Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA PASIEN GANGGUAN JIWA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

1. SOFIA NAHYU GUSWITA (211211819)


2. FRISTI ANDELLY NINGRUM (211211789)
3. ALLIN WAHYUNI (211211772)
4. BEFI FAILATARI (211211775)

DOSEN PENGAMPU

Ns. Guslinda, M.Kep , Sp.Kep.J

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES MERCUBAKTIJAYA PADANG
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah “ Komunikasi
Terapeutik Pada Pasien Gangguan Jiwa” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini yakni untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Komunikasi Terapeutik.

Dalam makalah ini kami mangucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Guslinda,
M.Kep , Sp.Kep.Jyang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Selain itu,tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
bagi penulis. Penulis menyadari sepenuhnya,bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan
serta pengalaman penulis. Namun demikian,makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah ini, namun
penulis menyadari banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa,untuk itu
penulis meminta kritik yang bersifat membangun.

Padang, 10 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan Penulis .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Gangguan Jiwa........................................................................... 3


B. Penyebab Gangguan Jiwa ........................................................................3
C. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa ...........................................................6
D. Komponen Dalam Komunakasi Pada Pasien Gangguan Jiwa.................11
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada
Klien Resiko Bunuh Diri ........................................................................11
F. Prinsip Komunikasi Terapeutik ……………………………………….. 14

G.Teknik Komunikasi Terapeutik pada pasien gangguan jiwa …,………. 14

H.Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi ………….………….. 17

I. Tipe – Tipe Komunikasi ………………………………………………. 18

a. Komunikasi Verbal …………………………………………….... 18


b. Komunikasi Nonverbal ………………………………………..…. 19

BAB III DIALOG ..............................................................................................20

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................27
B. Saran ........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa merupakan suatu masalah kesehatan yang masih sangat penting
untuk diperhatikan, hal itu dikarenakan penderita tidak mempunyai kemampuan
untuk menilai realitas yang buruk. Gejala dan tanda yang ditunjukkan oleh
penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,
gangguan kesadaran, gangguan emosi, kemampuan berpikir, serta tingkah laku
aneh ( Nasir, 2011).

Kasus gangguan jiwa selalu meningkat dari tahun ke tahun. Angka prevalensi
penderita gangguan jiwa menurut data World Health Organization (WHO)
menyatakan ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan
diperkirakan ada 450 penderita gangguan jiwa di dunia ( Yosep, 2007). Kasus
gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 7,7 % dari seluruh penduduk
Indonesia, dengan pembagian gangguan jiwa berat 1,7 % dan gangguan mental
emosional sebasar 6 %. dengan jumlah seluruh RT yang dianalisis adalah 294.959
terdiri dari 1.027.763 ART yang berasal dari semua umur. Rumah tangga yang
menjawab memiliki ART dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1.655, terdiri dari
1.588 RT dengan 1 orang ART, 62 RT memiliki 2 orang ART, 4 RT memiliki 3
ART, dan 1 RT dengan 4 orang ART yang mengalami gangguan jiwa berat.
Jumlah seluruh responden dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1.727 orang
Riskesdas, (2013). Prevalensi gangguan jiwa di Jawah Tengah sebesar 2,3 %
dengan jumlah seluruh Rumah Tangga (RT) yang dianalisis 294.959 terdiri dari 2
1.027.763 Anggota Rumah Tangga (ART) yang berasal dari semua umur (
Kemenkes RI, 2013).

Gangguan jiwa bisa diderita oleh individu dari berbagai kelompok dan
golongan sosial, ekonomi dan budaya tertentu di dalam masyarakat, bangsa dan
negara. Gangguan jiwa disebabkan oleh kelainan badaniah pada diri seseorang
atau somatogenetik, ketegangan yang terjadi di dalam keluarga yang
mempengaruhi anak dan penerapan pola asuh orang tua yang otoriter dalam
pembentukan karakter anak, yang ketiganya saling berkaitan satu sama lain
(Maramis, 2004).

Gangguan jiwa berdampak pada individu, keluarga dan kehidupan di


masyarakat. Dampak yang timbul pada individu yaitu dijauhi oleh teman-
temannya dan kehilangan pekerjaan. Gangguan jiwa juga berdampak pada
keluarga seperti kurang berjalannya peran orang tua dalam menentukan pola asuh
pada anaknya sehingga anak suka berperilaku tidak wajar, anak mulai menarik diri
dari aktivitas sosial dalam kehidupan bermasyarakat, pembicaraaan anak menjadi

1
tidak jelas, sehingga penderita dan keluarganya sering dikucilkan oleh masyarakat
( Maramis, 2004).

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut : “ Bagaimana gambaran peran keluarga dan problematika terhadap
penderita gangguan jiwa

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum
 Menganalisis gambaran peran dan problematika keluarga terhadap
penderita gangguan jiwa

2. Tujuan Khusus

a. Menganalisis gambaran problematika keluarga penderita gangguan jiwa

b. Menganalisis gambaran peran keluarga penderita gangguan jiwa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa merupakan psikologik atau pola perilaku yang
ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas
kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi psikologis,
bukan sebagai akibat dari pnbenyimpangan sosial maupun konflik dengan
masyarakat (Stuart, 2013). Sedangkan menurut Keliat, (2011) gangguan jiwa
merupakan pola perilaku, sindrom yang secara klinis bermakna berhubungan
dengan penderitaan, distress dan menimbulkan hendaya pada lebih atau satu
fungsi kehidupan manusia.
Menurut American Psychiatric Association atau APA mendefinisikan
gangguan jiwa pola perilaku/ sindrom, psikologis secara klinik terjadi pada
individu berkaitan dengan distres yang dialami, misalnya gejala menyakitkan,
ketunadayaan dalam hambatan arah fungsi lebih penting dengan peningkatan
resiko kematian, penderitaan, nyeri, kehilangan kebebasan yang penting dan
ketunadayaan (O’Brien, 2013).
Menurut Keliat dkk dalam Prabowo, (2014) mengatakan ada juga ciri
dari gangguan jiwa yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
a. Mengurung diri.
b. Tidak kenal orang lain.
c. Marah tanpa sebab.
d. Bicara kacau.
e. Tidak mampu merawat diri.

