Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

PSYCHOLOGICAL DISORDER

Dosen pengampu :
Putri Nabhani Nurani, S.Sos, M.A

Disusun oleh:
1. Risty Futri Denisa (1224010129)
2. Rizq Naufal Faliq M (1224010131)
3. Salwa Mumtazah (1224010138)
4. Sifa Aszara (1224010141)
5. Yaisy Azhary Anwar (1224010160)

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjat puja & Puji syukur atas rahmat & ridho Allah SWT,
karena tanpa Rahmat & RidhoNya. kita tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan selesai tepat waktu.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu. Selaku dosen pengampu
Psikologi yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam
hal pengumpulan data-data dalam pembuatan makalah. Dalam makalah ini kami
menjelaskan materi tentang psychological disorder.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami
ketahui. Maka dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen
demi tercapainya makalah yang lebih baik lagi.

Bandung, 1 Juni 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I ...............................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................................2
BAB II ..............................................................................................................................3
PEMBAHASAN .................................................................................................................3
2.1 Pengertian Psychological disorder.........................................................................3
2.2 Perbedaan perilaku abnormal dan normal ............................................................4
2.3 Penyebab terjadinya gangguan psikologis .............................................................7
2.4 Jenis-jenis gangguan psikologis .............................................................................9
BAB III ........................................................................................................................... 30
PENUTUP ...................................................................................................................... 30
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................... 30
3.2 SARAN ................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai tingkah laku manusia.


Pengetahuan di bidang psikologi secara khas digunakan untuk melihat dan
menindaklanjuti masalah kesehatan mental, serta memahami dan menyelesaikan
masalah-masalah di berbagai bidang yang berbeda dalam aktivitas manusia. Salah
satu contoh dalam hal ini adalah konseling yang dapat dilakukan di sekolah,
keluarga, maupun perusahaan. Salah satu aspek yang dimiliki oleh manusia adalah
aspek psikologis. Dimana aspek psikologis ini saling mempengaruhi aspek fisik
dan rohani. Tetapi, banyak sekali kelemahan-kelemahan fisik yang diakibatkan
oleh psikologis. Pemikiran negatif sangat mempengaruhi tindakan dan suasana
hati. Salah satu permasalahan yang sering terjadi adalah stress berkepanjangan,
overthinking, depresi, gangguan mood dan lain sebagainya hinggamenyebabkan
gangguan psikologis.

Di Indonesia terdapat berbagai permasalahan yang mucul dan dapat memicu


gangguan psikis, diantaranya masih kurangnya sumber daya manusia pencipta
lapangan kerja, sementara hal ini tidak berimbang dengan jumlah pencari kerja.
Hal ini menyebabkan meningkatnya kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.
Permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat, misalnya pengangguran
yang meningkat atau kurang mampunya seseorang dalam menyesuaikan diri di
masyarakat dapat memicu munculnya stres, tekanan, depresi, dan dapat juga
mengganggu mental individu sampai dengan tingkat yang berat, misalnya muncul
perilaku-perilaku abnormal.

Gangguan psikologis adalah gangguan jiwa atau perilaku yang terjadi pada
manusia.Biasanya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan
perseptual. Di kebanyakannegara, lebih dari sepertiga orang pernah mengalami
gangguan kesehatan psikologis dalamperjalanan hidup mereka. Sering
disampaikan penyebabnya adalah stres subjektif ataubiopsikososial. World

1
Federation of Mental Health (WFMH) sebagai bagian dari World Health
Organization (WHO) menyatakan bahwa masalah kesehatan mentaltidak lagi
dilihat secara individual, namun harus diintervensi dalam skala makro/sistem.
Karena itu perlu bagi kita untuk mengetahui macam macam gangguan psikologis
dan pentingnya kesehatan mental.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Pscychological disorder?
2. Perbedaan perilaku abnormal dan normal ?
3. Penyebab terjadinya gangguan psikologis?
4. Berbagai jenis gangguan psikologis yang umum terjadi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui makna dari Psychological disorder.
2. Untuk mengetahui perbedaan perilaku abnormal dan normal.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gangguan psikologis.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari gangguan psikologis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psychological disorder


Mental illness (mental disorder), disebut juga dengan gangguan mental atau
jiwa, adalah kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku,
suasana hati, atau kombinasi diantaranya. Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau
berlangsung dalam waktu yang lama (kronis). Gangguan ini bisa ringan hingga
parah, yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Ini termasuk melakukan kegiatan sosial, pekerjaan, hingga
menjalani hubungan dengan keluarga. Meski rumit, gangguan kesehatan mental
termasuk penyakit yang dapat diobati. Bahkan, sebagian besar penderita mental
disorder masih dapat menjalani kehidupan sehari-hari selayaknya orang normal.
Namun, pada kondisi yang lebih buruk, seseorang mungkin perlu mendapat
perawatan intensif di rumah sakit untuk menangani kondisinya. Tak jarang,
kondisi ini pun dapat memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri atau mengakhiri
kehidupannya.

Mental illness adalah kondisi yang umum terjadi pada siapapun. Menurut
World Health Organization (WHO), satu dari lima anak-anak dan remaja di dunia
memiliki gangguan mental. Sementara pada orang dewasa, kondisi ini
memengaruhi satu dari empat orang di dunia. Adapun dari kasus tersebut, sekitar
setengahnya dimulai pada remaja di bawah usia 14 tahun. Ini merupakan usia
rawan munculnya gangguan mental yang kerap terjadi.

Gejala umum dari mental disorder adalah:

a. Sering merasa sedih


b. Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi
c. Ketakutan, kekhawatiran, dan rasa bersalah yang menghantui
d. Perubahan mood atau suasana hati yang drastis
e. Tampak menarik diri dari teman dan lingkungan sosial

3
f. Kelelahan yang signifikan, energi menurun, mengalami masalah tidur
g. Ketidakmampuan untuk mengatasi stress atau kehidupan sehari-hari
h. Paranoid serta delusi dan halusinasi
i. Tidak mampu memahami sesuatu dan orang-orang
j. Kebiasaan merokok dan minum alkohol berlebihan dan narkoba
k. Perubahan besar dalam kebiasaan makan
l. Perubahan pada gairah dan dorongan seksual
m. Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan
n. Kerap merasa tak berdaya atau putus asa
o. Berpikir untuk bunuh diri

Selain gejala terkait mental, tanda-tanda terkait kesehatan fisik pun kadang
muncul pada penderita mental disorder. Ini termasuk sakit perut, sakit atau nyeri
punggung, sakit kepala, atau nyeri di bagian lain dari tubuh yang tidak diketahui
penyebab pastinya.

2.2 Perbedaan perilaku abnormal dan normal

Normal dan Abnormal psikologis adalah istilah yang digunakan untuk


menggambarkan perilaku tertentu, set atau pola perilaku, termasuk pikiran dan
perasaan, serta sifat-sifat yang bersifat biologis atau psikologis. Normal dan
Abnormal bersifat subyektif terhadap persepsi individu dan standar sosial yang
selanjutnya tergantung pada situasi, konteks, usia, atau jenis kelamin. Persepsi
tentang Normal dan Abnormal juga bervariasi menurut budaya. Lebih jauh lagi,
makna dari dua istilah ini berbeda dengan norma sosial yang berubah, bahkan
dalam budaya tertentu.

