Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR GANGGUAN PSIKOLOGI

(MACAM-MACAM GANGGUAN DAN DAMPAK DARI GANGGUAN


PSIKOLOGIS)

(Dosen pengampu : Miskanik, M.Pd., Kons)

Disusun Oleh
Prima Fenta Oktora (201901500885)
Bestari Permata Putri (201901500883)
Indri Oktiara Pramesta (201901500852)
M Iqbal Nasution (201901500799)

BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
202

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep Dasar
Gangguan Psikologis (Macam-Macam Gangguan dan Dampak Gangguan Psikologis)” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah . Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang metodologi kuantitatif bagi kami mahasiswa dan masyarakat secara umum.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Miskanik, M.Pd., Kons
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Konseling Traumatik yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
semua, terima kasih atas bantuannya sehingga sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini.
Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 20 September 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
a. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
b. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
c. Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 2
A. Macam-Macam Gangguan Psikologis ........................................................................................ 2
B. Dampak Gangguan Psikologis .................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP ................................................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Gangguan psikologis atau kejiwaan sering kali kita tidak sadari bahwa mereka
dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Seperti halnya depresi, saat ini banyak sekali
kita lihat disekitar kita termasuk media sosial yang kita gunakan, mereka
menyampaikan pendapat atau menceritakan pengalaman mereka saat mengalami
depresi. Namun ternyata gangguan psikologis tidak hanya ada depresi, namun masih
banyak lagi macam-macam gangguan psikologis yang ada, oleh sebab itu dalam
makalah ini kami akan menyampaikan beberapa permasalahan psikologis yang
umumnya terjadi dimasyarakat, serta memberikan dampak apa yang diakibatkan oleh
gangguan psikologis tersebut.

b. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam jenis gangguan psikologis yang umumnya terjadi ?
2. Apa dampak yang dihasilkan dari gangguan psikologis tersebut ?

c. Tujuan
Penyusunan makalah ini memiliki maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metode Penlitian Kuantitatif dan juga sebagai media informasi untuk
masyarakat luas mengenai pentingnya kita untuk mengetahui macam-macam
jenis gangguan psikologis untuk kita lebih waspada terhadap yang terjadi pada
diri kita dan orang sekitar kita yang berhubungan dengan kejiwaan atau
psikologis.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Macam-Macam Gangguan Psikologis
1. Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab, banyak
belum diketahui, perjalanan penyakit tidak selalu bersifat kronis. Skizofrenia
pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dari
karakteristik persepsi, pikiran, perasaan atau afek yang tidak wajar atsu
tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap
terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian. Istilah Skizofrenia digunakan untuk mengganti istilah
sebelumnya yang dicetuskan Email Kraeplin yakni dementia praecox.
Skizofrenia sendiri berasal dari kata Yunani schizo yang berarti terpotong
atau terpecah dan phrenos yang berarti otak atau jiwa. Jadiskizofrenia berarti
“jiwa yang terpecah”. (Kaplan & Sadock;2006) menjelaskan tentang
penyebab Skizofrenia, terdiri dari stress model, faktor biologis, genetika dan
faktor psikososial. Teori stress model ini menggabungkan antara faktor
biologis, psikososial, dan lingkungan yang secara khusus mempengaruhi diri
seseorang dapat menyebabkan berkembangnya gejala Skizofrenia. Dimana
ketiga faktor tersebut saling berpengaruh secara dinamis.
Faktor biologis, hasil kajian secara biologis dikenal suatu hipotesis
dopamine yang menyatakan bahwa Skizofrenia disebabkan oleh aktifitas
dopamigernik yang berlebihan di bagian kortikal otak, dan berkaitan dengan
gejala positif dan Skizofrenia.
Faktor genetika telah membuktikan secara meyakinkan bahwa penyebab
Skizofrenia adalah adanya masalah genetika. Resiko terjadinya Skizofrenia
pada masyarakat umum sebesar 1%, orang tua 5%, saudara kandung 8%, dan
pada anak 12%. Apabila salah satu orang tua menderita Skizofrenia,
walaupun anak telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua
orang tua memiliki memiliki resiko terjadinya Skizofrenia sebesar 40%.
Pada kembar monozigot 47%, sedangkan untuk kembar dizigot sebesar 12%
(Kaplan & Sadock, 2006). Sebenarnya skizofrenia bukanlah penyakit
keturunan, tetapi kecenderungan sifat anak diwariskan darigenetika orang
tuanya. Anak belajar dari perilaku orang tuanya, jika orang tuanya suka
bakso maka anak cenderungng suka bakso, senang pedas, pemarah, lebih
pendiam maka anak cenderung belajar dari perilaku 10

orang tuanya. Keluarga adalah tempat yang pertama dan utama dalam proses
sosialisasi dan pembelajaran anak. Apapun yang terjadi anak lebih sering