B. Penyebab gangguan jiwa


Penyebab gangguan jiwa yang terdapat pada unsur kejiwaan, akan
tetapi ada penyebab utama mungkin pada badan (Somatogenik), di Psike
(Psikologenik), kultural (tekanan kebudayaan) atau dilingkungan sosial
(Sosiogenik) dan tekanan keagamaan (Spiritual). Dari salah satu unsur tersebut
ada satu penyebab menonjol, biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan

3
tetapi ada beberapa penyebab pada badan, jiwa dan lingkungan kultural-
Spiritual sekaligus timbul dan kebetulan terjadi bersamaan. Lalu timbul
gangguan badan atau jiwa (Maramis, 2009).
Menurut Yusuf, (2015) penyebab gangguan jiwa dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang saling mempengaruhi yaitu sebagai berikut:
a. Faktor somatic organobiologis atau somatogenik.
1) Nerofisiologis
2) Neroanatomi
3) Nerokimia
4) Faktor pre dan peri-natal
5) Tingkat kematangan dan perkembangan organik
b. Faktor psikologik (Psikogenik)
1) Peran ayah
2) Interaksi ibu dan anak. Normal rasa aman dan rasa percaya abnormal
berdasarkan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan
kebimbangan), kekurangan.
3) Inteligensi.
4) Saudara kandung yang mengalami persaingan.
5) Hubungan pekerjaan, permainan, masyarakat dan keluarga.
6) Depresi, kecemasan, rasa malu atau rasa salah mengakibatkan
kehilangan.
7) Keterampilan, kreativitas dan bakat.
8) Perkembangan dan pola adaptasi sebagai reaksi terhadap bahaya.

c. Faktor sosio-budaya (Sosiogenik) :


1) Pola dalam mengasuh anak.
2) Kestabilan keluarga.
3) Perumahan kota lawan pedesaan.
4) Tingkat ekonomi.
5) Pengaruh keagamaan dan pengaruh sosial.
6) Masalah kelompok minoritas, meliputi fasilitas kesehatan dan
prasangka, kesejahteraan yang tidak memadai dan pendidikan.
7) Nilai-nilai.

4
Dari faktor-faktor ketiga diatas, terdapat beberapa penyebab lain dari
penyebab gangguan jiwa diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Genetika
Individu atau angota keluarga yang memiliki atau yang mengalami
gangguan jiwa akan kecenderungan memiliki keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, akan cenderung lebih tinggi dengan orang yang tidak
memiliki faktor genetik (Yosep, 2013).

2) Sebab biologik

a) Keturunan

Peran penyebab belum jelas yang mengalami gangguan jiwa,


tetapi tersebut sangat ditunjang dengan faktor lingkungan kejiwaan
yang tidak sehat.

b) Temperamen

Seseorang terlalu peka atau sensitif biasanya mempunyai


masalah pada ketegangan dan kejiwaan yang memiliki kecenderungan
akan mengalami gangguan jiwa.

c) Jasmaniah

Pendapat beberapa penyidik, bentuk tubuh seorang bisa


berhubungan dengan gangguan jiwa, seperti bertubuh gemuk
cenderung menderita psikosa manik defresif, sedangkan yang kurus
cenderung menjadi skizofrenia.

d) Penyakit atau cedera pada tubuh

Penyakit jantung, kanker dan sebagainya bisa menyebabkan


murung dan sedih. Serta, cedera atau cacat tubuh tertentu dapat
menyebabkan rasa rendah diri (Yosep, 2013).

3) Sebab psikologik
Dari pengalaman frustasi, keberhasilan dan kegagalan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya di kemudian hari
(Yosep, 2013).

5
4) Stress
Stress perkembangan, psikososial terjadi secara terus menerus
akan mendukung timbulnya gejala manifestasi kemiskinan, pegangguran
perasaan kehilangan, kebodohan dan isolasi sosial (Yosep, 2013).

5) Sebab sosio kultural

a) Cara membesarkan anak yang kaku, hubungan orang tua anak menjadi
kaku dan tidak hangat. Anak setelah dewasa akan sangat bersifat
agresif, pendiam dan tidak akan suka bergaul atau bahkan akan menjadi
anak yang penurut.
b) Sistem nilai, perbedaan etika kebudayaan dan perbedaan sistem nilai
moral antara masa lalu dan sekarang akan sering menimbulkan masalah
kejiwaan.
c) Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi, dalam
masyarakat kebutuhan akan semakin meningkat dan persaingan
semakin meningkat. Memacu orang bekerja lebih keras agar
memilikinya, jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar sehingga
pegangguran meningkat (Yosep, 2013).

6) Perkembangan psikologik yang salah

Ketidak matangan individu gagal dalam berkembang lebih lanjut.


Tempat yang lemah dan disorsi ialah bila individu mengembangkan sikap
atau pola reaksi yang tidak sesuai, gagal dalam mencapai integrasi
kepribadian yang normal (Yosep, 2013).

C. Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa.