Dalam bahasa sehari-hari, bahkan dalam psikologi, keduanya bertentangan


secara logis dalam makna; Normal adalah keadaan menjadi normal, sedangkan
kelainan adalah keadaan atau kondisi memiliki perilaku Abnormal, termasuk
pikiran dan emosi, serta sifat-sifat. Namun, karena subjektivitas dari dua istilah
ini, perilaku yang tidak normal tidak selalu Abnormal seperti yang dirasakan tidak
adanya perilaku Abnormal tidak selalu disebut normal. Untuk itulah pada artikel

4
ini kita akan membahas perbedaan Normal dan Abnormal psikologis lebih lanjut
dan lebih mendalam.

Menentukan perilaku normal atau tidak normal itu tidak mudah. Untuk
mengetahuinya harus menggunakan pendekatan sebagai berikut :

1. Pendekatan kuantitatif yaitu didasarkan patokan statistik, dengan melihat


pada sering atau tidaknya sesuatu terjadi.
2. Pendekatan kualitatif yaitu menegakkan pedoman-pedoman normatif
berdasarkan observasi empirik pada tipe-tipe ideal dan sering terikat pada
faktor sosial kultur setempat.

A. Definisi Normal

Normal adalah perilaku yang konsisten dalam cara berperilaku seseorang yang
biasa. Ini sesuai dengan standar sosial serta berpikir dan berperilaku serupa
dengan mayoritas, dan dengan demikian secara umum dipandang baik dalam
konteks ini. Normal juga merupakan perilaku yang diharapkan dan / atau sesuai
dengan situasi. Mungkin juga hanya menjadi rata-rata, seperti halnya dalam
statistik psikologis. Ini melibatkan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan, mengelolah atau mengendalikan emosi, mampu bekerja dengan
memuaskan serta membangun hubungan yang memuaskan atau setidaknya dapat
diterima.

B. Definisi Abnormal

Abnormal adalah gangguan fungsi atau maladaptasi individu terhadap perubahan


dalam kehidupan atau lingkungan. Itu adalah perilaku yang tidak biasa, aneh,
atipikal atau di luar kebiasaan. Ini adalah ketidaksesuaian terhadap masyarakat
dan budaya seseorang, dibesar-besarkan, diselewengkan, atau melanggar standar
masyarakat yang berlaku, dan umumnya dipandang buruk. Ini bisa berupa
kekurangan atau defisit dalam sifat tertentu, seperti dalam kecerdasan terbatas,
atau hanya menjadi kelangkaan statistik seperti berada di atas kejeniusan. Ini juga
bisa menjadi disorganisasi dalam kepribadian atau ketidakstabilan emosional.

5
Dalam psikologis Abnormal, kelainan didefinisikan sebagai perilaku yang
menyimpang dari norma-norma sosial, menyusahkan individu atau untuk menutup
hubungan, disfungsional untuk kehidupan sehari-hari, atau berbahaya bagi diri
sendiri atau orang lain.

C. Perbedaan normal dan abnormal

Berikut beberapa perbedaan antara normal dan abnormal secara psikologis dalam
berbagai sudut pandang:

Statistik: Dalam perilaku atau sifat tertentu, Normal sedang atau mendekati rata-
rata. Skor yang jatuh dalam satu standar deviasi di atas atau di bawah rata-rata,
yang paling rata-rata 68,3% dari populasi, dianggap normal. Normal dapat meluas
hingga dua standar deviasi jauh di atas atau di bawah rata-rata untuk total 95,7%
populasi. Sementara itu, Abnormal adalah kelangkaan statistik, berada di antara
dua dan tiga standar deviasi jauh di atas atau di bawah rata-rata, yaitu 4,3% dari
populasi.

Norma sosial: Normal adalah kesesuaian dengan perilaku yang diterima atau
paling umum dalam suatu kelompok atau bahkan subkelompok. Ini termasuk
mengikuti norma-norma situasional atau kontekstual serta bereaksi dengan tepat
terhadap situasi dan peristiwa. Di sisi lain, Abnormal adalah penyimpangan atau
pelanggaran norma-norma tersebut.

Fungsi Harian: Normal dapat mengatasi dan memiliki mekanisme koping yang
tepat dengan tekanan kehidupan sehari-hari, mampu bekerja, berinteraksi dengan
orang lain dan membangun dan memelihara hubungan. Abnormal, di sisi lain
sedang tidak berfungsi di area ini; menjadi terlalu rentan atau tidak sesuai
menghadapi stres, tidak dapat menjadi produktif, berinteraksi atau membentuk
hubungan serta terlalu sering berpindah dari satu hubungan ke hubungan lain atau
memiliki hubungan yang terlalu pendek.

Kesehatan mental: Normal biasanya memungkinkan pikiran sehat untuk jangka


waktu yang cukup lama. Kepribadian yang tidak teratur dan emosi yang tidak

6
stabil serta tekanan mental atau emosional yang berkepanjangan dianggap
Abnormal.

2.3 Penyebab terjadinya gangguan psikologis


Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan gangguan mental. Namun,
kondisi ini diketahui terkait dengan faktor biologis dan psikologis, sebagaimana
akan diuraikan di bawah ini:

a) Faktor biologis atau disebut juga gangguan mental organik

 Gangguan pada fungsi sel saraf di otak


 Infeksi, misalnya akibat bakteri Streptococcus
 Kelainan bawaan atau cedera pada otak
 Kerusakan otak akibat terbentur atau kecelakaan
 Kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan
 Riwayat gangguan mental pada orang tua atau keluarga
 Penyalahgunaan NAPZA, seperti heroin dan kokain, dalam jangka
panjang
 Kekurangan nutrisi
b) Faktor Psikologis

 Peristiwa traumatik, seperti kekerasan dan pelecehan seksual


 Kehilangan orang tua atau disia-siakan di masa kecil
 Kurang mampu bergaul dengan orang lain
 Perceraian atau ditinggal mati oleh pasangan
 Perasaan rendah diri, tidak mampu, marah, atau kesepian
Selain faktor psikologis yang telah disebutkan di atas, Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) menyatakan bahwa berada pada situasi pandemi, seperti pandemi
COVID-19, juga bisa menjadi faktor pemicu stres yang kemudian membuat
seseorang lebih rentan mengalami gangguan mental. Stres tersebut dapat
berasal dari rasa takut dan khawatir tentang kesehatan, keuangan, atau
pekerjaan, yang banyak terpengaruh akibat pandemi.
A. Contoh gangguan psikologis diantaranya:

7
1. Depresi
Depresi merupakan gangguan suasana hati yang menyebabkan penderitanya
terus-menerus merasa sedih. Berbeda dengan kesedihan biasa yang berlangsung
selama beberapa hari, perasaan sedih pada depresi bisa berlangsung hingga
berminggu-minggu atau berbulan-bulan.
2. Skizofrenia
Skizofrenia adalah gangguan mental yang menimbulkan keluhan halusinasi,
delusi, serta kekacauan berpikir dan berperilaku. Skizofrenia membuat
penderitanya tidak bisa membedakan antara kenyataan dengan pikirannya
sendiri.
3. Gangguan kecemasan
Gangguan kecemasan merupakan gangguan mental yang membuat penderitanya
merasa cemas atau takut secara berlebihan dan terus menerus dalam menjalani
aktivitas sehari-hari. Penderita gangguan kecemasan dapat mengalami serangan
panik yang berlangsung lama dan sulit dikendalikan.
4. Gangguan bipolar
Gangguan bipolar adalah jenis gangguan mental yang ditandai dengan
perubahan suasana hati. Penderita gangguan bipolar dapat merasa sangat sedih
dan putus asa dalam periode tertentu, kemudian menjadi sangat senang dalam
periode yang lain.
5. Gangguan tidur
Gangguan tidur merupakan perubahan pada pola tidur yang sampai
mengganggu kesehatan dan kualitas hidup penderitanya. Beberapa contoh
gangguan tidur adalah sulit tidur (insomnia), mimpi buruk (parasomnia), atau
sangat mudah tertidur (narkolepsi).

B. Pencegahan gangguan psikologis


Tidak semua gangguan mental dapat dicegah. Namun, ada beberapa langkah
yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko serangan gangguan mental, yaitu:
 Berpartisipasi aktif dalam pergaulan dan aktivitas yang disenangi
 Berbagi dengan teman dan keluarga saat menghadapi masalah
 Berolahraga rutin, makan teratur, dan mengelola stres dengan baik

8
 Menetapkan jadwal tidur dan bangun tidur yang teratur setiap harinya
 Mengikuti latihan untuk menenangkan pikiran atau relaksasi, misalnya
dengan meditasi dan yoga
 Tidak merokok dan tidak menggunakan NAPZA
 Membatasi konsumsi minuman beralkohol dan minuman berkafein
 Mengonsumsi obat yang diresepkan dokter sesuai dosis dan aturan pakai
 Memeriksakan diri ke dokter atau psikolog untuk menjalani skrining awal
kesehatan mental, atau bila muncul gejala gangguan mental

C. Perubahan gaya hidup


Menjalani gaya hidup sehat dapat memperbaiki kualitas tidur penderita
gangguan mental yang juga mengalami gangguan tidur, terutama bila
dikombinasikan dengan metode pengobatan di atas. Beberapa langkah yang
bisa dilakukan adalah:

 Mengurangi asupan gula dalam makanan


 Memperbanyak makan buah dan sayur
 Membatasi konsumsi minuman berkafein
 Berhenti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol
 Mengelola stres dengan baik
 Melakukan olahraga secara rutin
 Makan cemilan dengan sedikit karbohidrat sebelum tidur
 Tidur dan bangun di jam yang sama setiap hari

Jika mengalami gangguan mental yang cukup parah, penderita perlu menjalani
perawatan di rumah sakit jiwa. Demikian pula jika penderita tidak bisa
menjalani perawatan mandiri atau gangguan mental menyebabkan penderita
melakukan tindakan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain.

2.4 Jenis-jenis gangguan psikologis

9
Penyakit psikologis atau gangguan mental adalah kondisi yang memengaruhi
pemikiran, perasaan, suasana hati, dan perilaku. Penyakit psikologis tertentu
mungkin hanya muncul sesekali, dan beberapa dapat bertahan lama (kronis).
Penyakit psikologis dapat memengaruhi kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain dan berfungsi secara normal setiap harinya. Istilah penyakit psikologis
terkadang digunakan untuk merujuk pada apa yang lebih sering dikenal sebagai
gangguan mental atau gangguan kejiwaan. Gangguan mental atau gangguan jiwa
adalah pola gejala perilaku atau psikologis yang memengaruhi berbagai bidang
kehidupan. Gangguan ini tentu menimbulkan tekanan bagi orang-orang yang
mengalaminya

Ada hampir 300 jenis penyakit psikologis atau gangguan mental yang terdaftar
di DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders). Manual
Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental adalah buku pegangan yang digunakan
oleh para profesional kesehatan dalam membantu mengidentifikasi dan
mendiagnosis penyakit psikologis. Untuk itu, berikut ini adalah beberapa kategori
utama dari jenis-jenis penyakit psikologis yang dijelaskan dalam Manual
Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM) edisi terbaru yang perlu
diketahui.

1. Neurodevelopmental Disorders (Gangguan Perkembangan Saraf)


Jenis penyakit psikologis yang pertama berasal dari kategori gangguan
perkembangan saraf atau neurodevelopmental disorders. Gangguan perkembangan
saraf adalah gangguan yang biasanya didiagnosis selama masa bayi, masa kanak-
kanak, atau remaja. Penyakit psikologis tersebut meliputi:

 Cacat Intelektual
Cacat intelektual terkadang disebut juga sebagai Gangguan Perkembangan
Intelektual. Diagnosis penyakit ini sebelumnya disebut sebagai keterbelakangan
mental. Jenis gangguan perkembangan ini berawal dari sebelum usia 18 tahun dan
ditandai dengan keterbatasan fungsi intelektual dan perilaku adaptif.

10
Keterbatasan fungsi intelektual sering kali diidentifikasi melalui penggunaan tes
IQ, yang mana dengan skor IQ di bawah 70 seringnya menunjukkan adanya
batasan. Perilaku adaptif adalah perilaku yang melibatkan keterampilan praktis
sehari-hari seperti perawatan diri, interaksi sosial, dan keterampilan hidup.

 Keterlambatan Perkembangan Global


Diagnosis ini adalah untuk gangguan perkembangan pada anak-anak yang berusia
di bawah lima tahun. Keterlambatan perkembangan tersebut berkaitan dengan
kognisi, fungsi sosial, bicara, bahasa, dan keterampilan motorik. Penyakit
psikologis ini umumnya dilihat sebagai diagnosis sementara yang berlaku untuk
anak-anak yang masih terlalu muda untuk mengikuti tes IQ standar. Begitu anak-
anak mencapai usia di mana mereka dapat mengikuti tes kecerdasan standar,
mereka mungkin didiagnosis dengan disabilitas intelektual.

 Gangguan Komunikasi
Gangguan ini adalah penyakit psikologis yang memengaruhi kemampuan untuk
menggunakan, memahami, atau mendeteksi bahasa dan ucapan. DSM-5
mengidentifikasi empat subtipe gangguan komunikasi yang berbeda: gangguan
bahasa, gangguan suara bicara, gangguan kefasihan onset masa kanak-kanak
(gagap), dan gangguan komunikasi sosial (pragmatis).

 Gangguan Spektrum Autisme


Gangguan ini ditandai dengan defisit yang terus-menerus dalam interaksi sosial
dan komunikasi di berbagai bidang kehidupan serta pola perilaku yang terbatas
dan berulang. DSM menetapkan bahwa gejala gangguan spektrum autisme harus
ada selama periode perkembangan awal dan bahwa gejala ini harus menyebabkan
kerusakan yang signifikan di bidang kehidupan penting termasuk fungsi sosial dan
pekerjaan agar diagnosanya signifikan.

 Attention-Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)


ADHD ditandai dengan pola persisten hiperaktif-impulsif dan/atau kurangnya
perhatian yang mengganggu fungsi dan muncul dalam dua atau lebih pengaturan

11
seperti di rumah, tempat kerja, sekolah, dan situasi sosial. DSM-5 menetapkan
bahwa beberapa dari gejala harus ada sebelum usia 12 tahun dan gejala ini harus
berdampak negatif pada fungsi sosial, pekerjaan, atau akademis agar diagnosa
berlaku.

