KORBAN NARKOBA
Putri Waliyyan E, M.Pd
PENGERTIAN
Dalam hal ini menurut para ahli (Gordon
dan Gordon, 2000), perlu dibedakan
antara pengertian dan istilah yang
berkaitan dengan pengguna obat-obatan
(drug user), penyalahgunaan obat (drug
abuster), dan ketergantungan obat (drug
addicts).
Pengguna obat (drug user)
Mereka yang tergolong pengguna obat-
obatan (drug user) ialah mereka yang
menggunakan obat-obatan atau alcohol
dengan tujuan untuk rasa stress dan
cemas dmemperoleh ketenangan,
relaksasi, melepaskan kepenatan
setelah bekerja atau mengatasi
dalam hidupnya.
Secara sederhana,
Gordon dan Gordon ketergantungan obat
Addiction berasal dari (2000) menganggap dapat diartikan : Saya
kata addic, yang berarti ketergantungan tak dapat berhenti (I
tergantung terhadap obat/alcohol merupakan can’t stop). Semua obat-
sesuatu. Addiction suatu gannguan atau obatan dan alcohol yang
mengandung pengertian penyakit individu yang sangat kuat pengaruhnya
ketergantungan terhadap bersifat fisik, mental, dan yang menimbulkan
sesuatu. Jadi, secara emosional, sehingga ketergantungan,
harfiah drug-alcohol individu merasa tidak misalnya putau (heroin),
addiction berarti mampu menghentikan shabu-shabu
ketergantungan terhadap kecenderungan untuk (methamphetamine),
obat-obatan atau alcohol menggunakan cocaine, marijuana,
obat/alcohol itu. nipam, ecstasy, LSD,
mushroom, dsb.
DAMPAK PENGGUNAAN NARKOBA
Secara umum ada 2 dampak yang
ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba
yakni, (a) kepribadian adiksi (addiction
personality) dan (b) gangguan kesehatan
tubuh
Kepribadian Adiksi (addiction personality)
Secara intelektual,
individu akan mudah
lupa, tidak dapat
berkonsentrasi,
Individu yang sehingga
mengalami menimbulkan
kepribadian adiksi penurunan kapasitas
ditandai dengan suka berpikir dan
penurunan
menyembunyikan
kemampuan
tindakan/motif mengambil keputusan
perilaku, berpura-
pura, berbohong,
menipu, ingkar janji.
Gangguan kesehatan tubuh
menumbuhkan
kesadaran untuk
mengambil menerima realita
tanggung jawab hidup dengan
atas perbuatannya jujur, dan menumbuhkan
yang destruktif membuat rencana- tidak menyalahkan keinginan dan
yang dilakukan rencana hidup orang lain atas kepercayaan diri
selama ini dengan secara rasional dan kecerobohan dan untuk
menerima segala sistematik untuk kesalahannya melaksanakan
akibatnya (seperti: keluar dari mengkonsumsi rencana hidup
keluar dari cengkraman setan narkoba, tersebut (Dyere &
sekolah/kuliah, narkoba dan Vriend, 1977).
kehilangan menjadi manusia
pekerjaan, dijauhi yang baik
orang-orang yang
dicintai, dsb),
Jika seorang konselor menguasai pendidikan
agama, akan lebih baik KI diiringi dengan
ajaran-ajaran agama seperti penyerahan diri
kepada Allah, menerima cobaan hidup
dengan tawakal, taat ibadah, dan berbuat
baik terhadap sesama. Jika konselor tidak
menguasai soal agama, konselor harus
memasukkan seorang ahli agama kedalam
tim konselor.
Bimbingan Kelompok (BKP)
Bimbingan kelompok bertujuan memberi
kesempatan klien untuk berpartisipasi dalam
memberi ceramah dan diskusi dengan
berbagai kelompok masyarakat seperti
mahasiswa, sarjana, tokoh-tokoh
masyarakat, guru-guru BK di sekolah, para
siswa, anggota DPR, ibu-ibu pengajian, dan
sebagainya. Melalui interpersonal relation,
akan tumbuh kepercayaan diri klien (Yalom,
1985).
Prosedur BKP yang menjadikan klien sebagai figur sentral
meliputi:
(a) Mempersiapkan mental klien untuk berani tampil
menyampaikan kisah kasusnya, dan selanjutnya berdiskusi
dengan peserta. Jumlah peserta yang ideal paling banyak 10
orang;
(b) Mempersiapkan materi yang akan disampaikan klien kepada
peserta diskusi yaitu penjelasan tentang identitas diri dan kisah
panjang tentang proses kecanduan sejak awal hingga saat ini
beserta upaya-upaya penyembuhan yang telah dilaluinya;
(c) Mempersiapkan peserta agar mempunyai minat untuk
berdiskusi dengan klien pecandu narkoba, dan tidak segan-segan
mengeritik dan memberi masukan;
(d) Mempersiapkan daftar hadir peserta dan kamera photo.
Dengan berdiskusi dengan beragam kelompok,
diharapkan klien akan makin meningkat kepercayaan
diri untuk hidup normal dan juga tumbuh sikap
kepemimpinan diri, keluarga, dan masyarakat,
sehingga setelah melakukan konseling klien menjadi
orang yang berguna. Pelajaran dari ceramah dan
diskusi yang dilakukan klien secara terus menerus
akan mendewasakan klien sehingga menjadi kuat
kepribadian untuk menjadi anggota masyarakat
Konseling keluarga
Untuk membantu secepatnya pemulihan (recovery) klien
narkoba, amat diperlukan dukungan keluarga seperti ayah,
ibu, saudara, istri, suami, pacar, dan keluarga dekat lainnya.
Fasilitator konseling keluarga adalah konselor, sedangkan
pesertanya adalah klien, orang tua, saudara, suami/istri, dan
sebagainya. Nuansa emosional yang akrab harus mampu
diciptakan oleh konselor agar terjadi keterbukaan klien
terhadap keluarga, sebaliknya anggota keluarga mempunyai
rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pemulihan klien.
Dampaknya adalah tumbuh rasa aman, percaya diri, dan
rasa tanggung jawab klien terhadap diri dan keluarga.
Terimakasih….