Tanda dan gejala gangguan jiwa adalah sebagai berikut :
a. Ketegangan (Tension),merupakan murung atau rasa putus asa, cemas,
gelisah, rasa lemah, histeris, perbuatan yang terpaksa (Convulsive),
takut dan tidak mampu mencapai tujuan pikiranpikiran buruk (Yosep,
H. Iyus & Sutini, 2014).
b. Gangguan kognisi,Merupakan proses mental dimana seorang
menyadari, mempertahankan hubungan lingkungan baik, lingkungan
dalam maupun lingkungan luarnya (Fungsi mengenal) (Kusumawati,

6
Farida & Hartono, 2010).Proses kognisi tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Gangguan persepsi
Persepsi merupakan kesadaran dalam suatu rangsangan yang
dimengerti. Sensasi yang didapat dari proses asosiasi dan interaksi
macam-macam rangsangan yang masuk. Yang termasuk pada persepsi
adalah
a) Halusinasi merupakan seseorang memersepsikan sesuatu dan
kenyataan tersebut tidak ada atau tidak berwujud. Halusinasi
terbagi dalam halusinasi penglihatan, halusinasi pendengaran,
halusinasi raba, halusinasi penciuman, halusinasi sinestetik,
halusinasi kinetic.
b) Ilusi adalah persepsi salah atau palsu (interprestasi) yang salah
dengan suatu benda.
c) Derealisi yaitu perasaan yang aneh tentang lingkungan yang tidak
sesuai kenyataan.
d) Depersonalisasi merupakan perasaan yang aneh pada diri sendiri,
kepribadiannya terasa sudah tidak seperti biasanya dan tidak sesuai
kenyataan (Kusumawati, Farida & Hartono, 2010).

2) Gangguan sensasi

Seorang mengalami gangguan kesadaran akan rangsangan yaitu rasa


raba, rasa kecap, rasa penglihatan, rasa cium, rasa pendengaran dan kesehatan
(Kusumawati, Farida & Hartono, 2010).

 Gangguan kepribadian.

Kepribadian merupakan pola pikiran keseluruhan, perilaku dan


perasaan yang sering digunakan oleh seseorang sebagai usaha adaptasi
terus menerus dalam hidupnya. Gangguan kepribadian masuk dalam
klasifikasi diagnosa gangguan jiwa (Maramis, 2009).

 Gangguan pola hidup Mencakup gangguan dalam hubungan manusia dan


sifat dalam keluarga, rekreasi, pekerjaan dan masyarakat.Misalnya dalam

7
pekerjaan harapan yang tidak realistik dalam pekerjaan untuk rencana
masa depan, pasien tidak mempunyai rencana apapun (Maramis, 2009).
 Gangguan perhatian

Perhatian ialah konsentrasi energi dan pemusatan, menilai suatu


proses kognitif yang timbul pada suatu rangsangan dari luar (Direja, 2011).

 Gangguan kemauan
Kemauan merupakan dimana proses keinginan dipertimbangkan
lalu diputuskan sampai dilaksanakan mencapai tujuan. Bentuk gangguan
kemauan sebagai berikut :
1) Kemauan yang lemah (abulia) adalah keadaan ini aktivitas akibat
ketidak sangupan membuat keputusan memulai satu tingkah laku.
2) Kekuatan adalah ketidak mampuan keleluasaan dalam memutuskan
dalam mengubah tingkah laku.
3) Negativisme adalah ketidak sangupan bertindak dalam sugesti dan
jarang terjadi melaksanakan sugesti yang bertentangan.
4) Kompulasi merupakan dimana keadaan terasa terdorong agar
melakukan suatu tindakan yang tidak rasional (Yosep, H. Iyus &
Sutini, 2014).
 Gangguan perasaan atau emosi (Afek dan mood)
Perasaan dan emosi merupakan spontan reaksi manusia yang bila tidak
diikuti perilaku maka tidak menetap mewarnai persepsi seorang terhadap
disekelilingnya atau dunianya. Perasaan berupa perasaan emosi normal
(adekuat) berupa perasaan positif (gembira, bangga, cinta, kagum dan
senang). Perasaan emosi negatif berupa cemas, marah, curiga, sedih, takut,
depresi, kecewa. Gangguan pikiran atau proses pikiran (berfikir)

Pikiran merupakan hubungan antara berbagai bagian dari


pengetahuan seseorang. Berfikir ialah proses menghubungkan ide,
membentuk ide baru, dan membentuk pengertian untuk menarik
kesimpulan Menurut Prabowo, (2014) gangguan dalam bentuk atau proses
berfikir adalah sebagai berikut :

8
1. Gangguan mental merupakan perilaku secara klinis yang disertai
dengan ketidak mampuan dan terbatasnya pada hubungan
seseorang dan masyarakat.
2. Psikosis ialah ketidak mampuan membedakan kenyataan dari
fantasi, gangguan dalam kemampuan menilai kenyataan.
3. Gangguan pikiran formal merupakan gangguan dalam bentuk
masalah isi pikiran formal merupakan gangguan dalam bentuk
masalah isi pikiran, pikiran dan proses berpikir mengalami
gangguan.
 Gangguan psikomotor

Gangguan merupakan gerakan badan dipengaruhi oleh keadaan


jiwa sehinggga afek bersamaan yang megenai badan dan jiwa, juga
meliputi perilaku motorik yang meliputi kondisi atau aspek motorik dari
suatu perilaku. Gerakan salah satu badan berupa gerakan salah satu badan
berulang-ulang atau tidak bertujuan dan melawan atau menentang terhadap
apa yang disuruh (Yosep, H. Iyus & Sutini, 2014).

 Gangguan ingatan

Ingatan merupakan kesangupan dalam menyimpan, mencatat atau


memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Proses ini terdiri dari
pencatatan, pemangilan data dan penyimpanan data (Kusumawati, Farida
& Hartono, 2010).

 Gangguan asosiasi

Asosiasi merupakan proses mental dalam perasaan, kesan atau


gambaran ingatan cenderung menimbulkan kesan atau ingatan respon atau
konsep lain yang memang sebelumnya berkaitan dengannya.

