunikasi hendaknya perawat menggunakan kata-kata
yang mudah dimengerti oleh klien. Komunikasi nonverbal harus
mendukung komunikasi verbal yang disampaikan. Ketidaksesuaian dapat
menyebabkan klien menjadi bingung.
c. Bersikap Positif

4
Bersikap positif dapat ditunjukkan dengan sikap yang hangat, penuh
perhatiandan penghargaan terhadap klien. Roger menyatakan inti dari
hubungan terapeutik adalahkehangatan, ketulusan, pemahaman yang empati
dan sikap positif.
d. Empati Bukan Simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan karena
dengan sikapini perawat akan mampu merasakan dan memikirkan
permasalahan klien seperti yangdirasakan dan dipikirkan oleh klien.
Dengan empati seorang perawat dapat memberikanalternatif pemecahan
masalah bagi klien karena meskipun dia turut merasakan permasalahan yang
dirasakan kliennya, tetapi tidak larut dalam masalah tersebutsehingga
perawat dapat memikirkan masalah yang dihadapi klien secara objektif.
Sikapsimpati membuat perawat tidak mampu melihat permasalahan secara
objektif karena diaterlibat secara emosional dan terlarut didalamnya.
e. Mampu Melihat Permasalah Klien dari Kacamata Klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus berorientasi
pada klien(Taylor dkk, 1997) dalam Suryani 2005. Untuk itu agar dapat
membantu memecahkan masalah klien perawat harus memandang
permasalahan tersebut dari sudut pandang klien. Untuk itu perawat harus
menggunakan teknik active listening dan kesabarandalam mendengarkan
ungkapan klien. Jika perawat menyimpulkan secara tergesa-gesa dengan
tidak menyimak secara keseluruhan ungkapan klien akibatnya dapat fatal
karenadapat saja diagnosa yang dirumuskan perawat tidak sesuai dengan
masalah klien danakibatnya tindakan yang diberikan dapat tidak membantu
bahkan merusak klien.
f. Menerima Klien Apa Adanya
Jika seseorang diterima dengan tulus, seseorang akan merasa
nyaman dan amandalam menjalin hubungan intim terapeutik. Memberikan
penilaian atau mengkritik klien berdasarkan nilai-nilai yang diyakini
perawat menunjukkan bahwa perawat tidakmenerima klien apa adanya.
g. Sensitif Terhadap Perasaan Klien

5
Tanpa kemampuan ini hubungan yang terapeutik sulit terjalin
dengan baik,karena jika tidak sensitif perawat dapat saja melakukan
pelanggaran batas, privasi danmenyinggung perasaan klien.
h. Tidak Mudah Terpengaruh oleh Masa Lalu Klien ataupun Diri Perawat
Sendiri.
Seseorang yang selalu menyesali tentang apa yang telah terjadi pada
masalalunya tidak akan mampu berbuat yang terbaik hari ini. Sangat sulit
bagi perawat untuk membantu klien, jika ia sendiri memiliki segudang
masalah dan ketidakpuasan dalam hidupnya.

2.3 Fase Hubungan Komunikasi Terapeutik

Struktur dalam komunikasi terapeutik menurut Stuart G.W.,1998, terdiri


dariempat fase yaitu :

1. Fase Preinteraksi
Tahap ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan
klien.Tugas perawat pada fase ini yaitu :
a) Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya.
b) Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri, dengan analisa diri
ia akan terlatih untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai
terapeutik bagi klien, jika merasa tidak siap maka perlu belajar
kembali, diskusi teman kelompok.
c) Mengumpulkan data tentang klien sebagai dasar dalam
membuat rencana interaksi.
d) Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan di
implementasikan saat bertemu dengan klien.
2. Fase Orientasi
Fase ini dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Pada
saat pertama kali bertemu dengan klien fase ini digunakan perawat
untuk berkenalan dengan kliendan merupakan langkah awal dalam
membina hubungan saling percaya. Tugas utama perawat pada tahap ini
adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukkan

6
penerimaan serta membantu klien dalam mengekspresikan perasaan dan
pikirannya. Tugas-tugas perawat pada tahap ini antara lain :
a) Membina hubungan saling percaya, menunjukkan sikap
penerimaan dan komunikasiterbuka. Untuk membina hubungan
saling percaya perawat harus bersikap terbuka, jujur,ikhlas,
menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai
klien.
b) Merumuskan kontrak bersama klien. Kontrak penting untuk
menjaga kelangsungan sebuah interaksi. Kontrak yang harus
disetujui bersama dengan klien yaitu tempat,waktu dan topik
pertemuan.
c) Menggali perasaan dan pikiran serta mengidentifikasi masalah
klien. Untukmendorong klien mengekspresikan perasaannya,
maka teknik yang digunakan adalah pertanyaan terbuka.
d) Merumuskan tujuan dengan klien. Tujuan dirumuskan setelah
masalah klienteridentifikasi. Bila tahap ini gagal dicapai akan
menimbulkan kegagalan padakeseluruhan interaksi
(Stuart,G.W,1998 dikutip dari Suryani,2005). Hal yang
perludiperhatikan pada fase ini antara lain :i. Memberikan salam
terapeutik disertai mengulurkan tangan jabatantangan.ii.
Memperkenalkan diri perawat.iii. Menyepakati kontrak.
Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan klienuntuk
berkomunikasi, topik, tempat, dan lamanya pertemuan.iv.
Melengkapi kontrak. Pada pertemuan pertama perawat
perlumelengkapi penjelasan tentang identitas serta tujuan
interaksi agar klien percaya kepada perawat.v. Evaluasi dan
validasi. Berisikan pengkajian keluhan utama, alasanatau
kejadian yang membuat klien meminta bantuan. Evaluasi ini
juga digunakan untukmendapatkan fokus pengkajian lebih
lanjut, kemudian dilanjutkan dengan hal-hal yangterkait dengan
keluhan utama. Pada pertemuan lanjutan evaluasi atau validasi
digunakanuntuk mengetahui kondisi dan kemajuan klien hasil

7
interaksi sebelumnya.vi. Menyepakati masalah. Dengan teknik
memfokuskan perawat bersamaklien mengidentifikasi masalah
dan kebutuhan klien.Selanjutnya setiap awal pertemuan lanjutan
dengan klien lakukan orientasi. Tujuanorientasi adalah
memvalidasi keakuratan data, rencana yang telah dibuat
dengankeadaan klien saat ini dan mengevaluasi tindakan
pertemuan sebelumnya.

3. Fase Kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Tahap ini perawat bersama klien mengatasi masalah yang
dihadapi klien. Perawat dan klienmengeksplorasi stressor dan
mendorong perkembangan kesadaran diri denganmenghubungkan
persepsi, perasaan dan perilaku klien. Tahap ini berkaitan dengan
pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan. Teknik komunikasi
terapeutik yangsering digunakan perawat antara lain mengeksplorasi,
mendengarkan dengan aktif,refleksi, berbagai persepsi, memfokuskan
dan menyimpulkan (Geldard, D, 1996. dikutipdari Suryani, 2005).
4. Fase Terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan
saling percayasudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Perawat
dan klien keduanya merasakehilangan. Terminasi dapat terjadi pada saat
perawat mengakhiri tugas pada unittertentu atau saat klien akan pulang.
Perawat dan klien Bersama-sama meninjaukembali proses keperawatan
yang telah dilalui dan pencapaian tujuan. Untuk melalui fase ini dengan
sukses dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep
kehilangan.Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat, yang
dibagi dua yaitu:
a) Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan
b) Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses
keperawatan secara menyeluruh.

Tugas perawat pada fase ini adalah :

8
a) Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan.
Evaluasi ini disebutevaluasi objektif. Brammer & Mc Donald
(1996) menyatakan bahwa meminta klienmenyimpulkan
tentang apa yang telah didiskusikan atau respon objektif setelah
tindakandilakukan sangat berguna pada tahap terminasi
(Suryani, 2005).
b) Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan
perasaan klien setalah berinteraksi atau setelah melakukan
tindakan tertentu.
c) Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah
dilakukan. Hal ini seringdisebut pekerjaan rumah (planning
klien). Tindak lanjut yang diberikan harus relevandengan
interaksi yang baru dilakukan atau yang akan dilakukan pada
pertemuan berikutnya. Dengan tindak lanjut klien tidak akan
pernah kosong menerima proseskeperawatan dalam 24 jam.d)
Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang
perlu disepakati yaitutopik, waktu dan tempat pertemuan.
Perbedaan antara terminasi sementara dan terminasiakhir adalah
bahwa pada terminasi akhir yaitu mencakup keseluruhan hasil
yang telahdicapai selama interaksi.

2.4 Sikap Komunikasi

Terapeutik Lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang
dapat memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu :

1. Berhadapan. Arti dari posisi ini adalah “Saya siap untuk anda”.
2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargaiklien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukkan keinginan untuk
mengatakan ataumendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan
menunjukkanketerbukaan untuk berkomunikasi.

9
5. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasidalam memberi respon kepada klien. Selain hal-hal di atas sikap
terapeutik juga dapatteridentifikasi melalui perilaku non verbal.

Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan ada lima kategori komunikasi non
verbal,yaitu :

1. Isyarat vokal , yaitu isyarat paralingustik termasuk semua kualitas bicara


non verbalmisalnya tekanan suara, kualitas suara, tertawa, irama dan
kecepatan bicara.
2. Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh termasuk ekspresi wajah dan
sikap tubuh.
3. Isyarat obyek, yaitu obyek yang digunakan secara sengaja atau tidak
sengaja olehseseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.
4. Ruang, memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang.
Hal inididasarkan pada norma-norma social budaya yang dimiliki.
5. Sentuhan, yaitu fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non
verbal yang paling personal. Respon seseorang terhadap tindakan ini sangat
dipengaruhi oleh tatanandan latar belakang budaya, jenis hubungan, jenis
kelamin, usia dan harapan.

2.5 Teknik Komunikasi Terapeutik


Ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi yang efektif (Stuart dan
Sundeen,1998) yaitu :
1. Semua komunikasi harus ditujukan untuk menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih
dahulusebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.Hubungan
kerjasama Perawat – Klien yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan,
pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yangterapeutik.
Jarak yang baik untuk komunikasi terapeutik adalah 50-120 cm,
tidakdibatasi oleh meja.Stuart dan Sundeen, (1998) mengidentifikasi teknik
komunikasi terapeutiksebagai berikut :
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian

10
Dalam hal ini perawat berusaha mengerti klien dengan cara
mendengarkan apayang disampaikan klien. Mendengar merupakan
dasar utama dalam komunikasi. Denganmendengar perawat mengetahui
perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak padaklien untuk
berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui, menerima berarti bersedia
untukmendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau
ketidaksetujuan.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang
spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh klien.
4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Melalui pengulangan kembali kata klien, perawat memberikan
umpan balik bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap
komunikasi dilanjutkan.
5. Mengklasifikasi
Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam
kata-kata ideatau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
6. Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga
percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti.
7. Menyatakan hasil observasi
Dalam hal ini perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh
isyarat nonverbal klien.
8. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan tindakan penyuluhan
kesehatanuntuk klien yang bertujuan memfasilitasi klien untuk
mengambil keputusan
9. Diam

11
Diam akan memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk
mengorganisir. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi
dengan dirinya sendiri,mengorganisir pikiran dan memproses informasi.
10. Meringkas
Meringkas pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan
secara singkat.
11. Memberi penghargaan
Penghargaan janganlah sampai menjadi beban untuk klien dalam arti
jangansampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi
untuk mendapatkan pujiandan persetujuan atas perbuatannya.
12. Memberi kesempatan klien untuk memulai pembicaraan
Memberi kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih
topik pembicaraan.
13. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengarahkan hampirseluruh pembicaraan.
14. Menempatkan kejadian secara berurutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu perawat dan
klien untukmelihatnya dalam suatu perspektif.
15. Memberikan kesempatan klien untuk menguraikan persepsinya.
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka perawat harus melihat
segalasesuatunya dari perspektif klien
16. Refleksi
Refleksi memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengemukakan danmenerima ide dan perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri.

2.6 Hambatan Dalam Berkomunikasi

1) Resisten

Resisten adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek


penyebabansietas yang dialaminya. Resisten sering merupakan akibat dari
ketidaksediaan klienuntuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah

12
dirasakan. Perilaku resisten biasanya diperlihatkan oleh klien selama fase kerja,
karena fase ini sangat banyak berisi proses penyelesaian masalah

2) Transferens

Transferens adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan


dan sikapterhadap perawat yang pada dasarnya terkait dengan tokoh dalam
kehidupannya di masalalu. Sifat yang paling menonjol adalah ketidaktepatan
respon klien dalam intensitas dan penggunaan mekanisme pertahanan
pengisaran (displacement) yang maladaptif. Adadua jenis utama reaksi
bermusuhan dan tergantung.

3) Kontertransferens

Yaitu kebuntuan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan oleh


klien.Kontertransferens merujuk pada respon emosional spesifik oleh perawat
terhadap klienyang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik
atau ketidaktepatandalam intensitas emosi. Reaksi ini biasanya berbentuk salah
satu dari tiga jenis reaksisangat mencintai, reaksi sangat bermusuhan atau
membenci dan reaksi sangat cemassering kali digunakan sebagai respon
terhadap resisten klien.Untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik,
perawat harus siap untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat
dalam konteks hubungan perawat- klien (Hamid, 1998). Awalnya, perawat harus
mempunyai pengetahuan tentanghambatan komunikasi terapeutik dan
mengenali perilaku yang menunjukkan adanya hambatan tersebut. Latar
belakang perilaku digali baik klien atau perawat bertanggung jawab terhadap
hambatan terapeutik dan dampak negative pada proses terapeutik.

2.7 Tolak Ukur Keberhasillan Komunikasi

1) Kepercayaan penerima pasien


2) Daya tarik pesan dan kesesuaian kebutuhan
3) Pemahaman yang sama
4) Kemampuan komunikan menafsirkan pesan
5) Setting komunikasi yang kondusif

13
6) Metode dan media penyampaian yang sesuai
2.8 Tinjauan Kecemasan
2.8.1 Pengertian
Kecemasan (anxietas) merupakan respon individu terhadap suatu
keadaan yangtidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk
hidup dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan operasi atau pembedahan
merupakan pengalaman yang sulit bagi hampirsemua pasien. Berbagai
kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan pasien.
Maka tak heran jika sering kali pasien dan keluarganya menunjukkan
sikap yangagak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam
prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap
keselamatan jiwa akibat prosedur pembedahan dan pembiusan.
2.8.2 Penyebab Kecemasan
1. Faktor Predisposisia
a) Teori Psikoanalitik
Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen
yaitu id, ego, dansuper ego. Id melambangkan dorongan insting
dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma - norma
budayaseseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai
mediator antara tuntutan dari id dansuper ego. Kecemasan
merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya
yang perlu diatasi.
b) Teori Interpersonal
Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal,
hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa
pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang
menyebabkan seseorang menjadi tidak berhahaya. Individu
yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah
untuk mengalami kecemasan.

14
c) Teori Perilaku
Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan para ahli perilakumenganggap kecemasan
merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
dorongan, keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini
meyakini bahwamanusia yang pada awal kehidupanya
dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan
kemungkinan kecemasan yang berat pada kehidupan yang berat
dan padakehidupan masa dewasanya.
d) Teori Biologis
Dari penyelidikan-penyelidikan telah dibuktikan bahwa
kemampuan untuk mengalami suatu emosi tidak hanya
tergantung dari kadar adrenalin yang meningkattetapi jenis
emosi yang dialami dan diperhatikan tergantung dari factor-
faktor danstimulus dalam lingkungan.
2. Faktor Presipitasia
a. Ancaman Integritas Diri
Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap
kebutuhan dasar. Halini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal meliputi infeksi virusdan bakteri, polusi
lingkungan, sampah. rumah dan makanan juga pakaian dan
traumafisik. Faktor internal meliputi kegagalan mekanisme
fisiologi seperti sistem kekebalan, pengaturan suhu dan jantung,
serta perubahan biologis. b Ancaman Sistem DiriMeliputi ancaman
terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan
interpersonal,kehilangan serta perubahan status atau peran. Faktor
eksternal yang mempengaruhiharga diri adalah kehilangan,
dilematik, tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya

3. Karakteristik Tingkat Kecemasan

15
• Kecemasan Ringan·
- Fisik : Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gejala
ringan berkeringat
- Kognitif : Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang
kompleks,konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah aktual.·
- Perilaku dan emosi : Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus
padatangan, suara kadang-kadang meninggi.
• Kecemasan Sedang·
- Fisik : Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah
meningkat, mulutkering, anoreksia, diare atau kontipasi, dan gelisah.·
- Kognitif : Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima
rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.·
- Perilaku dan emosi : Gerakan tersentak - sentak, meremas tangan,
bicara lebih banyak dan cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman
• Kecemasan Berat·
- Fisik : Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat
dan sakitkepala, penglihatan kabur dan ketegangan.·
- Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu
menyelesaikan masalah.·
- Perilaku dan emosi : Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.D.
- Panik· Fisik : Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi sakit dada,
pucat, hipotensi,koordinasi motorik rendah.·
• Panik
- Kognitif : Lapang persepsi sangat menyempit tidak dapat berpikir
logis.·
- Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, marah ketakutan, berteriak,
blocking,kehilangan kontrol diri, persepsi datar.
4. Ukuran Skala Kecemasan
Ukuran skala kecemasan rentang respon kecemasan dapat
ditentukan dengan gejala yang ada dengan menggunakan Hamilton
anxietas rating scale (Stuart &Sundeen, 1991) dengan skala HARS
terdiri dari 14 Komponen yaitu :

16
a) Perasaan cemas meliputi takut, mudah tersinggung dan firasat
buruk.
b) Ketegangan meliputi lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah,
mudah terkejut danmudah menangis.
c) Ketakutan meliputi akan gelap, ditinggal sendiri, orang asing,
binatang besar,keramaian lalu lintas, kerumunan orang banyak.
d) Gangguan tidur meliputi sukar tidur, terbangun malam hari,
tidak puas, bangun lesu,sering mimpi buruk dan mimpi
menakutkan.
e) Gangguan kecerdasan meliputi daya ingat buruk.
f) Perasaan depresi meliputi kehilangan minat , sedih, bangun dini
hari, berkurangnyakesenangan pada hobi, perasaan berubah-
ubah sepanjang hari.
g) Gejala somatic meliputi nyeri otot kaki, kedutan otot, gigi
gemertak, suara tidak stabil.
h) Gejala sensorik meliputi tinnitus, penglihatan kabur, muka
merah dan pucat, merasalemas, perasaan di tusuk- tusuk.
i) Gejala kardiovakuler meliputi tachicardi , berdebar- debar,
nyeri dada, denyut nadimengeras, rasa lemas seperti mau
pingsan, detak jantung hilang sekejap.
j) Gejala pernapasan meliputi rasa tertekan di dada, perasaan
tercekik, merasa napas pendek atau sesak, sering menarik napas
panjang.
k) Gejala saluran pencernaan makanan meliputi sulit menelan,
mual, muntah, eneg,konstipasi, perut melilit, defekasi lembek,
gangguan pemcernaan, nyeri lambungsebelum dan sesudah
makan, rasa panas di perut, berat badan menurun, perut terasa
panas atau kembung.
l) Gejala urogenital meliputi sering kencing, tidak dapat menahan
kencing.

17
m) Gejala vegetatif atau otonom meliputi mulut kering, muka
kering, mudah berkeringat,sering pusing atau sakit kepala, bulu
roma berdiri.
n) Perilaku sewaktu wawancara meliputi gelisah, tidak tenang, jari
gemetar,mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot
meningkat, napas pendek dancepat, muka merah.
2.9 Landasan Teoritis Keperawatan Perioperatif
1. Definisi Keperawatan
Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkankeragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien.Kata perioperatif adalah gabungan dari
tiga fase pengalaman pembedahan yaitu : preoperatif, intra operatif dan post
operatif.
2. Etiologi
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat
apendiks yang inflamasic.
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipekd. Rekonstruktif
atau Kosmetik, seperti perbaikan wajahe.
d. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, contohketika selang gastrostomi dipasang untuk
mengkompensasi terhadap kemampuan untukmenelan makanan.
3. Tahap dalam Keperawatan Perioperatif
a. Fase Pre operatif
Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yangdimulai ketika pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasiendipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan.Pada fase ini lingkup aktivitas
keperawatan selama waktu tersebut dapatmencakup penetapan
pengkajian dasar pasien di tatanan klinik ataupun rumah,wawancara pre

18
operatif dan menyiapkan pasien untuk anasthesi yang diberikan
padasaat pembedahan.Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2
bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik pasien maupun keluarga
dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
• Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi
emosinya tidakstabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan
perasaan sakit, narcosa atau hasilnyadan keadaan sosial ekonomi
dari keluarga. Maka hal ini dapat diatasi denganmemberikan
penyuluhan untuk mengurangi kecemasan pasien. Meliputi
penjelasan tentang peristiwa operasi, pemeriksaan sebelum operasi
(alasan persiapan), alat khususyang diperlukan, pengiriman ke ruang
bedah, ruang pemulihan, kemungkinan pengobatan-pengobatan
setelah operasi, bernafas dalam dan latihan batuk, latihan
kaki,mobilitas dan membantu kenyamanan.
• Persiapan Fisiologi,
meliputi :
- Diet (puasa) : pada operasi dengan anaesthesi umum, 8 jam menjelang
operasi pasientidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum operasi
pasien tidak diperbolehkan minum. Pada operasai dengan anaesthesi
lokal/spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan.Tujuannya
supaya tidak aspirasi pada saat pembedahan, mengotori meja operasi
danmengganggu jalannya operasi.
- Persiapan Perut : Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi
dilakukan pada bedahsaluran pencernaan atau pelvis daerah periferal.
Tujuannya mencegah cidera kolon,mencegah konstipasi dan mencegah
infeksi.
- Persiapan Kulit : Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut.
- Hasil Pemeriksaan : Hasil laboratorium, foto rontgen, ECG, USG dan
lain-lain.
- Persetujuan Operasi/Informed Consent : Izin tertulis dari
pasien/keluarga harustersedia.