2
mirip dengan sifat orang tuanya, meskipun ada yang dominan dan resisten.
Sama dengan diabetesmilitus, hipertensi juga penyakit yang terjadi karena
pewarisan sifat genetika. Dengan demikian, meskipun salah satu anggota
keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa, diabetesmillitus atau
hipertensi, asal anak dapat mengantisipasi dengan memperbaiki pola
perilaku dan konsumsi yang adekuat sifat-sifat genetika orang tua bisa tidak
dominan. Apabila tau sifat orang tua sangat manis, belajarlah dan pilihlah
menu sehat agar terhindar penyakit diabetesmillitus (Sirait 2008).
Faktor psikososial mempelajari resiko terjadinya skizofrenia karena
pengaruh teori perkembangan, teori belajar dan teori keluarga. Ahli teori
perkembangan Sullivan dan Erikson mengemukakan bahwa kurangnya
perhatian yang hangat dan penuh kasih saying di tahun-tahun awal
kehidupan berperan dalam menyebabkan tidak tercapainya identitas diri,
salah interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan sosial
pada penderita Skizofrenia.
Menurut ahli teori belajar, anak-anak yang menderita Skizofrenia
mempelajari mempelajari reaksi dan cara berpkir irrasional orang tua yang
mungkin memiliki emosional yang bermakna. Teori keluarga sebenarnya
menyimpulkan tidak ada teori yang terkait dengan peran keluarga dalam
menimbulkan skizofrenia. Namun beberapa penderita Skizofreia berasal dari
keluarga yang disfungsional (Sirait, 2008). Tipe skizofrenia diklasifikasikan
menurut kriteria diagnosa yang siikuti sesuai wilayah dan kesepakatan yang
disetujui. Pembagian klasifikasi dapat mengikuti PPDGJ, ICD atau DSM,
meskipun diantara ketiganya saling merujuk untuk membuat klasifikasi.
Beberapa klasifikasi Akizofrenia antara lain Skizofrenia Paranoid,
Skizofrenia terdisorganisasi, Skizofrenia Katatonik, Skizofrenia tidak
tergolongkan, Skizofrenia residual.

2. Depresi
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan jiwa pada alam perasaan (afektif
atau mood), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, tidak bergairah,
perasaan tidak berguna, putus asa dan sebagainya. Depresi merupakan salah
satu gangguan jiwa yang banyak ditemukan pada saat masyarakat
mengalami kesulitan ekonomi. Meskipun banyak anggota masyarakat yang
mengalami depresi, tetapi hingga kini belum ada penelitiannya. Namun,
secara asumtif dan 11

berdasarkan data kunjungan pasien kerumah sakit termasuk penggunaan


obat antidepresian, pasien-pasien dengan depresi termasuk depresi
terselubung jumlahnya semakin meningkat. Data WHO menunjukkan bahwa

3
5-10% dari populasi masyarakat menderita depresi yang memerlukan
pengobatan psikiatri dan psikososial. Untuk perempuan, angka depresi lebih
tinggi lagi yaitu 15-17%. Pada dasarnya depresi merupakan gangguan yang
relatif lebih mudah diobati. Setelah menjalani dua minggu pengobatan,
gejala-gejala depresi sudah harus menunjukkan perbaikan, terlebih sekarang
sudah banyak obat antidepresan generasi baru yang afektif dan aman.
Masalahnya adalah hanya lebih kurang 30% penderita depresi yang
terdiagnosis dan mendapat terapi yang memadai. Hal ini erat kaitannya
dengan ketidakmampuan (kemiskinan) dan ketidaktahuan masyarakat

3. Cemas
Gejala kecemasan, baik akut maupun kronis, merupakan komponen utama
bagi semua gangguan psikiatri. Sebagian dari komponen kecemasan itu
menjelma dalam bentuk gangguan panik, fobia, obsesi kompulsi, dan
sebagainya. Angka kejadian gangguan cemas dikaitkan dengan kesulitan
ekonomi estimasinya berkisar Antara 10-15%. Angka ini cukup besar bila
dibandingkan data di Negara maju yang hanya sebesar 5% dari populasi,
dengan perbandingan perempuan dan laki-laki 2:1

4. Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian (Psikopatia)
dan gejala-gejala nerosa berbentuk hamper sama pada orang-orang dengan
intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh dikatakan bahwa gangguan
kepribadian, nerosa dan gangguan intelegensi sebagian besar tidak
tergantung pada satu dan lain atau tidak berkolerasi. Klasifikasi gangguan
kepribadian : kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik,
kepribadian schizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau
obsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian astenik, kepribadian
antisosial, kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequate.