4. Gangguan pertimbangan
Gangguan pertimbangan merupakan proses mental dalam
membandingkan dan menilai beberapa pilihan dalam suatu
kerangka kerja memberikan nilai dalam memutuskan aktivitas
(Yosep, 2007).
5. Klasifikasi gangguan jiwa

9
Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan
yang tidak normal. Keabnormalan tersebut dapat dibedakan
menjadi :

a. Neurosis atau gangguan jiwa

Neurosis atau gangguan jiwa merupakan gangguan jiwa


ditandai dengan kecemasan, biasanya gejala tidak tenang dan menekan
lainnya. Sementara pemeriksaan realitasnya tetap utuh (O’Brien,
2013). Neurosis memiliki karakteristik sebagai berikut :

1.Uji realitas lengkap


2.Gejala kelompok yang menganggu dan dikenal sebagai sesuatu
yang asing dan tidak dapat diterima oleh individu.
3.Gangguan cukup lama atau kambuh kembali jika tanpa
pengobatan, bukan merupakan reaksi terhadap stressor,
perilaku tidak menganggu normal sosial dan tidak terlihat
adanya penyebab dan faktor organik (Stuart, 2013).
 Psikosis atau sakit jiwa

Psikosis atau sakit jiwa merupakan gangguan jiwa yang dapat


memnyebabkan individu mengalami gangguan nyata pada disintegrasi
kepribadian berat, pemeriksaan realitas dan hambatan untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari (O’Brien, 2013). Psikosis memiliki
karakteristik sebagai berikut :

1) Disentegrasi kepribadian.

2) Penurunan bermakna pada tingkat kesadaran.

3) Perilaku agresif.

4) Kesulitan yang besar dalam berfungsi secara adekuat, kerusakan yang


nyata atau berat pada realitas (Stuart, 2013).

 Pengetahuan masyarakat pada penderita gangguan jiwa (ODGJ).


Pengetahuan ialah penginderaan hasil manusia atau masyarakat
terhadap objek melalui indera yang dimiliki berupa hidung, mata dan

10
telinga. Penginderaan dengan sendirinya menghasikan pengetahuan
masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa yang diperhatiakan
(Notoatmodjo, 2010).

D. Komponen Dalam Komunakasi Pada Pasien Gangguan Jiwa

1. Support system
Support system adalah seseorang yang memberi Anda kekuatan
secara emosional maupun perbuatan langsung. Mereka akan berusaha
memastikan bahwa Anda selalu berada dalam kondisi yang baik. Jika
menemukan Anda mengalami stres atau kecemasan, mereka akan berusaha
membantu.
2. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah sebagai apa yang dilakukan oleh
individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan,
luka, kehilangan, atau ancaman (Siswanto, 2007). Mekanisme koping lebih
mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan
yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi.
3. Harga diri
Harga diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang
dirinya sendiri.
4. Ideal diri

Ideal self adalah kodisi dimana seseorang ingin melihat dirinya


seperti apa yang diinginkannya. Sedangkan real self adalah kondisi
seseorang pada realitanya saat ini. Sering kali kita terjebak dalam kondisi
ideal self sehingga kondisi real self pun terabaikan.
5. Gambaran diri
Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar, meliputi: performance, potensi tubuh,
fungsi tubuh, serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.
Cara individu memandang diri berdampak penting terhadap aspek
psikologis.
6. Tumbuh kembang
Tumbuh adalah bertambahnya ukuran fisik, seperti berat dan tinggi
badan. Kembang ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi
tubuh menjadi lebih kompleks, seperti kemampuan bayi bertambah dari

11
berguling menjadi duduk, berdiri, dan berjalan.Trauma masa lalu akan
mempengaruhi kesehatan jiwa masa sekarang
7. Pola asuh
Pola asuh dalam keluarga adalah pengasuhan atau disebut juga
parenting adalah proses mendidik anak dari kelahiran hingga anak
memasuki usia dewasa. Pola asuh demokratis ini, orang tua memberikan
kebebasan pada anak, namun tetap dengan bimbingan dan arahan yang
sesuai.Kesalahan dalam memgasuh anak dapat mempengaruhi psikologis
anak
8. Genetika
Genetika adalah pewarisan sifat yag turun temurun,gangguan jiwa
dapat diturunkan secara genetis bahkan pada saudara kembar
9. Lingkungan
Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, sumber
daya, energi, keadaan, dan makhluk hidup termasuk juga manusia dan
perilakunya yang memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain
menurut Undang undang No. 23 Tahun 1997.lingkungan yang buruk
merupakan salah satu pemicu munculnya gangguan jiwa
10. Penyalahgunaan zat
Adalah sebuah pemakaian tersusun dari sebuah obat-obatan dimana
pemakai mengkonsumsi bahan dalam kadar atau dengan metode yang
mencelakai diri sendiri atau orang lain, dan merupakan bentuk penyakit
terkait bahan,hal ini dapat memicu terjadinya depresi susunan saraf
pusat,perubhan pada neurotransmitter
11. Perawatan diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan,
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Dermawan & Rusdi, 2013).
12. Kesehatan fisik
Adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat
tubuhnya dalam batas fisiologi terhadap keadaan lingkungan dan atau

12
kerja fisik yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan.seprti adanya
gangguan pada saraf dapat merubah fungsi neurologis

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Pada Klien Resiko Bunuh


Diri

Sesi 1

 Mengidentifikasi benda yang dapat membahayakan pasien


 Mengamankan benda yang dapat membahayakan pasien
 Melakukan kontrak terapi
 Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
 Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri

Sesi 2

 Mengidentifikasi aspek positif pasien


 Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap diri
 Mendorong pasien untuk menghargai diri sebagai individu yang
berharga

Sesi 3

 Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan pasien


 Menilai pola koping yang biasa dilakukan
 Mengidentifikasi pola koping yang kondtruktif
 Menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstruktif dalam
kegiatan harian

Sesi 4

 Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien


 Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
 Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan dalam rangka meraih
masa depan yang realistis

13
F.Prinsip Komunikasi Terapeutik

Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun


hubungan dan mempertahankan hubungan yang terapeutik :

1. Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling


menguntungkan, didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and
Clients”.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang
keluarga, budaya dan keunikan tiap individu.
3. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi
maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga
harga dirinya dan harga diri klien.
4. Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan
alternative pemecahan masalahnya.
Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart
(1998) adalah :

1. Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.


2. Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik
3. Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4. Kerahasiaan klien harus dijaga.
5. Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman
6. Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian
tentang tingkah laku klien dan memberi nasehat.
7. Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya
secara rasional.
8. Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari
perubahan subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu
yang sangat menarik klien.
9. Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10. Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri
mempunyai tujuan terapeutik.

G.Teknik Komunikasi Terapeutik pada pasien gangguan jiwa

Teknik komunikasi terapeutik sendiri mempunyai empat teknik utama


dalam serangkaian teknik terapi penyembuhan, yang pertama ada teknik
mendengarkan, teknik bertanya, teknik menyimpulkan dan teknik mengubah
cara pandang. Berikut ini adalah teknik-teknik yang dipakai dalam terapi
penyembuhan teknik komunikasi terapeutik kepada pasien gangguan jiwa:

14
1. Teknik mendengarkan

Teknik mendengarkan merupakan teknik awal dan dasar komunikasi


terapeutik. Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta
penelaahan reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima, dalam hal ini
perawat harus menjadi pendengar yang aktif untuk bisa menjadi penelaah,
menganalisis apa yang terjadi pada pasien. Selama mendengarkan, perawat
harus mengikuti dengan mendengarkan apa yang dibicarakan pasien dengan
penuh perhatian baik itu tentang perasaannya, pikirannya, atau persepsi pasien
sendiri. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak memotong
pembicaraan pasien, menunjukan perhatian yang penuh sehingga mempunyai
waktu untuk mendengarkan.

2. Teknik Bertanya

Bertanya merupakan salah satu teknik yang dapat mendorong dan


memancing pasien untuk mengungkapkan perasaan dipikirannya. Tujuannya
untuk mendapatkan informasi yang lebih spesifik dan lengkap mengenai apa
yang disampaikan pasien. Bertanya merupakan teknik dasar yang dilakukan
oleh perawat dalam mencari informasi yang belum didapat apa yang telah
disampaikan pasien.

3. Menyimpulkan

Dapat disimpulkan dalam teknik ini, perawat mendapatkan poin utama


atau kesimpulan yang menjadi acuan untuk mengatasi masalah pokok yang
dialami pasien sehingga perawat dapat mencarikan solusi dengan membuat
perencanaan dalam teknik selanjutnya. Hal penting dari menyimpulkan adalah
peninjauan kembali komunikasi yang telah dilakukan antara perawat dan
pasien. Apabila belum dapat disimpulkan poin utama yang dialami pada
pasien maka perawat harus kembali dan mengulang terus teknik-teknik yang
dilakukan sebelumnya sampai mendapatkan pokok masalah yang ada pada
pasien halusinasi sendiri, sehingga dengan demikian dapat masuk ke teknik
selanjutnya dan dapat melakukan perencanaan cara mengatasi dan solusi dari
pemecahan masalah yang dialami pasien.

4.Mengubah cara pandang

15
Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi
terapeutik, teknik mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari
teknik komunikasi terapeutik. Seorang perawat harus dapat memberikan cara
pandang lain agar pasien tidak melihat sesuatu masalah dari aspek negatifnya
saja, dalam teknik ini perawat harus mampu mengubah cara pandang dan
melatih pasien agar dapat keluar dari masalah yang dialaminya. Dalam teknik
ini perawat melakukan stategi perencanaan dalam mengatasi masalah yang
dialami pasien halusinasi tersebut, setelah itu lalu diajarkan cara pelatihannya
yang terus-menerus dilakukan misalnya dengan cara menghardik atau
mengalihkan pikiran dan perasaan pasien kearah yang lebih positif, makanya
teknik ini prosesnya memerlukan waktu yang lama supaya pasien paham
terhadap masalah yang dialaminya dan tahu bagaimana cara mengatasi
masalah yang terjadi dalam dirinya.

Komunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah


dasar pengetahuan tentang ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka
lontarkan terkadang melompat, fokus terhadap topik bisa saja rendah,
kemampuan menciptakan dan mengolah kata – kata bisa saja kacau balau.

Ada beberapa trik ketika harus berkomunikasi dengan penderita


gangguan jiwa :

1.Pasien halusinasi

Perbanyak aktivitas komunikasi, baik meminta klien berkomunikasi


dengan klien lain maupun dengan perawat, pasien halusinasi terkadang
menikmati dunianya dan harus sering harus dialihkan dengan aktivitas fisik.

2.Pada pasien harga diri rendah

Harus banyak diberikan reinforcement positif agar pasien dapat lebih


tenang.

3. Pada pasien menarik diri

Libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama – sama, ajari dan
contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri penjelasan

16
manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau
berhubungan dll.

4.Pasien perilaku kekerasan.

Khusus pada pasien perilaku kekerasan maka harus direduksi atau


ditenangkan dengan obat – obatan terlebih dahulu sebelum kita support
dengan terapi – terapi lain

H.Faktor Yang Mempengaruhi Proses Komunikasi

a. Kemampuan Komunikator

Kemampuan ini meliputi kemampuan untuk berbicara, mendengar,


melihat. Sealin itu, kemampuan mental (kognitif) bisa dipengaruhi oleh
penyakit seperti gangguan pada otak, penggunaan sedativa, penggunaan
alkohol, dan seterusnya. Stres dapat mengurangi konsentrasi.

b. Persepsi

Setiap manusia mempunyai kepribadian yang unik, nilai-nilai hidup,


harapan yang berbeda dengan orang lain. Karenanya persepsi dan interpretasi
terhadap pesan yang diterimanya bisa juga tidak sama.

c. Personal space

Personal space adalah jarak yang diinginkan antara encoder dan


decoder dalam mengadakan komunikasi tertentu.

d. Peranan dan hubungan

Peranan dan hubungan antara encoder dan decoder jugamempengaruhi


komunikasi. Misalnya, peranan dan hubungan guru-murid, orang tua-anak,
perawat-pasien, dokter-pasien, danseterusnya. Peranan dan hubungan ini akan
mempengaruhi isi dan cara komunikasi.

