Disusun Oleh:
1. Duwi Iryani (A11701409)
2. Abdulah (A11701511)
3. Aenalia Ikrima F. (A11701513)
4. Aji Utomo (A11701514)
5. Alfian Dwi S. (A11701515)
6. Andi Rahmawan (A11701516)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas limpahan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehinggan makalah
ini bisa selesai pada waktunya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul …………………………………………………………………. i
Kata Pengantar ………………………………………………………………… ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………. iii
BAB I Pendahuluan
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
proporsi yang mengalami depresi ringan sebesar 44,1%, depresi sedang
18%, depresi berat 10,8%, dan depresi sangat berat sebanyak 3,2% (Djaali &
Sappaile, 2013).
Salah satu gangguan kesehatan yang dapat muncul pada lansia
adalahgangguan mental. Gangguan mental yang sering muncul pada masa ini
adalah depresi, gangguan kognitif dan fobia. Sejumlah faktor resiko psikososial
juga mengakibatkan lansia kepada gangguan mental. Faktor resiko tersebut
adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya ekonomi, kematian teman atau
sanak saudaranya, penurunan kesehatan, peningkatan isoslasi karena hilangnya
interaksi sosial, keterbatasan finansial dan penurunan fungsi kognitif (Bongsoe,
2013).
Depresi cenderung mengarah pada kondisi yang tidak baik, karena potensi
diri dari lingkungan kurang adekuat untuk mengembalikan ke kondisi yang
semula. Gangguan yang menimbulkan gejala depresi diantaranya kurangnya
interaksi sosial, seperti komunikasi dan kurang berbaur. Saat berkumpul
bersama yang lain hanya diam saja tidak ada pembicaraan sama sekali ada juga
yang berkomunikasi tetapi jarang, karena lansia memiliki karakter yang
berbeda-beda. Diantaranya cenderung diam, menyendiri, melamun, melakukan
kegiatan menyulam, mendengarkan radio dan lain-lain. Di samping itu
dukungan sosial merupakan faktor psikososial lainnya yang memicu lansia
menjadi depresi. Kehilangan dukungan sosial yang disebabkan oleh
berkurangnya interaksi sosial ataupun adanya konflik dengan keluarga/teman
dekat dapat menimbulkan perasaan kesepian pada lansia, kurang percaya diri,
kurang motivasi hidup dan ketakutan dalam menghadapi kematiannya sendiri
dan akhirnya akan menyebabkan depresi (Ratna ike, 2010).
2
1.3 Tujuan
a) Untuk mengetahui dan memahami apa definisi dari lansia.
b) Untuk mengetahui apa saja proses menua pada lansia.
c) Untuk mengetahui apa definisi depresi.
d) Untuk mengetahui factor penyebab depresi pada lansia.
e) Untuk mengetahui gejala depresi pada lansia.
f) Untuk mengetahui cara pengkajian depresi pada lansia berdasarkan
Hamilton Anxiety Rating Scale.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
proses menua adalah proses yang normal, merupakan akibat
kerusakan jaringan oleh radikal bebas (Setiati et al., 2009).
Radikal bebas adalah senyawa kimia yang berisi
elektron tidak berpasangan. Karena elektronnya tidak
berpasangan, secara kimiawi radikal bebas akan mencari
pasangan elektron lain dengan bereaksi dengan substansi lain
terutama protein dan lemak tidak jenuh. Sebagai contoh,
karena membran sel mengandung sejumlah lemak, ia dapat
bereaksi dengan radikal bebas sehingga membran sel
mengalami perubahan. Akibat perubahan pada struktur
membran tersebut membrane sel menjadi lebih permeabel
terhadap beberapa substansi dan memungkinkan substansi
tersebut melewati membran secara bebas. Struktur didalam sel
seperti mitokondria dan lisosom juga diselimuti oleh membran
yang mengandung lemak, sehingga mudah diganggu oleh
radikal bebas (Setiati et al., 2009).
