KOMUNIKASI TERAPEUTIK
PADA PASIEN GANGGUAN JIWA
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
DOSEN PENGAMPU
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah “ Komunikasi
Terapeutik Pada Pasien Gangguan Jiwa” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini yakni untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Komunikasi Terapeutik.
Dalam makalah ini kami mangucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Guslinda,
M.Kep , Sp.Kep.Jyang telah membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini.
Selain itu,tugas ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
bagi penulis. Penulis menyadari sepenuhnya,bahwa dalam penyusunan makalah ini
banyak kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan
serta pengalaman penulis. Namun demikian,makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah ini, namun
penulis menyadari banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa,untuk itu
penulis meminta kritik yang bersifat membangun.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan Penulis .........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..............................................................................................27
B. Saran ........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa merupakan suatu masalah kesehatan yang masih sangat penting
untuk diperhatikan, hal itu dikarenakan penderita tidak mempunyai kemampuan
untuk menilai realitas yang buruk. Gejala dan tanda yang ditunjukkan oleh
penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,
gangguan kesadaran, gangguan emosi, kemampuan berpikir, serta tingkah laku
aneh ( Nasir, 2011).
Kasus gangguan jiwa selalu meningkat dari tahun ke tahun. Angka prevalensi
penderita gangguan jiwa menurut data World Health Organization (WHO)
menyatakan ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan
diperkirakan ada 450 penderita gangguan jiwa di dunia ( Yosep, 2007). Kasus
gangguan jiwa di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 7,7 % dari seluruh penduduk
Indonesia, dengan pembagian gangguan jiwa berat 1,7 % dan gangguan mental
emosional sebasar 6 %. dengan jumlah seluruh RT yang dianalisis adalah 294.959
terdiri dari 1.027.763 ART yang berasal dari semua umur. Rumah tangga yang
menjawab memiliki ART dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1.655, terdiri dari
1.588 RT dengan 1 orang ART, 62 RT memiliki 2 orang ART, 4 RT memiliki 3
ART, dan 1 RT dengan 4 orang ART yang mengalami gangguan jiwa berat.
Jumlah seluruh responden dengan gangguan jiwa berat sebanyak 1.727 orang
Riskesdas, (2013). Prevalensi gangguan jiwa di Jawah Tengah sebesar 2,3 %
dengan jumlah seluruh Rumah Tangga (RT) yang dianalisis 294.959 terdiri dari 2
1.027.763 Anggota Rumah Tangga (ART) yang berasal dari semua umur (
Kemenkes RI, 2013).
Gangguan jiwa bisa diderita oleh individu dari berbagai kelompok dan
golongan sosial, ekonomi dan budaya tertentu di dalam masyarakat, bangsa dan
negara. Gangguan jiwa disebabkan oleh kelainan badaniah pada diri seseorang
atau somatogenetik, ketegangan yang terjadi di dalam keluarga yang
mempengaruhi anak dan penerapan pola asuh orang tua yang otoriter dalam
pembentukan karakter anak, yang ketiganya saling berkaitan satu sama lain
(Maramis, 2004).
1
tidak jelas, sehingga penderita dan keluarganya sering dikucilkan oleh masyarakat
( Maramis, 2004).
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut : “ Bagaimana gambaran peran keluarga dan problematika terhadap
penderita gangguan jiwa
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menganalisis gambaran peran dan problematika keluarga terhadap
penderita gangguan jiwa
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
tetapi ada beberapa penyebab pada badan, jiwa dan lingkungan kultural-
Spiritual sekaligus timbul dan kebetulan terjadi bersamaan. Lalu timbul
gangguan badan atau jiwa (Maramis, 2009).
Menurut Yusuf, (2015) penyebab gangguan jiwa dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang saling mempengaruhi yaitu sebagai berikut:
a. Faktor somatic organobiologis atau somatogenik.
1) Nerofisiologis
2) Neroanatomi
3) Nerokimia
4) Faktor pre dan peri-natal
5) Tingkat kematangan dan perkembangan organik
b. Faktor psikologik (Psikogenik)
1) Peran ayah
2) Interaksi ibu dan anak. Normal rasa aman dan rasa percaya abnormal
berdasarkan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan
kebimbangan), kekurangan.
3) Inteligensi.
4) Saudara kandung yang mengalami persaingan.
5) Hubungan pekerjaan, permainan, masyarakat dan keluarga.
6) Depresi, kecemasan, rasa malu atau rasa salah mengakibatkan
kehilangan.
7) Keterampilan, kreativitas dan bakat.
8) Perkembangan dan pola adaptasi sebagai reaksi terhadap bahaya.
4
Dari faktor-faktor ketiga diatas, terdapat beberapa penyebab lain dari
penyebab gangguan jiwa diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Genetika
Individu atau angota keluarga yang memiliki atau yang mengalami
gangguan jiwa akan kecenderungan memiliki keluarga yang mengalami
gangguan jiwa, akan cenderung lebih tinggi dengan orang yang tidak
memiliki faktor genetik (Yosep, 2013).
2) Sebab biologik
a) Keturunan
b) Temperamen
c) Jasmaniah
3) Sebab psikologik
Dari pengalaman frustasi, keberhasilan dan kegagalan yang
dialami akan mewarnai sikap, kebiasaan dan sifatnya di kemudian hari
(Yosep, 2013).
5
4) Stress
Stress perkembangan, psikososial terjadi secara terus menerus
akan mendukung timbulnya gejala manifestasi kemiskinan, pegangguran
perasaan kehilangan, kebodohan dan isolasi sosial (Yosep, 2013).
a) Cara membesarkan anak yang kaku, hubungan orang tua anak menjadi
kaku dan tidak hangat. Anak setelah dewasa akan sangat bersifat
agresif, pendiam dan tidak akan suka bergaul atau bahkan akan menjadi
anak yang penurut.
b) Sistem nilai, perbedaan etika kebudayaan dan perbedaan sistem nilai
moral antara masa lalu dan sekarang akan sering menimbulkan masalah
kejiwaan.
c) Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi, dalam
masyarakat kebutuhan akan semakin meningkat dan persaingan
semakin meningkat. Memacu orang bekerja lebih keras agar
memilikinya, jumlah orang yang ingin bekerja lebih besar sehingga
pegangguran meningkat (Yosep, 2013).
6
Farida & Hartono, 2010).Proses kognisi tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Gangguan persepsi
Persepsi merupakan kesadaran dalam suatu rangsangan yang
dimengerti. Sensasi yang didapat dari proses asosiasi dan interaksi
macam-macam rangsangan yang masuk. Yang termasuk pada persepsi
adalah
a) Halusinasi merupakan seseorang memersepsikan sesuatu dan
kenyataan tersebut tidak ada atau tidak berwujud. Halusinasi
terbagi dalam halusinasi penglihatan, halusinasi pendengaran,
halusinasi raba, halusinasi penciuman, halusinasi sinestetik,
halusinasi kinetic.
b) Ilusi adalah persepsi salah atau palsu (interprestasi) yang salah
dengan suatu benda.
c) Derealisi yaitu perasaan yang aneh tentang lingkungan yang tidak
sesuai kenyataan.
d) Depersonalisasi merupakan perasaan yang aneh pada diri sendiri,
kepribadiannya terasa sudah tidak seperti biasanya dan tidak sesuai
kenyataan (Kusumawati, Farida & Hartono, 2010).
2) Gangguan sensasi
Gangguan kepribadian.
7
pekerjaan harapan yang tidak realistik dalam pekerjaan untuk rencana
masa depan, pasien tidak mempunyai rencana apapun (Maramis, 2009).
Gangguan perhatian
Gangguan kemauan
Kemauan merupakan dimana proses keinginan dipertimbangkan
lalu diputuskan sampai dilaksanakan mencapai tujuan. Bentuk gangguan
kemauan sebagai berikut :
1) Kemauan yang lemah (abulia) adalah keadaan ini aktivitas akibat
ketidak sangupan membuat keputusan memulai satu tingkah laku.
2) Kekuatan adalah ketidak mampuan keleluasaan dalam memutuskan
dalam mengubah tingkah laku.
3) Negativisme adalah ketidak sangupan bertindak dalam sugesti dan
jarang terjadi melaksanakan sugesti yang bertentangan.
4) Kompulasi merupakan dimana keadaan terasa terdorong agar
melakukan suatu tindakan yang tidak rasional (Yosep, H. Iyus &
Sutini, 2014).
Gangguan perasaan atau emosi (Afek dan mood)
Perasaan dan emosi merupakan spontan reaksi manusia yang bila tidak
diikuti perilaku maka tidak menetap mewarnai persepsi seorang terhadap
disekelilingnya atau dunianya. Perasaan berupa perasaan emosi normal
(adekuat) berupa perasaan positif (gembira, bangga, cinta, kagum dan
senang). Perasaan emosi negatif berupa cemas, marah, curiga, sedih, takut,
depresi, kecewa. Gangguan pikiran atau proses pikiran (berfikir)
8
1. Gangguan mental merupakan perilaku secara klinis yang disertai
dengan ketidak mampuan dan terbatasnya pada hubungan
seseorang dan masyarakat.
2. Psikosis ialah ketidak mampuan membedakan kenyataan dari
fantasi, gangguan dalam kemampuan menilai kenyataan.
3. Gangguan pikiran formal merupakan gangguan dalam bentuk
masalah isi pikiran formal merupakan gangguan dalam bentuk
masalah isi pikiran, pikiran dan proses berpikir mengalami
gangguan.
Gangguan psikomotor
Gangguan ingatan
Gangguan asosiasi
4. Gangguan pertimbangan
Gangguan pertimbangan merupakan proses mental dalam
membandingkan dan menilai beberapa pilihan dalam suatu
kerangka kerja memberikan nilai dalam memutuskan aktivitas
(Yosep, 2007).
5. Klasifikasi gangguan jiwa
9
Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan
yang tidak normal. Keabnormalan tersebut dapat dibedakan
menjadi :
1) Disentegrasi kepribadian.
3) Perilaku agresif.
10
telinga. Penginderaan dengan sendirinya menghasikan pengetahuan
masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa yang diperhatiakan
(Notoatmodjo, 2010).
1. Support system
Support system adalah seseorang yang memberi Anda kekuatan
secara emosional maupun perbuatan langsung. Mereka akan berusaha
memastikan bahwa Anda selalu berada dalam kondisi yang baik. Jika
menemukan Anda mengalami stres atau kecemasan, mereka akan berusaha
membantu.
2. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah sebagai apa yang dilakukan oleh
individu untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan,
luka, kehilangan, atau ancaman (Siswanto, 2007). Mekanisme koping lebih
mengarah pada yang orang lakukan untuk mengatasi tuntutan-tuntutan
yang penuh tekanan atau yang membangkitkan emosi.
3. Harga diri
Harga diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang
dirinya sendiri.
4. Ideal diri
11
berguling menjadi duduk, berdiri, dan berjalan.Trauma masa lalu akan
mempengaruhi kesehatan jiwa masa sekarang
7. Pola asuh
Pola asuh dalam keluarga adalah pengasuhan atau disebut juga
parenting adalah proses mendidik anak dari kelahiran hingga anak
memasuki usia dewasa. Pola asuh demokratis ini, orang tua memberikan
kebebasan pada anak, namun tetap dengan bimbingan dan arahan yang
sesuai.Kesalahan dalam memgasuh anak dapat mempengaruhi psikologis
anak
8. Genetika
Genetika adalah pewarisan sifat yag turun temurun,gangguan jiwa
dapat diturunkan secara genetis bahkan pada saudara kembar
9. Lingkungan
Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, sumber
daya, energi, keadaan, dan makhluk hidup termasuk juga manusia dan
perilakunya yang memengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain
menurut Undang undang No. 23 Tahun 1997.lingkungan yang buruk
merupakan salah satu pemicu munculnya gangguan jiwa
10. Penyalahgunaan zat
Adalah sebuah pemakaian tersusun dari sebuah obat-obatan dimana
pemakai mengkonsumsi bahan dalam kadar atau dengan metode yang
mencelakai diri sendiri atau orang lain, dan merupakan bentuk penyakit
terkait bahan,hal ini dapat memicu terjadinya depresi susunan saraf
pusat,perubhan pada neurotransmitter
11. Perawatan diri
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan,
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Dermawan & Rusdi, 2013).
12. Kesehatan fisik
Adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan fungsi alat-alat
tubuhnya dalam batas fisiologi terhadap keadaan lingkungan dan atau
12
kerja fisik yang cukup efisien tanpa lelah secara berlebihan.seprti adanya
gangguan pada saraf dapat merubah fungsi neurologis
Sesi 1
Sesi 2
Sesi 3
Sesi 4
13
F.Prinsip Komunikasi Terapeutik
14
1. Teknik mendengarkan
2. Teknik Bertanya
3. Menyimpulkan
15
Teknik yang paling utama dan paling akhir dalam teknik komunikasi
terapeutik, teknik mengubah cara pandang merupakan inti semuanya dari
teknik komunikasi terapeutik. Seorang perawat harus dapat memberikan cara
pandang lain agar pasien tidak melihat sesuatu masalah dari aspek negatifnya
saja, dalam teknik ini perawat harus mampu mengubah cara pandang dan
melatih pasien agar dapat keluar dari masalah yang dialaminya. Dalam teknik
ini perawat melakukan stategi perencanaan dalam mengatasi masalah yang
dialami pasien halusinasi tersebut, setelah itu lalu diajarkan cara pelatihannya
yang terus-menerus dilakukan misalnya dengan cara menghardik atau
mengalihkan pikiran dan perasaan pasien kearah yang lebih positif, makanya
teknik ini prosesnya memerlukan waktu yang lama supaya pasien paham
terhadap masalah yang dialaminya dan tahu bagaimana cara mengatasi
masalah yang terjadi dalam dirinya.
1.Pasien halusinasi
Libatkan dalam aktivitas atau kegiatan yang bersama – sama, ajari dan
contohkan cara berkenalan dan berbincang dengan klien lain, beri penjelasan
16
manfaat berhubungan dengan orang lain dan akibatnya jika dia tidak mau
berhubungan dll.
a. Kemampuan Komunikator
b. Persepsi
c. Personal space
e. Waktu
17
yang tidak dibiarkan menunggulama. Cara perawat memakai waktu bisa juga
memperlancar atau menghambat komunikasi. Misalnya, perawat yang
menyatakankepada pasien, ”setelah saya keliling saya akan kembali
untukmendengarkanmu”. Besar kemungkinan kalau nanti perawatnyakembali,
pasien sudah tidak mau bicara.
f. Lingkungan
g. Sikap
a. Komunikasi verbal
18
1) Kesederhanaan
2) Kejelasan
b. Komunikasi Nonverbal
19
BAB III
DIALOG
Prolog :
Disebuah rumah terdapat seorang Wanita yang mengidap gangguan jiwa, dia
gangguan jiwa karena di phk dari pekerjaannya dan dia tidak bisa membayar hutang
yang menumpuk. Akibatnya dia sering melamun dan menyayat tangannya, oleh
karena itu orang tuanya membawa anaknya tersebut kerumah sakit, agar anaknya
dapat ditangani dengan baik oleh pihak rumah sakit.
Disebuah ruang rsj Padang terdapat pasien gangguan jiwa bernama nyonya S,
masuk ke rumah sakit jiwa karena dirumah suka melamun, menyendiri, terlihat sedih
apabila diajak bicara menjawab “segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya”. Dan
pernah mencoba menyayat- nyayat tangannya sendiri hingga terluka. Keluarga
berusaha menyingkirkan benda-benda tajam seperti pisau, gunting disekitar pasien
dan selalu memantau pasien hingga membawanya kerumah sakit jiwa.
Percakapan
1. Fase Perkenalan
a. Salam Terapeutik
Perawat 1 : “Perkenalkan, nama saya Befi Failatari dan ini rekan saya Allin
Wahyuni. Kalau boleh tahu nama adeknya siapa buk?”
Pasien : “Terserah”
20
Pasien : “Hmm”
c. Menyepakati pertemuan
Perawat 1 : “Oke. Baiklah Adek, bagaimana kalau kita ngobrol-ngobrol sedikit,ya
sekitar 10 menit, bagaimana?”
Pasien : “Yaa”
Perawat 2 : “Adek Sofia ingin kita mengobrol dimana?”
Pasien : “Disini aja”
Ibu Pasien : “Suster saya izin keluar sebentar ya”
Perawat 1 : “Baik ibu, izinkan kita berbicara dengan adek Sofia nya sebentar ya
buk”
Ibu Pasien : “Baik suster, permisi”
d. Melengkapi identitas
Perawat 2 : “Baiklah Adek Sofia, kami adalah mahasiswa Keperawatan STIKes
Mercubaktijaya Padang yang bertugas diruangan ini. Kami perawat
yang akan membantu merawat Adek. Hari ini sampai 2 hari yang akan
datang, saya dan teman ini berjaga di shif pagi mulai dari jam 07.00
sampai jam 14.00 WIB nanti.”
Pasien : “Yaa”
21
f. Menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien
Perawat 1 : “Apakah Adek Sofia tidak ingin ke luar dari tempat ini dan dapat
melakukan aktifitas seperti biasanya?”
Pasien : “Iya, pengen”
Perawat 1 : “Oleh sebab itu, semua tindakan yang kami lakukan menjadi
tanggung jawab kami. Dan kami harapkan Adek juga bertanggung
jawab untuk sembuh, supaya Adek Sofia dapat melakukan aktifitas
seperti biasanya minimal Adek Sofia bisa meredam rasa emosinya”
Pasien : “hm”
h. Kerahasiaan
Perawat 1 : “Adek tak perlu kuatir ataupun cemas. Kalau Adek tidak keberatan,
Adek bisa sharing dengan kami tentang segala permasalahan-
permasalahan ataupun keluhan-keluhan yang sedang Adek alami.
Insya Allah, kita bersama-sama mencarikan jalan keluarnya dan saya
tidak akan memberitahukannya pada orang yang tidak berhak untuk
tahu akan hal itu.”
Pasein : “Beneran?
Perawat 1 : “Betul Adek kami akan menjaga semua rahasia Adek”.
i. Tujuan hubungan
Perawat 1 : “Semua tindakan tentu perlu adanya kerja sama yang baik antara kita.
Tujuannya supaya tindakan yang kami lakukan dapat semaksimal
mungkin dan memberikan hasil terbaik untuk kami dan terutama Adek
Sofia. Bagaimana, Adek?”
Pasien : “Ya”
22
j. Pengkajian keluhan utama
Perawat 1 : “Kalau boleh tahu, ada keluhan apa Adek saat ini atau apa yang Adek
Sofia rasakan saat ini?”
Pasien : “Saya ingin cepat mati saja mbak, saya capek hidup tidak ada
gunanya”
Perawat 1 : “Memangnya yang membuat Adek capek hidup dan ingin mati apa
Adek?”
Pasien : “Ya pokoknya saya ingin kerja lagi dan punya uang”
Perawat 1 : “Lho, memangnya apa yang terjadi dengan pekerjaan Adek Sofia?”
Pasien : “Hilang, ditelan bumi”
Perawat 1 : “Apa Adek Sofia memberhentikan diri dari pekerjaan Adek Sofia?”
Pasien : “Dipecat”
Perawat 1 : “Berarti Adek dulu bekerja?”
Pasien : “Ya, saya di phk, dan saya tidak bisa membayar hutang dan memberi
ibu dan adik saya uang”.
Perawat 1 : “Oh, ya saya mengerti. Begini Adek. Umur, Rejeki, dan jodoh itu
Tuhan yang mengatur. Apa Adek percaya akan hal itu?”.
Pasien : “Hmm, percaya”
Perawat 1 : “Nah, bagus kalo Adek Sofia paham, berarti Adek Sofia tidak perlu
untuk merasa capek hidup, atau Adek Sofia meminum minuman
beracun atau berusaha menyayat-nyayat tangan Adek Sofia. Karna itu
tidak menyelesaikan masalah Adek Sofia, kan nanti badan Adek Sofia
sendiri yang sakit. Iya tidak?”
Pasien : “Mmmmmm…. Iya juga sih”
Perawat 1 : “Adek Sofia sayang tidak sama keluarga dirumah ibuk dan adiknya?
Pasien : “Sayang lah”.
Perawat 1 : “Nah, kalo Adek Sofia sayang, Adek Sofia tidak boleh untuk bunuh
diri, Adek Sofia harus semangat terus, minta dan berserah diri pada
tuhan, dan Adek Sofia harus yakin dan berusaha untuk mendapatkan
pekerjaan setelah keluar dari sini dan bisa menyahur hutang ya Adek?
Pasien : “Iyaa mbak, saya ingin menyahur hutang tapi tidak punya uang”
Perawat 1 : “Nah, makanya Adek Sofia harus sembuh dulu. Kalau boleh tau Adek
Sofia hobinya apa?
Pasien : “Makan kerupuk, masak”
23
Perawat 1 : “Oooh iya iya… naah boleh itu Adek dijadikan sampingan, kalau
Adek Sofia sudah merasa lelah atau stresss Adek Sofia bisa memasak
atau mengobrol sama teman teman.”