19
b. Fase Intra operatif
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke
instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan.Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan IV cath, pemberian medikasi intravena, melakukan
pemantauan kondisi fisiologis menyeluruhsepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh :memberikan
dukungan psikologis selama induksi anestesi, bertindak sebagai
perawatscrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja
operasi dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan
tubuh.Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi yaitu
pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat akan
mempengaruhi rasa nyaman pasiendan keadaan psikologis pasien.
• Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi
pasien adalah :
- Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
- Umur dan ukuran tubuh pasien.
- Tipe anaesthesia yang digunakan.
- Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(arthritis).
• Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :
Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman dan sedapat mungkin
jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup
dengan duk.
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua
bagian.Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak
steril :
- Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten ahli
bedah, Scrub Nurse / Perawat Instrumen
- Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana
anaesthesi, perawatsirkulasi dan anggota lain (teknisi yang
mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).

20
c. Fase Post operatif
Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre
operatif danintra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang
pemulihan (recovery room)/pasca anaestesi dan berakhir sampai
evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinikatau di rumah.Pada fase ini
lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang aktivitas yangluas
selama periode ini.
Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anaestesi
danmemantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas
keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien
dan melakukan penyuluhan, perawatantindak lanjut dan rujukan yang
penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta pemulangan ke
rumah. Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah
:
• Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca
anaestesi (recoveryroom).
• Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus diantaranya
adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler dan pemajanan. Pasien
diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada posisi yang menyumbat
drain dan selang drainase. Selama perjalanan transportasi dari kamar
operasi ke ruang pemulihan pasien diselimuti, jaga keamanandan
kenyamanan pasien dengan diberikan pengikatan diatas lutut dan
siku serta side railharus dipasang untuk mencegah terjadi resiko
injury. Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat
sirkuler dan perawat anaestesi dengan koordinasi dari
dokteranaestesi yang bertanggung jawab.
• Perawatan post anaestesi di ruang pemulihan atau unit perawatan
pasca anaestesi.

Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat sementara


di ruang pulih sadar (recovery room : RR) atau unit perawatan pasca
anaestesi (PACU: postanaesthesia care unit) sampai kondisi pasien stabil,

21
tidak mengalami komplikasi operasidan memenuhi syarat untuk
dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal perawatan).

PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan ruang operasi. Hal


inidisebabkan untuk mempermudah akses bagi pasien untuk :

- Perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat


anaestesi)
- Ahli anaestesi dan ahli bedah
- Alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.
d. Klasifikasi Perawatan Perioperatif
Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahandapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
• Kedaruratan/Emergency : Pasien membutuhkan perhatian
segera, gangguan mungkinmengancam jiwa. Indikasi dilakukan
pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahanhebat,
obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak,
luka tembak atautusuk, luka bakar sangat luas.
• Urgen : Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan
dapat dilakukan dalam24-30 jam. Contoh : infeksi kandung
kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
• Diperlukan : Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan
dapat direncanakandalam beberapa minggu atau bulan. Contoh
: Hiperplasia prostat tanpa obstruksikandung kemih. Gangguan
tyroid, katarak.
• Elektif : Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi
pembedahan, bila tidakdilakukan pembedahan maka tidak
terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar,hernia
sederhana, perbaikan vaginal.
• Pilihan : Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan
sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan
pilihan pribadi dan biasanya terkait denganestetika. Contoh :
bedah kosmetik.

22
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi :

- Minor : Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko


kerusakan yangnminim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih,
sirkumsisi
- Mayor : Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat
serius. Contoh :Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain-
lain.
e. Komplikasi Post Operatif dan Penatalaksanaanyaa.
• Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok
hipovolemik. Tanda-tanda syok adalah : Pucat, kulit dingin,
basah, pernafasan cepat, sianosis pada bibir, gusidan lidah, nadi
cepat, lemah dan bergetar, penurunan tekanan darah, urine
pekat.Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
kolaborasi dengan dokterterkait dengan pengobatan yang
dilakukan seperti terapi obat, terapi pernafasan,memberikan
dukungan psikologis, pembatasan penggunaan energi,
memantau reaksi pasien terhadap pengobatan, dan peningkatan
periode istirahat.
• Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang
dengan posisi tungkaikaki membentuk sudut 20 derajat dari
tempat tidur sementara lutut harus dijaga tetaplurus. Kaji
penyebab perdarahan, luka bedah harus selalu diinspeksi
terhadap perdarahan.
• Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada
pembuluh darahvena bagian dalam. Komplikasi serius yang
bisa ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan sindrom
pasca flebitis.
• Retensi urin

23
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus
pembedahan rektum, anusdan vagina. Penyebabnya adalah
adanya spasme spinkter kandung kemih. Intervensi
keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter
untuk membantumengeluarkan urine dari kandung kemih.
• Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose,
abses)
Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya
kontaminasi luka operasi pada saat operasi maupun pada saat
perawatan di ruang perawatan. Pencegahan infeksi penting
dilakukan dengan pemberian antibiotik sesuai indikasi dan juga
perawatan lukadengan prinsip steril.
• Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana
kuman berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian
karena dapat menyebabkan kegagalan multiorgan.
• Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah,
udara dan lemak)yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di
sepanjang aliran darah. Embolus ini bisamenyumbat arteri
pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasa nyeri
sepertiditusuk-tusuk dan sesak nafas, cemas dan sianosis.
Intervensi keperawatan sepertiambulatori pasca operatif dini
dapat mengurangi resiko embolus pulmonal.
• Komplikasi Gastrointestinal
Komplikasi pada gastrointestinal sering terjadi pada pasien
yang mengalami pembedahan abdomen dan pelvis.
Komplikasinya meliputi obstruksi intestinal, nyeridan distensi
abdomen.

24
BAB III

SKENARIO

Perawat viony : assalamu’alaikum ibu,permisi selamat siang bu, perkenalkan saya


perawat viony,saya betugas pada hari ini pada jam 14.00-21.00 di ruangan
ini.baiklah mohon maaf sebelumnya bu saya periksa identitas terlebih dahulu ya
bu

Perawat viony : apakah ini bener kn ibu chica bu?

Pasien : iya sus

Perawat viony : baiklah buk gelang identitasnya sudah sesuai ya buk

Kemudian perawat menannyakan keadaan pasien

Perawat viony : Bagaimana keadan ibu hari ini bu?

Pasien : Saya merasakan nyeri perut kanan bagian bawah bu,dan sakitnya
bertambah parah

Perawat viony : apakah ibu sudah minum obat yang telah di berikan?

Pasien : sudah sus,tetapi nyerinya tidak hilang

Perawat viony : Baiklah ibu,nanti kita konsultasikan lagi dengan dokter ya bu,dan
dokter yang akan memeriksa ibu

Pasien : Baik sus

Perawat viony : baik lah bu saya permisi dulu jika ibu memerlukan sesuatu ibu
bisa memencet

tombol yang disebelah ibu

Pasien : baik sus, terimakasih sus

Perawat viony menemui dokter untuk memberitahu keadaan pasien

Perawat viony : permisi dokter

25
Dokter Rebi : Iya sus,silahkan duduk sus

Perawat viony : Terimakasih dokter

Dokter Rebi : Ada apa ya sus?

Perawat viony : Begini dok,pada pasien yang bernama chica saya sudah
memeriksa ke ruangannya.pada pasien tersebut ia masih merasakan nyeri perut
bagian kanan bawah, padahal sudah diberikan obat rutin dok,lalu bagaimana dok
untuk tindak lanjutnya?

Dokter Rebi : Baik lah sus,kita periksa ke ruangan pasiennya dlu ya sus

Perawat viony : Baik dok

Dokter dan perawat langsung menemui pasien chica ke ruangan.

Dokter Rebi : Selamat siang ibu

Pasien :Siang dok

Dokter Rebi : Saya Dokter Rebi akan memeriksa ibu,saya mendapatkan laporan
dari perawat bahwa perut ibu apakah masih sakit?

Pasien : dokter memberitahu perawat untuk mendampingi pasien untuk


persiapan operasi danmemeriksa ttv

Dokter : tolong ya sus, dampingi pasien untuk mempersiapkan operasi


besok,dan

jangan lupa untuk memeriksa ttv pasien tersebut iya dok, saya masih merasakan
nyeri dok

Dokter rebi : baiklah bu,saya periksa dulu ya bu

Pasien : iya dok

Dokter Rebj : dari hasil pemeriksaan saya barusan,dan hasil rongxen


sebelumnya, ibu harus di

tindak lanjuti dengan operasi.apakah ibu bersedia?

Pasien : bersedia dok

26
Dokter menanyakan kepada keluarga pasien apakah bersedia pasien chica di
operasi

Dokter : apakah ibu bersedia ibu chica di operasi?

Keluarga pasien : saya bersedia dok,jika ini yang terbaik untuk adik saya

Dokter rebi : baik bu, kita jadwalkan operasi pada jam 08.00 pagi, sebelumnya
ibu berpuasa selama 8 jam dan ibu akan di dampingi oleh perawat.

Dokter memberitahu perawat untuk mendampingi pasien untuk persiapan


operasi dan memeriksa ttv

Dokter : tolong ya sus, dampingi pasien untuk mempersiapkan operasi


besok,dan jangan lupa untuk memeriksa ttv pasien tersebut

Kemudian perawat dan dokter pergi keluar. Setelah beberapa saat kemudian
sekitar jam 12 perawat datang kembali ke ruangan pasien untuk memberi
tahukan bahwa pasien harus berpuasa terlebih dahulu selama 8 jam dan
melakukan pemeriksaan ttv sebelum melakukan tindakan operasi.