e. Waktu

Komunikasi dengan pasien yang menuntut pasiennya harusmenunggu


baru kemudian perawatnya muncul akan berbedatanggapannya dengan pasien

17
yang tidak dibiarkan menunggulama. Cara perawat memakai waktu bisa juga
memperlancar atau menghambat komunikasi. Misalnya, perawat yang
menyatakankepada pasien, ”setelah saya keliling saya akan kembali
untukmendengarkanmu”. Besar kemungkinan kalau nanti perawatnyakembali,
pasien sudah tidak mau bicara.

f. Lingkungan

Lingkungan yang tenang, bebas dari kebisingan, ventilasi yangbaik,


kamar tidak terlalu panas atau terlalu dingin, adanya privasi, dan seterusnya
akan memperlancar komunikasi.

g. Sikap

Sikap peduli (caring), kehangatan, menghargai, menerima, dan


seterusnya dapat memperlancar komunikasi.

h. Emosi dan harga diri

Pasien yang sedang mengalami emosi yang kuat akan mengalami


kesulitan memusatkan perhatiannya pada penjelasan yangdiberikan perawat.
Maka ada baiknya apabila perawatmendengarkan dahulu pasien ini dan
penjelasan diberikankemudian.

Pola komunikasi seseorang bisa dipengaruhi oleh harga dirinya.


Seseorang yang harga dirinya tinggi, bisa berkomunikasi secara jujur dan akan
tampak keserasiannya (kongruensinya) antara komunikasi verbal dan
nonverbalnya dan antara apa yang diungkapkannya dengan apa yang
dirasakanya.

I. Tipe – Tipe Komunikasi

Ada beberapa tipe komunikasi :

a. Komunikasi verbal

Sebagian besar komunikasi verbal disadari, karena biasanya kita


memilih kata-kata yang kita ungkapkan. Dalam memilih kata-kata, kita perlu
memperhatikan hal berikut :

18
1) Kesederhanaan

Kalimat yang sederhana , mudah dimengerti, singkat, danlengkap.

2) Kejelasan

Komunikasi bisa jelas apabila ada kecocokan dengan apa yang


diungkapan dan yang diekspresikan oleh wajah serta gerak-gerak tubuh. Di
samping itu, perlu juga mengungkapkan kata-kata dengan jelas dan ada
baiknya apabila isi diungkapkan secara perlahan.

3) Tepat waktu dan relevan

Harus peka terhadap kebutuhan yang sedang dirasakanpasien/keluarga.

4) Caring dan adaptabilitas

Harus peka terhadap situasi dan mampu menanggapi situasi tersebut.

b. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal sering diartikan sebagai ”bahasa tubuh”yang


menyangkut ekspresi wajah, sentuhan, memakai isyarat, gerakan tubuh.
Komunikasi nonverbal lebih banyak menunjukkan apa yang dirasakan
daripada apa yang diungkapkan. Oleh sebab itu kita harus sadar akan bahasa
tubuhnya sendiri dan kita juga harus mampu membaca dan menanggapi
bahasa tubuh orang lain.Seringkali 2 cara komunikasi ini dipakai sekaligus,
akan tetapi 80-90 % dari komunikasi adalah nonverbal (Baradero, 2006)

19
BAB III

DIALOG

Prolog :

Disebuah rumah terdapat seorang Wanita yang mengidap gangguan jiwa, dia
gangguan jiwa karena di phk dari pekerjaannya dan dia tidak bisa membayar hutang
yang menumpuk. Akibatnya dia sering melamun dan menyayat tangannya, oleh
karena itu orang tuanya membawa anaknya tersebut kerumah sakit, agar anaknya
dapat ditangani dengan baik oleh pihak rumah sakit.

Disebuah ruang rsj Padang terdapat pasien gangguan jiwa bernama nyonya S,
masuk ke rumah sakit jiwa karena dirumah suka melamun, menyendiri, terlihat sedih
apabila diajak bicara menjawab “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Dan
pernah mencoba menyayat- nyayat tangannya sendiri hingga terluka. Keluarga
berusaha menyingkirkan benda-benda tajam seperti pisau, gunting disekitar pasien
dan selalu memantau pasien hingga membawanya kerumah sakit jiwa.

Percakapan

1. Fase Perkenalan
a. Salam Terapeutik

Perawat : “Selamat pagi, Adek, Ibuk!”


Pasien : “Ya mbak” (sambil menoleh menghindar ke klien)
Ibu pasien : “Pagi juga suster”

b. Perkenalan diri perawat dan klien

Perawat 1 : “Perkenalkan, nama saya Befi Failatari dan ini rekan saya Allin
Wahyuni. Kalau boleh tahu nama adeknya siapa buk?”

Ibu pasien : “Sofia suster”

Perawat 2 : “Oh, dengan Adek Sofia. Adek senang dipanggil apa?”

Pasien : “Terserah”

Perawat 1 : “Baiklah, saya panggil Adek saja boleh ya?”

20
Pasien : “Hmm”

c. Menyepakati pertemuan
Perawat 1 : “Oke. Baiklah Adek, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol sedikit,ya
sekitar 10 menit, bagaimana?”
Pasien : “Yaa”
Perawat 2 : “Adek Sofia ingin kita mengobrol dimana?”
Pasien : “Disini aja”
Ibu Pasien : “Suster saya izin keluar sebentar ya”
Perawat 1 : “Baik ibu, izinkan kita berbicara dengan adek Sofia nya sebentar ya
buk”
Ibu Pasien : “Baik suster, permisi”

d. Melengkapi identitas
Perawat 2 : “Baiklah Adek Sofia, kami adalah mahasiswa Keperawatan STIKes
Mercubaktijaya Padang yang bertugas diruangan ini. Kami perawat
yang akan membantu merawat Adek. Hari ini sampai 2 hari yang akan
datang, saya dan teman ini berjaga di shif pagi mulai dari jam 07.00
sampai jam 14.00 WIB nanti.”
Pasien : “Yaa”

e. Menjelaskan peran perawat dan klien


Perawat 1 : “Disini kita berperan merawat Adek Sofia untuk memberikan solusi
agar masalah yang dialami Adek Sofia bisa terselesaikan. Supaya
beban masalah yang dialami Adek Sofia bisa hilang”.
Pasien : “Kamu siapa? Berani-berani nya kamu ikut campur masalah saya?”
Perawat 1 : “Bukan seperti itu maksud kami, Adek Sofia. Kami hanya
menyelesaikan tugas kami dalam membantu meringankan beban
pasien termasuk Adek Sofia ini”
Pasien : “Bukan urusan kamu”
Perawat 2 : “Suster saya izin keluar dulu ya, masi ada kerjaan yang harus diurus
terlebih dahulu”.
Perawat 1 : “Baik suster”.

