Anda di halaman 1dari 44

TEORI-TEORI BELAJAR

BEHAVIORISTIK & KOGNITIF

OLEH :
FUADATUL HURONIYAH
Teori-teori Belajar dalam
pendidikan

• Ada tiga teori psikologi yang sangat


berpengaruh khususnya dalam bidang
pendidikan diantaranya:
– Teori Behavioristik
– Teori Kognitif
– Teori Humanistik
Teori Behavioristik
• Ciri-ciri teori behavioristik, yaitu:
– Mementingkan faktor lingkungan
– Mementingkan bagian-bagian (elemen)
– Mengutamakan mekanisme peranan reaksi
– Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil
belajar
– Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu
– Mementingkan pembentukan kebiasaan
– Dalam memecahkan masalah, ciri khasnya
adalah “trial and error”
PRINSIP-PRINSIP BEHAVIORISME

Ada beberapa ciri utama yang melekat pada


teori-teori yang berbasis pada paradigma
behavioristik antara lain :
1. Obyek psikologi adalah tingkah laku; mahzab ini
memandang obyek psikologi bukanlah kesadaran
tapi tingkah laku sehingga pengalaman-
pengalaman psikis tidak diteliti, yang diteliti
adalah perubahan-perubahan gerakan badaniah
yang observable.
LANJUTAN

2. Semua bentuk-bentuk tingkah laku


dikembalikan pada refleks-refleks.
3. Behaviorisme tidak mengakui adanya
potensi bawaan seperti bakat, sifat umum
yang menurun, sebab pendidikan dan
lingkungan memegang kekuasaan penuh
terhadap proses pembentukan perilaku
individu
Lanjutan….

• Teori belajar yang dikelompokkan ke


dalam teori behavioristik adalah :
– Teori Koneksionisme dengan
tokohnya Edward Lee Thorndike
– Teori Classical conditioning dengan
tokohnya Ivan Pavlop
– Teori operant conditioning dengan
tokohnya Skinner
TEORI BELAJAR KONEKSIONISME (THORNDIKE)

 Teori koneksionisme adalah teori yang ditemukan


dan dikembangkan oleh “Edward Lee Thorndike”
tahun 1874-1949 berdasarkan eksperimen yang
dilakukan pada tahun 1890-an. Eksperimen
Thorndike menggunakan hewan-hewan terutama
kucing untuk mengetahui fenomena belajar.
 Eksperimen Edward Lee Thorndike sangat kreatif
dan direncanakan dengan rapi atau teratur.
Adapun percobaan Thorndike dilakukan
terhadap kucing dan ayam
Lanjutan…

• Edward Lee Thorndike berkesimpulan


bahwa belajar adalah terjadinya hubungan
antara stimulus dan respon. Oleh karena
itu teori koneksionisme juga sering disebut
“S-R Bond Theory” dan “S-R
Psychology of Learning”.

 Selain disebut “connectionism” teori ini


juga sering disebut dengan “trial and
error learning”, dalam hal ini individu
yang sedang belajar melakukan kegiatan
melalui proses “trial and error” dalam
rangka memilih respon yang tepat terhadap
stimulus tertentu.
Hukum Belajar Thorndike

Adapun hukum dasar dari teori belajar Thorndike adalah sebagai


berikut :
 Hukum kesiapan (The Low of Readiness) dan rumusannya
sebagai berikut :
1). Agar proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya maka
diperlukan adanya kesiapan dari organisme untuk melakukan
belajar. Apabila individu sudah siap untuk melakukan suatu
tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku tersebut
mendatangkan kepuasan.

Siap Manifest (perilaku) Puas

Contoh : Apabila siswa benar-benar siap untuk menempuh ujian,


maka dia sangat puas bila ujian tersebut benar-benar dilakukan.
Dan siswa tersebut mantap dan tenang selama mengerjakan ujian
dan ia berusaha untuk tidak menyontek.
Lanjutan…
2). Bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah
laku, tetapi tidak dilaksanakan tingkah laku tersebut,
maka akan menimbulkan kekecewaan baginya,
sehingga menyebabkan dilakukannya tingkah laku lain
untuk mengurangi kekecewaannya.

Siap Tidak (bertindak) Kecewa

• Contoh : apabila siswa tiba-tiba diberi tes atau


ulangan tanpa diberitahu terlebih dahulu, maka
mereka protes supaya tes dibatalkan, karena mereka
belum siap
Lanjutan….
3). Apabila seseorang belum siap melakukan sesuatu tingkah
laku tetapi ia harus atau terpaksa melakukannya, maka akan
menimbulkan ketidakpuasan, sehingga dilakukan tingkah
laku lain untuk menghalangi terlaksananya tingkah laku
tersebut

Tidak siap terpaksa Kecewa

Contoh : Apabila siswa tiba-tiba diberi tes atau ulangan


tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, maka mereka akan
protes supaya tes dibatalkan, karena mereka belum siap
Lanjutan…..
4). Apabila seseorang belum siap melakukan suatu
tingkah laku dan tidak dilakukannya tingkah laku
tersebut, maka akan menimbulkan kepuasan.

Tidak siap Tidak bertindak Puas

• Contoh : apabila siswa menjadi sangat puas dan lega


setelah ada pengumuman bila ulangan atau tes
diundur seminggu, karena siswa merasa belum belajar
maksimal sehingga mereka belum siap untuk
menempuh ulangan
Lanjutan….
b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)
Hukum ini dibagi dua, yaitu :
1). Hukum penggunaan (the law of use). Prinsip hukum ini adalah
bahwa hubungan antara stimulus respon akan menjadi semakin
kuat jika sering digunakan (adanya latihan terus-menerus)
2). Hukum tidak ada penggunaan (the law of disuse). Prinsip dari
hukum ini adalah hubungan antara stimulus dan respon akan
melemah jika tidak diikuti dengan pengulangan (latihan).
• Contoh : apabila siswa dalam belajar bahasa Arab selalu menghapal
kosa kata, maka bila ada stimulus (rangsangan) yang berupa
pertanyaan tentang arti “buku” dalam bahasa Arab, maka peserta
didik tersebut akan memberikan respon (jawaban) dengan benar.
Sebaliknya, apabila siswa tidak pernah atau sering menggunakan
(latihan) kosa kata tersebut, maka peserta didik akan kesulitan
memberikan respon (jawaban) yang benar.
Lanjutan…
c. Hukum Akibat ( the Law of Effect).
Hukum ini berbunyi “Hubungan antara stimulus dan
respon diperkuat apabila akibatnya memuaskan dan
akan melemah apabila akibatnya tidak memuaskan”.
Dengan kata lain, suatu perbuatan yang menyebabkan
kepuasan atau kesenangan cenderung untuk diulang,
sebaliknya apabila tidak menyenangkan cenderung
dihentikan.
• intisari hukum ini ada korelasi antara hukuman dan hadiah, artinya
tingkah laku yang menghasilkan hadiah cenderung dilakukan dan
tingkah laku yang disertai hukuman cenderung dihentikan.
• Contoh : Apabila seorang siswa menyontek dalam ujian tetap
dibiarkan dan justru diberi nilai A maka ia akan nyontek terus
dalam ujian, akan tetapi apabila siswa tersebut ditegur dan
diberikan nilai tidak lulus maka ia akan berhenti menyontek.
Teori Belajar Kondisioning
Ivan Petrovich Pavlop

• Tokoh Classical Conditioning adalah Ivan Petrovich


Pavlop, ia lahir pada tahun 1949 di kota Rayasan Rusia.
Pavlop merupakan ahli psikologi dari Rusia, namun, pada
awalnya pavlop adalah seorang calon pendeta karena
ayahnya adalah seorang pendeta dan menginginkan
Pavlop mengikuti jejaknya, akan tetapi ia merasa tidak
cocok dengan profesi sebagai pendeta.
• Istilah lain dari Classical Conditioning adalah
pavlovianisme yang diambil dari nama Pavlop sebagai
peletak pertama dasar teori tersebut.
Lanjutan….
• Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang
memungkinkan organisme memberikan respon
terhadap suatu rangsang yang sebelumnya tidak
menimbulkan respon itu, atau suatu proses untuk
mengintroduksi berbagai reflek menjadi sebuah
tingkah laku. Jadi Classical Conditioning sebagai
pembentuk tingkah laku melalui proses
persyaratan dan Pavlop beranggapan bahwa
tingkah laku organisme dapat dibentuk melalui
pengaturan dan manipulasi lingkungan.
• Hal ini menunjukkan bahwa belajar menurut teori
Classical Conditioning Pavlov mengutamakan proses
daripada hasil. Oleh karena itu, dalam proses
belajar, teori Pavlov lebih mengutamakan stimulus
daripada respon.
Lanjutan…
 Pavlov berasumsi bahwa bahwa tingkah laku organisme disebabkan oleh
stimulus yang diterimanya. Dengan kata lain, perilaku organisme dikontrol
oleh stimulus. Atas dasar inilah teori Classical Conditioning Pavlov sering
disebut teori S-R tipe S.
 Aplikasi Teori Classical Conditioning Pavlov dalam Pendidikan.
 Contoh penerapan teori classical conditioning dalam dunia pendidikan
adalah :
 lonceng berbunyi yang menandakan dimulai atau pelajaran berakhir,
 guru bertanya yang diikuti oleh angkat tangan siswa menandakan siswa
dapat menjawabnya. Semua kondisi tersebut diciptakan untuk
memanggil respon atau tanggapan.
 panduan belajar dengan mengkombinasikan gambar-gambar dan kata-
kata dalam mempelajari bahasa, akan sangat berguna dalam mengajar
perbendaharaan kata-kata,
Teori Operant Conditioning
Burrhus Frederic Skinner

• Skinner dalam mengembangkan teorinya dipengaruhi


oleh Pavlov dan Thorndike, lebih-lebih hukum efek
dari Thorndike. Pendekatan Skinner adalah operant
conditioning, yang merupakan penerusan dan
perluasan secara akurat dari hukum Thorndike.

• Skinner menganggap “reward” dan “reinforcement”


sebagai faktor terpenting dalam proses belajar.
Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah
meramal dan mengontrol perilaku.
Lanjutan…
 Eksperimen Skinner (dalam UNY Yogya 2001) terkenal dengan istilah
“Skinner Box”
 Prosedur eksperimen
• Tikus dalam keadaan lapar
• Waktu tikus jauh dari makanan, ada bunyi (oleh eksperimenter), muncul
makanan
• Ada bunyi bel (oleh eksperimenter ), tikus mendekati tempat, ada makanan
• Ada bunyi (oleh eksperimenter), tidak diberi makanan. Pada saat ini terjadi
operant, tikus membuat gerakan-gerakan kesanan kemari dengan lebih
meningkat
• Setelah ada bunyi dari tombol yang disentuh tikus sendiri, muncul makanan
• Setiap tikus menyentuh tombol muncul makanan; semakin lama, jarak waktu
antar menyentuh tombol, relatif semakin singkat
• Dibuat situasi agar tikus bekerja sendiri. Disini terjadi operan
Lanjutan…
Berdasarkan dari prosedur di atas, maka ada 2 fase, yaitu;
 Fase latihan, meliputi;
o Melaparkan tikus
o Melatih tikus (oleh eksprimenter)
 Fase shaping
o Tujuannya adalah membentuk tingkah laku supaya tikus
menekan tombol, untuk memperoleh makanan.
o Kegiatan untuk mencapai tujuan itu dirinci, semakin
meningkat mencapai tombol.
o Jika kita ingin membentuk tingkah laku maka;
Harus menganalisis tingkah laku tersebut menjadi unit-unit
apa yang mendukung tingkah laku tersebut, Hadiah-hadiah
apa yang harus diberikan bila telah mencapai unit-unit
Lanjutan…

 Pendapat Skinner tentang punishment (hukuman)


• Hukuman dapat menekan perilaku, dan ketika hukuman
dicabut maka perilaku akan muncul kembali seperti
keadaan semula (awal) artinya hukuman hanya sukses
hanya untuk sementara waktu saja. Skinner memberikan
argumentasinya tentang hukuman sebagai berikut:
– Hukuman dapat menimbulkan efek emosional yang
tidak diharapkan.
– Hukuman hanya dapat memberitahu apa yang tidak
boleh dilakukan, bukan apa yang harus dilakukan
– Hukuman seolah-olah membenarkan tindakan
menyakiti orang lain
Lanjutan…

– Hukuman dalam situasi tertentu dimana


perilaku yang seharusnya dihukum tetapi
tidak dihukum akan mendorong seseorang
untuk melakukannya kembali
– Hukuman dapat memancing sifat agresi
pada orang yang memberi hukuman dan
pada orang lain
– Hukuman sering menghilangkan sesuatu
perilaku yang tidak dikehendaki tetapi
malah memunculkan perilaku lain yang juga
tidak dikehendaki
Teori belajar kognitif

Teori belajar kognitif menganggap belajar


sebagai proses pemfungsian unsur-unsur
kognisi, terutama unsur pikiran, untuk
dapat mengenal dan memahami stimulus
yang datang dari luar.
Mementingkan apa yang ada pada
diri siswa

Ciri-ciri teori Mementingkan keseluruhan


belajar
kognitif Mementingkan peranan fungsi
kognitif

Mementingkan keseimbangan dalam


diri siswa

Mementingkan kondisi yang ada


pada waktu ini

Mementingkan pembentukan
stuktur kognitif

Dalam pemecahan masalah,


memiliki ciri khusus
TEORI BELAJAR KOGNITIF

• Yang termasuk dalam teori belajar kognitif :


•Teori Gestalt (Max Wherthemer)
•Teori Medan (Kurt Lewin)
• Memecahkan problem (Insight) (W. Kohler dan
Kurt Koffka)
•Kognitif developmental (Jean Piaget)
•Teori Sosial Kognitif (Albert Bandura)
Teori Kognitif
Gestalt

Belajar Gestalt
menekankan pemahaman
atau “insight” dan
pengamatan sebagai
suatu alternatif yang
akan mampu mencapai
pengamatan yang benar
objektif sebelum
mencapai pengertian.
TEORI GESTALT (MAX WERTHEMER)

Hukum–hukum persepsi :
 Hukum Figur-ground

Dalam persepsi dikemukakan adanya dua bagian yaitu


“figure” yakni bagian yang dominan dan merupakan focus
perhatian, dan “ground” yang melatar belakangi atau
melengkapi, contoh ; vas bunga
 Hukum Kedekatan

Objek-objek yang secara fisik saling berdekatan cenderung


diamati / dipersepsikan sebagai satu kesatuan, contoh ;
berteman dengan seorang penjahat
LANJUTAN…

 Hukum Kesamaan
Objek yang sama mempunyai kecenderungan untuk
dipersepsikan sebagai satu kesatuan, contoh ;
memakai logo/lambang tertentu
 Hukum Kontinuitas
Objek-objek yang mengikuti pola kesinambungan,
cenderung dikelompokkan sebagai satu kesatuan.
Contoh ;
X X X X X X X X X X
O O O O O O O OO O
# # # # # # # # # #
  
Lanjutan…

• Hukum ketertutupan (closure)


Kecenderungan orang untuk mempersepsikan
sesuatu yang kurang lengkap menjadi lengkap,
sehinggua menjadi sesuatu yang penuh arti
atau berarti. Contoh ;
Hukum Kekonstanan Persepsi

o Kekonstanan Ukuran
• Contoh ; pengalaman mengajarkan bahwa
pesawat itu ukurannya besar, Gunung dan
pohon lebih tinggi gunung.
o Kekonstanan Bentuk
•Contoh ; uang logam bulat
o Kekonstanan warna
• Contoh ; pengaruh warna teradap orang yang
berada disekitarnya, namun tetap ingat warna
aslinya.
Lanjutan…

o Kekonstanan Letak
• Yang menyebabkan orang tidak mudah tersesat,
karena sudah ada peta / letak sesuatu di dalam otak
kita.
• Contoh ; arah qiblat ketika sholat
TEORI MEDAN

Tokoh dari Teori Medan adalah : Kurt Lewin


Menurut Kurt Lewin : bahwa tingkah laku
manusia dalam suatu waktu ditentukan oleh
keseluruhan jumlah fakta-fakta psikologis yang
dialami dalam waktu tersebut.
 Fakta Psikologis berpengaruh pada tingkah
laku, termasuk amarah, ingatan kejadian di
masa lalu, penampilan tertentu dari orang lain,
dsb.
Lanjutan…
• Pokok- pokok Teori Medan
• Belajar adalah perubahan struktur
kognitif (pengetahuan)
• Peranan hadiah dan hukuman
• Masalah kesuksesan dan kegagalan
• Taraf aspirasi
• Ulangan yang terlalu banyak
menimbulkan kejenuhan
TEORI BELAJAR DENGAN
PEMAHAMAN (INSIGHT)
W. Kohler dan Kofka melakukan eksperiment pada
seekor simpanse, simpanse di masukan dalam kurungan
dan dihadapkan pada masalah, yakni bagaimana caranya
mengambil pisang.

 Inti yang dapat diambil dari ekperimen koh ler


adalah : Belajar dengan cara pemahaman (insight)
lebih baik dari pada trial and eror.
KOGNITIF DEVELOPMENTAL (JEAN PIAGET)

 Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan


kognitif anak menjadi empat tahap :
1. Tahap sensory – motor, yakni perkembangan ranah
kognitif yang terjadi pada usia 0-2 tahun, Tahap
ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan
persepsi yang masih sederhana.
2. Tahap pre – operational, yakni perkembangan
ranah kognitif yang terjadi pada usia 2-7 tahun.
Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya
symbol atau bahasa tanda, dan telah dapat
memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan
yang agak abstrak.
LANJUTAN…

3. Tahap concrete – operational, yang terjadi pada usia 7-


11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah mulai
menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis. Anak
sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik
perseptual pasif.
4. Tahap formal – operational, yakni perkembangan ranah
kognitif yang terjadi pada usia 11-15 tahun. Ciri pokok
tahap yang terahir ini adalahanak sudah mampu
berpikir abstrak dan logisdengan menggunakan pola
pikir “kemungkinan”.
Social Cognitive

Albert Bandura bahwa manusia sebagai


makhluk sosial dalam interaksinya dengan orang
lain, individu mengembangkan kemampuan
berfikirnya untuk mengamati dan meniru
perilaku orang lain di sekitarnya
Kelebihan teori belajar kognitif

1. Menjadikan siswa lebih


kreatif dan mandiri

2.Membantu siswa memahami


bahan belajar secara mudah
Kelemahan teori belajar kognitif

1. tidak menyeluruh untuk


semua tingkat pendidikan

2. Sulit dipraktikkan, khususnya di


tingkat lanjut

3. Beberapa prinsip sulit


dipahami

Anda mungkin juga menyukai