Perawat : permisi buk

Keluarga pasien : iya sus,,

Perawat : perkenalkan saya perawat vioni, saya akan melakukan


pemeriksaan ttv terlebih dahulu sebelum melakukan operasi nanti. Apakah ibuk
bersedia?

Pasien : baik sus, saya bersedia

Kemudian perawat melakukan pemeriksaan ttv kepada pasien

Perawat : baik ibuk dari hasil pemeriksaan ttv tadi kondisi ibuk normal,
jadi ibuk bisa melakukan tindakan operasi besok pagi dan tetapi ibuk harus
berpuasa terlebih dahulu ya buk

Pasien : baik sus

Perawat : baik buk saya permisi dulu ya buk

27
Pasien : baik buk

Perawat : terimakasih buk

Beberapa jam kemudian pasien pun melakukan tindakan operasi. Setelah


beberapa saat kemudian operasi pun selesai dan pasien dibawa ke ruang rawat.
Kemudian pasien datang untuk mengecek kembali kondisi pasien setelah
melakukan operasi

Perawat : bagaimana perasaannya buk setelah melakukan operasi?

Pasien : saya masih merasakan nyeri sus

Perawat : baik lah buk, perasaan nyeri setelah operasi itu sudah bisa ya
buk, jika ibuk mengatur pola makan dan meminum obat secara teratur insyaallah
nanti Ibuk tidak akan merasakan nyeri lagi dan dapat sehat seperti semula. Ibuk
semangat ya buk

Pasien : Terimakasih sus

Kemudian perawat memberi tahukan kepada keluarga pasien untuk pamakain


obat

Perawat : baik ibuk disini ada obat untuk adeknya nanti diminumkan secara
teratur ya buk

Keluarga pasien : baik sus

Perawat : permisi buk

Keluarga pasien dan pasien : baik buk

Setelah beberapa saat kemudian datanglah perawat dengan dokter untuk


melakukan

pemeriksaan kepada pasien

Dokter : selamat siang ibuk

Pasien : siang dokter

28
Dokter : bagaimana keadaan ibuk setelah melakukan operasi buk, apakah
keadaan ibuk

mendingan?

Pasien : Alhamdulillah sudah buk

Dokter : Alhamdulillah, baik lh buk saya periksa dulu jahitnya buk,


permisi bentar ya buk

Pasien : baik buk

Kemudian dokter melakukan pemeriksaan pada jahitan operasi pasien

Dokter : wah jahitan operasi nya bagus ya buk, tidak ada tanda-tanda
infeksi pada jahitan nya ya buk

Pasien : terimakasih buk

Dokter : baik, ibuk Chicha sudah boleh keluar ya buk dan ibuk harus jaga
pola makannya dan teratur meminum obatnya Serta ibuk Chicha tidak boleh
melakukan aktivitas yang terlalu berat dulu ya buk sampai keadaan nya Kembali
seperti semula.

Keluarga pasien : baik dokter, Oh ya dok, untuk makanan yang boleh dikonsumsi
oleh adik saya apa saja ya dok?

Dokter : makanan yang boleh dikonsumsi oleh adik ibuk seperti sayuran,
buah – buahan dan makanan yang mengandung protein dan serat ya buk

Keluarga pasien : baik buk, terimakasih buk

Dokter : baik buk saya permisi dulu, cepat sembuh ya buk

Pasien : iya dok

Dokter : permisi dulu buk

Pasien dan keluarga : iya dok, terimakasih dokter

29
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada keadaan pre


dan post operasi memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan,
karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai,
waktu dan ruangyang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat
melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi
perawat.Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam
penggunaanya diperhatikan sikap dan teknik komunikasi terapeutik. Hal lain yang
cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan
faktor penunjang yangsangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan
berhubungan terapeutik.

4.2 Saran

Sebagai seorang perawat yang profesional sebaiknya kita harus


mempraktekkan konsep komunikasi terapeutik dengan baik, karena hal ini sangat
berpengaruh terhadapkesehatan pasien. Dan untuk kita calon perawat hendaknya
sejak dini mempelajari sungguh-sungguh tentang apa yang harus kita katakan dan
lakukan, karena akan sangat bermanfaat ketika sudah praktek terjun langsung dan
berhadapan dengan pasien

30
DAFTAR PUSTAKA

Jayanti, Gilang Dwi. 2019. “Rolplay Komkep Operasi”.


https://id.scribd.com/document/427699380/ROLE-PLAY-KOMKEP-OPERASI-
docx. diakses pada 1 Oktober 2022 pukul 10.25

31
32

Anda mungkin juga menyukai