5. Gangguan Mental Organik


Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang disebabkan
oleh gangguan fungsi jaringan otak. Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat
disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak atau yang
terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu luas, maka
gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak tergantung pada
penyakit menyebabkannya bila hanya bagian otak dengan fungsi tertentu
saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang menentukan gejala dan
sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi

4
psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak
pada suatu penyakit tertentu daripada pembagian akut yang menahun.
6. Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi badaniah.
Sering terjadi perkembangan neurotik yang memperlihatkan sebagian besar
atau semata-mata karena gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh
susunan saraf vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan
apa yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi
faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan psikofisiologik.

7. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan
selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan
secara menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan
sosial.

8. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja


Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak sesuai
dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat (Maramis,
1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat menimbulkan kesukaran
dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan perilaku mungkin berasal dari anak
atau mungkin dari lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini
saling memengaruhi. Diketahui bahwa ciri dan bentuk anggota tubuh serta
sifat kepribadian yang umum dapat diturunkan dari orang tua kepada
anaknya. Pada gangguan otak seperti trauma kepala, ensepalitis, neoplasma
dapat mengakibatkan perubahan kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat
mempengaruhi perilaku anak, dan sering lebih menentukan oleh karena
lingkungan itu dapat diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu
dapat dipengaruhi atau dicegah.

B. Dampak Gangguan Psikologis


1. Ketegangan (Tension) merupakan murung atau rasa putus asa, cemas,
gelisah, rasa lemah, histeris, perbuatan yang terpaksa (Convulsive), takut
dan tidak mampu mencapai tujuan serta munculnya pikiran-pikiran
buruk.
2. Gangguan kognisi.

5
Merupakan proses mental dimana seorang menyadari, mempertahankan
hubungan lingkungan baik, lingkungan dalam maupun lingkungan
luarnya (Fungsi mengenal) Proses kognisi tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Gangguan persepsi. Persepsi merupakan kesadaran dalam suatu
rangsangan yang dimengerti. Sensasi yang didapat dari proses asosiasi
dan interaksi macam-macam rangsangan yang masuk. Yang termasuk
pada persepsi adalah
a) Halusinasi Halusinasi merupakan seseorang memersepsikan sesuatu
dan kenyataan tersebut tidak ada atau tidak berwujud. Halusinasi terbagi
dalam halusinasi penglihatan, halusinasi pendengaran, halusinasi raba,
halusinasi penciuman, halusinasi sinestetik, halusinasi kinetic.
b) Ilusi adalah persepsi salah atau palsu (interprestasi) yang salah dengan
suatu benda.
c) Derealisi yaitu perasaan yang aneh tentang lingkungan yang tidak
sesuai kenyataan.
d) Depersonalisasi merupakan perasaan yang aneh pada diri sendiri,
kepribadiannya terasa sudah tidak seperti biasanya dan tidak sesuai
kenyataan
2) Gangguan sensasi. Seorang mengalami gangguan kesadaran akan
rangsangan yaitu rasa raba, rasa kecap, rasa penglihatan, rasa cium, rasa
pendengaran dan kesehatan

3. Gangguan kepribadian. Kepribadian merupakan pola pikiran


keseluruhan, perilaku dan perasaan yang sering digunakan oleh
seseorang sebagai usaha adaptasi terus menerus dalam hidupnya.
Gangguan kepribadian misalnya gangguan kepribadian paranoid,
disosial, emosional takstabil. Gangguan kepribadian masuk dalam
klasifikasi diagnosa gangguan jiwa.
4. Gangguan pola hidup
Mencakup gangguan dalam hubungan manusia dan sifat dalam keluarga,
rekreasi, pekerjaan dan masyarakat. Gangguan jiwa tersebut bisa masuk
dalam klasifikasi gangguan jiwa kode V, dalam hubungan sosial lain
misalnya merasa dirinya dirugikan atau dialang-alangi secara terus
menerus. Misalnya dalam pekerjaan harapan yang tidak realistik dalam
pekerjaan untuk rencana masa depan, pasien tidak mempunyai rencana
apapun