Sebenarnya tubuh diberi kekuatan untuk melawan
radikal bebas berupa antioksidan yang diproduksi oleh tubuh
sendiri, namun antioksidan tersebut tidak dapat melindungi
tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas tersebut (Setiati et
al., 2009).
b. Teori imunologis
Menurut Potter dan Perry (2006) dalam (Marta, 2012)
penurunan atau perubahan dalam keefektifan sistem imun
berperan dalam penuaan. Tubuh kehilangan kemampuan
untuk membedakan proteinnya sendiri dengan protein asing
sehingga sistem imun menyerang dan menghancurkan
jaringannya sendiri pada kecepatan yang meningkat secara
bertahap. Disfungsi sistem imun ini menjadi faktor dalam
perkembangan penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan
penyakit kardiovaskular, serta infeksi.
5
d. Teori genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan
terutama di pengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak
lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori
genetika adalah suatu proses yang secara tidak sadar
diwariskan yang berjalan dari waktu ke waktu mengubah sel
atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang
hidup dan Panjang usia ditentukan sebelumnya (Stanley &
Beare, 2006 dalam Putri, 2013).
e. Teori wear-and-tear
Teori wear-and- tear (dipakai dan rusak) mengusulkan
bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintensis DNA, sehingga mendorong malfungsi organ
tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan
mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Sebagai
contoh adalah radikal bebas, radikal bebas dengan cepat
dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi normal
(Stanley & Beare, 2006 dalam Putri, 2013).
6
2.1.3 Perubahan Pada Lanjut Usia
Banyak perubahan yang dikaitkan dengan proses menua
merupakan akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual loss).
Lansia mengalami perubahan-perubahan fisik (biologis) diantaranya
perubahan sel, system persarafan, sistem pendengaran, sistem
penglihatan, sistem kardiovaskuler, system pengaturan suhu tubuh,
sistem respirasi, sistem gastrointestinal, system genitourinari, sistem
endokrin, sistem muskuloskeletal, disertai juga dengan perubahan-
perubahan mental menyangkut perubahan ingatan atau memori
(Setiatiet al., 2009).
7
sering patah baik akibat benturan ringan maupun spontan (Setiati
et al., 2009).
8
3. Penilaian Psikologi Penilaian yang dilakukan terkait
permasalahn psikologi
Adalah penilaian terhadap gangguan fungsi kognitif dan
penilaian terkait depresi pada lansia. Instrumen yang digunakan
dalam menilai kemampuan fungsi kognitif lansia bisa
menggunakan MMSE (Mini Mental Score Examination) atau
dengan menggunakan instrumen MoCA (Montreal Cognitive
Assesment). Untuk mendeteksi adanya gangguan depresi pada
lansia, instrumen yang biasanya digunakan adalah Geriatric
Depression Scale-15 (GDS-15) (Rakel et al, 2011).
9
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya,
serta keinginan bunuh diri (Kaplan HI, Sadock BJ, 2010
Menurut Isaacs (2001) dalam (Prasetya, 2010) depresi juga dapat
diartikan sebagai keadaan emosional yang diartikan dengan kesedihan,
berkecil hati, perasaan bersalah, penurunan harga diri,
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Berdasarkan penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa depresi pada lanjut usia adalah suatu bentuk
gangguan alam perasaan yang bersifat patologis yang ditandai dengan
perasaan sedih, harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, perasaan
kosong, perasaan tertekan, menderita, mudah marah, gangguan makan,
sulit tidur dan kecemasan.
Depresi merupakan gangguan psikologis yang paling umum terjadi
pada tahun-tahun terakhir kehidupan individu. Depresi pada lanjut usia
muncul dalam bentuk keluhan fisik seperti insomnia, kehilangan nafsu
makan, masalah pencernaan, dan sakit kepala. Gejala depresi yang
sebenarnya pada lanjut usia sulit dideteksi. Depresi merupakan kondisi
yang membuat lanjut usia putus asa, kenyataan yang menyedihkan
karena kehidupan nampak suram dan diliputi banyak tantangan. Lanjut
usia yang depresi biasanya lebih menunjukkan keluhan fisik daripada
keluhan emosi. Keluhan fisik akibat depresi kurang mudah untuk
dikenali sehingga hal tersebut menyebabkan keterlambatan dalam
penanganannya dalam hal deteksi dini (Suardiman, 2011: 127).
