Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KOMUNITAS POPULASI RENTAN: PENYAKIT

MENTAL, KECACATAN, dan POPULASI TERLANTAR

Disusun Oleh :

 Nila Ranggani 2016-0303-006

Wayan Rindang Sulistiawati 2016-0303-015

FAKULTAS ILMU-ULMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu. Kelompok kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada
setiap dukungan yang telah mendorong kelompok untuk menyelesaikan tugas askep mental ini.

Kelompok kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan pembaca mengenai “ penyakit mental, kecacatan, dan gelandangan atau
terlantar” kelompok kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kelompok kami berharap adanya
kritikan, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat, mengingat tidak
adanya sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun

Jakarta, 13 maret 2019

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

Cover...............................................................................................................................................i

Kata pengantar ...............................................................................................................................ii

Daftar isi.........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep teori........................................................................................................................3
a. Populasi rentang......................................................................................................3
 b. Gangguan mental (mental disorder)........................................................................4
c. Penyakit cacat/disabilitas.......................................................................................11
d. Tunawisma/glandangan.........................................................................................14
e. Asuhan keperawatan pada agregat populasi mental..............................................17

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................20
B. Saran..................................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi kondisi
seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson, Birenbaum dalam
Stanhope & Lancaster, 2004). Pandera mengkategorikan faktor resiko kesehatan antara lain
genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup dan lingkungan. Jika
seseorang dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan penyakit, bahaya, atau outcome
negatif. Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau psikososial. Populasi rawan atau
rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang memiliki peningkatan risiko yang relatif
atau rawan untuk menerima pelayanan kesehatan. Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia
memiliki banyak peraturan perundangundangan yang mengatur tentang Kelompok Rentan,
tetapi tingkat implementasinya sangat beragam. Sebagian undang-undang sangat lemah
 pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak memberi manfaat bagi masyarakat. Disamping
itu, terdapat peraturan perundang-undangan yang belum sepenuhnya mengakomodasi berbagai
hal yang berhubungan dengan kebutuhan bagi perlindungan kelompok rentan. Keberadaan
masyarakat kelompok rentan yang merupakan mayoritas di negeri ini memerlukan tindakan
aktif untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-kepentingan mereka melalui penegakan
hukum dan tindakan legislasi lainnya. Hak asasi orang-orang yang diposisikan sebagai
masyarakat kelompok rentan belum terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa
konsekuensi bagi kehidupan diri dan keluarganya, serta secara tidak langsung juga mempun yai
dampak bagi masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan?

2. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan penyakit mental ?

3. Apa yang dimaksud dengan populasi rentan kecacatan ?

4. Apa yang dimaksud populasi rentan terlantar ?

1
rentang yang lebar, dari yang ringan sampai yang berat. Secara ringkas dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Gangguan emosional (emotional distubance) merupakan integrasi kepribadian yang


tidak adekuat (memenuhi syarat) dan distress personal. Istilah ini lebih sering
digunakan untuk perilaku maladaptive pada anak-anak.

 b) Psikopatologi (psychopathology), diartikan sama atau sebagai kata lain dari
 perilaku abnormal, psikologi abnormal atau gangguan mental.

c) Sakit mental (mental illenes), digunakan sebagai kata lain dari gangguan mental,
namun penggunaannya saat ini terbatas pada gangguan yang berhubungan dengan
 patologi otak atau disorganisasi kepribadian yang berat.

d) Gangguan mental (mental disorder) semula digunakan untuk nama gangguan


gangguan yang berhubungan dengan patologi otak, tetapi saat ini jarang
digunakan. Nama inipun sering digunakan sebagai istilah yang umum untuk setiap
gangguan dan kelainan.

e) Ganguan prilaku (behavior disorder), digunakan secara khusus untuk gangguan


yang berasal dari kegagalan belajar, baik gagal mempelajari kompetensi yang
dibutuhkan ataupun gagal dalam mempelajari pola penanggulangan masalah yang
maladaptif.

f) Gila (insanity), merupakan istilah hukum yang mengidentifikasikan bahwa individu


secara mental tidak mampu untuk mengelolah masalahmasalahnya atau melihat
konsekuensikonsekuensi dari tindakannya. Istilah ini menunjuk pada gangguan
mental yang serius terutama penggunaan istilah yang bersangkutan dengan pantas
tidaknya seseorang yang melakukan tindak pidana di hukum atau tidak.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Gangguan Mental (Mental Disorder)

Untuk mendapatkan jawaban mengenai faktor faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya


gangguan mental (mental disorder), maka yang perlu ditelusuri pertama kali adalah faktor dominan
yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang. Dalam hal ini, penulis merujuk pada pendapat

7
Kartini Kartono (1982:81), yang membagi faktor dominan yang mempengaruhi timbulnya
gangguan mental (mental disorder) ke dalam dua faktor, yaitu:

1) Faktor Organis (somatic), misalnya terdapat kerusakan pada otak dan pro ses dementia.

2) Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadiannya, reaksi neuritis dan reaksi psikotis
 pribadi yang terbelah, pribadi psikopatis, dan lain-lain. Kecemasan, kesedihan,
kesakitan hati, depresi, dan rendah diri bisa menyebabkan orang sakit secara psikis,
yaitu yang mengakibatkan ketidakseimbangan mental dan desintegrasi kepribadiannya.
Maka sruktur kepribadian dan pemasakan dari pengalaman-pengalaman dengan cara
yang keliru bisa membuat orang terganggu psikisnya. Terutama sekali apabila beban
 psikis ternyata jauh lebih berat dan melampaui kesanggupan memikul beban tersebut.

3) Faktor-faktor lingkungan (milieu) atau faktor-faktor sosial. Usaha pembangunan dan


modernisasi, arus urbanisasi dan industialisasi menyebabkan problem yang dihadapi
masyarakat modern menjadi sangat kompleks. Sehingga usaha penyesuaian diri
terhadap perubahan-perubahan sosial dan arus moderenisasi menjadi sangat sulit.
Banyak orang mengalami frustasi, konflik bathin dan konflik terbuka dengan orang
lain, serta menderita macam-macam gangguan psikis.

3. Pencegahan Gangguan Mental

Tujuan utama pencegahan gangguan mental adalah membimbing mental yangsakit agar
menjadi sehat mental danmenjaga mental yang sehat agar tetap sehat. Namun sebelumnya akan
 penulis paparkan terlebih dahulu tentang pengertian pencegahan gangguan mental.

1) Pengertian Pencegahan Gangguan Mental

Dalam dunia kesehatan mental pencegahan didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi


dengan cara yang positif dan bijaksana dari lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau
kerugian. (Prayitno, 1994:205). Sementara AF. Jaelani (2000:87), berpendapat bahwa p encegahan
mempunyai pengertian sebagai metode yang digunakan manusia untuk menghadapi diri sendiri
dan orang lain guna meniadakan atau mengurangi terjadinya gangguan kejiwaan. Dengan
demikian pencegahan gangguan mental didasarkan pada upaya individu terhadap diri dan orang

8
lain untuk menekan serendah mungkin agar tidak terjadi gangguan mental sesuai dengan
kemampuannya.

2) Upaya pencegahan

Banyak para ahli yang memberikan metode upaya pencegahan mulai dari faktor yang
mempengaruhi sampai akibat yang ditimbulkan. Pada dasarnya upaya pencegahan ialah
didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan mental. Prinsipprinsip yang dimaksud adalah:

a) Gambaran dan sikap baik terhadap diri-sendiri


Orang yang memiliki kemampuan mnyesuaikan diri, baik dengan diri
sendiri maupun hubungan dengan orang lain, hubungan dengan alam lingkungan,
serta hubungan dengan Tuhan. Hal ini dapat diperoleh dengan cara penerimaan diri,
keyakinan diri dan kepercayaan kepada diri-sendiri (Yahya, 1993:83).

 b) Keterpaduan atau integrasi diri

Berarti adanya keseimbangan antara kekuatan-kekuatan jiwa dalam diri,


kesatuan pandangan (falsafah dalam hidup) dan kesanggupan mengatasi
ketegangan emosi (stres) (Yahya, 1993:84).

c) Pewujudan diri (aktualisasi diri)

Merupakan sebuah proses pematangan diri dapat berarti sebagai


kemampuan mempengaruhi potensi jiwa dan memiliki gambaran dan sikap yang
 baik terhadap diri-sendiri serta meningkatkan motivasi dan semangat hidup. Oleh
karena itu, agar terhindar dari gangguan mental, maka sedapat mungkin
mengaktualisasikan diri dan memenuhi kebutuhan dengan baik dan memuaskan
(Kartono, 1986:231). Dengan demikian upaya pencegahan dapat berhasil apabila
manusia dapat berpotensi untuk menjadikan dirinya sebagai yang terbaik dan tidak
hanya pasrah pada kemampuan dasar manusia seperti menggembangkan bakat dan
sebagainya.

d) Kemampuan menerima orang lain

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Populasi rentan atau populasi beresiko adalah kondisi yang mempengaruhi


kondisi seseorang atau populasi untuk menjadi sakit atau sehat (Kaakinen, Hanson,
Birenbaum dalam Stanhope & Lancaster, 2004). Pandera mengkategorikan faktor resiko
kesehatan antara lain genetik, usia, karakteristik biologi, kesehatan individu, gaya hidup
dan lingkungan. Jika seseorang dikatakan rawan apabila mereka berhadapan dengan
 penyakit, bahaya, atau outcome negatif. Faktor pencetusnya berupa genetik, biologi atau
 psikososial. Populasi rawan atau rentan merupakan kelompok-kelompok sosial yang
memiliki peningkatan risiko yang relatif atau rawan untuk menerima pelayanan
kesehatan. Kenyataan menunjukan bahwa Indonesia memiliki banyak peraturan
 perundangundangan yang mengatur tentang Kelompok Rentan, tetapi tingkat
implementasinya sangat beragam. Sebagian undang-undang sangat lemah
 pelaksanaannya, sehingga keberadaannya tidak memberi manfaat bagi masyarakat.
Disamping itu, terdapat peraturan perundang-undangan yang belum sepenuhnya
mengakomodasi berbagai hal yang berhubungan dengan kebutuhan bagi perlindungan
kelompok rentan. Keberadaan masyarakat kelompok rentan yang merupakan mayoritas di
negeri ini memerlukan tindakan aktif untuk melindungi hak-hak dan kepentingan-
kepentingan mereka melalui penegakan hukum dan tindakan legislasi lainnya. Hak asasi
orang-orang yang diposisikan sebagai masyarakat kelompok rentan belum terpenuhi
secara maksimal, sehingga membawa konsekuensi bagi kehidupan diri dan keluarganya,
serta secara tidak langsung juga mempunyai dampak bagi masyarakat.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini maka diharapkan untuk dapat mengaplikasikan pada
kehidupan dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan hidup.

20
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, E.T . 2006 . Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik , Jakarta : EGC

Mary A. Nies, Melaine McEwen. Keperawatan kesehatan komunitas dan


keluarga.2019.Elsevier.Singapore

Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan Aplikasi. Jakarta
: Salemba Medika

Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat , retieved may 12nd.

Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta
: EGC

R, Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha Medika

Vaughan, 2000, General Oftamology, Jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai