Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PATOLOGI SOSIAL

MENTAL DISORDER

Disusun oleh :

Kelompok XIII

Arif Hidayat 2114090010

Halimah Musa’diah Ardi 2114090021

Yuni Lorenza 2114090032

Dosen Pengampu :

Andika Dirsa, M.Pd

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mental Disorder” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tuntutan tugas dalam
mata kuliah Patologi Sosial. Selain itu, Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang masalah patologi sosial bagi pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Andika Dirsa, M.Pd selaku dosen mata
kuliah Patologi Sosial yang telah memberikan tugas ini pada kami. Dan kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 20 November 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................................. 3
A. Mental Disorder ................................................................................................................................ 3
B. Masyarakat Modren dan Mental Disorder ........................................................................................ 7
C. Teori Mental Disorder....................................................................................................................... 9
D. Faktor-faktor yang menyebabkan Mental Disorder ........................................................................ 12
E. Penanggulangan Mental Disorder ................................................................................................... 14
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 16
B. Saran ................................................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mental disorder merupakan bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental yang
disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan/
terhadap stimuli eksternal dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan pada
struktur kejiwaan. Gangguan mental Merupakan totalitas kesatuan dari ekspresi mental
yang patologis terhadap stimuli sosial, yang dikombinasikan dengan factor-faktor
sekunder lainnya. Seperti halnya rasa pusing, sesak nafas, demam panas dan nyeri-nyeri
pada lambung sebagai pertanda permulaan dari penyakit jasmani, maka mental disorder
itu mempunyai pertanda awal antara lain: cemas, ketakutan, pahit hati, dengki, apatis,
cemburu, iri, marah secara eksplosif, asosial, ketegangan kronis, dan lain sebagainya.

Maka kesehatan mental yang baik itu, berarti mempunyai perasaan positif tentang
diri sendiri, mampu menyelesaikan masalah dan tekanan hidup sehari-hari, dan bisa
membentuk dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Selama ini kita sudah
memahami pentingnya menjaga kesehatan fisik. Tapi menjaga kesehatan mental juga
sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kenyataannya, kesehatan mental yang buruk
akan mengakibatkan kesehatan fisik yang buruk pula.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Definisi Mental Disorder


2. Apa yang dimaksud dengan Masyarakat Modern dan Mental Disorder ?
3. Apa saja Teori Mental Disorder ?
4. Apa saja Faktor-faktor yang menyebabkan Mental Disorder ?
5. Bagaimana cara Penanggulangan Mental Disorder ?

1
C. Tujuan Masalah

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui maksud dari Definisi Mental Disorder


2. Untuk mengetahui maksud dari Masyarakat Modren dan Mental Disorder
3. Untuk mengetahui Teori Mental Disorder
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang menyebabkan Mental Disorder
5. Untuk mengetahui cara Penanggulangan Mental Disorder

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Mental Disorder

Gangguan kejiwaan adalah kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal,


baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan mental. Keabnormalan tersebut
tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagianbagian anggota tubuh, meskipun
kadang-kadang gejalanya terlihat pada fisik.1 Sedangkan dalam laporan tahunan
organisasi psikiatri yang terbit pada tahun 1952 dinyatakan bahwa gangguan kejiwaan
adalah merupakan sejumlah kelainan yang terjadi bukan pada kelainan jasmani, anggota
tubuh atau kerusakan pada sistim (walaupun gejalanya bersifat badaniah).2

Pendapat lain menyatakan, pribadi yang abnormal itu mempunyai atribut secara
relatif mereka itu jauh dari status integrasi. Ada tingkat atribut inferior dan superior.
Kompleks-kompleks inferior ini misalnya terdapat pada penderita pikopat,neorosa dan
psikosa dan komplek-komplek superior terdapat pada kelompok kaum idiot sarant (kaum
ilmuwan / cerdik pandai yang bersifat idiot).

Mereka ini mempunyai I.Q yang tinggi dan memiliki bakat-bakat khusus yang
luar biasa; misalnya dibidang musik, matematik, teknik dan sebagainya, akan tetapi
mereka menderita defekt atau defisiensi mental secara total, sehingga tingkah lakunya
aneh-aneh, kejam, sadistik atau sangat abnormal. Pribadi yang abnormal ini selalu diliputi
konflik batin, miskin jiwanya, dan tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya,
terpisah hidupnya dari masyarakat, selalu gelisah dan takut, dan jasmaninya sering sakit-
sakitan.3

1
Zakiah Deradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1995), cet ke-16, h. 33
2
Musthafa Fahmi, Kesahatan Jiwa; Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Terj. Zakiah Deradjat,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1977), cet. I, h. 58
3
Kartini Kartono, “Psikologi Abnormal”, Bandung: Alumni, 1995, h. 2

3
Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian gangguan kejiwaan atau keabnormalan .
Maslow dan Mittelman mendeskripsikan tentang pribadi yang normal dengan mental
yang sehat sebagai berikut:

1. Memiliki perasaan aman (sense of scurity) yang tepat. Dalam suasana demikian
dia mampu mengadakan kontak dengan orang lain dalam bidang kerjanya, di
lapangan sosial, pergaulan dan dalam lingkungan keluarga.

2. Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan insight yang rasional. Juga punya
harga diri yang cukup dan tidak berkelebihan, memiliki perasaan sehat secara
mental, tanpa ada rasa-rasa berdosa. Dan memiliki kemampuan untuk menilai
tingkah laku manusia lain yang tidak sosial dan tidak human sebagai fenomena
masyarakat yang menyimpang.

3. Memiliki spontanitas dan emosionaloitas yang tepat. Ia mampu menciptakan


hubungan yang erat, kuat dan lama, seperti persahabatan, komunikasi sosial dan
relasi cinta. Dan mampu mengekspresikan rasa kebencian dan kekesalan hatinya
tanpa kehilangann kontrol terhadap diri sendiri. Ia memiliki kesanggupan untuk
ikut merasa dan ikut mengerti pengalaman serta perasaan orang lain. Ia bisa
bergembira dan tertawa. Ia mampu menghayati arti penderitaan dan kebahagiaan
tanpa lupa diri.

4. Mempunyai kontak dengan realitas secara efesien. Yaitu kontak dengan dunia
fisik/materil, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan. Ia punya kontak
dengan dunia sosial, karena memiliki pandangan hidup yang realistis dan cukup
luas tentang dunia manusia ini. Ia memilki kemampuan untuk menerima macam-
macam cobaan hidup dan kejutan-kejutan hidup dengan rasa besar hati.
Selanjutnya ia memiliki kontrol yang real dan efesien dengan diri pribadinya
(internal word). Dan memiliki kemampuan untuk mengadakan adaptasi, merubah
dan mengasimilisikan diri, jika lingkungan social dan dunia eksternal tidak dapat
dirubahnya.

4
5. Dia memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniyah yang sehat, serta memiliki
kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya. Ada attitude yang sehat
terhadap tuntunan-tuntunan fungsi-fungsi jasmani tersebut. dan ia mampu
memenuhinya, akan tetapi tidak diperbudak oleh dorongan dan nafsu-nafsu
tersebut. Ada kemampuan untuk dapat menikmati kesenangan hidup ini, yaitu
menikmati benda-benda dan pengalaman-pengalaman fisik (makan, minum, tidur,
rekreasi) dan bisa cepat pulih dari kelelahan. Ia memeilki nafsu seks yang sehat,
seta ada kemampuan untuk memenuhiu kebutuhan seks tersebut tanpa dibarengi
oleh rasa takut dan berdosa, dan tidak pula berlebih-lebihan. Ada kemampuan dan
gairah untuk bekerja, tanpa dorongan yang berlebih-lebihan, dan ia tahan
menghadapai kegagalan, kerugian-kerugian dan kemalangan-kemalangan.

6. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup. Antara lain bisa menghayati motif-
motif hidsupnya dalam status kesadaran. Menyadari nafsu-nafsu dan hasratnya,
cita-cita dan tujuan hidupnya yang realistis, dan bisa mebatasi ambisi-ambisi
dalam batas-batas kenormalan. Juga tahu menggapai segala pantangan-pantangan
pribadi dan pantangan social. Ia bisa melakukan kompensasi yang bersifat positif,
mampu menghindari mekanisme mepertahankan diri dengan cara yang tidak
sehat, tidak real dan tidak tepat sejauh mungkin dan bisa menyalurkan rasa
inferiornya.

