“GANGGUAN PSIKOLOGIS”
Paper Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikologi
Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 7
Tiada kalimat yang pantas kami ucapkan kecuali rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Karena dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan paper ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pengantar Psikologi, dengan judul.”
Gangguan Psikologis”
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengurai dan mengenal dalam
konteks gangguan psikologis. Kami berupaya untuk memberikan wawasan tentang bagaimana
ketidakseimbangan yang dapat mempengaruhi psikologis, begitu juga sebaliknya. Paper ini
diharapkan dapat menyajikan gambaran komperehensif mengenai dinamika kompleks yang
terlibat dalam gangguan psikologis.
Dalam menulis paper ini kami berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan sumber-
sumber dan informasi baik dari jurnal-jurnal ataupun buku yang terpercaya. Semoga saja
penyusunan paper ini dapat memberikan manfaat bagi kami pribadi dan mahasiswa lainnya.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………. 1
KATA PENGANTAR..……………………………………………………. 2
DAFTAR ISI…………..…………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2.6 Skizofrenia.……………..……………………………… 13
3
2.4.3 Terapi Humanis dan Ekstensial …………………………… 18
2.4.5 Farmakoterapi……………....……………………………… 19
A. Kesimpulan……… ..……………………………………………... 22
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan mental menurut WHO adalah keadaan yang baik dimana seseorang dapat
menyadari potensi diri mereka yang sebenarnya, dapat mengatasi stress normal dari hidup,
serta dapat bekerja secara produktif dan kian berkontribusi terhadap lingkungannya
(Phangadi, 2018). Dewasa ini kesehatan mental sendiri sering menjadi topik pembicaraan
yang hangat semenjak beberapa tahun lalu. Di Indonesia kasus bunuh diri dan tingginya
kasus yang berhubungan dengan kesehatan mental termasuk depresi juga semakin
meningkat. Salah satu penyakit mental yang sedang banyak dialami umat manusia adalah
depresi. Menurut pakar psikologi, depresi adalah kondisi terganggunya mood dan
emosional yang berkepanjangan yang melibatkan proses berpikir, berperilaku dan dan
berperasaan yang umumnya muncul karena hilangnya harapan atau perasaan yang tidak
berdaya (Rice PL:1992).
WHO sendiri memberikan pernyataan bahwa gangguan depresi merupakan penyakit
pada urutan keempat (Tempo.co, 2019). Menurut Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa
masalah depresi sendiri dapat mengarah kepada tindakan bunuh diri (Tempo.co,2019).
Beberapa faktor akan depresi sendiri menurut artikel yang ditulis oleh Sendari pada situs
Liputan6 adalah kepercayaan diri yang rendah, mengalami kejadian yang traumatic,
memiliki ketergantungan terhadap alcohol atau obat-obatan terlarang, perubahan hormon,
mempunyai gangguan mental lainnya, serta berbagai faktor lain. Diagnosis akan depresi
sendiri hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli (Sendari, 2019). Gangguan depresi ini juga
mempengaruhi generasi Z yang hidup pada tahun 2020.
5
1.3 Tujuan Penulisan
6
BAB II
PEMBAHASAN
Millness (mental disorder), disebut juga dengan gangguan mental atau jiwa, adalah
kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau
kombinasi diantaranya. Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu
yang lama (kronis). Gangguan ini bisa ringan hingga parah, yang dapat memengaruhi
kemampuan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ini termasuk melakukan
kegiatan sosial, pekerjaan, hingga menjalani hubungan dengan keluarga. Meski rumit,
gangguan kesehatan mental termasuk penyakit yang dapat diobati. Bahkan, sebagian besar
penderita mental disorder masih dapat menjalani kehidupan sehari-hari selayaknya orang
normal. Namun, pada kondisi yang lebih buruk, seseorang mungkin perlu mendapat
perawatan intensif seperti psikoterapi untuk menangani kondisinya. Tak jarang, kondisi ini
pun dapat memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri atau mengakhiri kehidupannya.
Gangguan kecemasan umum adalah rasa cemas atau khawatir yang berlebihan dan tidak
terkendali terhadap berbagai hal. Kondisi ini bisa disertai dengan gejala fisik, seperti
banyak berkeringat, sulit bernapas, atau jantung berdebar ketika mereka berhadapan
7
dengan situasi yang tidak dapat meraka kendalikan. Penyebab dari gangguan
kecemasan umum belum diketahui secara pasti. Meski demikian, kondisi ini diduga
terkait dengan sejumlah faktor, seperti riwayat gangguan kecemasan umum pada
keluarga, riwayat trauma atau peristiwa yang menyebabkan stres, contohnya bullying
atau perundungan, riwayat penyalahgunaan narkoba, kecanduan alkohol, atau
gangguan pada sistem saraf, penyakit yang membutuhkan pengobatan jangka panjang,
contohnya radang sendi (arthritis) dan kondisi tertentu, sering latah atau mengalami
hipokondriasis.
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition (DSM-5)
orang dengan GAD mempunyai kriteria berikut:
1. Kecemasan yang berlebihan terjadi lebih sering atau selama setidaknya 6 bulan, dan
mencemaskan berbagai topik.
3. Kecemasan terkait dengan kurang lebih tiga gejala seperti gelisah, kelelahan, sulit
berkonsentrasi, gangguan tidur, dan ketegangan otot.
5. Gangguan tersebut bukan karena efek dari gangguan mental lainnya ataupun karena
efek dari zat.
Gangguan stres pasca trauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang
mengalami atau menyaksikan peristiwa yang bersifat traumatis atau sangat tidak
menyenangkan. Misalnya peristiwa traumatis yang dapat memicu PTSD adalah perang,
kecelakaan, bencana alam, dan pelecehan seksual. Setiap orang bisa terserang PTSD
setelah menyaksikan atau mengalami kejadian tragis. Akan tetapi, PTSD lebih berisiko
terjadi pada orang yang kurang mendapat dukungan dari keluarga dan teman,
kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA, menderita gangguan mental lain,
misalnya gangguan kecemasan, memiliki keluarga dengan riwayat gangguan mental
seperti depresi, pengalaman bullying pada masa kecil.
8
c. Gangguan panik
Gangguan panik adalah kondisi yang ditandai dengan serangan panik atau kecemasan
berlebihan secara tiba-tiba. Gangguan ini dapat terjadi berulang kali tanpa alasan yang
jelas. Sering muncul perasaan akan terjadi kemalangan atau kematian. Serangan ini
dapat muncul hingga beberapa menit hingga jam. Seseorang dakam gangguan ini
mengalami gemetar, pusing, panas dingin, berkeringat, krtakutan tidak waras atau
kehilangan kendali. Gangguan ini bisa muncul akibat stress dan emosi yang
berlangsung dalam waktu yang lama.
d. Ketakutan
1) Fobia adalah perasaan bahaya yang berlebihan dan tidak realistis, sehingga
menyebabkan seseorang mengalami tekanan ekstrem ketika berhadapan dengan
sumber ketakutannya. Faktor fobia yang umum seperti ketakutan terhadap objek,
orang, hewan, aktivitas, atau situasi tertentu.
2) Agorafobia adalah jenis gangguan kecemasan yang ditandai dengan ketakutan dan
penghindaran terhadap tempat atau situasi yang mungkin menyebabkan kepanikan
dan perasaan terjebak, tidak berdaya, atau malu, beberapa pemicu umum agorafobia
termasuk transportasi umum, keramaian, pedesaan terbuka, dan ruang tertutup.
Agoraphobia mengalami rasa takut terhadap situasi di mana jalan keluar mungkin
sulit atau sulit untuk diakses.
Gangguan mood adalah masalah mental yang memengaruhi keadaan emosi seseorang.
Pengidapnya bisa sangat bahagia dan sedih dalam waktu bersamaan. Seseorang baru
bisa didiagnosis mengalami gangguan mood apabila mengalami gejala selama beberapa
9
minggu. Kondisi ini juga dapat menghambat aktivitas sehari-hari, terutama saat bekerja
dan sekolah.
a. Depresi
Depresi merupakan gangguan emosional atau suasana hati yang buruk yang
ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan, putus harapan, perasaan bersalah
dan tidak berarti. Sehingga seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan
berperilaku) tersebut dapat mempengaruhi motivasi untuk beraktivitas dalam
kehidupan sehari-hari maupun pada hubungan interpersonal. Pada umumnya, individu
yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang
khas.
b. Bipolar
Bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan drastis pada
suasana hati. Penderita gangguan ini bisa merasa sangat gembira atau euforia, kemudian
berubah menjadi sangat sedih. Gangguan bipolar dapat diderita seumur hidup sehingga
memengaruhi aktivitas penderitanya. Namun, pemberian obat-obatan dan psikoterapi
dapat membantu penderita untuk menjalani aktivitasnya sehari-hari.
Gangguan kepribadian adalah gangguan mental dengan ciri-ciri pola pikir dan
perilaku yang tidak normal serta sulit untuk diubah. Penderita gangguan kepribadian juga
mengalami kesulitan untuk memahami situasi dan orang lain.
10
antara lain sering mengabaikan dan melanggar hak orang lain, tidak memiliki empati,
merasa lebih hebat dari orang lain, dan perilaku manipulatif. Gangguan ini biasanya
muncul sebelum usia 15 tahun dan dapat disebabkan oleh kombinasi faktor genetik
dan lingkungan, seperti pengabaian dan adopsi dalam masa kecil. Saat ini, belum ada
obat atau metode terapi khusus yang dapat menyembuhkan gangguan ini.
c. Psikopati
Adiksi zat atau yang biasa disebut dengan kecanduan adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh penggunaan suatu zat secara terus-menerus walaupun pengguna telah
menyadari bahwa kebiasaan tersebut telah menimbulkan masalah seperti kesulitan
mengontrol penggunaan, timbul masalah kesehatan dan konsekuensi sosial yang negatif.
Gangguan ini ditandai dengan, kesulitan mengontrol penggunaan zatnya, menggunakan
11
atau meningkatkan penggunaan di banding awal pemakaian, kesulitan mengurangi
pemakaian, sebagian besar waktunya digunakan untuk mendapatkan dan mengkonsumsi
zat, memiliki dorongan yang kuat untuk menggunakan zat secara terus menerus, muncul
masalah dalam kehidupan sosial atau pekerjaannya, tidak menjalankan kewajiban atau
tugasnya di tempat kerja / sekolah / rumah, timbul masalah sosial akibat penyalahgunaan
zatnya seperti mencuri, terlibat pertengkaran, menutup diri dan lain sebagainya,
mengurangi aktivitas sosial atau pekerjaan yang penting.
Gangguan identitas disosiatif yang sampai saat ini masih dikenal dengan nama
gangguan kepribadian ganda (multi personality disorder atau MPD). Gangguan ini
merujuk pasa munculnya dua atau lebih identitas yang berbeda pada diri seseorang, di
mana setiap identitas tersebut memiliki nama, ingatan dan trait kepribadian yang
berbeda.
b. Amnesia Disosiatif
Amnesia disosiatif adalah hilangnya memori stelah kejadian yang penuh stres.
Sesorang yang mederita amnesia disosiatif tidak mampu menginat informasi yang
penting, biasnaya setelah suatu episode yang penuh stres. Informasi-informasi itu tidak
hilang secraa permanen namun tidak dapat diingat kembali saat episode amnesia.
12
Memori yang hilang mencakup semua perisiwa dalam kurun waktu tertentu setelah
suatu kejadian traumatik.
1) Amnesia Terlokalisasi; dimana peristiwa terjadi dalam suatu periode waktu tertentu
hilang dari ingatan. Orang tersebut tidak bisa mengingat kembali untuk beberapa
jam, atau hari setelah suatu kejadian yang menekan.
2) Amnesia Selektif; orang lupa hanya pada hal-hal khusus yang mengganggu, yang
terdapat dalam suatu periode waktu tertentu.
3) Amnesia Menyeluruh; orang yang melupakan seluruh kehidupannya. Namun,
mereka cenderung tetap untuk mempertahankan kebiasaan, selera, dan
keterampilan mereka.
c. Gangguan Depersonalisasi-Derealiasasi
Gangguan depersonalisasi, merupakan gangguan dimana persepsi atau
pengalaman seseorang terhadap diri sendiri berubah secara menyedihkan dan
mengganggu, di dalam DSM-IV-TR tercantum sebagai gangguan disosiatif. Namun
dalam pencamtumannya masih terdapat kontroversi karena gangguan depersonalisasi
tidak mencakup gangguan memori, yang merupakan ciri khusus gangguan disosiatif
lainnya.
Gangguan depersonalisasi ini umumnya dipicu oleh stres, individu secara
mendadak kehilangan rasa diri mereka. Mereka mengalami pengalaman sensori yang
tidak biasa contohnya ukuran tangan dan kaki mereka tampak berubah secara drastis
atau suara mereka terdengar asing bagi mereka sendiri. Mereka juga merasa berada di
luar tubuh mereka, menatap diri mereka sendiri dari kejauhan. Kadangkala mereka
merasa seperti mesin, seolah-olah mereka dan orang-orang lain adalah robot atau
mereka seolah bergerak di dunia yang tidak nyata. Episode-episode yang sama
kadangkala terjadi dalam beberapa gangguan lain seperti skizofrenia, serangan panik,
gangguan stres pascatrauma dan gangguan kepribadian ambang.
2.2.6 Skizofrenia
Skizofrenia adalah salah satu gangguan jiwa berat yang dapat mempengaruhi
pikiran, perasaan, dan perilaku individu. Skizofrenia adalah bagian dari gangguan
psikosis yang terutama ditandai dengan kehilangan pemahaman terhadap realitas dan
13
hilangnya daya tilik diri. Pada gangguan psikosis, termasuk juga skizofrenia, dapat
ditemukan gejala gangguan jiwa berat seperti halusinasi, waham, perilaku yang kacau,
dan pembicaraan yang kacau, serta gejala negatif.
Gejala skizofrenia setidaknya harus bertahan kurang lebih enam bulan. Gejala-gejala
skizofrenia menurut Keliat (2012) dalam Mashudi (2021) antara lain:
a. Gejala Positif
1) Waham atau delusi adalah kesalahan keyakinan seseorang dan tidak sesuai dengan
kenyataan namun tetap diyakini serta dipertahankan oleh dirinya sendiri, waham
kejar, curiga, dan waham kebesaran merupakan jenis-jenis waham.
2) Halusinasi Pengalaman persepsi sensori yang tidak ada rangsangan eksternal yang
memicunya. Halusinasi dapat meliputi pendengaran suara, penglihatan, perasaan,
penciuman, atau pengecapan yang tidak nyata.
c) Neologisme adalah penggunaan kata-kata baru atau istilah yang tidak dimengerti
orang lain dan hanya dimengerti oleh individu yang mengalaminya.
4) Perubahan Perilaku seperti perubahan perilaku aneh, tidak wajar, atau tidak sesuai
dengan norma sosial.
b. Gejala Negatif
2) Anhedonia adalah merasa tidak ada kegembiraan atau kesenangan dari hidup atau
aktivitas atau hubungan apapun.
3) Apatis adalah perasaan acuh tak acuh terhadap orang, aktivitas, dan peristiwa
14
4) Asosialitas adalah penarikan sosial, sedikit atau tidak ada hubungan, dan
kurangnya kedekatan.
5) Efek tumpul adalah rentang perasaan, nada, atau suasana hati yang terbatas.
a. Kontribusi genetik
1) Model Diatesis Stres
Dalam pembahasan mengenai kontribusi gen terdapat istilah diathesis-stress model
yang artinya individu mewarisi banyak gen, berbagai kecenderungan untuk
mengekspresikan sifat atau perilaku tertentu yang dapat diaktifkan melalui kondisi
stress. Diatesis sendiri memiliki makna yakni kondisi yang membuat seseorang
rentan untuk mengembangkan gangguan tertentu. Misalnya seorang anak memiliki
orang tua yang ketika stres cenderung untuk marah-marah maka sang anak bisa
memiliki kecenderungan yang sama dengan orang tuanya.
15
Teori Seligman menyebutkan bahwa orang menjadi gelisah dan depresi ketika
mereka membuat atribusi bahwa mereka tidak memiliki control atas stress yang
terjadi dalam hidupnya (baik yang mereka lakukan maupun tidak).
2) Modelling
Belajar melalui observasi dan imitasi(meniru) perilaku orang lain. Eskperimen
bandura mengenai bobo doll eskperimen menemukan bahwa anak yang
diperlihatkan perilaku agresif dari model maka cenderung merespon dengan
Tindakan agresif pula.
e. Faktor perkembangan
Dalam perjalanan hidup terdapat banyak fase perkembangan dari bayi, anak-anak,
remaja, dewasa hingga lanjut usia. Setiap perubahan menuju dari fase berikutnya
tentunya mengalami pergejolakan. Ada banyak masa-masa krisis kehidupan selama kita
hidup dan tentunya jika kita mampu menghadapinya dan mampu melewatinya kita akan
menjadi manusia yang bertumbuh. Namun, jika kita tidak mampu menetapkan pilihan
yang bijak selama fase kehidupan kita, maka ada kerentanan gangguan psikologis.
Gangguan psikologis dapat ditangani dengan berbagai cara, salah satunya adalah
melalui terapi psikologis atau psikoterapi. Psikoterapi adalah metode yang umum
dilakukan untuk menangani berbagai masalah kejiwaan, seperti stres berat, depresi, dan
gangguan cemas. Terdapat banyak jenis psikoterapi yang dapat dilakukan, seperti terapi
16
perilaku kognitif, terapi psikodinamik, terapi keluarga dan pasamgan, terapi humanis dan
eksistensial. Selain itu, terdapat juga cara-cara lain untuk mengatasi masalah kesehatan
mental, seperti meditasi, olahraga, mengatur pola makan, memperkuat dukungan sosial,
dan menjaga kesehatan fisik. Pengobatan gangguan jiwa dapat melibatkan pendekatan
multidisiplin yang mencakup terapi psikologis, pemberian obat-obatan, dan gaya hidup
yang sehat.
Psikoterapi adalah salah satu metode yang umum dilakukan untuk menangani berbagai
masalah kejiwaan, seperti stres berat, depresi, dan gangguan cemas. Psikoterapi biasanya
dilakukan perorangan, tapi terkadang juga bisa dilakukan secara berkelompok. Psikolog atau
psikiater akan membimbing dan melatih pasien untuk belajar mengenali kondisi, perasaan,
dan pikiran yang menyebabkan keluhan, serta membantu pasien untuk membentuk perilaku
yang positif terhadap masalah yang sedang dihadapi.
Terapi perilaku kognitif adalah salah satu jenis psikoterapi yang dilakukan dengan
mengombinasikan dua jenis terapi, yaitu terapi perilaku dan terapi kognitif. Kedua terapi
ini bertujuan untuk mengubah pola pikir dan respons pasien terhadap situasi atau stresor
tertentu, serta memperbaiki cara pasien dalam menyikapinya.
a. Terapi perilaku: atau biasa disebut behavioral therapy adalah prosedur pengobatan
yang berfokus pada perubahan perilaku, pikiran dan perasaan negative yang bisa
berdampak pada perilaku membahayakan diri. Terapi ini bertujuan untuk melatih
pengidap bagaimana cara mengelola emosi, membantu menyelesaikan konflik
dengan mempelajari cara berkomunikasi, membantu mengelola rasa kehilangan dan
sedih berlebihan, mengatasi rasa trauma terkait dengan kekerasan atau pelecehan
seksual. Terapi ini menggunakan Teknik Pemaparan, Desentisisasi Sistematis,
Behavioral Self-Monitoring, Pelatihan Ketrampilan.
b. Terapi kognitif adalah salah satu jenis psikoterapi yang bertujuan untuk membantu
pasien mengubah pola pikir dan perilaku yang tidak membantu menjadi lebih
positif. Terapi kognitif perilaku umumnya digunakan untuk menangani masalah
kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi, namun juga terbukti efektif dalam
menangani gangguan kesehatan mental lainnya seperti fobia dan gangguan pola
makan. Terapi ini menggunakan Teknik Cognitive Behavioral Therapy (CBT),
Conitive Processing Therapy, (CPT), Rational Emotive Behavior Therapy (REBT).
17
2.4.2 Terapi Psikodinamika
Terapi psikodinamika adalah bentuk terapi bicara yang digunakan untuk mengobati
depresi, serangan panik, gangguan kecemasan, dan gangguan psikologi serius lainnya.
Terapi ini membantu pasien memahami asal-usul kesulitan yang tidak dapat diatasi
sendiri, mengenali sumber masalah, hingga mencari cara untuk mengatasinya. Terapi
psikodinamika efektif dalam mengurangi gejala penyakit mental dan meningkatkan
kualitas hidup pasien.
Terapi ini juga dapat membantu pasien untuk memahami pikiran, perasaan, dan
konflik yang berkontribusi pada perilaku mereka. Tujuan utama dari terapi
psikodinamika adalah untuk membantu pasien memahami diri, belajar membangun
hubungan, dan mempertahankan hubungan tersebut agar menjadi lebih baik lagi.
Terapi humanis dan ekstensial merujuk pada pendekatan yang digunakan dalam
berbagai bidang medis dan kehidupan yang melibatkan interaksi dan komunikasi dengan
individu yang membutuhkan perhatian dan empati.
a. Terapi humanis: seperti halnya filosofi humanisme yang melandasinya, terapi ini
didasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah baik
dan bahwa orang hanya akan mengeluarkan perilaku yang buruk atau membuat
masalah apabila mereka dipaksa oleh keterbatasan yang mengganggu. Maka dari itu,
para terapis humanis ingin mengetahui bagaimana klien melihat situasi mereka
sendiri secara subjektif dan bagaimana mereka menginterpretasikan lingkungan
mereka. Hal inilah yang menyebabkan para terapis meneliti apa yang terjadi "pada
saat ini, di sini," dan bukan pada isu-isu mengenai "mengapa dan bagaimana." Terapi
humanis Suatu bentuk psikoterapi yang didasarkan pada filsafat humanisme, yang
menekankan pertumbuhan pribadi, kegembiraan, capaian potensi manusia, dan
kemampuan klien untuk berubah alih-alih ditakdirkan untuk mengulangi konflik di
masa lalu.
b. Terapi ekstensial: Suatu bentuk terapi yang dirancang untuk membantu klien
menjelajahi makna eksistensi dan menghadapi pertanyaan- pertanyaan besar di dalam
kehidupan, seperti kematian, kemerdekaan, alienasi, dan kesendirian.
18
2.4.4 Terapi Keluarga dan Pasangan
2.4.5 Farmakoterapi
19
Namun, penggunaan obat-obatan ini harus sesuai dengan resep dokter dan dalam
pengawasan yang ketat, karena rawan untuk penyalahgunaan.
Beberapa jenis obat yang digunakan untuk mengobati gangguan mental meliputi:
Jenis-jenis obat antipsikotik yang digunakan dalam pengobatan gangguan psikologis antara
lain:
1. Antipsikotik tipikal: obat ini bekerja dengan menghambat dopamin di otak dan
digunakan untuk mengobati gejala psikotik seperti halusinasi dan delusi. Contoh obat
antipsikotik tipikal adalah haloperidol dan klorpromazin.
2. Antipsikotik atipikal: obat ini juga bekerja dengan menghambat dopamin, namun juga
mempengaruhi neurotransmitter lain di otak. Antipsikotik atipikal digunakan untuk
mengobati gejala psikotik dan juga dapat membantu mengatasi gejala depresi dan
kecemasan. Contoh obat antipsikotik atipikal adalah risperidon, olanzapin, dan
aripiprazol.
3. Penggunaan obat-obatan ini harus sesuai dengan resep dokter dan dalam pengawasan
yang ketat, karena rawan untuk penyalahgunaan. Selain itu, kombinasi farmakoterapi
dan psikoterapi seringkali disarankan untuk mengatasi gangguan psikologis, terutama
depresi sedang hingga berat.
Berbagai jenis aktivitas fisik dapat bermanfaat untuk kesehatan mental. Beberapa manfaat dari
berolahraga bagi kesehatan psikologis antara lain:
20
- Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi
- Meredakan kecemasan
- Memperbaiki suasana haati
- Meningkatkan konsentrasi dan fokus
Olahraga seperti jalan santai, yoga, berenang, dan olahraga kardio seperti HIIT (High Intensity
Interval Training) cardio, merupakan beberapa jenis olahraga yang baik untuk kesehatan
mental. Selain itu, rutin berolahraga selama 30 menit dengan intensitas sedang, seperti jalan
cepat selama 3 hari dalam seminggu, sudah cukup memberi manfaat bagi kesehatan mental.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesehatan merupakan keadaan sehat baik fisik, mental dan sosial. Bukan semata-mata
keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Seseorang dikatakan sehat apabila seluruh aspek
dalam dirinya tidak terganggu baik fisik, psikis maupun moral. Dalam mengatasi gangguan
psikologis, penting untuk memperhatikan faktor-faktor penyebab dan melakukan pendekatan
yang sesuai, seperti terapi awal, rehabilitasi, dan pengembangan keterampilan sosial dan
spiritual. Selain itu, memerlukan dukungan lingkungan sekitarnya, terutama keluarga, untuk
mendukung proses penyembuhan pasien.
B. Saran
Saran untuk mengatasi gangguan psikologis meliputi beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dan dilakukan:
5. Dukungan oleh pihak terkait: Mencari informasi tentang gangguan bipolar, pemicu
gangguan bipolar, dan penatalaksanaan pada anggota keluarga yang berisiko atau
22
terdiagnosa gangguan bipolar. Selain itu, menerima kekurangan dan kelebihan,
memberi penghargaan, dan mendukung bakat yang dimiliki remaja.
7. Konsultasi ke psikiater dan ahli kesehatan mental: Jika sudah berisiko atau terdiagnosa
gangguan bipolar, segera konsultasi ke psikiater dan ahli kesehatan mental lainnya
untuk membantu menjalani kondisi tersebut.
23
DAFTAR PUSTAKA
bnn. (2021, Jjanuari 19). APA ITU ADIKSI DAN BAGAIMANA CARA PENANGANANNYA.
Retrieved from malangkota.bnn.go.id: https://malangkota.bnn.go.id/apa-itu-adiksi-
bagaimana-
penanganannya/#:~:text=Adiksi%20zat%20atau%20yang%20biasa,kesehatan%20dan
%20konsekuensi%20sosial%20yang
BUNDA. (2021, november 11). Jenis Gangguan Mental Paling Umum. Retrieved from
bunda.co.id: https://bunda.co.id/artikel/kesehatan/gangguan-mental/ini-jenis-
gangguan-mental-paling-umum/
Hafifah, A., Puspitasari, I. M., & Sinuraya, R. K. (2018). Farmakoterapi dan Rehabilitas
Psikososial pada Skizofrenia. Farmaka, 210-232.
Larasati, D. B. (2023, February 4). Jenis Penyakit Psikologis. Retrieved from www.diadona.id:
https://www.diadona.id/health/36-jenis-penyakit-psikologis-termasuk-bipolar-
disorder-dan-skizofrenia-210217e.html
24
Tanjung, C. S., Subroto, U., & Satiadarma, M. (2019). 69PENERAPAN TERAPI
PSIKODINAMIKA DAN COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY DALAM
MENGURANGI SYMPTOM AVOIDANT PERSONALITY DISORDER.
PsikodinamikaJurnal Psikologi Klinis Indonesia 2019, 14.
Wade, C., Tavris, C., & Garry, M. (2014). Psikologi, edisi kesebelas jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
25