2. Bipolar and Related Disorders (Bipolar dan Gangguan Terkait)


Jenis penyakit psikologis yang kedua berasal dari kategori bipolar. Gangguan
bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati serta perubahan tingkat aktivitas
dan energi. Gangguan ini sering kali melibatkan perubahan antara suasana hati
yang meningkat dan periode depresi. Suasana hati yang meningkat seperti ini
dapat diucapkan dan disebut sebagai mania atau hipomania.

 Mania
Suasana hati ini ditandai dengan periode berbeda dari suasana hati yang
meningkat, meluas, atau mudah tersinggung disertai dengan peningkatan aktivitas
dan energi. Periode mania terkadang ditandai dengan perasaan terganggu, mudah
tersinggung, dan percaya diri yang berlebihan. Orang yang mengalami mania juga
lebih rentan untuk melakukan aktivitas yang mungkin memiliki konsekuensi
negatif jangka panjang seperti berjudi dan berbelanja.

 Episode Depresi
Episode ini ditandai dengan perasaan tertekan atau sedih bersama dengan
kurangnya minat dalam aktivitas. Episode ini mungkin juga melibatkan perasaan
bersalah, kelelahan, dan mudah tersinggung. Selama masa depresi, penderita
bipolar mungkin kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya mereka sukai,
mengalami kesulitan tidur, dan bahkan berpikir untuk bunuh diri.

Episode manik dan depresi bisa menakutkan bagi orang yang mengalami gejala
ini serta keluarga, teman, dan orang terkasih lainnya yang mengamati perilaku dan
perubahan suasana hati ini. Untungnya, perawatan yang tepat dan efektif, yang
sering kali mencakup obat-obatan dan psikoterapi, dapat membantu orang dengan
gangguan bipolar mengelola gejala mereka dengan lebih baik.

12
3. Anxiety Disorders (Gangguan Kecemasan)
Jenis penyakit psikologis yang ketiga berasal dari kategori gangguan kecemasan.
Anxiety disorders atau gangguan kecemasan adalah penyakit psikologis yang
ditandai dengan rasa takut, khawatir, cemas, dan gangguan perilaku terkait yang
berlebihan dan terus-menerus. Rasa takut ini melibatkan respons emosional
terhadap suatu ancaman, baik ancaman itu nyata atau yang dipersepsikan.
Kecemasan melibatkan antisipasi bahwa ancaman di masa depan mungkin
muncul. Jenis gangguan kecemasan meliputi:

 Gangguan Kecemasan Umum (GAD)


Gangguan ini ditandai dengan kekhawatiran berlebihan terhadap kejadian sehari-
hari. Meskipun beberapa stres dan kekhawatiran adalah hal yang normal dan
bahkan umum dalam hidup, GAD melibatkan kekhawatiran yang terlalu
berlebihan sehingga mengganggu kesejahteraan dan fungsi seseorang.

 Agoraphobia
Kondisi ini ditandai dengan ketakutan yang diucapkan di berbagai tempat umum.
Orang yang mengalami gangguan ini sering takut bahwa mereka akan mengalami
serangan panik dalam suasana yang sulit untuk melarikan diri. Karena ketakutan
ini, penderita agorafobia sering menghindari situasi yang dapat memicu serangan
kecemasan. Dalam beberapa kasus, perilaku menghindar ini dapat mencapai titik
di mana individu tersebut bahkan tidak dapat meninggalkan rumahnya sendiri.

 Gangguan Kecemasan Sosial


Gangguan kecemasan sosial adalah gangguan psikologis yang cukup umum yang
melibatkan ketakutan irasional bahwa dirinya sedang diawasi atau dihakimi.
Kecemasan yang disebabkan oleh gangguan ini dapat berdampak besar pada
kehidupan individu dan membuatnya sulit berfungsi di sekolah, tempat kerja, dan
lingkungan sosial lainnya.

 Fobia spesifik

13
Fobia ini melibatkan ketakutan ekstrim terhadap objek atau situasi tertentu di
lingkungan. Beberapa contoh fobia spesifik yang umum termasuk takut laba-laba,
takut ketinggian, atau takut ular. Empat jenis utama fobia spesifik melibatkan
peristiwa alam (guntur, kilat, tornado), medis (prosedur medis, prosedur gigi,
peralatan medis), hewan (anjing, ular, serangga), dan situasional (ruang kecil,
meninggalkan rumah, mengemudi). Saat dihadapkan pada objek atau situasi fobia,
penderita mungkin akan mengalami mual, gemetar, detak jantung cepat, dan
bahkan ketakutan akan kematian.

 Gangguan panik
Gangguan kejiwaan ini ditandai dengan serangan panik yang sering muncul tiba-
tiba dan tanpa alasan sama sekali. Karena itu, penderita gangguan panik sering
mengalami kecemasan dan keasyikan akan kemungkinan mengalami serangan
panik lagi. Penderita penyakit psikologis ini mungkin akan menghindari situasi
dan kondisi di mana ia telah mengalami serangan panik sebelumnya atau di mana
serangan panik akan terjadi di kemudian hari. Hal ini dapat menyebabkan
kerusakan yang signifikan di banyak bidang kehidupan sehari-hari dan
menyulitkan penderita untuk melakukan rutinitas normal.

 Gangguan Kecemasan Pemisahan


Kondisi ini adalah jenis gangguan kecemasan yang melibatkan rasa takut atau
kecemasan yang berlebihan terkait dengan keterpisahan. Pencerita gangguan
kecemasan akan perpisahan biasanya memiliki keterkaitan dengan ketakutan
untuk berpisah dari orang tuanya pada masa kanak-kanak. Tetapi, anak-anak yang
lebih tua dan orang dewasa juga dapat mengalami jenis gangguan kecemasan ini.

Ketika gejala menjadi sangat parah sehingga mengganggu fungsi normal,


individu tersebut dapat didiagnosis dengan gangguan kecemasan perpisahan.
Gejalanya adalah ketakutan ekstrim berada jauh dari pengasuh atau sosok
pendamping. Orang yang menderita gejala ini mungkin menghindari pindah dari
rumah, pergi ke sekolah, atau menikah agar tetap dekat dengan sosok
pendamping.

14
4. Stress-Related Disorders (Gangguan Terkait Stres)
Jenis penyakit psikologis yang ke empat berasal dari kategori gangguan yang
berkaitan dengan stres. Trauma dan gangguan terkait stresor melibatkan paparan
peristiwa stres atau traumatis. Jenis penyakit psikologis ini sebelumnya
dikelompokkan dengan gangguan kecemasan. Tetapi sekarang telah dianggap
sebagai kategori gangguan yang berbeda. Gangguan yang termasuk dalam
kategori ini meliputi:

 Gangguan Stres Akut


Gangguan stres akut ditandai dengan munculnya kecemasan yang parah hingga
jangka waktu satu bulan setelah terpapar suatu peristiwa traumatis. Beberapa
contoh peristiwa traumatis termasuk bencana alam, perang, kecelakaan, dan
menyaksikan kematian.

Akibatnya, individu mungkin mengalami gejala disosiatif seperti rasa realitas


yang berubah, ketidakmampuan untuk mengingat aspek-aspek penting dari
peristiwa tersebut, dan kilas balik yang jelas seolah-olah peristiwa itu terulang
kembali. Gejala lain dapat mencakup berkurangnya respons emosional, ingatan
trauma yang menyedihkan, dan kesulitan mengalami emosi positif.

 Gangguan Penyesuaian
Gangguan penyesuaian dapat terjadi sebagai respons terhadap perubahan
mendadak seperti perceraian, kehilangan pekerjaan, berakhirnya hubungan dekat,
kepindahan, atau kehilangan atau kekecewaan lainnya. Jenis penyakit psikologis
ini dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa dan ditandai dengan gejala
seperti kecemasan, lekas marah, suasana hati tertekan, khawatir, marah, putus asa,
dan perasaan terisolasi.

 Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD)


PTSD dapat berkembang setelah seseorang mengalami eksposur pada kematian
aktual atau terancam, cedera serius, atau kekerasan seksual. Gejala PTSD
termasuk episode menghidupkan kembali atau mengalami kembali peristiwa

15
tersebut, menghindari hal-hal yang mengingatkan individu tentang peristiwa
tersebut, merasa gelisah, dan memiliki pikiran negatif.

 Gangguan Keterikatan Reaktif


Gangguan keterikatan reaktif dapat terjadi ketika anak-anak tidak membentuk
hubungan normal yang sehat dan keterikatan dengan pengasuh dewasa selama
beberapa tahun pertama masa kanak-kanak. Gejala gangguan tersebut termasuk
ditarik dari pengasuh dewasa dan gangguan sosial dan emosional yang
diakibatkan oleh pola perawatan yang tidak memadai dan pengabaian.

5. Dissociative Disorders (Gangguan Disasosiatif)


Jenis penyakit psikologis yang kelima berasal dari kategori gangguan disasosiatif.
Gangguan disosiatif merupakan jenis penyakit psikologis yang melibatkan
disosiasi atau gangguan pada aspek kesadaran, termasuk identitas dan memori.
Penyakit psikologis yang termasuk dalam gangguan disosiatif meliputi:

 Amnesia Disosiatif
Gangguan ini melibatkan hilangnya memori sementara akibat disosiasi. Dalam
banyak kasus, kehilangan ingatan ini, yang mungkin berlangsung hanya dalam
waktu singkat atau selama bertahun-tahun, adalah akibat dari beberapa jenis
trauma psikologis. Amnesia disosiatif lebih dari sekadar kelupaan. Mereka yang
mengalami gangguan ini mungkin mengingat beberapa detail tentang sebuah
peristiwa tetapi tidak mengingat detail lain di sekitar periode waktu tertentu.

 Gangguan Identitas Disosiatif


Sebelumnya dikenal sebagai gangguan kepribadian ganda, gangguan identitas
disosiatif melibatkan keberadaan dua atau lebih identitas atau kepribadian yang
berbeda dalam diri seseorang. Masing-masing kepribadian ini memiliki caranya
sendiri dalam memandang dan berinteraksi dengan lingkungan. Orang dengan
gangguan ini mengalami perubahan perilaku, ingatan, persepsi, respons
emosional, dan kesadaran.

16
 Depersonalisasi/Gangguan Derealisasi
Gangguan depersonalisasi/derealisasi ditandai dengan mengalami perasaan berada
di luar tubuh sendiri (depersonalisasi) dan terputus dari kenyataan (derealisasi).
Orang yang mengalami gangguan ini sering merasakan perasaan tidak nyata dan
terputus secara tidak sengaja dari ingatan, perasaan, dan kesadaran mereka sendiri.

6. Somatic Symptom Disorders (Gangguan Gejala Somatik)


Jenis penyakit psikologis yang ke enam berasal dari kategori gangguan gejala
somatik. Gangguan ini sebelumnya disebut dengan gangguan somatoform. Namun
kategori ini sekarang dikenal sebagai gejala somatik dan gangguan terkait.
Gangguan gejala somatik adalah kelas gangguan psikologis yang melibatkan
gejala fisik menonjol yang mungkin tidak memiliki penyebab fisik yang dapat
didiagnosis.

Berbeda dengan cara-cara sebelumnya untuk mengkonseptualisasikan gangguan


ini berdasarkan tidak adanya penjelasan medis untuk gejala fisik, diagnosis saat
ini menekankan pada pikiran, perasaan, dan perilaku abnormal yang terjadi
sebagai respons terhadap gejala tersebut. Jenis penyakit psikologis yang termasuk
dalam kategori ini adalah:

 Gangguan Gejala Somatik


Gangguan gejala somatik melibatkan keasyikan dengan gejala fisik yang
membuatnya sulit berfungsi secara normal. Keasyikan dengan gejala ini
mengakibatkan tekanan emosional dan kesulitan menghadapi kehidupan sehari-
hari. Penting untuk dicatat bahwa gejala somatik tidak menunjukkan bahwa
individu memalsukan rasa sakit fisik, kelelahan, atau gejala lainnya. Dalam situasi
ini, bukan gejala fisik aktual yang mengganggu kehidupan individu, melainkan
reaksi ekstrem dan perilaku yang diakibatkannya.

 Penyakit Anxiety Disorder


Penyakit gangguan kecemasan ditandai dengan kekhawatiran yang berlebihan
tentang kondisi medis yang tidak terdiagnosis. Mereka yang mengalami gangguan

17
psikologis ini sangat mengkhawatirkan fungsi dan sensasi tubuhnya, dan yakin
bahwa mereka telah atau akan terkena penyakit serius, dan tidak bisa diyakinkan
meski hasil tes medis yang diperoleh dari tubuh mereka adalah negatif.

 Gangguan Konversi
Gangguan konversi adalah mengalami gejala motorik atau sensorik yang tidak
memiliki penjelasan neurologis atau medis yang sesuai. Dalam banyak kasus,
gangguan tersebut mengikuti cedera fisik yang nyata atau stres yang kemudian
menghasilkan respons psikologis dan emosional.

 Gangguan Buatan
Gangguan buatan yang dulunya memiliki kategorinya sendiri, sekarang termasuk
dalam kategori gejala somatik dan gangguan terkait dari DSM-5. Gangguan
buatan adalah ketika seseorang dengan sengaja membuat, memalsukan, atau
membesar-besarkan gejala penyakit. Sindrom Munchausen, di mana orang-orang
berpura-pura sakit untuk menarik perhatian, adalah salah satu bentuk gangguan
buatan yang parah.

7. Eating Disorders (Gangguan Makan)


Jenis penyakit psikologis yang ke tujuh berada dalam kategori gangguan makan.
Gangguan makan ditandai dengan kekhawatiran obsesif terhadap berat badan dan
pola makan yang mengganggu, yang berdampak negatif terhadap kesehatan fisik
dan mental. Jenis penyakit psikologis yang termasuk dalam gangguan makan
meliputi:

 Anoreksia Nervosa
Anorexia nervosa ditandai dengan pembatasan konsumsi makanan hingga
menyebabkan penurunan berat badan yang sangat drastis. Mereka yang
mengalami gangguan ini juga memiliki keasyikan dan ketakutan akan
bertambahnya berat badan serta pandangan yang menyimpang tentang penampilan
dan perilaku mereka sendiri.

18
 Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa ditandai dengan makan sebanyak-banyaknya dan kemudian
mengambil langkah-langkah ekstrim untuk mengimbangi kelebihan makan
tersebut. Perilaku ekstrim setelah banyak makan adalah muntah yang disengaja,
penyalahgunaan obat pencahar atau diuretik, dan olahraga berlebihan.