10
terhindarkan akibat proses menua dan kondisi multipatologi tadi
dengan sensasi passive helpesness yang sering terjadi pada usia
lanjut (Setiati et al., 2009).
c. Dalam teori Erik Erikson, kepribadian berkembang dan terus
tumbuh dengan perjalanan kehidupan. Perkembangan ini melalui
beberapa tahap psikososial seperti melalui konflik-konflik yang
terselesaikan oleh individu tersebut yang dipengaruhi oleh
maturitas kepribadian pada fase perkembangan sebelumnya,
dukungan lingkungan terdekatnya dan tekanan hidup yang
dihadapinya. Erikson menyebutkan adanya krisis integrity versus
despair yaitu individu yang sukses melampaui tahapan tadi akan
dapat beradaptasi dengan baik, menerima segala perubahan yang
terjadi dengan tulus dan memandang kehidupan dengan rasa damai
dan bijaksana. Penelitian akhir-akhir ini juga mengatakan bahwa
konflik integrity versus despair berhasil baik pada usia lanjut yang
lebih muda dibanding usia lanjut yang tua (Setiati et al., 2009).
d. Teori Heinz Kohut menekankan pada aspek hilangnya rasa
kecintaan pada diri sendiri akibat proses penuaan ditambah dengan
rasa harga diri dan kepuasan diri yang kurang dukungan sosial yang
tidak terpenuhi akan menyebabkan usia lanjut tidak mampu
memelihara dan mempertahankan rasa harga diri mereka sering
merasa tegang dan takut, cemas, murung, kecewa dan tidak merasa
sejahtera diusia senja (Setiati et al., 2009)
11
konsentrasi dopamin seperti tyrosin, amphetamine dan
bupropion dapat menurunkan gejala depresi (Kaplan HI, Sadock
BJ, 2010).
b) Faktor Genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa angka
resiko di antara anggota keluarga tingkat pertama dari individu
yang menderita depresi berat (unipolar) diperkirakan 2 sampai 3
kali dibandingkan dengan populasi umum. Angka keselarasan
sekitar 11% pada kembar dizigot dan 40% pada kembar
monozigot (Davies, 1999 dalam Kaplan HI, Sadock BJ, 2010)
c) Faktor Psikososial
Menurut Freud dalam teori psikodinamikanya, penyebab
depresi adalah kehilangan objek yang dicintai (Kaplan HI,
Sadock BJ, 2010). Ada sejumlah faktor psikososial yang
diprediksi sebagai penyebab gangguan mental pada lanjut usia
yang pada umumnya berhubungan dengan kehilangan. Faktor
psikososial tersebut adalah hilangnya peranan sosial, hilangnya
otonomi, kematian teman atau sanak saudara, penurunan
kesehatan, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial dan
penurunan fungsi kognitif (Kaplan HI, Sadock BJ, 2010).
Sedangkan menurut Kane (1999) dalam (Kaplan HI, Sadock
BJ, 2010), faktor psikososial meliputi penurunan percaya
diri,kemampuan untuk mengadakan hubungan intim, penurunan
jaringan sosial, kesepian, perpisahan, kemiskinan dan penyakit
fisik. Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi meliputi
peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan, kepribadian,
psikodinamika, kegagalan yang berulang, teori kognitif dan
dukungan sosial.
Menurut Amir (2005) dalam (Marta, 2012) faktor risiko
terjadinya depresi pada lansia terbagi atas faktor internal dan
eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor biologis (usia, jenis
kelamin, riwayat keluarga), faktor fisik (riwayat penyakit yang
pernah diderita) dan faktor psikologis (kepribadian lansia dan
kognitif). Faktor eksternal yaitu sosial, meliputi status
perkawinan, pekerjaan, stresor sosial dan dukungan sosial.
Dukungan sosial terdiri dari empat komponen, yaitu: jaringan
sosial, interaksi sosial, dukungan social yang didapat, dukungan
keluarga (dukungan instrumental).
12
2.2.4 Gejala Depresi
Secara umum sembilan gejala yang mencirikan seseorang
mengalami depresi utama (biasanya muncul minimal 5 gejala pada
waktu dua minggu yaitu:
a. Perubahan suasana hati depresi pada sebagian besar waktu
dalam sehari,
b. Kurangnya minat atau kesenangan pada sebagian semua atau
sebagian aktivitas,
c. Berkurangnya atau meningkatnya berat badan secara signifikan
atau penurunan minat makan,
d. Kesulitan tidur atau tidur terlalu banyak,
e. Agitasi psikomotor atau kemunduran dalam psikomotorik,
f. Kelelahan atau kehilangan energy,
g. Perasaan tidak berharga atau bersalah yang tidak tepat atau
berlebihan,
h. Permasalahan dalam proses berfikir, berkonsentrasi, atau
membuat keputusan,
i. Pikiran berulang tentang kematian dan bunuh diri (Katona,
2012: 22).
13
2.3 Pengkajian Depresi Pada Lansia Berdasarkan Hamilton Anxiety Rating
Scale
HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)
Nomor Responden :
Nama Responden :
Tanggal Pemeriksaan :
Daftar Pertanyaan
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1. Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2. Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3. Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4. Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
14
5. Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buru
6. Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7. Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8. Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9. Gejala Kardiovaskuler
- Takikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti Sekejap)
10. Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11. Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
15
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan - Sukar Buang Air Besar
(Konstipasi)
12. Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13. Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14. Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Jumlah Score
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kami simpulkan bahwa hal yang
menyebabkan terjadinya depresi pada lansia menurut Teori Heinz Kohut,
karena aspek hilangnya rasa kecintaan pada diri sendiri akibat proses
penuaan ditambah dengan rasa harga diri dan kepuasan diri yang kurang
dukungan sosial yang tidak terpenuhi akan menyebabkan usia lanjut tidak
mampu memelihara dan mempertahankan rasa harga diri mereka sering
merasa tegang dan takut, cemas, murung, kecewa dan tidak merasa sejahtera
diusia senja (Setiati et al., 2009). Selain itu, ada beberapa factor yang
menyebabkan depresi pada lansia diantaranya factor biologi, factor genetic,
dan factor psikososial.
Pengkajian depresi pada lansia penting untuk dilakukan guna
mengetahui tingkat depresi dan cara menangani pasien lansia yang
mengalami depresi. Sehingga setelah dilakukan perawatan pada lansia yang
mengalami depresi harapannya dapat mengurangi tingkat depresi pada
lansia.
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalh ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini karena masih minimnya pengetahuan penulis.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat
penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Djaali,N.A., & Sappaile, N. (2013). A systematic review: Group counselling for
older people with depression. International Seminar on Quality and
Affordable Education, 2. 455-462.
Klieisiaris, C., Maniou,M., Papathanasiou,L., Sfiniadaki,A., Collaku,E.,
Koutsoumpa,C., & Sarafis,P.(2013). The prevalence of depressive symptoms
in an elderly population and their relation to life situation in home care.
Health Science Journal, (7).417-423.
Kartono, Kartini. 2010. Patologi Sosial 3: Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta:
CV Rajawali.
Kaplan, H.I. & Sadock, B.J. (2010). Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Maramis, W. F., & Maramis, A. A. (2010). Catatan ilmu kedokteran jiwa edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press
Marta, OFD 2012, ‘Determinan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna
Wredha Budi Mulia 4 Jakarta Selatan’, Skripsi, Universitas Indonesia,
Depok.
Nugroho, Wahjudi. (2014). Keperawatan Gerontikdan Geriatrik (edisi 3). Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Prasetiyo,W. H., Pramantara, I. D. P., & Budiningsih, R. D. (2012). Pengaruh hasil
skrining berdasarkan metode Mini Nutritional Assessment (MNA) terhadap
lama rawat inap dan status pulang pasien lansia di rumah sakit umum pusat
dr. sardjito yogyakarta. Tesis, Universitas Gadjah Mada.
Sarwono, Sarlito w. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Setiati Siti, Harimurti Kuntjoro, Govinda RA. (2009). Proses menua dan
implikasinya. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V, Jilid 1. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Suardiman, Siti Supartini. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
18
Lampiran Jurnal
19
20
21
22
23