7. Mempunyai tujuan/objek hidup yang adekwat. "Dalam artian, tujuan hidup


tersebut bisa dicapai dengan kemampuan sendiri, sebab sifatnya realistis dan
wajar. Ditambah ia mempunyai keuletan un tuk mencapai tujuan hidupnya. Ia
memiliki tujuan hidup, dan aktifitas perbuatannya berefek baik serta bermanfaat
bagi masyarakat.

8. Mempunyai kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya. Yaitu ada


kemampuan menerima dan mengolah pengalamannya tidak secara kaku. Juga ada
kesanggupan belajar secara spontan, serta bisa mengadakan evaluasi terhadap
kekuatan sendiri dan situasi yang dihadapinya, agar supaya ia sukses.

5
9. Adanya kesanggupan untuk bisa memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-
kebutuhan dari kelompiknya dimana ia berada. Sebabnya, ia tidak terlalu berbeda
dari anggota kelompok lainnya. Ia bisa mengikuti adat, tata cara dan norma-
norma dari kelompoknya.

10. Adanya integrasi dalam kepribadian. Adanya perkembanagan dan pertumbuhan


jasmani dan rohani yang bulat. Ia bisa mengadakan asimilasi dan adaptasi
terhadap perubahan sosial, dan mempunyai minat terhadap macam-macam
aktifitas.

Disamping itu memiliki moralitas dan kesadaran yang tidak kaku dan
sifatnya fleksibel terhadap group dan masyarakatnya. Adanya kemampuan untuk
mengadakan konsentrasi terhadap satu usaha. Dan tidak ada konflik-konflik yang
serius di dalam dirinya sendiri.4 Kriteria-kriteria tersebut diatas merupakan ukuran
ideal. Dalam arti, merupakan standar yang relative tinggi sifatnya. Seorang yang
normal itu tidak bisa diharapkan memenuhi dengan mutlak kriteria-kriteria
tersebut.

Sebab pada umumnya manusia normal pasti memiliki kekrangan-


kekurangan dalam beberapa segi kepribadiannya. Namun demikian ia tetap
memiliki kesehatan mental yang cukup baik, sehingga bisa digolongkan dalam
kelompok orang yang normal, maka jika seseorang itu terlampau jauh
menyimpang dari kriteria-kriteria tersebut, dan banyak segi-segi karakteristiknya
yang deficient (rusak, tidak efisien), maka pribadi tersebut digolongkan dalam
kelompok abnormal.

4
Ibid, hlm. 5-6

6
B. Masyarakat Modren dan Mental Disorder

Arus modernisasi dewasa ini berkembang secara cepat dan massif dan berdampak
langsung bagi kehidupan, dampaknya tidak hanya positif bagi manusia melainkan juga
memiliki sisi-sisi negative seperti individualism, kesenjangan sosial ekonomi yang
terjadi, pencemaran lingkungan, kriminalitas yang terjadi, kenakalan remaja dan
penyimpangan sosial lainnya. Masalah sosial seperti ini merupakan tantangan dan
kendala dalam proses modernisasi bagi masyarakat modern saat ini. Manusia modern
telah terpedaya oleh produk pemikirannya sendiri karena kurang mampu mengontrol efek
sampingnya, yaitu rusaknya lingkungan yang memporak-porandakan kenyamanan
hidupnya sendiri.5

Kondisi seperti ini memberikan dampak atau membatasi komunikasi maupun


interaksi antar manusia yang sejatinya memang merupakan makhluk sosial yang tidak
bisa hidup sendiri dan ini diperparah dengan adanya berita buruk yang berimplikasi
ketakutan bagi individu maupun masyarakat yang berdampak langsung maupun tidak
bagi kondisi kesehatan maupun kejiwaan seseorang. Dan juga memberikan dampak
kepada beban psikologi yang tidak hanya terjadi pada individu-individu malainkan juga
menjadi beban kepada keluarga dan sosial kemasyarakatan yang lebih luas lagi dan trend
ini menjadi sebuah kegelisahan dan terjadi pada masayarakat perkotaan atau masyarakat
modern pada saat ini, lebih utama lagi yang terjadi pada negara-negara maju.. Di
Indonesia secara umum, beban psikologis ini sudah mulai lazim dirasakan dalam
kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.

Ciri masyarakat modern ialah kehidupan yang semakin kompleks mulai dari tata
pola kehidupan, cara berpikir yang tidak rasional dan tingkah laku masyarakat yang
sudah mulai bergeser.

5
Matondang A. DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT. Wahana inovasi.
2019 Dec;Vol 8 No 2:7.

7
Sehingga timbulnya krisis manusia yang terjadi pada masyarakat modern dengan
menampilkan ketidakmampuan manusia untuk menyeimbangkan dampak modernisasi ke
dalam segala aktivitas kehidupan.. Ia resah setiap kali harus mengambil keputusan, ia
tidak tahu apa yang diinginkan, dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkan.
Umumnya, migrasi orang desa ke kota di negara berkembang seperti Indonesia lebih
banyak didasari oleh niat untuk “mengadu nasib” daripada “memenuhi permintaan
kebutuhan pekerjaan”.

Dalam proses urbanisasi di negara-negara berkembang dan proses industry pada


abad ke-19. Problem atau masalah kemiskinan dan pengangguran dengan segala dampak-
dampak sosialkultural yang terjadi Hal ini sebagaimana banyak terjadi dalam proses
urbanisasi di negara-negara industri pada abad ke-19.6 Masalah pengangguran dan
kemiskinan dengan segala akibat sosial yang ditimbulkannya diproyeksikan semakin
menjadi masalah serius bagi sejumlah kota besar di negara berkembang dan berimplikasi
terhadap persoalan kejiwaan/ mental seseorang.

Makna kesehatan mental secara umum ialah individu yang dapat menyadari setiap
potensi yang dimiliki oleh dirnya, mampu mengelola dan memanajemen stres dengan
baik, dapat melakukan perkerjaan secara produktif serta mempunyai dampak positif bagi
orang yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, kesehatan mental menjadi hal
fundamental dalam kehidupan manusia, namun saat ini kesadaran akan pentingnya
memahami makna kesehatan mental di Indonesia sendiri masih kurang. Hal ini dapat
terlihat dari data Kemenkes hingga Juni 2020 terdapat setidaknya 277 ribu kasus
kesehatan jiwa di Indonesia.

6
Abdul, aziz.2022. Kesehatan mental dan implikasinya terhadap masyarakat modern. IAIN Pontianak. Vol.
2, No. 2. Hlm. 104.

8
Angka tersebut semakin meningkat pesat saat pandemic Covid-19 berlangsung di
Indonesia. Sehingga kesadaran masyarakat urban terhadap kesehatan mental menjadi
penting untuk disadari sejak dini karena perubahan pola-pola sosial, nilai budaya yang
semakin tergerus, persaingan dunia kerja, pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu
manjadikan individu tidak mengenali dirinya sendiri secara mental dan memaksakan
kehendak orang lain daripada melihat kembali kesadaran individu sehingga menyebabkan
jiwa seseorang menjadi sakit secara mental walau normal secara fisik.7

C. Teori Mental Disorder

Ada beberapa yang dapat digunakan untuk mengetahui tentang mental disorder
diantaranya adalah:

a) Teori Demonoligis vs Teori Naturalistik

Teori demonologis menyebutkan sebab-sebab mental disorder ialah:


unsure-unsur gaib dan setan-setan/roh jahat atau sebagai hasil perbuatan dukun-
dukun jahat. . Kitab Injil misalnya mengemukakan beberapa bentuk “gangguan
kepribadian” atau kekalutan mental. Akan tetapi pada zaman dahulu fenomena itu
disebut sebagai tanda-tanda mistik, takhayul, kekuatan setan, guna-guna dan sihir.
Teori demonologis membedakan: 1) tipe kekalutan mental yang jahat dan 2) tipe
kekalutan mental baik, yang memberikan kebajikan. Tipe yang jahat ialah mereka
yang dianggap berbahaya, bisa merugikan dan membunuh orang lain. Tingkah
laku abnormal itu dianggap sebagai “perbuatan setan”, jahat dan berdosa. Sedang
tipe yang baik, yang secara mistik dianggap” penyalit suci” ialah gejala epilepsi
atau ayan. Beberapa diantara bekas penderita ayan ini diperkenankan memberikan
pengobatan kepada pasien-pasien lain melalui doa-doa, sembahyang dan
penebusan dosa.8

7
Ibid, Hlm. 105-106
8
Kartono, Kartini, 2001, Patologi Sosial, Jilid I Edisi Terbaru, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 56

9
Sebaliknya, teori naturalis menyatakan sebagai berikut: tingkah laku
menyimpang dan kekalutan mental ditimbulkan oleh proses fisik/ jasmaniah.
Tingkah laku menyimpang dan kacau-kalut itu selalu berhubungan dengan fungsi-
fungsi jasmani yang kalut dan abnormal; dan bukan disebabkan oleh gejala
spiritual. Dengan demikian teori naturalis memberikan antitesis langsung terhadap
doktrin demonologis, dan menyatakan ajaran demonologis sebagai tidak logis,
dan jelas penuh unsur takhayul. Aliran naturalis menganjurkan, agar perlakuan
terhadap orangorang yang terganggu atau kalut jiwanya itu lebih humanistis dan
lebih lunak, dengan menghapus semua bentuk pasungan, perantaian dan siksaan;
para penderitanya hendaknya diobati serta dihargai sesuai dengan martabat
kemanusiaannya.

b) Teori Organis vs Teori Psikologis

Teori ini berbeda pendapat dengan teori sebelumnya mengenai sebab-


sebab mental disorder. Menurut teori organis, sebab utama mental disorder adalah
kerusakan pada jaringan-jaringan otot atau gangguan biokhemis pada otak;
masing-masing disebabkan oleh defek genetis, disfungsi pada endokrin, infeksi
atau luka-luka. Mereka berkeyakinan, bahwa apabila pada suatu saat bisa
ditemukan campuran kimia yang tepat, dan bisa menemukan teknik pembedahan
yang lebih akuran/ cermat, pastila para sarjana akan mampu menemukan
penyebabpenyebab fisik dari penyakit jiwa dan semua gangguan mental.

Sebaliknya, para penganut teori psikologi berpendirian, bahwa sebab-


sebab mental disorder adalah kebiasaan-kebiasaan belajar yang patologis dan
keliru sehingga diefleksikan dengan: ketidakmampuan memenuhi tuntutan hidup
menurut pola umum (pola yang wajar). Sigmund Freud sebagai tokoh
psikoanalisa berpendapat bahwa penyebab mental disorder bukan karena fisik,
tetapi disebabkan oleh proses belajar yang keliru dari individu yang bersangkutan.

10
c) Teori Intrapsikis dan Teori Behavioristis

Menurut teori intrapsikis tempat dari psikopatologi atau gangguan jiwa itu
ada dalam kepribadian seseorang, sebagai bentuk; 1) kesalahan karakter yang
serius atau sebagai 2) konflik yang menyusup tajam dan dalam pada kehidupan
kejiwaan. Tingkah laku abnormal dan menyimpang itu selalu berkaitan dengan
gangguan-gangguan internal yaitu berupa kekuatan-kekuatan yang saling
berkonflik, dan beroperasi mengganggu dalam kepribadian seseorang. Pada sisi
lain penganut teori behavioristis mengembangkan teori refleks terkondisi pada
manusia dan binatang, yang menyatakan: prinsip-prinsip belajar pada tingkah laku
abnormal/menyimpang itu menjadi sumber penyebab dari tingkah laku abnormal.
Menurut teori ini tingkah laku abnormal, menyimpang (kalut, anarkis, kacau,
sakit, psikopatologis adalah bentuk kebiasaan-kebiasaan yang maladaptive;salah
dalam penyesuaian dirinya. Maka tingkah laku abnormal adalah bentuk tingkah
laku lahirian/eksternal.

d) Teori Psikoanalisa danBehaviorisme

Menurut toeri psikoanalisa sumber dari semua ganguan mental itu terletak
dalam individu sendiri, yaitu berupa pertempuran batin, antara dorongan-
dorongan infantil melawan pertimbangan yang matang dan rasional. Berkaitan
dengan ini, simptom-simptom lahiriah dalam bentuk tingkah laku abnormal dan
menyimpang (gangguan mental) itu merupakan bentuk permukaan dari gangguan-
gangguan intrapsikis yang serius. Teori yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini
berpendapat bahwa faktor-faktor kultural dan intrapersonallah yang menjadi
sumber penyakit dari tingkah laku abnormal dan mental disorder. Teori
behavioristis yang dipelopori Ivan Pavlov berpendapat lain, semua tingkah laku
abnormal dan mental disorder itu timbul dari proses pengkondisian, dan tidak
menjelaskannya dari pengertian fiksasi atau motif-motif tidak sadar.9

9
Mubasyaroh. 2013. Pengenalan sejak dini penderita mental disorder. STAIN: Kudus, Jawa Tengah. Vol. 4,
No. 1. Hlm. 82

11
D. Faktor-faktor yang menyebabkan Mental Disorder

Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai mental disorder. Secara
lebih sederhana mental disorder atau kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang
bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.10 Gejala permulaan bagi seseorang
yang mengalamimental disorder atau kekalutan mental adalah;
1. Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas,
demam, dan nyeri pada lambung,
2. Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati,
apatis, cemburu, mudah marah. Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah;
Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita
baik jasmani maupun rokhani, usaha mempertahankan diri dengan cara
negative, Kekalutan mental merupakan titik patah (mental breakdown)
dan yang bersangkutan mengalami gangguan Sebab-sebab timbulnya
mental disorder; Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau
mental yang kurang sempurna, terjadinya konflik sosial budaya, c) cara
pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan
terhadap kehidupan social.

Penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut;


a. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
b. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
c. Orang yang mengalami penderitaan mungkin akan memperoleh pengaruh bermacam-
macam dan sikap dalam dirinya. Sikap yang timbul penyesalan karena tidak bahagia,
sikap kecewa, putus asa, atau ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat
timbul sikap anti, mislanya anti kawin atau tidak mau kawin, tidak punya gairah
hidup, dan sebagainya.

10
Ibid, hlm. 90-92

12
d. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup bukan
rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan
penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif,
tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti. Misalnya
sifat anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, dan lain-lain.

Disamping itu munculnya mental disorder pada seseorang bisa terjadi karena
tidak terpenuhinya kebutuhan. Sebagaimana diketahui bahwa setiap manusia
memiliki bermacam-macam kebutuhan untuk mempetahankan eksistensinya.
Sehingga timbullah dorongan, usaha dan dinamisme untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Adapun kebutuhan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisis biologis, organis dan kebutuhan vital misalnya; makan,


minum, tidur, udara segar, pakaian dan istirahat. Jika hal ini tidak
terpenuhi akan mengakibatkan ancaman bagi eksistensi hidupnya.

2. Kebutuhan sosial, bersifat human/kemanusiaan atau sosio budaya.


Kebutuhan ini banyak macamnya diantaranya adalah; kebutuhan seksual,
bekerja, mencari teman atau partner, berkumpul, kebebasan mengeluarkan
pendapat, studi, hidup berkelompok, menciptakan budaya dan sebagainya.

3. Kebutuhan metafisis, religius atau transcendental. Sebagai makhluk sosial,


manusia selalu mencari Aku lain/Dikau, dia tidak mau secara psikis
terisolir dari jenisnya. Dia membutuhkan kontak dan komunikasi dengan
orang lain. Dia ingin dicintai dan mencintai orang lain. Dia ingin
mendapatkan posisi dan status sosial.

Dengan demikian, melalui komunikasi dengan orang lain manusia


bisa merealisasikan diri dan memanusiakan manusia. Jika kebutuhan
manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain tidak terpenuhi atau
terganggu, dan selalu memikirkan dirinya sendiri, dia akan mengalami

13
Pengenalan Sejak Dini Penderita Mental Disorder atropi (merasa,
mengkerut) dan dekadensi (mundur, melemah , bobrok) sehingga tidak
akan berkembang normal. Hal ini akan mengakibatkan seseorang
menderita macam-macam konflik intern dan mengalami kekecauan
mental.

E. Penanggulangan Mental Disorder

Beberapa cara penanggulangan dalam persoalan mental disorder diantaranya


sebagi berikut;11

1. Tetap aktif Olah raga teratur dan menjaga kebersihan serta penampilan diri
dapat membantu mempunyai perasaan positif.
2. Melibatkan diri dalam kelompok.
3. Ikut dalam kegiatan atau klub, bertemu teman secara teratur dalam
suasana menyenangkan serta suportif, mempunyai sahabat tempat saling
bercerita, ikut kursus-kursus, atau mempelajari hal baru.
4. Menerima diri sendiri.

Kita semua unik dan berbeda satu sama lain, tidak ada manusia
sempurna. Semua orang mempunyai kelemahan seperti halnya kelebihan.
Terimalah serta cintai diri sendiri secara wajar.

a. Relaksasi Terlalu banyak kegiatan akan membuat tertekan.


Luangkan waktu untuk bersantai dan istirahat. Penting juga untuk
bisa tidur malam dengan baik, yang akan membantu meredakan
stres. Tidur yang baik dan teratur merupakan penyegaran pikiran.

b. Menghindari alkohol dan narkoba Karena dengan alcohol


dannarkoba ini malah akan memperburuk kondisi seseorang.

11
Walgito, Bima, 1982, Kesehatan Mental: Yogyakarta: Yayasan Pernebitan Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada. Hlm. 28

14
c. Makan secara sehat dan teratur.

d. Mendekatkan diri pada Tuhan.

e. Kenali gejala kesehatan mental yang terganggu Mempunyai


kesehatan mental yang baik berarti mampu mengatasi tekanan
hidup sehari-hari. Bila anda merasa tidak mampu mengatasi, atau
malah mengatasi dengan alkohol dan narkoba (napza), anda
mungkin mempunyai masalah yang memerlukan bantuan orang
lain.

f. Mencari bantuan Bila seseorang sakit secara fisik, maka akan


berkonsultasi pada dokter. Begitu pula dengan kesehatan mental
anda. Jangan merasa malu atau ragu untuk mencari pemecahan
masalah kekalutan mentalpada ahli.12

12
Ibid, hlm. 30

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai mental disorder. Secara lebih
sederhana mental disorder atau kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang
bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang
mengalami mental disorder atau kekalutan mental adalah nampak pada jasmani yang sering
merasakan pusing, sesak napas, demam, dan nyeri pada lambung serta nampak pada
kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Adapun bentukbentuk mental disorder adalah psikopat, schizophrenia dan psikosa
fungsional.

Disamping mental disorder, maka jasmani yang sehat antara lain ditandai dengan ciri-
ciri; memiliki energy, stamina atau daya tahan, kuat bekerja, dan badan selalu merasa sehat
nyaman. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi mental disorder diantaranya adalah
tetap aktif Olah raga teratur dan menjaga kebersihan serta penampilan diri dapat membantu
mempunyai perasaan positif, melibatkan diri dalam kelompok, Ikut dalam kegiatan atau klub,
bertemu teman secara teratur dalam suasana menyenangkan serta suportif, mempunyai
sahabat tempat saling bercerita, ikut kursuskursus, atau mempelajari hal baru, menerima diri
sendiri, relaksasi, menghindari alkohol dan narkoba, makan secara sehat dan teratur,
mendekatkan diri pada Tuhan, kenali gejala kesehatan mental yang terganggu, mencari
bantuandisamping itu dapat dilakukan dengan terapi agama. Bila seseorang sakit secara fisik,
maka akan berkonsultasi pada dokter.

B. Saran

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diperlukan demi kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita
bisa mengambil hikmah, Aamiin.

16
DAFTAR PUSTAKA

A, Matondang.2019. Dampak Modrenisasi terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat. Wahana


inovasi. Vol 8 No 2:7.

Aziz, Abdul.2022. Kesehatan Mental dan Implikasinya terhadap Masyarakat Modern. IAIN
Pontianak. Vol. 2, No. 2.

Kartono, Kartini. 2001. Patologi Sosial, Jilid I Edisi Terbaru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

………………....1995. Psikologi Abnormal. Bandung: Alumni.

Mubasyaroh. 2013. Pengenalan Sejak Dini Penderita Mental Disorder. STAIN: Kudus, Jawa
Tengah. Vol. 4, No. 1.

Musthafa, Fahmi.1977. Kesahatan Jiwa; Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Terj.
Zakiah Deradjat, Cet-1. Jakarta : Bulan Bintang.

Walgito, Bima.1982. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Yayasan Pernebitan Fakultas Psikologi


Universitas Gadjah Mada.

Zakiah Deradjat.1995. Kesehatan Mental Cet ke-16. Jakarta: Gunung Agung.

17

Anda mungkin juga menyukai