Pasien : “Gitu?”
Perawat 1 : “Iya, supaya fikiran Adek Sofia bisa rileks dan tenang”
Pasien : “Yaa”
Waktu
Perawat 1 : “Adek mau sharingnya ini jam berapa?”
Pasien : “Terserah”
Perawat 1 : “Baiklah Adek Sofia, besok kami akan ke sini lagi dan kami akan ke
sini di jam yang sama yaitu jam 09:30 WIB ya?”
Pasien : “Yaa”
Tempat
Perawat 1 : “Baik. Adek mau kita sharing dimana?”
Pasien : “Sini”
Perawat 1 : “Baiklah, besok kita sharing nya di sini”.
Falidasi kontrak
Perawat 1 : “Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktunya Adek Sofia. Kami
permisi dulu. Kami akan kembali besok di jam yang sama yaitu jam
09:30 WIB dan di tempat ini ya
Pasien : “Iyaa”
Keesokan harinya
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Perawat 1 : “Selamat pagi, Adek Sofia!”
24
Pasien : “Pagi”
b. Validasi data
Perawat 1 : “Bagaimana perasaan Adek Sofia sejak kemarin setelah kita
bertemu?”
Pasien : “Baik”
Perawat 1 : “Apakah perasaan Adek Sofia lebih tenang?”
Pasien : “Iya, lumayan lah”
Fase Kerja
Perawat 1 : “Alhamdulillah. Adek Sofia sudah sarapan?
Pasien : “Sudah”.
Perawat 1 : “Gimana rasanya enak?”
Pasien : “Enak”.
Perawat 1 : “Gimana dengan keluarga dirumah?”
Pasien : “Baik, tadi sudah kesini”
Perawat 1 : “Terus tadi ngapain aja?”
Pasien : “Ya ngobrol, terus main, jalan jalan ditaman belakang”
Perawat 1 : “Berarti sudah baikan dong?”
25
Pasien : “Iya sih sus, tapi saya masih kepikiran sama tanggung jawab saya
pada keluarga, nanti gimana masa depan keluarga saya, kalau saya
tidak bekerja, saya makan apa sus?”
Perawat 1 : “Oh begitu, Begini saja Adek Sofia jangan pesimis dulu Allah itu
sudah mengatur rejeki kita, Sekarang tinggal Adek Sofia untuk
berusaha dan berdoa kepada Tuhan. Seingat saya kemarin Adek Sofia
bilang kalau salah satu hobi Adek Sofia memasak ya?”
Pasien : “Iya kenapa emang?”
Perawat 1 : “Nah, Ya itu bisa dijadikan ladang pekerjaan Adek Sofia”
Pasien : “Gimana caranya?
Perawat 1 : “Kan sekarang banyak online food atau Adek Sofia bisa mencoba
membuka angkringan, atau mungkin Adek Sofia punya ide yang lain
boleh dicoba.”
Pasien : “Hmmm iya ya, kenapa gak terpikirkan dari dulu ya?”
Perawat 1 : “Iya Adek, apa ada yg masih dipendam? Kalau masih ada kita bisa
sharing”
Pasien : “Gak Ada sus, ya itu tadi aja yg bikin saya mikir dan tidak tenang
sehingga saya ingin bunuh diri”
Perawat 1 : “Sebaiknya kalau punya masalah jangan dipendam, di sharing ke
keluarga, sahabat, atau teman Adek. Nanti kalau bunuh diri kasian
keluarganya, nanti keluarga Adek malah terlantar.”
Pasien : “Hmm… iya sus, saya sekarang menyesal, atas perbuatan saya
sebelumnya”
Perawat 1 : “Nah gitu dong.. sekarang Adek Sofia harus berpikiran bahwa tidak
ada masalah yang tidak dapat diselesaikan”
Fase Terminasi
Salam terapeutik
Perawat 1 : “Baiklah Adek, karena Adek Sofia sudah bisa sharing ke kami dan
masalah Adek Sofia sudah terselesaikan, kami permisi dulu, terima
kasih atas kerja samanya, dan kalau Adek Sofia perlu bantuan, Adek
Sofia bisa panggil saya diruang perawat. Dan saya doakan supaya
cepat pulang dan beraktifitas. Selamat pagi, Adek!”
Pasien : Iya sus terimakasih juga atas masukan dan solusinya, pagi juga sus”
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA