(DisusununtukmemenuhitugasmatakuliahKeperawatan
DisusunOleh
Kelompok2 Kelas A
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, taufik dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan askep ini. askep ini terwujud berkat partisispasi berbaga
i pihak. Oleh Karena itu, kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Kami menyadari askep ini masih jauh dari harapan, yang mana di dalamnya masih terdapat
berbagai kesalahan baik dari segi penyusunan bahasanya, sistem penulisan maupun isinya. Oleh karena
itu Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sehingga dalam askep berikutnya
dapat diperbaiki serta ditingkatkan kualitasnya. Adapun harapan kami semoga askep ini dapat diterima d
engan semestinya dan bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT meridhai kami. Aamiin.
BAB I
PENDAHULUAN
Depresi pada lansia terus menjadi masalah kesehatan mental yang serius
meskipun pemahaman kita tentang penyebab depresi dan perkembangan
pengobatan farmakologis dan psikoterapeutik sudah sedemikian maju (Friedman, (1998) dalam
Azizah, (2011). Pada lansia yang mengalami depresi akan menimbulkan gejala seperti cepat marah
dan tersinggung, sering kelelahan, kurang menikmati kehidupan dan penurunan nafsu makan
(Maryam, 2008). Depresi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor genetik, dianggap
mempengaruhi transmisi gangguan afektif melalui riwayat keluarga dan keturunan dan kehilangan
keterikatan yang nyata atau cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan, atau harga diri karena elemen
aktual dan dibayangkan, termasuk kehilangan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka
presepsi seseorang merupakan hal yang sangat penting menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam
Azizah, (2011) .
Depresi menurut WHO (World Health Organization) 2010 merupakan suatu gangguan mental
umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah
atau harga diri rendah, gangguan makan atau tidur, kurang energi, dan konsentrasi yang rendah.
Masalah ini dapat akut atau kronik dan menyebabkan gangguan kemampuan individu untuk
beraktivitas sehari-hari. Pada kasus parah, depresi dapat menyebabkan bunuh diri. Sekitar 80%
lansia depresi yang menjalani pengobatan dapat sembuh sempurna dan menikmati kehidupan
mereka, akan tetapi 90% mereka yang depresi mengabaikan dan menolak pengobatan gangguan
mental tersebut Irawan, (2013).
1.3 TUJUAN
KONSEP MEDIS
Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan (Lestari, 2019).
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif, mood) yang
ditandai kemurungan, kesedihan, kelesuan, kehilangan gairah hidup, tidak ada semangat, dan merasa
tidak berdaya, perasaan bersalah atau berdosa, tidak berguna dan putus asa (Miftahudin, 2016)
Depresi pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang
normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, kepatahan semangat) yang ditandai dengan
perasaan tidak pas, menurunnya kegiatan, dan pesimisme menghadapi masa yang akan datang .
Sedangkan pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmauan ekstrim untuk mereaksi terhadap
perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpasan, tidak mampu dan putus asa (Miftahudin,
2016).
a. Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun sangat pagi yang bukan merupakan
kebiasaanya sehari-hariSering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan sehari-
hari.
b. Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan
c. Cepat sekali menjadi marah atau tersinggung
d. Daya konsentrasi berkurang
e. Pada pembicaraan sering disertai topic yang berhubngan dengan rasa pesimis atau perasaan putus
asa
f. Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun secara cepat.
g. Kadang-kadang dalam pembicaraannya ada kecenderungan untuk bunuh diri.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prelevansi orang dewasa yang berusia lebih dari 60 tahun, banyak menderita gangguan mental
atau neurologis. Sebesar 6,6% dari total cacat yang dialami oleh lansia berusia lebih dari 60 tahun
banyak dikaitkan dengan gangguan mental maupun gangguan neurologis. Gangguan neuropsikiatri yang
paling umum dari kelompok lansia adalah demensia dan depresi. Gangguan kecemasan mempengaruhi
3,8% populasi lansia, masalah penggunaan narkoba mempengaruhi hampir 1% dari total populasi lansia,
dan hampir seperempat kematian yang terjadi pada lansia dikarenakan perbuatan menyakiti diri sendiri
yang dilakukan oleh lansia (World Health Organization, 2013) dalam (Lestari, 2019). Hasil analisis
lanjutan riskesdas tahun 2007 menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat 12 antara masalah gangguan
mental emosional dengan lansia, khususnya pada usia 65 tahun ke atas (Lestari, 2019).
Lanjut usia menurut undang-undang no. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia adalah
penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Umur Harapan Hidup (UHH) Indonesia meningkat
setiap tahunnya. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPMN), pada tahun
2009 UHH di Indonesia adalah 70,7 tahun, pada tahun 2010 meningkat menjadi 70,9 tahun. Pada tahun
2011 dan tahun 2012 UHH di Indonesia adalah sebesar 71,7 tahun. Peningkatan UHH akan
menyebabkan meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia setiap tahunnya. Jumlah lansia di
Indonesia pada tahun 2010 lalu berdasarkan hasil sensus adalah sebesar 24 juta jiwa atau sebesar 9,7%
dari total populasi. Penduduk lansia diperkirakan akan melonjak menjadi 11,34% dari total penduduk
Indonesia pada 2020 mendatang. Suatu wilayah apabila memiliki penduduk tua lebih dari 7% maka
wilayah tersebut dikatakan memiliki struktur penduduk tua. Berdasarkan data di atas, maka Indonesia
termasuk negara dengan struktur penduduk tua. Meningkatnya UHH merupakan indikator baiknya
perbaikan dalam bidang kesehatan. Namun hal ini akan memberikan sebuah tantangan tersendiri, karena
juga akan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, terutama angka kesakitan akibat penyakit
degeneratif akan meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2013) dalam (Lestari, 2019).
2.3 ETIOLOGI
Penyebab depresi sangat kompleks, yaitu penyebab eksternal dan penyebab internal, tetapi lebih
sering merupakan hasil kombinasi dari keduanya. Berat ringannya depresi tergantung pada kepribadian
mental, kematangan individu, progresifitas penyakit fisik, dan tingkat pendidikan.Hingga saat ini
etiologi depresi yang pasti belum diketahui. Terdapat beberapa faktor predisposisi yang telah diketahui
berkaitan dengan terjadinya depresi, yaitu antara lain faktor genetik. Faktor ini berperan secara sangat
kompleks dalam perkembangan gangguan mood. Pada penelitian mengenai depresi dalam keluarga
diperoleh bahwa generasi pertama berpeluang lebih sering dua sampai sepuluh kali mengalami depresi
berat.
Penelitian yang berhubungan dengan anak kembar mengemukakan bahwa kembar monozigot
berpeluang sebesar 50%, sedangkan kembar dizigot sebesar 10- 25%. Mengenai faktor neurobiologik,
adanya perubahan neurotransmiter otak, yaitu antara lain: norepinefrin, serotonin, dopamin, dan juga
menurut teori amina biogenik, depresi disebabkan karena defisiensi senyawa monoamin, terutama
noradrenalin dan serotonin). Juga perlu dipertimbangkan peran faktor psiko-sosial (peristiwa dalam
kehidupan dan stres lingkungan) dan faktor kognitif ( Lestari, 2019)
Pada umumnya lansia mengalami depresi ditandai oleh mood depresi menetap yang tidak naik,
gangguan nyata fungsi atau aktivitas sehari-hari, dan dapat berpikiran atau melakukan percobaan bunuh
diri. Pada lansia gejala depresi lebih banyak terjadi pada orang dengan penyakit kronik, gangguan
kognitif, dan disabilitas. Kesulitan konsentrasi dan fungsi eksekutif lansia depresi akan membaik setelah
depresi teratasi. Gangguan depresi lansia dapat menyerupai gangguan kognitif seperti demensia,
sehingga dua hal tersebut perlu dibedakan. Para lansia depresi sering menunjukkan keluhan nyeri fisik
tersamar yang bervariasi, kecemasan, dan perlambatan berpikir. Perubahan pada lansia depresi dapat
dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam pemikiran, perubahan dalam perasaan, dan
perubahan perilaku. Perubahan pada lansia depresi (Irawan, 2013) dalam (Lestari, 2019):
a. Perubahan fisik
1. Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari berat badan bulan
terakhir).
2. Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tertidur, atau tidur terlalu lama.
Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk di pagi hari penurunan energi dengan perasaaan
lemah dan kelelahan fisik. Beberapa orang mengalami agitasi dengan kegelisahan dan
bergerak terus.
3. Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak diketahui gangguan
perut, konstipasi.
b. Perubahan pemikiran
1. Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi, atau sulit mengingat informasi
2. Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan
3. Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka
4. Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan kehilangan kepercayaan diri
5. Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan
6. Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik) atau delusi
7. Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri sendiri
c. Perubahan perasaan
1. Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber kesenangan
2. Penurunan minat dan kesenangan seks
3. Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar
4. Tidak ada perasaan
5. Perasaan akan terjadi malapetaka
6. Kehilangan percaya diri
7. Perasaan sedih dan murung yang lebih buruk di pagi hari
8. Menangis tiba-tiba, tanpa alasan jelas
9. Iritabel, tidak sabar, marah, dan perasaan agresif
d. Perubahan perilaku
1. Menarik diri dari lingkungan sosial, kerja, atau kegiatan santai
2. Menghindari mengambil keputusan
3. Mengabaikan kewajiban seperti pekerjaan rumah, berkebun, atau membayar tagihan
4. Penurunan aktivitas fisik dan olahraga
5. Pengurangan perawatan diri seperti perawatan diri dan makan
6. Peningkatan penggunaan alkohol atau obat-obatan
a) Depresi ringan
1. Kehilangan minat dan kegembiraan
2. Berkurangnya energy yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya
aktivitas
3. Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
b) Depresi Sedang
1. Kehilangan minat dan kegembiraan
2. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya
aktivitas
3. Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
c) Depresi sedang
1. Mood depresif
2. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan menurunnya
aktivitas
3. Konsentrasi dan perhatian yang kurang
4. Harga diri dan kepercayaan diri yang kurang
5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
6. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
7. Perbuatan yang membahayakan dirinya sendiri atau bunuh diri
8. Tidur terganggu
9. Disertai waham, halusinasi
10. Lamanya gejala tersebut berlangsung selama 2 minggu
Keterangan :
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawtaan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumplan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien (Dewi, 2014).
Berikut ini adalah data fokus depresi pada lansia diantaranya (Videbeck, 2012):
a.Identitas diri KlienHasil analisis lanjutan riskesdas tahun 2013menunjukkan bahwa ada
hubungan yang kuat antara masalah gangguan mental emosional dengan lansia, khususnya pada
usia 65 tahun ke atas.
c.Riwayat penyakit klienKaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan
gejala karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.
1)Kaji adanya depresi2)Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang tepat,
seperti geriatric depresion scale.3)Anjurkan pertanyaan-pertanyaan pengkajian
keperawatan.4)Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.(Videbeck, 2012)
Perilaku
1)Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas hidup sehari-hari?
Afeka
2.Labilitas emosi?
3. Depresi atau apatis?
4.Iritabiltas?
5.Curiga?
6.Tidak berdaya?
7.Frustasi?
Respon kognitif
2. Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja atau yang sudah
lama sekali?
1)Identifikasi pemberi asuhan primer dan tentukan berapa lama ia sudah menjadi pemberi asuhan
dikeluarga tersebut.
2)Identifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan anggota keluarga lain.
3)Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan sumber daya komunitas (catat hal-
hal yang perlu diajarkan
1. Membina hubungan saling percaya dengan klien lansiaUntuk melakukan pengkajian pada
lansia dengan depresi, pertama-tama saudaraharus membina hubungan saling percaya dengan
pasien lansia.Untuk dapat membina hubungan saling percaya, dapat dilakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Selalu mengucapkan salam kepada pasien seperti : selamat pagi/siang/sore/malam atau sesuai
dengan konteks agama pasien.
b. Perkenalkan nama saudara (nama panggilan) saudara, termasuk menyampaikan bahwa saudara
adalah perawat yang akan merawat pasien.
c. Tanyakan pula nama pasien dan nama panggilan kesukaannya.d)Jelaskan tujuan saudara
merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan.
d. Jelaskan tujuan saudara merawat pasien dan aktivitas yang akan dilakukan
e Jelaskan pula kapan aktivitas akan dilaksanakan dan berapa lama aktivitas tersebutf)Bersikap
empati dengan cara :
(1)Duduk bersama klien, melakukan kontak mata, beri sentuhan dan menunjukkan perhatian
(2)Bicara lambat, sederhana dan beri waktu klien untuk berfikir dan menjawab
PengkajianKhususKlien1
Tabel2.1PengkajianMMSE
MiniMentalStateExam(MMSE)
Nilai
Pasien Pertanyaan
Max
Orientasi
5 1 (tahun)(musim)(tanggal)(hari)(bulan)apasekarang?
5 5 Dimanakita:(Negarabagian)(wilayah)(kota)(rumahsakit)(lantai)
Registrasi
3 3 Nama3objek:1detikuntukmengatakanmasing-
masing.Kemudiantanyakanklienketigaobjeksetelahandatelahme
ngatakannya. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang
benar.Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya.
Jumlahkanpercobaan dan catat.
Percobaan:.......................................
PerhatiandanKalkulasi
5 5 Kurangi100dengan7secaramenurun,1poinuntuksetiapkebenaran.
Berhentisetelah5jawaban.
Mengingat
3 3 Mintauntukmengulangketigaobjekdiatas.Berikan1poinuntuksetia
pkebenaran
Bahasa
9 Nama pensil,danmelihat(2poin)
6 Mengulang hal berikut: "tak ada jika, dan,atau tetapi" (1
poin)Ikutiperintah3-
langkah:"ambilkertasditangankanananda,lipatdua, dan taruh
dilantai"(3 poin)
Bacadanturuti hal
berikut:"tutupmataAnda"(1poin)Tulissatu kalimat (1
poin)
Menyalingambar(1poin)
30 23 Nilaitotal
Analisahasil:
Nilai24-30NORMAL
Nilai17-23GANGGUANKOGNITIF RINGAN
Nilai0-16GANGGUANKOGNITIFBERAT
Tabel2.2PengkajianIndeksKATZ
INDEKSKATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah,kekamarkecil,beipakaiandanmandi
B Kemandiriandalamsemuaaktifitashidupsehari-hari,kecualisatu
dari fungsitersebut
C Kemandiriandalamsemuaaktifitashidupsehari-
hari,kecualimandidan satu fungsitambahan
D Kemandiriandalamsemuaaktifitashidupsehari-hari,kecuali
mandi,berpakaian dansatufungsitambahan
E Kemandiriandalamsemuaaktifitashidupsehari-
hari,kecualimandi,berpakaian,kekamar kecildansatufungsi
tambahan
F Kemandiriandalamsemuaaktifitashidupsehari-hari,kecuali
mandi,berpakaian,berpindahdansatufungsitambahan
G Ketergantunganpadaenamfungsitersebut
Lain-lain Ketergantunganpadasedikitnyaduafungsi, tetapitidakdapat
diklasifikasikansebagaiC,D,E,FdanG
Tabel2.3PengkajianAPGARKeluarga
APGARKeluarga
No Fungsi Uraian Skore
1. Adaptasi Sayapuasbahwasayadapatkembalipadakeluarga(teman
-teman) sayauntukmembantupadawaktu 0
sesuatumenyusahkansaya
2. Hubungan Sayapuasdengancarakeluarga(teman-
teman)sayamembicarakan sesuatu dengan 1
saya dan
mengungkapkanmasalahdengansaya
3. Pertumbuhan Sayapuasbahwakeluarga(teman-
teman)sayamenerimadanmendukungkeinginansayaun 2
tukmelakukan aktivitas atau arah baru
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)
sayamengekspresikan afek dan berespons terhadap 2
emosi-emosi saya,sepertimarah,sedihataumencintai
5. Pemecahan Sayapuasdengancarateman-
temansayadansayamenyediakanwaktu bersama-sama 2
StatussosiallansiadapatdiukurdenganmenggunakanAPGARKeluarga.Penilaian:jik
apertanyaan-pertanyaanyangdijawabselalu(poin2),kadang-kadang(poin1),
hampirtidakpernah (poin 0)
Tabel2.4PengkajianSPSMQ
ShortPortableMentalStatusQuestionnaire(SPMSQ)
Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
V - 1. Tanggalberapahariini? -
2. Hari apasekarangini?(hari,tanggal,tahun)
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomortelpon Anda? -
DimanaalamatAnda?
4a.
(tanyakanhanyabilaklientidakmempunyaitelepon)
5. BerapaumurAnda?
6. KapanAndalahir? -
7. SiapapresidenIndonesiasekarang?
8. Siapapresidensebelumnya? -
9. Siapa namakecil ibuAnda?
Kurangi3dari20dantetappengurangan3darisetiap
10.
angka baru,semua secaramenurun
Jumlahkesalahantotal 4
PenilaianSPMSQ
(1) Kesalahan0-2 FungsiintelektualutuhFun
(2) Kesalahan3-4 gsiintelektualringanFung
(3) Kesalahan5-7 siintelektual sedang
(4) Kesalahan8-10 Fungsiintelektual berat
Tabel2.5PengkajianIndexBathel
No. Itemyangdinilai Skor Nilai
1. Makan(Feeding) 0= Tidakmampu
1= Butuh bantuan memotong, 2
mengolesmentegadll.