 Gangguan Ruminasi
Gangguan ruminasi ditandai dengan memuntahkan makanan yang sebelumnya
dikunyah atau ditelan untuk dimuntahkan atau ditelan kembali. Kebanyakan dari
mereka yang terkena gangguan ini adalah anak-anak atau orang dewasa yang juga
mengalami keterlambatan perkembangan atau cacat intelektual.

 Pica
Pica adalah gangguan yang melibatkan keinginan dan mengonsumsi zat non-
makanan seperti kotoran, cat, atau sabun. Gangguan ini paling sering menyerang
anak-anak dan mereka yang mengalami gangguan perkembangan.

 Gangguan Binge-Eating
Gangguan binge-eating pertama kali diperkenalkan di DSM-5 dan melibatkan
episode pesta makan di mana individu mengkonsumsi makanan dalam jumlah
yang luar biasa besar selama beberapa jam. Penderita tidak hanya makan
berlebihan, namun juga merasa seolah-olah tidak memiliki kendali atas apa yang
dimakannya. Episode binge-eating terkadang dipicu oleh emosi tertentu seperti
perasaan senang atau cemas, kebosanan, atau peristiwa yang membuat stres.

8. Sleep Disorders (Gangguan tidur)


Jenis penyakit psikologis yang ke delapan termasuk dalam kategori gangguan
tidur. Gangguan tidur melibatkan gangguan pada pola tidur yang menyebabkan
stres dan memengaruhi fungsi siang hari. Contoh gangguan tidur meliputi:

 Narkolepsi

19
Narkolepsi adalah suatu kondisi di mana orang mengalami kebutuhan yang tidak
tertahankan untuk tidur. Orang dengan narkolepsi mungkin mengalami kehilangan
atau kelemasan otot secara tiba-tiba.

 Gangguan Insomnia
Gangguan insomnia melibatkan ketidakmampuan untuk mendapatkan cukup tidur
pada waktu istirahat. Sementara banyak orang mengalami kesulitan tidur dan
gangguan tidur pada beberapa titik dalam hidup, insomnia akan dianggap sebagai
gangguan jika disertai dengan gangguan lain yang signifikan dari waktu ke waktu.

 Hipersomnolensi
Gangguan hipersomnolensi ditandai dengan rasa kantuk yang berlebihan meski
periode tidur utama sudah cukup. Orang dengan kondisi ini mungkin tertidur di
siang hari pada waktu yang tidak tepat seperti di tempat kerja dan sekolah.

 Gangguan Tidur Terkait Pernapasan


Gangguan tidur terkait pernapasan adalah gangguan yang melibatkan kelainan
pernapasan seperti sleep apnea yang dapat terjadi selama tidur. Masalah
pernapasan ini dapat menyebabkan gangguan singkat dalam tidur yang dapat
menyebabkan masalah lain termasuk insomnia dan kantuk di siang hari.

 Parasomnias
Parasomia adalah gangguan yang menampilkan perilaku abnormal yang terjadi
selama tidur. Gangguan tersebut termasuk berjalan dalam tidur, teror tidur,
berbicara saat tidur, dan makan saat tidur.

 Sindrom Kaki Gelisah


Sindrom kaki gelisah adalah kondisi neurologis yang melibatkan sensasi tidak
nyaman di kaki dan dorongan yang tak tertahankan untuk menggerakkan kaki
untuk meredakan sensasi. Orang dengan kondisi ini mungkin merasakan sensasi
menarik, merayap, terbakar, dan merangkak di kaki mereka yang mengakibatkan
gerakan berlebihan yang kemudian mengganggu tidur.

20
9. Disruptive Disorders (Gangguan Kontrol Impuls)
Jenis penyakit psikologis yang ke sembi;an termasuk dalam kategori gangguan
kontrol impuls. Gangguan kontrol impuls adalah gangguan yang melibatkan
ketidakmampuan untuk mengontrol emosi dan perilaku, yang mengakibatkan
kerugian pada diri sendiri atau orang lain. Masalah dengan regulasi emosional dan
perilaku ini ditandai dengan tindakan yang melanggar hak orang lain seperti
menghancurkan properti atau agresi fisik atau yang bertentangan dengan norma
masyarakat, figur otoritas, dan hukum. Jenis gangguan kontrol impuls meliputi:

 Kleptomania
Kleptomania adalah ketidakmampuan mengontrol dorongan untuk mencuri.
Orang yang mengidap kleptomania akan sering mencuri barang-barang yang
sebenarnya tidak mereka butuhkan atau yang tidak memiliki nilai uang yang
sebenarnya. Mereka yang mengalami kondisi ini mengalami ketegangan yang
meningkat sebelum melakukan pencurian dan merasakan kelegaan dan kepuasan
setelahnya.

 Pyromania
Pyromania adalah ketertarikan pada api yang mengakibatkan timbulnya api yang
membahayakan diri sendiri dan orang lain. Orang yang berjuang dengan
pyromania dengan sengaja dan tidak sengaja telah menyalakan api lebih dari satu
kali. Mereka juga mengalami ketegangan dan gairah emosional sebelum
menyalakan api.

 Gangguan Ledakan Intermiten


Gangguan ledakan intermiten ditandai dengan ledakan amarah dan kekerasan
singkat yang tidak sesuai dengan situasi. Orang dengan gangguan ini mungkin
meledak dalam kemarahan atau tindakan kekerasan sebagai tanggapan atas
gangguan dan kekecewaan sehari-hari.

 Gangguan perilaku

21
Gangguan perilaku adalah suatu kondisi yang didiagnosis pada anak-anak dan
remaja di bawah usia 18 tahun yang secara rutin melanggar norma sosial dan hak
orang lain. Anak-anak dengan gangguan ini menunjukkan agresi terhadap orang
dan hewan, merusak properti, mencuri dan menipu, serta melanggar aturan dan
hukum lainnya. Perilaku ini menghasilkan masalah signifikan dalam fungsi
akademik, pekerjaan, atau sosial anak.

 Gangguan Pembangkang Oposisi


Gangguan pembangkang oposisi dimulai sebelum usia 18 tahun dan ditandai
dengan pembangkangan, lekas marah, amarah, agresi, dan dendam. Meski semua
anak pada masa puber sering berperilaku menantang, anak-anak dengan gangguan
pembangkangan oposisi hampir sepanjang waktu menolak untuk mematuhi
permintaan orang dewasa dan terlibat dalam perilaku yang dengan sengaja
mengganggu orang lain.

10. Depressive Disorders (Gangguan Depresi)


Jenis penyakit psikologis yang ke sepuluh berada dalam kategori gangguan
depresi. Gangguan depresi adalah jenis gangguan mood yang mencakup sejumlah
kondisi. Semuanya ditandai dengan adanya suasana hati yang sedih, hampa, atau
mudah tersinggung disertai dengan gejala fisik dan kognitif.

 Gangguan disregulasi suasana hati yang mengganggu: Kondisi masa kanak-


kanak yang ditandai dengan kemarahan dan lekas marah yang ekstrem. Anak-
anak menunjukkan ledakan amarah yang sering dan intens.
 Gangguan depresi mayor: Suatu kondisi yang ditandai dengan hilangnya
minat dalam aktivitas dan suasana hati tertekan yang menyebabkan gangguan
signifikan pada kemampuan seseorang untuk berfungsi.
 Gangguan depresi persisten (dysthymia): Ini adalah jenis depresi kronis yang
berkelanjutan yang ditandai dengan gejala depresi lain yang, meski seringkali
tidak terlalu parah, bertahan lebih lama. Diagnosis membutuhkan suasana
hati yang tertekan hampir setiap hari selama jangka waktu setidaknya dua
tahun.

22
 Gangguan depresi lain atau tidak spesifik: Diagnosis ini untuk kasus-kasus
ketika gejala tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis gangguan depresi lain,
tetapi masih menimbulkan masalah dengan kehidupan dan fungsi individu.
 Gangguan dysphoric pramenstruasi: Kondisi ini merupakan bentuk sindrom
pramenstruasi (PMS) yang ditandai dengan depresi yang signifikan, mudah
tersinggung, dan kecemasan yang dimulai satu atau dua minggu sebelum
menstruasi dimulai. Gejala biasanya hilang dalam beberapa hari setelah
menstruasi wanita.
 Gangguan depresi yang diinduksi zat/obat: Kondisi ini terjadi ketika
seseorang mengalami gejala gangguan depresi baik saat menggunakan
alkohol atau zat lain atau saat sedang dalam proses penarikan dari suatu zat.
 Gangguan depresi akibat kondisi medis lain: Kondisi ini didiagnosis ketika
riwayat kesehatan seseorang menunjukkan bahwa gejala depresi mereka
mungkin disebabkan oleh suatu kondisi medis. Kondisi medis yang dapat
menyebabkan atau menyebabkan depresi termasuk diabetes, stroke, penyakit
Parkinson, kondisi autoimun, kondisi nyeri kronis, kanker, infeksi, dan
HIV/AIDS.
Gangguan depresi semuanya ditandai dengan perasaan sedih dan suasana hati
yang rendah yang terus-menerus dan cukup parah untuk memengaruhi fungsi
seseorang. Gejala umum yang dialami oleh gangguan ini termasuk kesulitan
merasa tertarik dan termotivasi, kurang tertarik pada aktivitas yang sebelumnya
dinikmati, gangguan tidur, dan konsentrasi yang buruk.

11. Substance-Related Disorders (Gangguan Terkait Zat)


Jenis penyakit psikologis yang ke sebelas termasuk dalam kategori gangguan
terkait zat. Gangguan terkait zat adalah gangguan yang melibatkan penggunaan
dan penyalahgunaan zat yang berbeda seperti kokain, metamfetamin, opiat, dan
alkohol. Gangguan ini dapat mencakup kondisi yang diinduksi oleh zat, hingga
dapat menyebabkan banyak diagnosis terkait termasuk keracunan, penarikan,
munculnya psikosis, kecemasan, dan delirium. Contoh gangguan terkait zat
adalah:

23
 Gangguan terkait alkohol melibatkan konsumsi alkohol, obat yang paling
banyak digunakan (dan sering digunakan secara berlebihan) di Amerika
Serikat.
 Gangguan terkait ganja termasuk gejala seperti penggunaan lebih dari yang
dimaksudkan, perasaan tidak dapat berhenti menggunakan obat, dan terus
menggunakan meskipun efek samping dalam hidup seseorang.
 Gangguan penggunaan inhalan melibatkan menghirup asap dari benda-benda
seperti cat atau pelarut. Seperti gangguan terkait zat lainnya. Orang dengan
kondisi ini mengalami keinginan akan zat tersebut dan merasa sulit untuk
mengontrol atau berhenti melakukan perilakunya.
 Gangguan penggunaan stimulan melibatkan penggunaan stimulan seperti
sabu, amfetamin, dan kokain.
 Gangguan penggunaan tembakau ditandai dengan gejala seperti
mengonsumsi lebih banyak tembakau daripada yang dimaksudkan, kesulitan
mengurangi atau berhenti, mengidam, dan menderita konsekuensi sosial yang
merugikan akibat penggunaan tembakau.
12. Neurocognitive Disorders (Gangguan Neurokognitif)
Jenis penyakit psikologis yang ke dua belas terdapat dalam kategori gangguan
neurokognitif. Gangguan neurokognitif ditandai dengan defisit yang didapat
dalam fungsi kognitif. Gangguan ini tidak termasuk gangguan kognisi saat lahir
atau awal kehidupan. Jenis gangguan kognitif meliputi:

 Delirium
Delirium juga dikenal sebagai keadaan bingung akut. Gangguan ini berkembang
dalam waktu singkat, biasanya beberapa jam atau beberapa hari, dan ditandai
dengan gangguan dalam perhatian dan kesadaran.

 Gangguan Neurokognitif
Gangguan neurokognitif berat dan ringan memiliki ciri utama penurunan kognitif
yang didapat di satu atau lebih area termasuk memori, perhatian, bahasa,
pembelajaran, dan persepsi. Gangguan kognitif tersebut dapat disebabkan oleh

24
kondisi medis antara lain penyakit Alzheimer, infeksi HIV, penyakit Parkinson,
penggunaan zat/obat, penyakit pembuluh darah, dan lain-lain.

13. Schizophrenia (Skizofrenia)


Jenis penyakit psikologis yang ketiga belas adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah
kondisi kejiwaan kronis yang memengaruhi pemikiran, perasaan, dan perilaku
seseorang. Ini adalah kondisi jangka panjang yang kompleks. Kriteria diagnostik
DSM-5 menetapkan bahwa dua atau lebih gejala skizofrenia harus ada selama
setidaknya satu bulan.

Satu gejala harus berupa salah satu dari berikut ini, yaitu:

 Delusi: keyakinan yang bertentangan dengan kenyataan

 Halusinasi: melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada

 Ucapan tidak teratur: kata-kata tidak mengikuti aturan bahasa dan mungkin
mustahil untuk dipahami

Gejala kedua mungkin salah satu dari yang berikut:

 Perilaku yang sangat tidak teratur atau katatonik: pemikiran yang


membingungkan, perilaku atau gerakan yang aneh

 Gejala negatif: ketidakmampuan untuk memulai rencana, berbicara,


mengekspresikan emosi, atau merasakan kesenangan

Diagnosis juga membutuhkan gangguan signifikan dalam fungsi sosial atau


pekerjaan selama setidaknya enam bulan. Timbulnya skizofrenia biasanya pada
akhir masa remaja atau awal 20-an, dengan pria biasanya menunjukkan gejala
lebih awal daripada wanita. Tanda-tanda awal dari kondisi yang mungkin terjadi

25
sebelum diagnosis termasuk motivasi yang buruk, hubungan yang sulit, dan
kinerja sekolah yang buruk.

Institut Kesehatan Mental Nasional AS menunjukkan bahwa beberapa faktor


dapat berperan dalam menyebabkan skizofrenia termasuk genetika, kimia otak,
faktor lingkungan, dan penggunaan zat.

14. Personality Disorders (Gangguan Kepribadian)


Jenis penyakit psikologis yang ke empat belas adalah gangguan kepribadian.
Gangguan kepribadian ditandai dengan pola pikiran, perasaan, dan perilaku
maladaptif yang bertahan lama yang dapat menyebabkan kerusakan serius pada
hubungan dan bidang kehidupan lainnya. Jenis gangguan kepribadian meliputi:

 Gangguan Kepribadian Antisosial


Gangguan kepribadian antisosial ditandai dengan pengabaian terhadap aturan,
norma sosial, dan hak orang lain. Orang dengan gangguan ini biasanya mulai
menunjukkan gejala selama masa kanak-kanak, mengalami kesulitan merasakan
empati terhadap orang lain, dan kurang menyesal atas perilaku merusak mereka.

 Gangguan Kepribadian Penghindar


Gangguan kepribadian penghindar melibatkan hambatan sosial yang parah dan
kepekaan terhadap penolakan. Perasaan tidak aman seperti itu menyebabkan
masalah signifikan dengan kehidupan dan fungsi individu sehari-hari.

 Gangguan kepribadian ambang


Gangguan kepribadian ambang dikaitkan dengan gejala termasuk ketidakstabilan
emosional, hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens, citra diri yang
tidak stabil, dan perilaku impulsif.

 Gangguan Kepribadian Dependen


Gangguan kepribadian dependen melibatkan pola kronis ketakutan akan
perpisahan dan kebutuhan yang berlebihan untuk dirawat. Orang dengan

26
gangguan ini akan sering terlibat dalam perilaku yang dirancang untuk
menghasilkan tindakan perawatan pada orang lain.

 Gangguan Kepribadian Histrionik


Gangguan kepribadian histrionik dikaitkan dengan pola emosi ekstrim dan
perilaku pencarian perhatian. Orang dengan kondisi ini merasa tidak nyaman
dalam pengaturan di mana mereka bukan pusat perhatian, memiliki emosi yang
cepat berubah, dan mungkin terlibat dalam perilaku sosial yang tidak pantas yang
dirancang untuk menarik perhatian orang lain.

 Gangguan Kepribadian Narsistik


Gangguan kepribadian narsistik dikaitkan dengan pola citra diri yang berlebihan,
egois, dan empati yang rendah. Orang dengan kondisi ini cenderung lebih tertarik
pada diri sendiri dibandingkan dengan orang lain.

 Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif


Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah pola keasyikan yang menyebar
dengan keteraturan, perfeksionisme, ketidakfleksibelan, dan kontrol mental dan
interpersonal. Ini adalah kondisi yang berbeda dari gangguan obsesif kompulsif
(OCD).

 Gangguan Kepribadian Paranoid


Gangguan kepribadian paranoid ditandai dengan ketidakpercayaan pada orang
lain, bahkan keluarga, teman, dan pasangan romantis. Orang dengan gangguan ini
menganggap niat orang lain sebagai kejahatan, bahkan tanpa bukti atau
pembenaran apa pun.

 Gangguan Kepribadian Skizoid


Gangguan kepribadian skizoid melibatkan gejala yang termasuk terlepas dari
hubungan sosial. Orang dengan gangguan ini diarahkan ke kehidupan batin
mereka dan seringkali tidak peduli dengan hubungan antar manusia. Mereka

27
umumnya menunjukkan kurangnya ekspresi emosional dan terlihat dingin serta
suka menyendiri.

 Gangguan Kepribadian Schizotypal


Gangguan kepribadian schizotypal menampilkan keeksentrikan dalam ucapan,
perilaku, penampilan, dan pemikiran. Orang dengan kondisi ini mungkin
mengalami kepercayaan aneh atau "pemikiran magis" dan kesulitan membentuk
hubungan.

15. Obsessive-Compulsive Disorders (Gangguan Obsesi Kompulsif)


Jenis penyakit psikologis yang terakhir adalah gangguan obsesif kompulsif.
Gangguan obsesif-kompulsif dan terkait adalah kategori kondisi kejiwaan yang
meliputi:

 Gangguan obsesif-kompulsif (OCD)

 Gangguan tubuh-dysmorphic

 Gangguan penimbunan

 Trikotilomania (gangguan mencabut rambut)

 Gangguan eksoriasi (pengelupasan kulit)

 Gangguan obsesif-kompulsif dan terkait yang diinduksi zat / obat

 Gangguan obsesif-kompulsif dan terkait karena kondisi medis lain

Setiap kondisi dalam klasifikasi ini memiliki seperangkat kriteria diagnostiknya


sendiri.

28
 Gangguan obsesif kompulsif
Kriteria diagnostik dalam DSM-5 menetapkan bahwa untuk dapat didiagnosis
dengan gangguan obsesif-kompulsif, seseorang harus mengalami obsesi,
kompulsi, atau keduanya.

1. Obsesi: didefinisikan sebagai pikiran yang berulang, terus-menerus, impuls,


dan dorongan yang mengarah pada kesusahan atau kecemasan

2. Kompulsi: perilaku berulang dan berlebihan yang menurut individu harus


mereka lakukan. Tindakan ini dilakukan untuk mengurangi kecemasan atau
untuk mencegah beberapa hasil yang ditakuti terjadi.

Perawatan untuk OCD biasanya berfokus pada kombinasi terapi dan pengobatan.
Cognitive-behavioral therapy (CBT) atau bentuk CBT yang dikenal sebagai
eksposur dan pencegahan respons (ERP) jika umum digunakan. Antidepresan
seperti clomipramine atau fluoxetine juga dapat diresepkan untuk mengatasi
gejala.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gangguan psikologis adalah gangguan jiwa atau perilaku yang terjadi pada
manusia.Biasanya terkait dengan gangguan afektif, perilaku, kognitif dan
perseptual. Di kebanyakannegara, lebih dari sepertiga orang pernah mengalami
gangguan kesehatan psikologis dalamperjalanan hidup mereka. Sering
disampaikan penyebabnya adalah stres subjektif ataubiopsikososial.

Jenis dari gangguan psikologis sangat banyak diantaranya terkait dengan pola
kehidupan sehari-hari. Istilah penyakit psikologis terkadang digunakan untuk
merujuk pada apa yang lebih sering dikenal sebagai gangguan mental atau
gangguan kejiwaan. Gangguan mental atau gangguan jiwa adalah pola gejala
perilaku atau psikologis yang memengaruhi berbagai bidang kehidupan.
Gangguan ini tentu menimbulkan tekanan bagi orang-orang yang mengalaminya.

3.2 SARAN
Semoga makalah yang kami buat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah
wawasan kita semua.

30
DAFTAR PUSTAKA

Dwi herawati S. 2019. “Perbedaan Normal dan Abnormal Psikologis.”


https://www.brankaspedia.com/2019/09/perbedaan-normal-dan-abnormal-
psikologis.html?m=1
“Definisi mental illness atau gangguan mental.” 2022.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1314/definisi-mental-illnessgangguan-
mental diakses pada, Selasa 16 Agustus 2022.
Edelweiss L. 2020. “Jenis Penyakit Psikologis yang Lengkap dan Umum
Terjadi, Waspadai Perkembangannya”. https://www.merdeka.com/jatim/jenis-
penyakit-psikologis-yang-umum-terjadi-waspadai-perkembangannya-kln.html diakses
pada 18 Desember 2020.
“Gangguan mental”. 2023. https://puskesmas.kuburayakab.go.id/sungai-
durian/read/174/gangguan-mental diskses pada, Selasa 30 Mei 2023.

Jeffry S. Nefid. 2021. Gangguan Psikologis. Bandung. Nusamedia.

31

Anda mungkin juga menyukai