21
f. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien
Perawat 1 : “Apakah Adek Sofia tidak ingin ke luar dari tempat ini dan dapat
melakukan aktifitas seperti biasanya?”
Pasien : “Iya, pengen”
Perawat 1 : “Oleh sebab itu, semua tindakan yang kami lakukan menjadi
tanggung jawab kami. Dan kami harapkan Adek juga bertanggung
jawab untuk sembuh, supaya Adek Sofia dapat melakukan aktifitas
seperti biasanya minimal Adek Sofia bisa meredam rasa emosinya”
Pasien : “hm”

g. Harapan perawat dan klien


Perawat 1 : “Adek Sofia, disini saya perlu tekankan bahwa apa yang menjadi
harapan Adek Sofia juga akan menjadi harapan kami. Karena itu,
semua hal yang menjadi keluhan Adek Sofia, bisa Adek Sofia
sampaikan kepada kami.”
Pasien : “Iyaa”

h. Kerahasiaan
Perawat 1 : “Adek tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau Adek tidak keberatan,
Adek bisa sharing dengan kami tentang segala permasalahan-
permasalahan ataupun keluhan-keluhan yang sedang Adek alami.
Insya Allah, kita bersama-sama mencarikan jalan keluarnya dan saya
tidak akan memberitahukannya pada orang yang tidak berhak untuk
tahu akan hal itu.”
Pasein : “Beneran?
Perawat 1 : “Betul Adek kami akan menjaga semua rahasia Adek”.

i. Tujuan hubungan
Perawat 1 : “Semua tindakan tentu perlu adanya kerja sama yang baik antara kita.
Tujuannya supaya tindakan yang kami lakukan dapat semaksimal
mungkin dan memberikan hasil terbaik untuk kami dan terutama Adek
Sofia. Bagaimana, Adek?”
Pasien : “Ya”

22
j. Pengkajian keluhan utama
Perawat 1 : “Kalau boleh tahu, ada keluhan apa Adek saat ini atau apa yang Adek
Sofia rasakan saat ini?”
Pasien : “Saya ingin cepat mati saja mbak, saya capek hidup tidak ada
gunanya”
Perawat 1 : “Memangnya yang membuat Adek capek hidup dan ingin mati apa
Adek?”
Pasien : “Ya pokoknya saya ingin kerja lagi dan punya uang”
Perawat 1 : “Lho, memangnya apa yang terjadi dengan pekerjaan Adek Sofia?”
Pasien : “Hilang, ditelan bumi”
Perawat 1 : “Apa Adek Sofia memberhentikan diri dari pekerjaan Adek Sofia?”
Pasien : “Dipecat”
Perawat 1 : “Berarti Adek dulu bekerja?”
Pasien : “Ya, saya di phk, dan saya tidak bisa membayar hutang dan memberi
ibu dan adik saya uang”.
Perawat 1 : “Oh, ya saya mengerti. Begini Adek. Umur, Rejeki, dan jodoh itu
Tuhan yang mengatur. Apa Adek percaya akan hal itu?”.
Pasien : “Hmm, percaya”
Perawat 1 : “Nah, bagus kalo Adek Sofia paham, berarti Adek Sofia tidak perlu
untuk merasa capek hidup, atau Adek Sofia meminum minuman
beracun atau berusaha menyayat-nyayat tangan Adek Sofia. Karna itu
tidak menyelesaikan masalah Adek Sofia, kan nanti badan Adek Sofia
sendiri yang sakit. Iya tidak?”
Pasien : “Mmmmmm…. Iya juga sih”
Perawat 1 : “Adek Sofia sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan adiknya?
Pasien : “Sayang lah”.
Perawat 1 : “Nah, kalo Adek Sofia sayang, Adek Sofia tidak boleh untuk bunuh
diri, Adek Sofia harus semangat terus, minta dan berserah diri pada
tuhan, dan Adek Sofia harus yakin dan berusaha untuk mendapatkan
pekerjaan setelah keluar dari sini dan bisa menyahur hutang ya Adek?
Pasien : “Iyaa mbak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya uang”
Perawat 1 : “Nah, makanya Adek Sofia harus sembuh dulu. Kalau boleh tau Adek
Sofia hobinya apa?
Pasien : “Makan kerupuk, masak”

23
Perawat 1 : “Oooh iya iya… naah boleh itu Adek dijadikan sampingan, kalau
Adek Sofia sudah merasa lelah atau stresss Adek Sofia bisa memasak
atau mengobrol sama teman teman.”
Pasien : “Gitu?”
Perawat 1 : “Iya, supaya fikiran Adek Sofia bisa rileks dan tenang”
Pasien : “Yaa”

<< Kontrak yang akan datang


Perawat 1 : “Baiklah Adek Sofia, karena sudah 10 menit, kami pamit. Besok kita
bisa mengobrol lagi, kita sharing lagi, gimana?”
Pasien : “Hmm”

Waktu
Perawat 1 : “Adek mau sharingnya ini jam berapa?”
Pasien : “Terserah”
Perawat 1 : “Baiklah Adek Sofia, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke
sini di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB ya?”
Pasien : “Yaa”

Tempat
Perawat 1 : “Baik. Adek mau kita sharing dimana?”
Pasien : “Sini”
Perawat 1 : “Baiklah, besok kita sharing nya di sini”.

