Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI ABNORMAL DAN KESEHATAN MENTAL


Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah psikologi abnormal dan
kesehatan mental Dosen Pengampu : Fuadatul Hurniah S.Ag, M.Si

Disusun Oleh: Kelompok 4

Alfiat Mahfudi Munir (204103050046)


Cahyono Wahyu Arrafi (204103050060)
Raudatil Reza Aprilia (204103050039)
Shofi Putri Ramadhani (204103050043)

FAKULTAS DAKWAH

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH. AHMAD SIDDIQ JEMBER

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya
nikmat dan hikmat kepada kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik sebagai
syarat tugas mata kuliah Psikologi Abnormal Dan Kesehatan Mental. Shalawat dan salam
kita haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang sangat luar biasa yang telah
mengubah peradaban manusia dari zaman kebodohan menuju peradaban yang gemilang
terang benderang dengan ilmu, karena perjuangan beliaulah islam sampai kepada kita.
Semoga kita termasuk ke dalam umatnya yang senantiasa mengikuti langkah jalan dakwah
beliau untuk menegakkan hukum-hukum Allah SWT di muka bumi dan mendapatkan
syafa’atnya di hari akhir, aamin YaRobbal’alamiin.
Makalah yang jauh dari kata sempurna ini juga merupakan bagian dari rasa syukur atas
nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT, sehingga kami bisa mengerjakan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat
kesalahan pada makalah ini. Kritikkan dan masukan dari pembaca sangat kami harapkan
untuk perbaikan makalah ini.
Kami tidak akan bisa menyelesaikan makalah ini, tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Maka dari itu kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama pembuatan makalah ini.

Jember, 09 Oktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 LatarBelakang....................................................................................................................... 4
1.2 RumusanMasalah ................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Masalah .................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
Pengertian DSM 5 ...................................................................................................................... 6
Model Perilaku Abnormal .......................................................................................................... 7
Standar-standar asesmen............................................................................................................. 9
Metode asesmen ....................................................................................................................... 10
Asesmen tes psikologis ............................................................................................................. 11
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Perilaku abnormal saat ini sudah tidak hanya dilakukan oleh generasi dewasa.
Namun, sudah bergeser dan banyak dilakukan oleh remaja dan anak-anak. Tidak
hanya dari segi kuantitas, laporan badan pusat statistik juga menjelaskan bahwa tindak
kriminalitas yang dilakukan oleh remaja juga meningkat secara kualitas. Dimana
kenakalan yang dilakukan remaja pada awalnya hanya berupa perilaku tawuran atau
perkelahian antar teman, dan sekarang berkembang sebagai tindak kriminalitas seperti
pencurian, pemerkosaan, penggunaan narkoba hingga pembunuhan.

Psikologi abnormal adalah salah satu cabang psikologi yang berupaya untuk
memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang
mengalaminya. Psikologi abnormal mencakup sudut pandang yang lebih luas tentang
perilaku abnormal dibandingkan studi terhadap gangguan mental (atau psikologis).
Atau dapat dikatakan gangguan psikologis merupakan bagian pembahasan dari
psikologi abnormal.

Gangguan psikologi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di


Indonesia. Gangguan psikologi dapat menyerang semua usia. Gangguan psikologis
sering kali diartikan sebagai suatu bentuk kegilaan. Sifat serangan penyakitnya
biasanya akut dan bisa kronis atau menahun. Di masyarakat ada stigma bahwa
gangguan psikologis merupakan penyakit yang sulit disembuhkan, memalukan dan
aib bagi keluarganya. Pandangan lain yang beredar di masyarakat bahwa gangguan
psikologis disebabkan oleh guna-guna orang lain. Ada kepercayaan di masyarakat
bahwa gangguan psikologis timbul karena musuhnya roh nenek moyang masuk
kedalam tubuh seseorang kemudian menguasainya.

Faktor penyebab terjadinya gangguan psikologis bervariasi tergantung pada


jenis-jenis gangguan psikologis yang dialami. Secara umum gangguan psikologis
disebabkan karena adanya tekanan psikologis yang disebabkan oleh adanya tekanan
dari luar individu maupun tekanan dari dalam individu. Beberapa hal yang menjadi
penyebab adalah ketidaktahuan keluarga dan masyarakat terhadap jenis gangguan
psikologis ini, serta ada beberapa stigma mengenai gangguan psikologis ini. Menurut
WHO yang kepanjangan dari World Health Organization pada tahun tahun 2007,
prevalensi penderita tekanan psikologis ringan adalah 20-40%, dan mereka tidak
membutuhkan pertolongan spesifik. Prevalensi penderita tekanan psikologis sedang
sampai berat yaitu 30-50%, membutuhkan intervensi sosial dan dukungan psikologis
dasar, sedangkan gangguan psikologis ringan sampai sedang (depresi,dan gangguan
kecemasan) yaitu 20%, dan gangguan psikologis berat(depresi berat, gangguan
psikotik) yaitu 3-4% memerlukan penanganan kesehatan jiwa yang dapat diakses
melalui pelayanan kesehatan umum dan pelayanan kesehatan jiwakomunitas . Untuk
mengetahui apakah seseorang menderita gangguan maka diperlukan suatu metode
assesmen. Agar memudahkan menjelaskan gangguan psikologis maka diperlukan
klasifikasi.

1.2 RumusanMasalah
1. Jelaskan yang dimaksud dengan DSM 5 dan model perilaku abnormal ?
2. Jelaskan yang dimaksud dengan Standar asesmen ?
3. Sebutkan apa saja metode asesmen
4. jelaskan pengertian metode asesmen?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian DSM 5 dan model perilaku abnormal
2. Untuk mengetahui standar asesmen
3. Untuk mengetahui apa saja metode asesmen
4. Untuk mengetahui pengertian asesmen
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian DSM 5

Diagnostic And Statistical Manual Of Mental Disorders (DSM V)


Mendefinisikan Gangguan Kecemasan (Anxiety) Sebagai Perasaan Takut Berlebihan
Yang Terjadi Pada Seseorang Yang Berdampak Pada Terganggunya Kegiatan Sehari-
Hari. Gangguan Kecemasan Dapat Dialami Oleh Banyak Individu Tanpa Melihat Usia
Maupun Jenis Kelamin. Penyebab Dari Gangguan Kecemasan Ini Cukup Variatif,
Sehingga Di Dalam DSM V, Gangguan Kecemasan Inipun Dibagi Menjadi Beberapa
Macam Gangguan.

A. KLASIFIKASI GANGGUAN KECEMASAN DSM V

Gangguan Kecemasan Menurut DSM V Dibagi Kedalam Kalasifikasi


Gangguan Phobia, Social Anxiety Disorder, Separation Anxiety Disorder, Panic
Disorder, Dan Generalized Anxiety Disorder1.

1. Agorafobia

Agoragobia Dibedakan Menjadi Agorafobia Tanpa Gangguan Panik Dan


Agorafobia Dengan Gangguan Panik. Gejalanya Yaitu Kecemasan Yang Timbul
Terbatas Pada (Terutama Terjadi Dalam Hubungan Dengan) Setidaknya Dua Dari
Siatuasi Berikut: Banyak Orang/ Keramaian, Tempat Umum, Bepergian Ke Luar
Rumah, Dan Bepergian Sendiri. Sehingga Penderita Menolak Untuk Keluar Rumah Atau
Yang Biasa Disebut Dengan “House Bound”.

2. Fobia Sosial

Fobia Sosial Gejalanya Yaitu Kecemasan Harus Mendominasi Atau Terbatas


Pada Situasi Sosial Tertentu (Outside The Family Circle) Dan Menghindar Dari Situasi
Tersebut. Gejalanya Terlihat Serupa Dengan Agorafobia Sehingga Terkadang Terlalu
Sulit Untuk Membedakan. Namun Lebih Diutamakan Untuk Mendiagnosis Agorafobia.

3. Fobia terisolasi

Fobia Khas Gejalanya Yaitu Kecemasan Terbatas Pada Adanya Objek Atau
Situasi Tertentu (Highly Specific Situations) Dan Situasi Tersebut Sebisa Mungkin

1
ayu Sri wahyuni, DIAGNOSIS DAN PATOFISIOLOGI
GANGGUAN DEPRESI , universitas Muhammadiyah Malang,2017,hal 8-7
Dihindarinya. Pada Fobia Khas Ini Umumnya Tidak Ada Gejala Psikiatrik Lain, Tidak
Seperti Halnya Agorafobia Dan Fobia Sosial.

4. Gangguan Panik

Pada Gangguan Panik Biasanya Ditemukan Adanya Beberapa Kali Serangan


Kecemasan Berat (Severe Attacks Of Autonomic Anxiety) Dalam Masa Kira-Kira Satu
Bulan Yang Muncul Pada Keadaan Atau Situasi Yang Sebenarnya Secara Objektif Tidak
Ada Bahaya Dan Terjadi Secara Tidak Terduga Atau Tidak Terbatas Pada Situasi Yang
Telah Diketahui Atau Yang Dapat Diduga Sebelumnya (Unpredictable Situations),
Dengan Keadaan Yang Relatif Bebas Dari Gejalagejala Kecemsan Pada Periode
Diantara Serangan-Serangan Panik Meskipun Umumnya Daapt Terjadi Juga
Kecemasan“Antisipaatorik” Yaitu Anxietas Yang Terjadi Setelah Membayangkan
Sesuatu Yang Mengkhawatirkan Akan Terjadi.

5. Gangguan Cemas Menyeluruh

Gangguan Cemas Menyeluruh Atau Yang Biasa Dikenal GAD atau bisa disebut
Generalized Anxiety Disorder Memiliki Ciri Khas Dimana Penderita Akan
Menunjukkan Kecemasan Sebagai Gejala Primer Yang Berlangsung Hampir Setiap Hari
Untuk Beberapa Minggu Samapi Beberapa Bulan, Yang Tidak Terbatas Atau Hanya
Menonjol Pada Keadaan Situasi Khusus Tertentu Saja (Sifatnya “Free Floating” Atau
Mengambang). Gejalanya Meliputi Kecemasan (Khawatir Akan Nasib Buruk, Merasa
Seperti Diujung Tanduk, Sulit Konsentrsi, Dsb.); Ketegangan Motorik (Gelisah, Sakit
Kepala, Gemetaran, Tidak Dapat Santai); Dan Overaktivitas Otonomik (Kepala Terasa
Ringan, Berkeringat, Jantung Berdebar-Debar, Sesak Napas, Keluhan Lambung, Pusing,
Mulut Kering, Dsb.). Pada Anak-Anak Sering Terlihat Adanya Kebutuhan Beerlebihan
Untuk Ditenangkan (Reassurance) Serta Keluhan-Keluhan Somatic Berulang Yang
Menonjol.

2.2 Model Perilaku Abnormal


Berdasarkan pada sejarah mengenai teori-teori yang mempelajarinya, gangguan
jiwa dapat dilihat berdasarkan filsafat mengenai hakikat manusia, yang mendasarinya
secara teoretis2. selanjutnya, sejalan dengan pandangan bahwa abnormalitas merupakan
kelanjutan dari studi kepribadian, sementara studi kepribadian adalah suatu wacana
ilmiah yang memberikan perilaku orang yang sifatnya khas. Dengan demikian, maka
yang dibicarakan dalam kepribadian adalah orang sebagai kesatuan hakiki dari berbagai
macam pendekatan atau pandangan tentang manusia, seperti terlihat dalam psikologi
pada umumnya. Pandangan fisiologis tentang orang ini terwujud dalam berbagai model,
yang terkenal diantaranya adalah:
2
igusti ayu putu, psikologi abnormal program studi psikologi universitas Udayana (Denpasar,2016) hal 12-13.
A.Model Psikoanalitik

Pedekatan ini merupakan memberikan tekanan pada peranan dorongan-dorongan


dasar yang bersifat naluriah dan tidak disadari yang terdapat pada manusia umumnya,
seperti dan terutama dorongan seks, sebagai penyebab utama terjadinya perilaku,
termasuk perilaku yang menyimpang atau gangguan jiwa. Dalam pandangan ini
kesehatan mental dipandang sebagai kondisi yang memnugkinkan individual mampu
untuk meredakan dan menyalurkan dorongan-dorongan dasar ini dalam batasan-batasan
yang diajukan atau diminta masyarakatatau society dengan agama dan budayanya.
Tingkah laku abnormal dilihat sebagai hasil dari perkembangannya yang salah atau
gangguan defens mechnism yang berlebihan ketika individu menanggulangi kecemasan
(anxiety) yang dihayatinya.

B.Model Behavioristik

model ini menekankan pada perilaku yang overt atau terbuka, serta obyektif.
Tingkah laku ini dilihat sebagai upaya organisme untuk menyesuaikan diri dengan
rangsangan-rangsangan dilingkungan, yang disebut stimulus. Abnormalitas dilohat
belajar atau renspon-renspon maladaptif dan atau kegagalan untuk mempelajari
kemampuan apa yang dibutuhkannya, atau dapat dikatan salah dalam mempelajari suatu
yang baik atau berhasil dalam mempelajari hal-hal yang tidak benar.

C.Model Humanistik

model ini menekankan pada kecenderungan-kecendrungan alamiah manusia dalam


hal pengarahan diri yang bertanggung jawab dan kepuasan diri. Abnormalitas dilihat
sebagai kegagalan untuk mengembangkan humanitas seorang secara penuh atau lengkap
sebagai akibat dari adanya blocking atau distorsi kecendrungan-kecendrungan ini
terhadap pertumbuhan dan kepuasan. Dalam pendekatan humanistik, terdapat asumsi
bahwa pada dasarnya manusia mampuu mencapai apa yang ingin ia capai melalui proses
yang disebut aktualisasi diri.

D.Model Eksistensia

model ini menekankan pada realitas primer kesadaran atau pengalaman dan
keputusan-keputusan individual yang dilakukan secara sadar. Aliran dan keputusan-
keputusan individual yang dilakukan secara sadar. Alirin ini yakin bahwa manusia pada
dasarnya adalah makhluk yang ingin eksis. Abnormalitas dipandang pendekatan ini
sebagai kegagalan untuk eksis mencapai identitas diri yang adekuat dan cara hidup yang
penuh makna (meaningfull life).

E.Model Interpersonal
model ini menekankan pada peran relasi antar pribadi dalam membentuk
perkembangan dan perilaku individual. Abnormalitas dipandang sebagai hasil atau
berasal dari relasi antar individu atau akomodasi tipe yang patalogis, gagal sebagai
subyek yang membangun interaksi dengan sesamanya, sehingga kualitas pribadinya
turun. Manusia, menurut aliran ini pada dasarnya adalah makhluk sosial (homo socius)
yang hanya dapat hidup kalau berada dalam hubungan pribadi dengan orang lain.
Hubungan yang kualitas fungsional, dinilai kurang memadai untuk kehidupan manusia.

2.3 Standar-standar asesmen

Istilah asesmen sering menurut Stiggins sebagai penilaian proses, kemajuan, dan
hasil dari belajar siswa. Pendapat lain dari Kumano menyebutkan " the process of
collecting data which shows the development of learning" dengan demikian asesmen
dapat diambil kesimpulan bahwasanya suatu hal yang tepat untuk penilaian proses
belajar siswa, meskipun didalam proses belajar adalah suatu hal yang selalu penting,
namun begitu faktor dari hasil belajar tidak dapat juga untuk dikesampingkan.

Didalam buku Siti Mania yang dipaparkan oleh Linn dan Grounlund 3 pada tahun
1995 mengemukakan bahwa asessment atau yang dibahas indonesia kan menjadi
asesmen adalah istilah umum yang melibatkan semua rangkaian prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan hasil dan informasi mendalam tentang hasil pembelajaran
peserta didik contohnya: (obsevasi, skala bertingkat tentang kinerja, tes tertulis) dan
pelaksanaan penilaian mengenai penilaian mengenai kemajuan pembelajaran peserta
didik. Pengertian asesmen hampir mirip-mirip sama dengan pengertian evaluasi akan
tetapi asesmen terdapat penekanan dalam hal tugas-tugas dalam bentuk nyata dan
kompleks.

Wiggins4 menyebutkan bahwa asesmen adalah sarana yang secara kronologis


untuk membantu guru di dalam memonitoring siswa, oleh karena itu dikuatkan oleh
Popham pada tahun 1995 menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya menjadi bagian
dari pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan, asesmen tidak hanya
mengungkapkan konsep yang telah dicapai, akan tetapi proses perkembangan bagaimana
suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil
dan proses belajar siswa, akan tetapi kemajuan belajar nya.

Klinis membuat keputusan penting berdasarkan klasifikasi dan assessment mereka


memberikan rekomendasi teknik penanganan spesifik yang berbeda-beda berdasarkan
assessment perilaku yang di tunjukkan oleh klien. Oleh karena itu, metode-metode
assessment, seperti halnya meotde diagnosis, harus reliabel dan valid.

1. Reliabilitas
Reliabilitas metode assessement. Seperti halnya sistem diagnosis mengacuh pada
konsistensinya. Pengukurantinggi, misalnya. Akan dianggap tidak reliabel apabila
menunjukan tinggi seseorang lebih tinggi atau lebih pendek pada setiap pengukuran.

3
Stiggins, R,J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York : Macmillan College Publishing
Company Hal : 56-61
4
Wiggins, G. (1984). "A True Test" : A True Test: Toward More Authentic and Aquitable Assessment" Phi Delta
Kappan 70, (9) 703 - 713.
Selain itu, orang-orang yang berbeda dapat memeriksa alat ukur tersebu dan menyetujui
hasil pengukurannya

2. Validitas

Teknik assessement ini juga harus valid instrument yang digunakan dalam assessement
harus mengukur hal yang seharusnya diukur.terdapat berbagai cara untuk mengukur
validitas yaitu validitas isis, kreteria, dan konstruk.5

2.4 Metode Asesment

Asesmen dalam Perilaku Abnormal; Asesmen merupakan sebuahproseduryang


melibatkan pengukuran dan evalusi klinisi terhadap individu dalam kerangkafaktor-
faktor psikologis, fisik, dan sosial yang mempengaruhi fungsi individu. Asesmen
dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai diri individu dan
gejalaabnormalitas yang menyertainya dilihat dari berbagai sumber.Sumber data berasal
dari data riwayat penyakit yang berasal dari informasi pasien(autoanamnesa) dan
informasi riwayat penyakit yang diadapatkan dari orang lain sepertikeluarga, teman, dan
tetangga (alloanamnese). Tujuan dari asesmen ini adalah untuk mendiagnosa, mencari
kemungkinan penyebab,membuat prognosis dan menentukan terapi yang sesuai.
Wawancara adalah bentuk percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang
bertujuan untuk mendapatkan informasi ataupun data yang diperlukan.

Jenis-jenis wawancara :
1. Diagnostic Interview
Jenis wawancara ini lebih relevan di dunia medis biasanya digunakan pada pasien
atau pelayan psikiatri dan berfokus pada simtom-simtom untuk mendeskripsikan
berbagai kemungkinan yang dialami oleh klien. Jenis wawancara ini menggunakan
mental status examination yang meliputi proses pikir dan intelektual, gangguan persepsi,
atensi dan orientasi, ekspresi emosi, insight dan konsep diri, perilaku dan penampilan.
Status mental pada jenis wawancara ini biasanya disertai dengan pemberian tes
sederhana yang dilakukan oleh klinis kepada klien.
2. Intake Interview (wawancara masuk)
Jenis wawancara ini ini dirancang agar klien dapat mengenal kondisi klinis yang
dialaminya dan pada jenis wawancara ini berfokus pada keinginan klien, motivasi untuk
treatment, harapan terhadap klinis dan Kegiatan apa yang akan dilakukan selama proses
klinis.
3. Case History Interview (wawancara riwayat khusus)
Wawancara ini dilakukan terhadap pekerja sosial yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi tentang perjalanan hidup, baik pribadi maupun sosial dari masa

5
Jeffrey S. Nevid. 2019. “Psikologi Abnormal. Jakarta-Erlangga. Hal 121-122
kanak-kanak, kehidupan keluarga, pendidikan, pekerjaan dan kehidupan sosial.
Wawancara ini dilakukan bertujuan untuk melihat struktur dan fungsi kepribadiannya
dalam kenyataan hidupnya.
4. Interview Dengan Informan
Wawancara ini dilakukan secara signifikan others seperti dengan orang tua,
saudara kandung ,atau orang terdekat klien.
5. Research Interview (wawancara penelitian)
Wawancara ini dirancang untuk mendapatkan data riset yang bentuknya
terstruktur dan terfokus serta pelaksanaan wawancara ini harus sesuai dengan etika riset
persetujuan dan pemahaman klien6.

Asesmen tes psikologis


Menurut Maloney & Ward. Asesmen psikologis adalah proses yang fleksibel,
tidak terstandar, bertujuan untuk mencapai penentuan yang dapat dipertahankan terkait
satu atau lebih masalah atau pertanyaan psikologis, melalui pengumpulan, evaluasi, dan
analisis data yang disesuaikan dengan tujuan awal pemeriksaan. Sementara Cohen &
Swerdlik pada tahun 2010 berpendapat. Asesmen psikologis adalah proses
mengumpulkan dan mengintegrasikan data-data psikologi, bertujuan untuk melakukan
evaluasi psikologis yang akan dicapai melalui penggunaan berbagai alat atau sarana
seperti tes, wawancara, studi kasus, pengamatan perilaku, dan prosedur pengukuran lain
yang dirancang khusus. Tes dan asesmen bukanlah hal yang sama. Tes merupakan salah
satu dari sekian banyak alat yang digunakan dalam proses asesmen psikologi. Tes
psikologi yang digunakan untuk mengambil keputusan terhadap seseorang, kelompok,
atau program harus selalu berada dalam konteks asesmen psikologis.

Perbedaan tes dan asesmen pskologi


1. Tujuan menghasilkan ukuran
2. Lebih sederhana
3. Durasi lebih singkat
4. Sumber data tunggal (hanya tes)
5. Peran tester (orang yang memimpin jalannya tes) bisa digantikan
6. Kualifikasi tester kemampuan teknis
Asesment
1. Tujuan: menjawab pertanyaan, menyelesaikan masalah, mengambil keputusan.
2. Lebih kompleks
3. Durasi lebih lama
4. Melibatkan sumber data tambahan
6
Randi Pratama Afra, “ASESSMENT DAN METODE WAWANCARA DALAM PSIKOLOGI KLINIS”
5. Peran asesor (orang yang melakukan assessment) tidak bisa digantikan
6. Kualifikasi7
Asesment Fisiologis terdiri dari dua elemen utama, yaitu yang pertama benda
fisik atau benda-benda yang perilakunya disesuaikan dengan hokum alam dan dapat
dijadikan objek penelitian, yang kedua pikiran manusia yang tidak berkaitan dengan
benda fisik tetapi mengontrol perilaku manusia. Sebagai contoh otak adalah yang bersifat
fisik. Sehingga otak bersifat fisik sedangkan pikiran manusia yang mengontrol perilaku
bersifat psikologis.

7
nitentangpsikologi.com-september 18, 2020 “PENGANTAR ASESSMENT PSIKOLOGI”
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

World Health Organization (WHO) mendefiniskan konsep sehat/normal sebagai


keadaan yang sejahtera baik fisik, mental, dan social secara menyeluruh. Pengertian
sehat/normal menurut WHO tersebut merupakan keadaan yang sempurna baik dari sisi
biologis, psikologis, dan sosial. Sedangkan menurut Kartini Kartono, cabang psikologi
yang memiliki bentuk-bentuk gangguan mental dan abnormalitas. Sebab-sebab
Abnormalitas menurut Coleman, penyebab abnormalitas dapat dibagi menjadi 4,
diantaranya penyebab primer, penyebab predisposisi, penyebab yang
mencetuskan,penyebab yang menguatkan.
Asesmen adalah salah satu cara perusahaan untuk memastikan mereka memilih
kandidat yang paling sesuai untuk posisi yang dicari. Merekrut kandidat yang tepat untuk
posisi yang tepat bukan perkara mudah. Menurut survei Career Builder di tahun 2017,
sekitar 3 dari 4 employer pernah merekrut kandidat yang kurang tepat untuk suatu posisi.
Hal ini menunjukkan bahwa seleksi, salah satunya asesmen, sangat krusial untuk proses
rekrutmen. Untuk mendalami lebih jauh tentang fungsi asesmen dalam proses rekrutmen,
perlu untuk dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan asesmen dan apa saja
manfaatnya bagi fungsi HR.
American Psychological Association (APA) mendefinisikan asesmen psikologi
sebagai serangkaian tools yang digunakan untuk mengukur dan mengamati perilaku
seseorang. Tools ini bisa berupa wawancara, tes resmi, dan data diri seseorang yang
kemudian dievaluasi untuk menyimpulkan informasi tentang orang tersebut. Ada beberapa
jenis tes untuk asesmen yang sering ditemui, terutama di sekolah dan di tempat kerja.
Aptitude test, atau tes bakat, adalah tes yang bertujuan untuk mengukur kemampuan
seseorang dalam bidang tertentu. Ada pula personality test, atau tes kepribadian yang
bertujuan melihat kecenderungan seseorang berperilaku.
Asesmen psikologi bisa ditemui dalam banyak konteks. Psikolog bisa memanfaatkan
asesmen berupa tes dan wawancara untuk memahami masalah yang dialami oleh kliennya.
Anda pun mungkin pernah menemui asesmen di sekolah, dalam bentuk psikotes yang bisa
mengukur minat, bakat, dan kemampuan kognitif. Dalam konteks dunia kerja, asesmen
bisa digunakan untuk mengevaluasi baik kandidat maupun pegawai. Asesmen yang
digunakan pun tentu berbeda dengan asesmen yang digunakan dalam konteks klinis,
karena bertujuan untuk menilai perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan.
3.2 Saran

Kami menyakini bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak sekali kekurangan karena murni berasal dari kelemahan, kekurangan, serta
keterbatasan kami dalam mencari sumber referensi dan menyajikan kepada pembaca semua.
Maka dari itu kritik dan saran dari saudara/i pembaca yang sifatnya membangun senantiasa
saya harapkan untuk bahan koreksi dan pembenahan kami selanjutnya. Terima kasih atas
partisipasinya, tanpa mengurangi rasa hormat saya sampaikan banyak Terima Kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Wahyuni Ayu S, DIAGNOSIS DAN PATOFISIOLOGI GANGGUAN DEPRESI ,


universitas Muhammadiyah Malang,2017.

Putu Iguti A, psikologi abnormal program studi psikologi universitas Udayana


(Denpasar,2016) .

Stiggins, R,J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York :


Macmillan College Publishing Company.

Wiggins, G. (1984). "A True Test" : A True Test: Toward More Authentic and
Aquitable Assessment" Phi Delta Kappan 70.

Randi Pratama Afra, “ASESSMENT DAN METODE WAWANCARA DALAM


PSIKOLOGI KLINIS”

Nitentangpsikologi.com-september 18, 2020 “PENGANTAR ASESSMENT


PSIKOLOGI”

Anda mungkin juga menyukai