2= Mandiri
2. Mandi(Bathing) 0= Tergantungoranglain
2
1= Mandiri
3. Perawatandiri(Grooming) 0=Membutuhkanbantuan oranglain
1= Mandiri dalam perawatan muka, 1
rambut,gigi,danbercukur
4. Berpakaian(Dressing) 0= Tergantungoranglain
1= Sebagian dibantu (missal 2
mengancingbaju)
2= Mandiri
5. Buangairkecil(Bowel) 0= Inkontinensia atau pakai kateter dan
tidakterkontrol 2
1= Kadang Inkontinensia (maks, 1x24
2= jam)Kontinensia(teraturuntuk
lebihdari7hari)
6. Buangair besar(Bladder) 0= Inkontinensia(tidakteraturatauperluenema
) 2
1= KadangInkontensia(sekaliseminggu)K
2= ontinensia(teratur)
7. Penggunaantoilet 0= Tergantung bantuan orang
1= lainMembutuhkanbantuan,tapidapat 2
melakukan beberapa hal
2= sendiriMandiri
8. Transfer 0= Tidakmampu
1= Butuhbantuanuntukbiasduduk(2orang)Ba 3
2= ntuan kecil (1 orang)
3= Mandiri
9. Mobilitas 0= Immobile (tidak
1= mampu)Menggunakanku
2= rsiroda 3
3= Berjalan dengan bantuan satu
orangMandiri (meskipun menggunakan
alatbantuseperti,tongkat)
10. Naikturuntangga 0= Tidakmampu
1= Membutuhkan bantuan (alat 1
2= bantu)Mandiri
a. Interpretasi hasil:
1) 20 :Mandiri
2) 12-19:KetergantunganRingan
3) 9-11 :KetergantunganSedang
4) 5-8 :KetergantunganBerat
5) 0-4 :KetergantunganTotal
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Subkategori: Aktivitas/Istirahat
kepribadian
Faktor genetik
afektif Faktor usia Faktor gender
fisiologik Penyakit kronis stress
Kognitif perilaku
Hormon estrogen Penyakit yang Tekanan dari
Bertambah tua Menurunnya
terbanyaknafsu
pada susah sembuh danSulit memfokuskan Kepribadian
Terdapat keluarga masalah yg
Merasa tertekan usia makan (anoreksia) Emosi labil
dependen
yang depresi wanita kambuhan sesuatu
dihadapi
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN
NO SDKI SLKI SIKI RASIONAL
.
1. Defisit Perawatan Diri Perawatan Diri (L. Edukasi Kesehatan (I.12383) Tindakan
(D.0109)
11103)
Kategori : Perilaku Definisi Observasi
Definisi
Subkategori : Kebersihan Diri Mengajarkan pengelolaan faktor 1. Untuk Identifikasi kesiapan
Kemampuan melakukn risiko penyakit dan perilaku hidup dan kemampuan menerima
Definisi
atau menyelesaikan bersih serta sehat. informasi
Tidak mampu melakukan atau aktivitas perawatan diri 2. Untuk dentifikasi faktor-
Tindakan
menyelesaikan aktivitas faktor yang dapat
Kriteria Hasil
perawatan diri. Observasi meningkatkan dan
Setelah dilakukan menurunkan motivasi
Penyebab 1. Identifikasi kesiapan dan
tindakan keperawatan perilaku hidup bersih dan
kemampuan menerima
1. Gangguan selama 3 X 24 jam sehat
informasi
musculoskeletal masalah defisit perawatan Terapeutik
2. Identifikasi faktor-faktor
2. Gangguan neuromuskuler diri teratasi dengan
yang dapat meningkatkan 3. Untuk menyediakan materi
3. Kelemahan krirteria hasil :
dan menurunkan motivasi dan media pendidikan
4. Gangguan psikologis
1. Kemampuan perilaku hidup bersih dan kesehatan
dan/atau psikotik
mandi pasien sehat 4. Untuk menjadwalkan
5. Penurunan motivasi/minat
meningkat dari Terapeutik pendidikan kesehatan sesuai
Gejala dan Tanda Mayor
skala 2 (cukup kesepakatan
1. Sediakan materi dan media
Subjektif menurun) menjadi 5. Untuk memberikan
1. Menolak melakukan skala 5 pendidikan kesehatan kesempatan untuk bertanya
perawatan diri (meningkat) 2. Jadwalkan pendidikan Edukasi
Objektif 2. Kemampuan kesehatan sesuai
6. Untuk menjelaskan faktor
menggunakan kesepakatan
1. Tidak mampu risiko yang dapat
pakaian pasien 3. Berikan kesempatan untuk
mandi/mengenakan mempengaruhi kesehatan
meningkat dari bertanya
pakaian/makan/ke 7. Untuk mengjarkan perilaku
skala 2 (cukup Edukasi
toilet/berhias secara hidup bersih dan sehat
menurun) menjadi
mandiri 1. Jelaskan faktor risiko yang 8. Untuk mengajarkan strategi
skala 5
2. Minat melakukan dapat mempengaruhi yang dapat digunakan untuk
(meningkat)
perawatan diri kurang kesehatan meningkatkan perilaku hidup
3. Kemampuan ke