5. Gangguan perhatian.

6
Perhatian ialah konsentrasi energi dan pemusatan, menilai suatu proses
kognitif yang timbul pada suatu rangsangan dari luar.
6. Gangguan kemauan.
Kemauan merupakan dimana proses keinginan dipertimbangkan lalu
diputuskan sampai dilaksanakan mencapai tujuan. Bentuk gangguan
kemauan sebagai berikut :
1) Kemauan yang lemah (abulia) adalah keadaan ini aktivitas akibat
ketidak sangupan membuat keputusan memulai satu tingkah laku.
2) Kekuatan adalah ketidak mampuan keleluasaan dalam memutuskan
dalam mengubah tingkah laku.
3) Negativisme adalah ketidak sangupan bertindak dalam sugesti dan
jarang terjadi melaksanakan sugesti yang bertentangan.
4) Kompulasi merupakan dimana keadaan terasa terdorong agar
melakukan suatu tindakan yang tidak rasional
7. Gangguan perasaan atau emosi (Afek dan mood)
Perasaan dan emosi merupakan spontan reaksi manusia yang bila tidak
diikuti perilaku maka tidak menetap mewarnai persepsi seorang terhadap
disekelilingnya atau dunianya. Perasaan berupa perasaan emosi normal
(adekuat) berupa perasaan positif (gembira, bangga, cinta, kagum dan
senang). Perasaan emosi negatif berupa cemas, marah, curiga, sedih,
takut, depresi, kecewa, kehilangan rasa senang dan tidak dapat
merasakan kesenangan
8. Gangguan pikiran atau proses pikiran (berfikir).
Pikiran merupakan hubungan antara berbagai bagian dari pengetahuan
seseorang. Berfikir ialah proses menghubungkan ide, membentuk ide
baru, dan membentuk pengertian untuk menarik kesimpulan. Proses pikir
normal ialah mengandung ide, simbol dan tujuan asosiasi terarah atau
koheren (Kusumawati, Farida & Hartono, 2010).
Menurut Prabowo, (2014) gangguan dalam bentuk atau proses berfikir
adalah sebagai berikut :
1) Gangguan mental merupakan perilaku secara klinis yang disertai
dengan ketidak mampuan dan terbatasnya pada hubungan seseorang dan
masyarakat.
2) Psikosis ialah ketidak mampuan membedakan kenyataan dari fantasi,
gangguan dalam kemampuan menilai kenyataan.
3) Gangguan pikiran formal merupakan gangguan dalam bentuk masalah
isi pikiran formal merupakan gangguan dalam bentuk masalah isi
pikiran, pikiran dan proses berpikir mengalami gangguan.
9. Gangguan psikomotor

7
Gangguan merupakan gerakan badan dipengaruhi oleh keadaan jiwa
sehinggga afek bersamaan yang megenai badan dan jiwa, juga meliputi
perilaku motorik yang meliputi kondisi atau aspek motorik dari suatu
perilaku. Gangguan psikomotor berupa, aktivitas yang menurun,
aktivitas yang meningkat, kemudian yang tidak dikuasai, berulang-ulang
dalam aktivitas. Gerakan salah satu badan berupa gerakan salah satu
badan berulang-ulang atau tidak bertujuan dan melawan atau menentang
terhadap apa yang disuruh (Yosep, H. Iyus & Sutini, 2014).
10. Gangguan ingatan. Ingatan merupakan kesangupan dalam menyimpan,
mencatat atau memproduksi isi dan tanda-tanda kesadaran. Proses ini
terdiri dari pencatatan, pemangilan data dan penyimpanan data
(Kusumawati, Farida & Hartono, 2010).
11. Gangguan asosiasi.
12. Asosiasi merupakan proses mental dalam perasaan, kesan atau
gambaran ingatan cenderung menimbulkan kesan atau ingatan respon
atau konsep lain yang memang sebelumnya berkaitan dengannya.
Kejadian yang terjadi, keadaan lingkungan pada saat itu, pelangaran atau
pengalaman sebelumnya dan kebutuhan riwayat emosionalnya.
13. Gangguan pertimbangan.
Gangguan pertimbangan merupakan proses mental dalam
membandingkan dan menilai beberapa pilihan dalam suatu kerangka
kerja memberikan nilai dalam memutuskan aktivitas.(SARI, 2018)sa

8
BAB III
PENUTUP
Gangguan kejiwaan sangat dekat dengan kita bahkan disekitar kita atau ada pada diri
kita sendiri, namun untuk mengidetifikasi gangguan kejiwaan yang ada
membutuhkan ilmu pengetahuan dan keahlian, namun untuk mampu
mengidentifikasi lebih dalam dibutuhkan keahlian dari yang ahli, akan tetapi kita
masih bisa mewaspadai dan meminimalisir gangguan kejiwaan terjadi pada diri kita
dan orang disekitar kita dengan cara mengetahui apa-apa saja macam gangguan dan
dampak yang dapat dirasakan dan dilihat. Oleh sebab itu ilmu pengetahuan tentang
kejiwaan penting untuk kita untuk menghindari terjadinya gangguan psikologis yang
lebih jauh lagi dan lebih mengganggu kehidupan kita.

9
DAFTAR PUSTAKA
SARI, N. D. P. (2018). TINGKAT PENGETAHUAN, PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT
TERHADAP ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ) DI KELURAHAN
ROWOSARI KOTA SEMARANG. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG.

10

Anda mungkin juga menyukai