MENTAL DISORDER
Disusun oleh :
Kelompok XIII
Dosen Pengampu :
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Mental Disorder” ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tuntutan tugas dalam
mata kuliah Patologi Sosial. Selain itu, Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang masalah patologi sosial bagi pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Andika Dirsa, M.Pd selaku dosen mata
kuliah Patologi Sosial yang telah memberikan tugas ini pada kami. Dan kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mental disorder merupakan bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental yang
disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi dari fungsi-fungsi kejiwaan/
terhadap stimuli eksternal dan ketegangan-ketegangan sehingga muncul gangguan pada
struktur kejiwaan. Gangguan mental Merupakan totalitas kesatuan dari ekspresi mental
yang patologis terhadap stimuli sosial, yang dikombinasikan dengan factor-faktor
sekunder lainnya. Seperti halnya rasa pusing, sesak nafas, demam panas dan nyeri-nyeri
pada lambung sebagai pertanda permulaan dari penyakit jasmani, maka mental disorder
itu mempunyai pertanda awal antara lain: cemas, ketakutan, pahit hati, dengki, apatis,
cemburu, iri, marah secara eksplosif, asosial, ketegangan kronis, dan lain sebagainya.
Maka kesehatan mental yang baik itu, berarti mempunyai perasaan positif tentang
diri sendiri, mampu menyelesaikan masalah dan tekanan hidup sehari-hari, dan bisa
membentuk dan menjaga hubungan baik dengan orang lain. Selama ini kita sudah
memahami pentingnya menjaga kesehatan fisik. Tapi menjaga kesehatan mental juga
sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kenyataannya, kesehatan mental yang buruk
akan mengakibatkan kesehatan fisik yang buruk pula.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mental Disorder
Pendapat lain menyatakan, pribadi yang abnormal itu mempunyai atribut secara
relatif mereka itu jauh dari status integrasi. Ada tingkat atribut inferior dan superior.
Kompleks-kompleks inferior ini misalnya terdapat pada penderita pikopat,neorosa dan
psikosa dan komplek-komplek superior terdapat pada kelompok kaum idiot sarant (kaum
ilmuwan / cerdik pandai yang bersifat idiot).
Mereka ini mempunyai I.Q yang tinggi dan memiliki bakat-bakat khusus yang
luar biasa; misalnya dibidang musik, matematik, teknik dan sebagainya, akan tetapi
mereka menderita defekt atau defisiensi mental secara total, sehingga tingkah lakunya
aneh-aneh, kejam, sadistik atau sangat abnormal. Pribadi yang abnormal ini selalu diliputi
konflik batin, miskin jiwanya, dan tidak stabil, tanpa perhatian pada lingkungannya,
terpisah hidupnya dari masyarakat, selalu gelisah dan takut, dan jasmaninya sering sakit-
sakitan.3
1
Zakiah Deradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung, 1995), cet ke-16, h. 33
2
Musthafa Fahmi, Kesahatan Jiwa; Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Terj. Zakiah Deradjat,
(Jakarta : Bulan Bintang, 1977), cet. I, h. 58
3
Kartini Kartono, “Psikologi Abnormal”, Bandung: Alumni, 1995, h. 2
3
Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian gangguan kejiwaan atau keabnormalan .
Maslow dan Mittelman mendeskripsikan tentang pribadi yang normal dengan mental
yang sehat sebagai berikut:
1. Memiliki perasaan aman (sense of scurity) yang tepat. Dalam suasana demikian
dia mampu mengadakan kontak dengan orang lain dalam bidang kerjanya, di
lapangan sosial, pergaulan dan dalam lingkungan keluarga.
2. Memiliki penilaian diri (self evaluation) dan insight yang rasional. Juga punya
harga diri yang cukup dan tidak berkelebihan, memiliki perasaan sehat secara
mental, tanpa ada rasa-rasa berdosa. Dan memiliki kemampuan untuk menilai
tingkah laku manusia lain yang tidak sosial dan tidak human sebagai fenomena
masyarakat yang menyimpang.
4. Mempunyai kontak dengan realitas secara efesien. Yaitu kontak dengan dunia
fisik/materil, tanpa ada fantasi dan angan-angan yang berlebihan. Ia punya kontak
dengan dunia sosial, karena memiliki pandangan hidup yang realistis dan cukup
luas tentang dunia manusia ini. Ia memilki kemampuan untuk menerima macam-
macam cobaan hidup dan kejutan-kejutan hidup dengan rasa besar hati.
Selanjutnya ia memiliki kontrol yang real dan efesien dengan diri pribadinya
(internal word). Dan memiliki kemampuan untuk mengadakan adaptasi, merubah
dan mengasimilisikan diri, jika lingkungan social dan dunia eksternal tidak dapat
dirubahnya.
4
5. Dia memiliki dorongan dan nafsu-nafsu jasmaniyah yang sehat, serta memiliki
kemampuan untuk memenuhi dan memuaskannya. Ada attitude yang sehat
terhadap tuntunan-tuntunan fungsi-fungsi jasmani tersebut. dan ia mampu
memenuhinya, akan tetapi tidak diperbudak oleh dorongan dan nafsu-nafsu
tersebut. Ada kemampuan untuk dapat menikmati kesenangan hidup ini, yaitu
menikmati benda-benda dan pengalaman-pengalaman fisik (makan, minum, tidur,
rekreasi) dan bisa cepat pulih dari kelelahan. Ia memeilki nafsu seks yang sehat,
seta ada kemampuan untuk memenuhiu kebutuhan seks tersebut tanpa dibarengi
oleh rasa takut dan berdosa, dan tidak pula berlebih-lebihan. Ada kemampuan dan
gairah untuk bekerja, tanpa dorongan yang berlebih-lebihan, dan ia tahan
menghadapai kegagalan, kerugian-kerugian dan kemalangan-kemalangan.
6. Mempunyai pengetahuan diri yang cukup. Antara lain bisa menghayati motif-
motif hidsupnya dalam status kesadaran. Menyadari nafsu-nafsu dan hasratnya,
cita-cita dan tujuan hidupnya yang realistis, dan bisa mebatasi ambisi-ambisi
dalam batas-batas kenormalan. Juga tahu menggapai segala pantangan-pantangan
pribadi dan pantangan social. Ia bisa melakukan kompensasi yang bersifat positif,
mampu menghindari mekanisme mepertahankan diri dengan cara yang tidak
sehat, tidak real dan tidak tepat sejauh mungkin dan bisa menyalurkan rasa
inferiornya.
5
9. Adanya kesanggupan untuk bisa memuaskan tuntutan-tuntutan dan kebutuhan-
kebutuhan dari kelompiknya dimana ia berada. Sebabnya, ia tidak terlalu berbeda
dari anggota kelompok lainnya. Ia bisa mengikuti adat, tata cara dan norma-
norma dari kelompoknya.
Disamping itu memiliki moralitas dan kesadaran yang tidak kaku dan
sifatnya fleksibel terhadap group dan masyarakatnya. Adanya kemampuan untuk
mengadakan konsentrasi terhadap satu usaha. Dan tidak ada konflik-konflik yang
serius di dalam dirinya sendiri.4 Kriteria-kriteria tersebut diatas merupakan ukuran
ideal. Dalam arti, merupakan standar yang relative tinggi sifatnya. Seorang yang
normal itu tidak bisa diharapkan memenuhi dengan mutlak kriteria-kriteria
tersebut.
4
Ibid, hlm. 5-6
6
B. Masyarakat Modren dan Mental Disorder
Arus modernisasi dewasa ini berkembang secara cepat dan massif dan berdampak
langsung bagi kehidupan, dampaknya tidak hanya positif bagi manusia melainkan juga
memiliki sisi-sisi negative seperti individualism, kesenjangan sosial ekonomi yang
terjadi, pencemaran lingkungan, kriminalitas yang terjadi, kenakalan remaja dan
penyimpangan sosial lainnya. Masalah sosial seperti ini merupakan tantangan dan
kendala dalam proses modernisasi bagi masyarakat modern saat ini. Manusia modern
telah terpedaya oleh produk pemikirannya sendiri karena kurang mampu mengontrol efek
sampingnya, yaitu rusaknya lingkungan yang memporak-porandakan kenyamanan
hidupnya sendiri.5
Ciri masyarakat modern ialah kehidupan yang semakin kompleks mulai dari tata
pola kehidupan, cara berpikir yang tidak rasional dan tingkah laku masyarakat yang
sudah mulai bergeser.
5
Matondang A. DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT. Wahana inovasi.
2019 Dec;Vol 8 No 2:7.
7
Sehingga timbulnya krisis manusia yang terjadi pada masyarakat modern dengan
menampilkan ketidakmampuan manusia untuk menyeimbangkan dampak modernisasi ke
dalam segala aktivitas kehidupan.. Ia resah setiap kali harus mengambil keputusan, ia
tidak tahu apa yang diinginkan, dan tidak mampu memilih jalan hidup yang diinginkan.
Umumnya, migrasi orang desa ke kota di negara berkembang seperti Indonesia lebih
banyak didasari oleh niat untuk “mengadu nasib” daripada “memenuhi permintaan
kebutuhan pekerjaan”.
Makna kesehatan mental secara umum ialah individu yang dapat menyadari setiap
potensi yang dimiliki oleh dirnya, mampu mengelola dan memanajemen stres dengan
baik, dapat melakukan perkerjaan secara produktif serta mempunyai dampak positif bagi
orang yang berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, kesehatan mental menjadi hal
fundamental dalam kehidupan manusia, namun saat ini kesadaran akan pentingnya
memahami makna kesehatan mental di Indonesia sendiri masih kurang. Hal ini dapat
terlihat dari data Kemenkes hingga Juni 2020 terdapat setidaknya 277 ribu kasus
kesehatan jiwa di Indonesia.
6
Abdul, aziz.2022. Kesehatan mental dan implikasinya terhadap masyarakat modern. IAIN Pontianak. Vol.
2, No. 2. Hlm. 104.
8
Angka tersebut semakin meningkat pesat saat pandemic Covid-19 berlangsung di
Indonesia. Sehingga kesadaran masyarakat urban terhadap kesehatan mental menjadi
penting untuk disadari sejak dini karena perubahan pola-pola sosial, nilai budaya yang
semakin tergerus, persaingan dunia kerja, pertumbuhan ekonomi yang tidak menentu
manjadikan individu tidak mengenali dirinya sendiri secara mental dan memaksakan
kehendak orang lain daripada melihat kembali kesadaran individu sehingga menyebabkan
jiwa seseorang menjadi sakit secara mental walau normal secara fisik.7
Ada beberapa yang dapat digunakan untuk mengetahui tentang mental disorder
diantaranya adalah:
7
Ibid, Hlm. 105-106
8
Kartono, Kartini, 2001, Patologi Sosial, Jilid I Edisi Terbaru, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hlm. 56
9
Sebaliknya, teori naturalis menyatakan sebagai berikut: tingkah laku
menyimpang dan kekalutan mental ditimbulkan oleh proses fisik/ jasmaniah.
Tingkah laku menyimpang dan kacau-kalut itu selalu berhubungan dengan fungsi-
fungsi jasmani yang kalut dan abnormal; dan bukan disebabkan oleh gejala
spiritual. Dengan demikian teori naturalis memberikan antitesis langsung terhadap
doktrin demonologis, dan menyatakan ajaran demonologis sebagai tidak logis,
dan jelas penuh unsur takhayul. Aliran naturalis menganjurkan, agar perlakuan
terhadap orangorang yang terganggu atau kalut jiwanya itu lebih humanistis dan
lebih lunak, dengan menghapus semua bentuk pasungan, perantaian dan siksaan;
para penderitanya hendaknya diobati serta dihargai sesuai dengan martabat
kemanusiaannya.
10
c) Teori Intrapsikis dan Teori Behavioristis
Menurut teori intrapsikis tempat dari psikopatologi atau gangguan jiwa itu
ada dalam kepribadian seseorang, sebagai bentuk; 1) kesalahan karakter yang
serius atau sebagai 2) konflik yang menyusup tajam dan dalam pada kehidupan
kejiwaan. Tingkah laku abnormal dan menyimpang itu selalu berkaitan dengan
gangguan-gangguan internal yaitu berupa kekuatan-kekuatan yang saling
berkonflik, dan beroperasi mengganggu dalam kepribadian seseorang. Pada sisi
lain penganut teori behavioristis mengembangkan teori refleks terkondisi pada
manusia dan binatang, yang menyatakan: prinsip-prinsip belajar pada tingkah laku
abnormal/menyimpang itu menjadi sumber penyebab dari tingkah laku abnormal.
Menurut teori ini tingkah laku abnormal, menyimpang (kalut, anarkis, kacau,
sakit, psikopatologis adalah bentuk kebiasaan-kebiasaan yang maladaptive;salah
dalam penyesuaian dirinya. Maka tingkah laku abnormal adalah bentuk tingkah
laku lahirian/eksternal.
Menurut toeri psikoanalisa sumber dari semua ganguan mental itu terletak
dalam individu sendiri, yaitu berupa pertempuran batin, antara dorongan-
dorongan infantil melawan pertimbangan yang matang dan rasional. Berkaitan
dengan ini, simptom-simptom lahiriah dalam bentuk tingkah laku abnormal dan
menyimpang (gangguan mental) itu merupakan bentuk permukaan dari gangguan-
gangguan intrapsikis yang serius. Teori yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini
berpendapat bahwa faktor-faktor kultural dan intrapersonallah yang menjadi
sumber penyakit dari tingkah laku abnormal dan mental disorder. Teori
behavioristis yang dipelopori Ivan Pavlov berpendapat lain, semua tingkah laku
abnormal dan mental disorder itu timbul dari proses pengkondisian, dan tidak
menjelaskannya dari pengertian fiksasi atau motif-motif tidak sadar.9
9
Mubasyaroh. 2013. Pengenalan sejak dini penderita mental disorder. STAIN: Kudus, Jawa Tengah. Vol. 4,
No. 1. Hlm. 82
11
D. Faktor-faktor yang menyebabkan Mental Disorder
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai mental disorder. Secara
lebih sederhana mental disorder atau kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang
bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar.10 Gejala permulaan bagi seseorang
yang mengalamimental disorder atau kekalutan mental adalah;
1. Nampak pada jasmani yang sering merasakan pusing, sesak napas,
demam, dan nyeri pada lambung,
2. Nampak pada kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati,
apatis, cemburu, mudah marah. Tahap-tahap gangguan kejiwaan adalah;
Gangguan kejiwaan nampak pada gejala-gejala kehidupan si penderita
baik jasmani maupun rokhani, usaha mempertahankan diri dengan cara
negative, Kekalutan mental merupakan titik patah (mental breakdown)
dan yang bersangkutan mengalami gangguan Sebab-sebab timbulnya
mental disorder; Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau
mental yang kurang sempurna, terjadinya konflik sosial budaya, c) cara
pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan
terhadap kehidupan social.
10
Ibid, hlm. 90-92
12
d. Sikap positif yaitu sikap optimis mengatasi penderitaan, bahwa hidup bukan
rangkaian penderitaan, melainkan perjuangan membebaskan diri dari penderitaan dan
penderitaan itu adalah hanya bagian dari kehidupan. Sikap positif biasanya kreatif,
tidak mudah menyerah, bahkan mungkin timbul sikap keras atau sikap anti. Misalnya
sifat anti kawin paksa, ia berjuang menentang kawin paksa, dan lain-lain.
Disamping itu munculnya mental disorder pada seseorang bisa terjadi karena
tidak terpenuhinya kebutuhan. Sebagaimana diketahui bahwa setiap manusia
memiliki bermacam-macam kebutuhan untuk mempetahankan eksistensinya.
Sehingga timbullah dorongan, usaha dan dinamisme untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Adapun kebutuhan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
13
Pengenalan Sejak Dini Penderita Mental Disorder atropi (merasa,
mengkerut) dan dekadensi (mundur, melemah , bobrok) sehingga tidak
akan berkembang normal. Hal ini akan mengakibatkan seseorang
menderita macam-macam konflik intern dan mengalami kekecauan
mental.
1. Tetap aktif Olah raga teratur dan menjaga kebersihan serta penampilan diri
dapat membantu mempunyai perasaan positif.
2. Melibatkan diri dalam kelompok.
3. Ikut dalam kegiatan atau klub, bertemu teman secara teratur dalam
suasana menyenangkan serta suportif, mempunyai sahabat tempat saling
bercerita, ikut kursus-kursus, atau mempelajari hal baru.
4. Menerima diri sendiri.
Kita semua unik dan berbeda satu sama lain, tidak ada manusia
sempurna. Semua orang mempunyai kelemahan seperti halnya kelebihan.
Terimalah serta cintai diri sendiri secara wajar.
11
Walgito, Bima, 1982, Kesehatan Mental: Yogyakarta: Yayasan Pernebitan Fakultas Psikologi Universitas
Gadjah Mada. Hlm. 28
14
c. Makan secara sehat dan teratur.
12
Ibid, hlm. 30
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penderitaan batin dalam ilmu psikologi dikenal sebagai mental disorder. Secara lebih
sederhana mental disorder atau kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat
ketidakmampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang
bersangkutan bertingkah laku secara kurang wajar. Gejala permulaan bagi seseorang yang
mengalami mental disorder atau kekalutan mental adalah nampak pada jasmani yang sering
merasakan pusing, sesak napas, demam, dan nyeri pada lambung serta nampak pada
kejiwaannya dengan rasa cemas, ketakutan, patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Adapun bentukbentuk mental disorder adalah psikopat, schizophrenia dan psikosa
fungsional.
Disamping mental disorder, maka jasmani yang sehat antara lain ditandai dengan ciri-
ciri; memiliki energy, stamina atau daya tahan, kuat bekerja, dan badan selalu merasa sehat
nyaman. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi mental disorder diantaranya adalah
tetap aktif Olah raga teratur dan menjaga kebersihan serta penampilan diri dapat membantu
mempunyai perasaan positif, melibatkan diri dalam kelompok, Ikut dalam kegiatan atau klub,
bertemu teman secara teratur dalam suasana menyenangkan serta suportif, mempunyai
sahabat tempat saling bercerita, ikut kursuskursus, atau mempelajari hal baru, menerima diri
sendiri, relaksasi, menghindari alkohol dan narkoba, makan secara sehat dan teratur,
mendekatkan diri pada Tuhan, kenali gejala kesehatan mental yang terganggu, mencari
bantuandisamping itu dapat dilakukan dengan terapi agama. Bila seseorang sakit secara fisik,
maka akan berkonsultasi pada dokter.
B. Saran
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diperlukan demi kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita
bisa mengambil hikmah, Aamiin.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul.2022. Kesehatan Mental dan Implikasinya terhadap Masyarakat Modern. IAIN
Pontianak. Vol. 2, No. 2.
Kartono, Kartini. 2001. Patologi Sosial, Jilid I Edisi Terbaru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mubasyaroh. 2013. Pengenalan Sejak Dini Penderita Mental Disorder. STAIN: Kudus, Jawa
Tengah. Vol. 4, No. 1.
Musthafa, Fahmi.1977. Kesahatan Jiwa; Dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, Terj.
Zakiah Deradjat, Cet-1. Jakarta : Bulan Bintang.
17