Gejala dan Tanda Minor 2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
toilet pasien
bersih dan sehat
Subjektif meningkat dari
3. Ajarkan strategi yang dapat
skala 2 (cukup
(tidak tersedia) digunakan untuk
menurun) menjadi
meningkatkan perilaku
Objektif skala 5
hidup bersih dan sehat
(meningkat)
(tidak tersedia)
4. Verbalisasi
Kondisi Klinis Terkait keinginan
melakukan
1. Stroke
perawatan diri
2. Cedera medulla spinalis
pasien meningkat
3. Depresi
4. Arthritis rheumatoid dari skala 2
5. Retardasi mental (cukup menurun)
6. Delirium menjadi skala 5
7. Demensia (meningkat)
8. Gangguan amnestik 5. Mempertahankan
9. Skizofrenia dan gangguan kebersihan diri
psikotik lain pasien meningkat
10. Fungsi penilaian dari skala 2
terganggu. (cukup menurun)
menjadi skala 5
(meningkat)
6. Mempertahankan
kebersihan mulut
pasien meningkat
dari skala 2
(cukup menurun)
menjadi skala 5
(meningkat)
7. Minat melakukan
perawatan diri
meningkat dari
skala 2 (cukup
menurun) menjadi
skala 5
(meningkat)
Definisi
Tindakan
Observasi
Tindakan:
Observasi :
1. Mengidentifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri
3. Mengidentifikasi respons nyeri
non verbal
4. Mengidentifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan
nyeri
5. Mengidentifikasi pengetahuan
dan keyaninan tentang nyeri
6. Mengidentifikasi pengaruh
budaya terhadap respon nyeri
7. Mengidentifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Memonitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
9. Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik :
1. Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
2. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Memfasilitasi istirahat dan tidur
4. Mempertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi :
1. Menjelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Mengkolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Tindakan
Observasi :
Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola
lingkungan fisik untuk meningkatkan
keselamatan.
Tindakan
Observasi :
1. Mengidentifikasi kebutuhan
keselamatan (mis. kondisi
fisik, fungsi kognitif dan
riwayat perilaku)
2. Memonitor perubahan status
keselamatan lingkungan
Terapeutik :
1. Menghilangkan bahaya
keselamatan lingkungan (mis.
fisik, biologi dan kimia), jika
memungkinkan
2. Memodifikasi lingkungan
untuk meminimalkan bahaya
dan risiko
3. Menyediakan alat bantu
keamanan lingkungan (mis.
commode chair dan pegangan
tangan)
4. Mengunakan perangkat
pelindung (mis. pengekangan
fisik, rel samping, pintu
terkunci, pagar)
5. Menghubungi pihak
berwenang sesuai masalah
komunitas (mis. puskesmas,
polisi, damkar)
6. Memfasilitasi relokasi ke
lingkungan yang aman
7. Melakukan program skrining
bahaya lingkungan (mis.
timbal)
Edukasi
1. Mengajarkan individu, keluarga
dan kelompok risiko tinggi
bahaya lingkungan.
Pencegahan Perilaku Kekerasan
Risiko Perilaku Kekerasan (L.14544)
(D.0146)
Definisi :
Meminimalkan kemarahan yang
diekspresikan secara berlebihan dan
tidak terkendali secara verbal sampai
dengan mencederai orang lain
dan/atau merusak lingkungan.
Tindakan
Observasi :
1. Memonitor adanya benda
yang berpotensi
membahayakan (mis. benda
tajam, tali)
2. Memonitor keamanan barang
yang dibawa oleh pengunjung
3. Memonitor selama
penggunaan barang yang
dapat membahayakan (mis.
pisau cukur)
Terapeutik :
1. mempertahankan lingkungan
bebas dari bahaya secara rutin
2. Melibatkan keluarga dalam
perawatan
Edukasi
1. Menganjurkan pengunjung dan
keluarga untuk mendukung
keselamatan pasien
2. Melatih cara mengungkapkan
perasaan secara asertif
2. Melatih mengurangi kemarahan
secara verbal dan nonverbal
(mis. relaksasi, bercerita)
Promosi Koping (L.09312)
Koping Tidak Efektif (D.0096)
Definisi :
Meningkatkan upaya kognitif dan
perilaku untuk menilai dan merespon
stressor dan/atau kemampuan
menggunakan sumber-sumber yang
ada.
