Disusun Oleh :
Janurika Purnamawati
S16159/S16C
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu
keperawatan, kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti
yang cukup luas. Azrul Azwar mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai
berikut :
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat
mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya
secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh
manusia, balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan
ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia
mulai dari tingkat individu sampai tingkat eko¬sistem serta
perbaikan fungsi setiap unit dalam sistem hayati tubuh manusia mulai
dari tingkat sub sampai dengan tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan
lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada
diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan
barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-
hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri dari
dua orang atau lebih, terikat dalam hubungan perkawinan, pertalian darah
atau adopsi yang menciptakan dan mempertahankan budaya dan mempunyai
ketergantungan satu sama lain serta melakukan suatu interaksi antar anggota
keluarga.
Sub sistem keluarga adalah pusat perhatian atau fokus sebagai penerima
pengkajian serta intervensi. Keluarga initi, keluarga besar, dan sub sistem
keluarga lainya adalah unit analisis dan asuhan.Contoh : Masalah pada
keluarga yang diawali dengan komunikasi yang tidak efektif antar
anggota keluarga.Contoh : Kesalahpahaman yang terjadi pada pasangan
baru menikah terhadap peran dan fungsinya masing-masing.
e. Perilaku (Johnson’s)
Model Dorothy Johnson (1980,1990) adalah sintesis dari teori dan konsep
ilmu perilaku dan biologi, yang terintegrasi kedalam kerangka kerja system.
Teori mengenai stress dan adaptasi menjadi titik focus dalam model ini.
Setiap orang dipandang sebagai suatu system perilaku yang terdiri atas tujuh
sub system. Subsistem tersebut berinteraksi dan saling terkait.
Teori Dorothy Johnson tentang keperawatan (1968) berfokus pada
bagaimana klien beradaptasi terhadap kondisi sakitnya dan bagaimana stress
actual atau potensial dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi. Tujuan
dari keperawatan adalah menurunkan stress sehingga klien dapat bergerak
lebih mudah melewati masa penyembuhannya (Johnson, 1968). Teori
Johnson berfokus pada kebutuhan dasar yang mengacu pada
pengelompokkan perilaku berikut:
1) Perilaku mencari keamanan.
2) Perilaku mencari perawatan.
3) Menguasai diri sendiri dan lingkungan sesuai dengan standar
internalisasi prestasi.
4) Mengakomodasi diet dengan cara yang diterima secar sosial dan
cultural.
5) Mengeluarkan sampah tubuh dengan cara yang diterima secara sosial
dan kultural.
6) Perilaku seksual dan identitas peran
7) Perilaku melindungi diri sendiri
f. Budaya (Leininger)
Teori Leininger ini melihat adanya perubahan perilaku di antara anak yang
berasal dari budaya yang berbeda. Perbedaan ini mebuat Leinenger menelaah
kembali profesi keperawatan.ia mengedintifikasi bahwa pengetahuan
perawat untuk memahami budaya anak dalam layanan keperawatan ternyata
masih kurang.
Leinenger pertama kali menggunakan kata trancultural nursing,
ethnonursing, dan cross-cultural nursing.Akhirnya, pada tahun 1985,
Leinenger mempublikasikan teorinya untuk pertama kalinya, sedangkan ide-
ide dan teorinya mulai dipresentasikan pada tahun 1988.Teori Leinenger
kemudian disebut sebagai Cultural Care Diversity and Universality.Tetapi
para ahli sering menyebutnya sebagai Trancultural Nursing Theory atau teori
perawatan transkultural.
Keperawatan transkultural merupakan suatu area utama dalam keperawatan
yang berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang budaya dan sub-
budaya yang berbeda di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan
keperawatan, nilai-nilai, keyakinan tentang sehat-sakit, serta pola-pola
tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of knowledge yang
ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada
budaya tertentu dan budaya universal (Marriner-Tomey, 1994). Teori
keperawatan transkultural ini menekankan pentingnya peran perawat dalam
memahami budaya klien.
Dimensi budaya dan strukur sosial tersebut menurut Leinenger dipengaruhi
oleh tujuh faktor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, faktor sosial
dan kekerabatan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hukum, ekonomi,
dan pendidikan. Setiap faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area,
sesuai dengan kondisi masing-masing daerah, dan akan memengaruhi
pola/cara dan praktik keperawatan. semua langkah perawatan tersebut
ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan penyakit,
dan persiapan menghadapi kematian.
Oleh karena itu, ketujuh faktor tersebut harus dikaji oleh perawat sebelum
memberikan asuhan keperawatan kepada klien sebab masing-masing faktor
memberi pengaruh terhadap ekspresi, pola, dan praktik keperawatan (care
expression, pattern, and practices).Dengan demikian, ketujuh faktor tersebut
besar kontribusinya terhadap pencapaian kesehatan secara holistik atau
kesejahteraan manusia, baik pada level individu, keluarga, kelompok,
komunitas, maupun institusi di berbagai sistem kesehatan.
Peran perawat pada transcultural nursing theory ini adalah menjembatani
antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awan dengan sistem
perawatan profesional melalui asuhan keperawatan. Oleh karena itu perawat
harus mampu membuat keputusan dan rencana tindakan keperawatan yang
akan diberikan kepada masyarakat. Jika disesuaikan dengan proses
keperawatan, hal tersebut merupakan tahap perencanaan, tindakan
keperawatan.Tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien harus tetap
memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan, yaitu :
1) Culture care preservation/maintenance, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya guna membantu
individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan.
2) Culture care accommodation/negotiation, yaitu prinsip membantu,
memfasilitasi, atau memerhatikan fenomena budaya yang ada, yang
merefleksikan budaya untuk beradaptasi, bernegosiasi, atau
mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atu klien.
3) Culture care repatterning/restructuring, yaitu prinsip merekonstruksi
atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan
pola hidup klien ke arah yang lebih baik.
g. Kebutuhan (Henderson)
Konsep utama dalam teori Henderson mencakup manusia,
keperawatan, kesehatan dan lingkungan.
1. Manusia
Henderson melihat manusia sebagai individu yang membutuhkan
bantuan meraih kesehatan, kebebasan tau kematian yang damai, serta
bantuan untuk meraih kemandirian. Henderson juga menyatakan
bahwa pikiran dan tubuh manusia tidak dapat dipisahkan satu sama
lain (inseparable). Sam halnya dengan klien dan keluarga, mereka
merupakan satu kesatuan (unit).
2. Keperawatan
Perawat memepunyai fungsi unik untuk mambantu individu,
baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Sebagi anggota tim
kesehatan, perawat mempunyai fungsi independence di dalam
penanganan perawatan berdasarkan kebutuhan manusia.untuk
menjalankan fungsinya, perawat hatus memiliki pengetahuan bilogis
maupun social.
3. Kesehatan
Sehat adalah kulitas hidup yang menjadi dasar seseorang dapat
berfungsi bagi kemanusiaan. Memperoleh kesehatan lebih penting
dari pada mengobati penyakit. Untuk mencapai kondisi sehat,
diperlukan kemandirian dan saling ketergantungan. Individu akan
meraih atu mempertahankan kesehatn bila mereka memilki kekuatan,
kehendak, serta pengetahuan yang cukup.
4. Lingkungan
Ada beberapa hal nyang perlu diperhatikan terkait dengan
aspek lingkungan.
- Individu yang sehat mampu mengontrol lingkungan mereka,
namun kondisi sakit akan menghambat kemampuan tersebut.
- Perawat harus mampu melindungi pasien dari cedera mekanis.
- Perawat harus memilki pengetahuan tentang keamanan
lingkungan.
- Dokter menggunakan hasil observasi dan penelitian perawat
sebgai dasar dalam memberikan resep.
F. Teori ilmu sosial keluarga
1. Teori Fungsi Struktural
Fokusnya adalah pada keluarga sebagai sebuah institusi dan bagaimana
mereka berfungsi untuk memelihara keluarga dan jaringan sosial.
a. Artinian (1994)
b. Friedman, Bowden, & Jones (2003)
c. Nye & Berado (1981)
2. Teori Interaksi Simbolis
Fokusnya adalah pada interaksi dalam keluarga dan komunikasi simbolis.
a. Hill and Hansen (1960)
b. Rose (1962)
c. Turner (1970)
d. Nye (1976)
3. Teori Perkembangan dan Teori Siklus Hidup Keluarga
Berfokus pada siklus hidup keluarga dan mewakili tahap normatif
perkembangan keluarga.
a. Duvall (1977)
b. Duvall & Miller (1985)
c. Carter & McGoldrick (2005)
4. Teori Sistem Keluarga
Berfokus pada interaksi sirkuler antar anggota sistem keluarga, yang
mana hasil dalam fungsional atau disfungsional outcomes. von
Bertalanffy (1950, 1968)
5. Teori Stress Keluarga
Berfokus pada analisis bagaimana pengalaman keluarga dan cara
mengatasi (koping) keadaan yang menyebabkan stress.
a. Hill (1949, 1965)
b. McCubbin & Paterson (1983)
c. McCubbin & McCubbin (1993)
6. Teori Perubahan
Berfokus pada bagaimana keluarga tetap stabil atau berubah ketika ada
perubahan pada struktur keluarga atau dari pengaruh luar.
a. Maturana (1978)
b. Maturana & Varela (1992)
c. Watzlawick, Weakland, & Fisch (1974)
d. Wright & Watson (1988)
e. Wright & Leahey (2005)
7. Teori Transisi
Berfokus pada pemahaman dan memperkirakan pengalaman keluarga
transisi dengan mengkombinasikan Teori Peran, Teori Perkembangan
Keluarga, dan Teori Alur Kehidupan.
a. White & Klein (2002)
b. White (2005)