Falidasi kontrak
Perawat 1 : “Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya Adek Sofia. Kami
permisi dulu. Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam
09:30 WIB dan di tempat ini ya
Pasien : “Iyaa”

Keesokan harinya
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat 1 : “Selamat pagi, Adek Sofia!”

24
Pasien : “Pagi”

b. Validasi data
Perawat 1 : “Bagaimana perasaan Adek Sofia sejak kemarin setelah kita
bertemu?”
Pasien : “Baik”
Perawat 1 : “Apakah perasaan Adek Sofia lebih tenang?”
Pasien : “Iya, lumayan lah”

c. Mengingatkan kontrak topik


Perawat 1 : “Bagaimana Adek, apakah masih ingat dengan kegiatan yang kita
rencanakan kemarin?”
Pasien : “Ingat”
Perawat 1 : “Apakah Adek Sofia masih ingat pukul berapa kegiatan yang kita
rencanakan dimulai?”
Pasien : “09:30 WIB”
Perawat 1 : “Dan dimana kita akan melakukannya Adek, Adek Sofia masih
ingat?”
Pasien : “Di siniiii”
Perawat 1 : “Wah, tampaknya Adek Sofia bersemangat sekali”
Pasien : “Iyaaa dongssssss”

Fase Kerja
Perawat 1 : “Alhamdulillah. Adek Sofia sudah sarapan?
Pasien : “Sudah”.
Perawat 1 : “Gimana rasanya enak?”
Pasien : “Enak”.
Perawat 1 : “Gimana dengan keluarga dirumah?”
Pasien : “Baik, tadi sudah kesini”
Perawat 1 : “Terus tadi ngapain aja?”
Pasien : “Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang”
Perawat 1 : “Berarti sudah baikan dong?”

25
Pasien : “Iya sih sus, tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya
pada keluarga, nanti gimana masa depan keluarga saya, kalau saya
tidak bekerja, saya makan apa sus?”
Perawat 1 : “Oh begitu, Begini saja Adek Sofia jangan pesimis dulu Allah itu
sudah mengatur rejeki kita, Sekarang tinggal Adek Sofia untuk
berusaha dan berdoa kepada Tuhan. Seingat saya kemarin Adek Sofia
bilang kalau salah satu hobi Adek Sofia memasak ya?”
Pasien : “Iya kenapa emang?”
Perawat 1 : “Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan Adek Sofia”
Pasien : “Gimana caranya?
Perawat 1 : “Kan sekarang banyak online food atau Adek Sofia bisa mencoba
membuka angkringan, atau mungkin Adek Sofia punya ide yang lain
boleh dicoba.”
Pasien : “Hmmm iya ya, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?”
Perawat 1 : “Iya Adek, apa ada yg masih dipendam? Kalau masih ada kita bisa
sharing”
Pasien : “Gak Ada sus, ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak tenang
sehingga saya ingin bunuh diri”
Perawat 1 : “Sebaiknya kalau punya masalah jangan dipendam, di sharing ke
keluarga, sahabat, atau teman Adek. Nanti kalau bunuh diri kasian
keluarganya, nanti keluarga Adek malah terlantar.”
Pasien : “Hmm… iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya
sebelumnya”
Perawat 1 : “Nah gitu dong.. sekarang Adek Sofia harus berpikiran bahwa tidak
ada masalah yang tidak dapat diselesaikan”

Fase Terminasi
Salam terapeutik
Perawat 1 : “Baiklah Adek, karena Adek Sofia sudah bisa sharing ke kami dan
masalah Adek Sofia sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima
kasih atas kerja samanya, dan kalau Adek Sofia perlu bantuan, Adek
Sofia bisa panggil saya diruang perawat. Dan saya doakan supaya
cepat pulang dan beraktifitas. Selamat pagi, Adek!”
Pasien : Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya, pagi juga sus”

26
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jiwa dalam diri manusia merupakan sebuah materi yang sangat di


perlukan.Jiwa yang sehat sulit didefinisikan dengan tepat. Meskipun demikian, ada
beberapa indikator untuk menilai kesehatan jiwa. Setiap ahli memeiliki pemikiran
yang berbeda beda. Menurut Karl Menninge, orang yang sehat jiwanya adalah orang
yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta
berintegrasi dan berinteraksi dengan baik. Karena hal ini sangat diperlukan bantuan
tenaga kesehatan.

Dengan adanya bantuan dari tenaga kesehatan, masyarakat dapat mengetahui


apa yang harus dilakukan. Dan dapat melakukan penanganan lebih dini agar tidak
mengalami penyakit psikologi yang berkelanjutan. Perawat kesehatan jiwa
sangatdiperlukan dalam hal ini, perawat harus memberikan komunikasi secara
terapeutik secara benar. Dengan hal ini pasien dapat mempercayai seorang perawat
dan dapat mengeluarkan kegelisahan yang dialami. Dalam keperawatan jiwa seorang
pasien harus memahami karakter setiap pasien, agar komunikasi secara terapeutik
berjalan dengan baik.

B. Saran

Saat berkomunikasi dengan penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah


teknik khusus, ada beberapa hal yang membedakan berkomunikasi antara orang
gangguan jiwa dengan gangguan akibat penyakit fisik. Demikian yang dapat kami
paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan
dankurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah
ini.Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan kritik
dansaran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.
Semogamakalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.

27
DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, B. (2009, July 13). KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KLIEN


GANGGUAN JIWA. Retrieved Oktober 10, 2022, from blogspot:
http://komterpadakliengangguanjiwabisri.blogspot.co.id/

ratu, T. (n.d.). KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA GANGGUAN JIWA. Retrieved


Oktober 10, 2022, from academia:
https://www.academia.edu/5112195/KOMUNIKASI_TERAPEUTIK_PADA_
GANGGUAN_JIWA

Anda mungkin juga menyukai