Tindakan
Observasi :
1. Mengidentifikasi kegiatan
jangka pendek dan panjang
sesuai tujuan
2. Mengidentifikasi kemampuan
yang dimiliki
3. Mengidentifikasi sumber daya
yang tersedia untuk memenuhi
tujuan
4. Mengidentifikasi pemahaman
proses penyakit
5. Mengidentifikasi dampak
situasi terhadap peran dan
hubungan
6. Mengidentifikasi metode
penyelesaian masalah
7. Mengidentifikasi kebutuhan
dan keinginan terhadap
dukungan sosial
Terapeutik :
1. Mendiskusikan perubahan
peran yang dialami
2. Mengunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
3. Mendiskusikan alasan
mengkritik diri sendiri
4. Mendiskusian untuk
mengklarifikasi
kesalahpahaman dan
mengevaluasi perilaku sendiri
5. Mendiskusikan konsekuensi
tidak menggunakan rasa
bersalah dan rasa malu
6. Mendiskusikan risiko yang
menimbulkan bahaya pada diri
sendiri
7. Memfasilitasi dalam
memperoleh informasi yang
dibutuhkan
8. Memberikan pilihan realistis
mengenai aspek-aspek tertentu
dalam perawatan
9. memotivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
10. Meninjau kembali
kemampuan dalam
pengambilan keputusan
11. Menghindari mengambil
keputusan saat pasien berada
di bawah tekanan
12. Memotivasi terlibat dalam
kegiatan social
13. Memotivasi mengidentifikasi
system pendukung yang
tersedia
14. Mendamping saat berduka
(mis. penyakit kronis,
kecacatan)
15. Memperkenalkan dengan
orang atau kelompok yang
berhasil mengalami
pengalaman sama
16. Mendukung penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
17. Mengurangi rangsangan
lingkungan yang
mengancaman
Edukasi
1. Menganjurkan menjalin
hubungan yang memiliki
kepentingan dan tujuan sama
2. Menganjurkan penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
3. Menganjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
4. Mengajurkan keluarga terlibat
5. Menganjurkan membuat tujuan
yang lebih spesifik
6. Mengajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
7. Melatih penggunaan teknik
relaksasi
8. Melatih keterampilan social,
sesuai kebutuhan
9. Melatih mengembangkan
penilaian obyektif
Jurnal intervensi untuk mengatasi masalah depresi pada lansia :
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dimulai dengan diskusi dan sosialisasi antara peneliti PKM dengan
ketua yayasan. Diskusi bertujuan untuk mensosialisasikan konsep pengabdian masyarakat
yang dimulai dengan pengkajian terhadap lansia oleh tim PKM dan penilaian tingkat
depresi beberapa lansia. Tahap selanjutnya adalah sosialisasi yang dilakukan tim PKM
kepada lansia yang berada di Panti Wreda Harapan Ibu, Semarang. Peninjauan juga
dilaksanakan untuk menentukan tempat sosialisasi dan jumlah lansia yang akan dilakukan
intervensi. Tahap persiapan berikutnya adalah pengadaan sarana dan peralatan yang
digunakan untuk kegiatan.
2. Tahap Pelaksanaan Kegiatan PKM dilaksanakan mulai Maret hingga Mei 2017 (dalam
kurun waktu tiga bulan). Kegiatan PKM yang dilaksanakan berupa Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) dengan tari Gambang Semarang yang dipadukan musik gamelan Jawa.
3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam kegiatan ini adalah screening
GDS (Geriatric Depression Scale). Screening dilakukan kepada 22 lansia di Panti Wreda
Harapan Ibu.
4. Teknik Evaluasi Data Dalam kegiatan ini akan diadakan evaluasi untuk mengetahui
penurunan skor depresi pada lansia di Panti Wreda Harapan Ibu sebelum dan setelah
dilakukannya kegiatan TAK Javanese Art’s Therapy. Evaluasi tersebut dilakukan dengan
pre-test dan post-test yang dilaksanakan satu minggu sebelum TAK diberikan dan setelah
TAK selesai. Dari data tersebut akan diketahui apakah kegiatan TAK Javanese Art’s
Therapy berjalan efektif dan mengenai sasaran.
5. Lokasi, Waktu, Durasi, dan Evaluasi Kegiatan
a. Lokasi Lokasi pelaksanaan kegiatan adalah Panti Wreda Harapan Ibu di Semarang.
Jumlah lansia yang terlibat sebanyak 42 orang. Sebelum kegiatan dilaksanakan,
dilakukan pre-test terhadap 22 lansia. Hasilnya menunjukkan bahwa sebanyak 16
lansia mengalami depresi.
b. Waktu Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah Maret hingga Mei 2017 (dalam kurun
waktu tiga bulan).
c. Durasi Kegiatan Kegiatan TAK di Panti Wreda Harapan Ibu dilaksanakan dalam
kurun waktu tiga bulan yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
(1) tahap sosialisasi dan penyuluhan,
(2) tahap pelaksanaan TAK, dan
(3) tahap evaluasi dan pemonitoran.
d. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi keberhasilan kegiatan dilakukan dengan pre-test dan post-test. Alat
yang digunakan oleh tim adalah Geriatric Depression Scale (GDS). GDS terdiri atas
lima belas item pertanyaan yang ditanyakan oleh tim kepada lansia. Pengukuran
tingkat depresi dilaksanakan sebelum pelaksanaan program TAK Javanese Art’s
Therapy dan setelah pelaksanaan TAK Javanese Art’s Therapy yang keempat.
Sosialisasi dan penyuluhan dilakukan kepada lansia dan pengasuh di Panti Wreda
Harapan Ibu. Penyuluhan meliputi konsep depresi pada lansia dan kegiatan TAK Javanese
Art’s Therapy. Pengasuh dan lansia dikenalkan pada penyebab depresi dan tanda gejala yang
lazim muncul saat lansia mengalami depresi. Sosialisasi dan penyuluhan tersebut
menggunakan media gambar yang berisi ekspresi lansia yang mengalami depresi. Gambar-
gambar tersebut dijelaskan secara lisan dan dilengkapi dengan buku panduan yang memuat
konsep singkat depresi, tanda gejala yang muncul pada lansia, dan panduan untuk melakukan
TAK. Kegiatan TAK dilakukan dengan memutarkan instrumen musik gamelan dan
mengajarkan gerakan tari Gambang Semarang. Evaluasi program juga dilakukan untuk
mengetahui tingkat penurunan skor depresi sebelum dan setelah dilakukannya kegiatan TAK.
Evaluasi tersebut dilakukan dengan pretest dan post-test sebelum dan setelah dilakukannya
kegiatan TAK. Dari data tersebut akan diketahui hasil pelaksanaan kegiatan TAK, yakni
berjalan efektif dan mengenai sasaran atau sebaliknya.
DI PANTI WERDHA “
Pada jurnal intervensi yang berjudul Depresi pada usia lanjut : implementasi terapi
lingkungan di panti Werdha ini bertujuan agarPasien merasa akrab dengan lingkungan yang
diharapkannya ,Pasien merasa senang/ nyaman dan tidak merasa takut dilingkungannya,
Kebutuhan fisik pasienterpenuhi, Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih, Lingkungan
menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls pasien, Personal dari
lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien sebagai individu yang memiliki hak,
kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku pasien sebagai respon adanya stress.
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen dan endogen, menimbulkan kelainan klinis berubahnefloresensi
polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal)
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:
detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya:
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
Pencegahan merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan
misalnya penggunaan saarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastic,
menggunakan mesin cuci, sikat bergagang Panjang, penggunaan detergen.
4.2 Saran
Jika memiliki kulit yang sensitive, ada baiknya menggunakan sarung tangan berbahan
plastik saat mencuci pakaian menggunakan tangan untuk menghindari terjadinya
dermatitis.
Dermatitis pun ada yang basah dan ada juga yang kering tergantung dari reaksi yang
ditimbulkan allergen pada tubuh. Pengobatannya pun menjadi berbeda sehingga perlu
dibedakan masing-masing dari klasifikasi dermatitis itu sendiri agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih berat.
DAFTAR PUSTAKA
SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan indikator
diagnositk. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan tindakan
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan kriteria hasil
keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Videbeck,S.L.(2012).BukuAjarKeperawatanJiwa.Jakarta:EGC.
Dewi,SofiaRhosma.(2014).BukuAjarKeperawatanGerontik.Yogyakarta:Deepublish.
Mardiyanti, R. E., & Praseyto, Y. B. (2012). Depresi pada usia lanjut: implementasi terapi
lingkungan di panti werdha. Keperawatan, 3(2), 204–215.
(Mardiyanti & Praseyto, 2012)Mardiyanti, R. E., & Praseyto, Y. B. (2012). Depresi pada usia
lanjut: implementasi terapi lingkungan di panti werdha. Keperawatan, 3(2), 204–215.