PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk yaitu perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan
komunitas, 2012)
pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun
nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain,
kerjasama antara perawat dengan pasien, keluarga dan atau masyarakat untuk
1
Berdasarkan standar yang tersedia, asuhan keperawatan pada pasien
jadwal kegiatan yang telah dibuat dan akan dievaluasi oleh perawat pada
melaksanakan kegiatan tanpa dibimbing dan tanpa disuruh, bantuan, jika pasien
sudah melakukan kegiatan tetapi belum sempurna dan dengan bantuan pasien
dapat melaksanakan dengan baik, tergantung, jika pasien sama sekali belum
2009)
1.2 RumusanMasalah
perilaku kekerasan?
1.3 Tujuan
1.2.1 TujuanUmum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien jiwa dengan masalah utama
perilaku kekerasan
1.2.2 TujuanKhusus
1. Menjelaskan tinjauan pustaka dari perilaku kekerasan
2
1.4 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri
sendiri, orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua
bentuk yaitu perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan
komunitas, 2012)
baik pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun
nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis
dimana melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
2.2 Penyebab
a. Faktor Predisposisi
menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan
4
1) Teori Biologik
terhadapperilaku:
a) Neurobiologik
Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:
perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan
b) Biokimia
atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons
terhadap stress.
c) Genetik
5
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku
d) Gangguan Otak
2) Teori Psikologik
a) Teori Psikoanalitik
b) Teori Pembelajaran
6
Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru
pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika
c) Teori Sosiokultural
b. Faktor Presipitasi
ekonomi.
7
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
perubahan tahap
(Keliat, 1997).
b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau
dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak
orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk
8
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama
kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya
a. Fisik
Muka merah dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal,
b. Verbal
verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor, suara keras, dan
ketus
c. Perilaku
9
d. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan
e. Intelektual
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
g. Sosial
h. Perhatian
b. Sublimasi : Mengganti suatu tujuan untuk tujuan yang tidak dapat diterima
10
e. Reaksi Formasi : Perkembangan sikap dan pola tingkah laku yang
stresor eksternal bisa berasal dari lingkungan, ledekan cacian, dan makian. Hal
tersebut akan mengakibatkan gangguan pada sistem individu. Dan hal yang
11
Bila seseorang memaknainya dengan hal negatif maka akan memicu
12
d. Antipsikotik: Chloipromadine, haloperidol, steladine
2.8 Penatalaksanaan
Menurut Stuart dan Laria (2005) manajemen perilaku kekerasan terdiri dari 3
strategi, diantaranya:
latihan asertif
gerak.
2.9 Fase
a. Triggering incidents
Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu agresi antara laian: provokasi,
harapan yang tidak terpenuhi. Pada fase ini klien dan keluarga baru datang.
b. Escalation phase
dan belum terjadi tindakan kekerasan. Pemicu dari perilaku agresif klien
13
gangguan penggunaan zat, kerusakan neurologi/kognitif, bunuh diri dan
c. Crisis point
tindakan kekerasan.
d. Settling phase
marahnya.Mungkin masih ada rasa cemas dan marah dan berisiko kembali
ke fase awal.
Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan
dan kelelahan.
14
2.11Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku Kekerasan
2) Pandangan tajam
4) Mengepalkan tangan
5) Jalan mondar-mandir
6) Bicara kasar
b. Diagnosa keperawatan
lingkungan
2) Tujuan khusus:
15
c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan
dilakukan
perilaku kekerasan
d. Intervensi
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, apa yang dilakukan, akibat dan
nafas dalam).
kekerasan secara fisik dan verbal atau sosial). Latihan beribadah dan
16
SP 5: Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan
dengan obat (bantu klien minum obat secara teratur dengan prinsip 5
2) Tindakan keperawatan:
17
BAB 3
GAMBARAN KASUS
Aniaya Fisik √ 23 th - - - -
Aniaya Seksual - - - - - -
Penolakan - - - - - -
Kekerasan dalam - - - - - -
Keluarga
Tindakan criminal - - - - - -
18
Jelaskan no 1,2,3 :
- pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada saat SMA kelas 3 usia
16 tahun karena tidak bisa mengerjakan ujian nasional
- Pasien pertama kali sakit saat SMA, karena tidak bias mengerjakan
ujian nasional, saat itu MRS di BDH lalu kontrol tidak sampai setahun
karena merasa sudah sembuh.
- pasien pernah memukul ibu dan suami jika ytidak menuruti
keinginannya
- √
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Ya Tidak
3.4 FISIK
1. Tanda vital : TD:120/80 Nadi:82x/menit Suhu:36,4oC
RR:18x/menit
2. Ukur : TB:155 BB : 60 kg
3. Keluhan fisik: Ya √ Tidak
Jelaskan : Tidak ada kelainan pada kepala, leher, dada, ekstremitas
atas dan bawah
19
3.5 PSIKOSOSIAL
1. Genogram:
Keterangan
: Meninggal
: Laki-laki
: Perempuan
: Serumah
: Pasien
: Dekat dengan pasien
2. Konsep diri
a. Gambaran diri : pasien mengatakan mensyukuri dengan semua anggota
tubuhnya
b. Identitas : pasien sudah menikah
c. Peran : pasien mengatakan sebagai istri dan sebagai anak ke 2 dari
orang tuanya
d. Ideal diri : pasien mengatakan ingin mempunyai anak
e. Harga diri :pasien mengatakan tidak berguna karena gagal mempunyai
seorang anak yang dinginkan
20
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : pasien mengatakan paling dekat dengan ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:pasien mengatakan setip
hari harus selalu bersama ibunya dan jarang bersama orangsekitar rumahnya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: pasien selalu tidak sabar
dalam hal apapun, keinginan selalu harus terpenuhi
4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : pasien mengatakan tidak ada kendala dalam beribadah
b. Kegiatan beribadah : pasien melakukan tidak melakukan ibadah
Biasanya
Jelaskan: penampilan pasien rapi, rambut disisir setiap hari, pakaian yang
digunakan sesuai dan rapi pasien juga memakai sandal ketika jalan
Memulai
pembicaraan
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
21
Jelaskan : pasien tidak ada masalah motorik, pasien selalu aktif mengikuti
kegiatan tetapi harus didampingi oleh ibunya atau oleh suaminya
4. Alam Perasaan:
5. Afek:
Pengecapan Penghidu
22
Masalah keperawatan: Resiko Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
8. Proses pikir
Jelaskan :saat ditanya pasien dapat menjawab sesuai tujuan pembicaraan dan
tidak berbelit
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
Waham:
Jelaskan: tingkat kesadaran pasien menetap, tidak ada gangguan, pasien tidak
mengalami disorientasi
Jelaskan: pasien mampu mengingat alamat rumahnya, usianya dan nama usia
pernikahannya
23
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
Jelaskan: Pasien dapat berhitung 5+4 = 9, 2x5 = 10, pasien dapat konsentrasi
dengan pertanyaan yang diajukan
Makanan √ Pakaian √
Keamanan √ Transportasi √
24
Perawatan kesehatan √
2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan minimal Bantuan Total
Mandi √
BAB/BAK √
Kebersihan √
Ganti Pakaian √
Makan
√
b. Nutrisi
Apakah klien puas dengan pola makan klien √ Ya Tidak
Jika ya, jelaskan alasannya: klien makan selalu dikamar bersama ibunya
c. Tidur
Ya Tidak
25
Apakah klien merasa segar setelah bangun tidur
26
Jelaskan: Pasien senang bekerja di SPBU
Jelaskan: klien sering kali marah bila apa yang diinginkan tidak dituruti
Koping Obat-obatan
27
Lainnya: tidak ada
ANALISA DATA
28
DATA-DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
Data subyektif: keluarga klien Koping individu inefektif Perilaku Kekerasan
mengatakan klien sering marah
dan memukul bila keinginannya
tidak dituruti Gangguan konsep diri:
harga diri rendah
Perilaku Kekerasan
POHON MASALAH
29
Effect Resiko Mencederai Diri sendiri, Orang lain,
Lingkungan
Perilaku Kekerasan
Core problem (CP)
Resiko
Penatalaksanaan rejimen
terapeutik inefektif
Causa
Kurang Pengetahuan
1. Perilaku Kekerasan
30
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR
RSUD DR SOETOMO SURABAYA
31
perilaku b. Verbal: menyatakan dari perilaku
kekerasan secara asertif rasa kekerasan
marahnya
6. Diskusikan c. Spiritual: sholat dan
bersama berdoa
klien cara d. Penggunaan obat
mengontrol secara teratur
PK
32
IMPLEMENTASI DAN EVALUASITINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
33
3. Mengobservasi tanda perilaku kekerasan pada P: Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2
klien
3. Identifikasi tanda- 1. Menganjurkan klien mengungkapkan apa S: Ibu klien mengatakan klien sering diam
tanda perilaku yang dilakukan saat marah dirumah dan jarang keluar rumah
kekerasan 2. Mengobserasi tanda perilaku kekerasan O: Kontak mata tajam
3. Mengumpulkan bersama klien tanda-tanda A: Klien mampu mengutarakan tanda-tanda
marah yang dialami klien marah
P: Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2
4. Mengontrol 1. Melatih napas dalam S: Klien mengatakan melakukan teknik napas
perilaku kekerasan 2. Menyusun jadwal latihan napas dalam dengan teknik yang benar dan sesuai jadwal
secara fisik: latihan 3. Mengevaluasi tanda-tanda perilaku kekerasan O: Klien terlihat melakukan teknik napas
napas dalam ada klien dalam dengan benar
A: Klien mampu menggunakan teknik napas
dalam dengan benar
P: Evaluasi SP 2, lanjut SP 3
5. Mengontrol 1. Mengevaluasi latihan napas dalam klien S: Klien mengatakan melakkan teknik pukul
perilaku kekerasan 2. Melatih teknik memukul bantak saat marah bantal sesuai jadwal
fisik: memukul 3. Menyusun jadwal kegiatan harian klien O: Klien terlihat melakukan teknik memukul
bantal bantal sesuai jadwal
34
A: Klien mampu menggunakan teknik
memukul bantal
P: Evaluasi SP 2, lanjut SP 3
6. Mengontrol 1. Mengevaluasi latihan teknik memukul bantal S: Klien mengatakan sudah berdoa dan
perilaku kekerasan saat marah terkadang melakukan shalat
secara spiritual 2. Melatih shalat/ berdoa dan menganjurkan saat O: Klien terlihat melakukan shalat dan berdoa
klien marah A: Klien mampu menggunakan teknik
3. Menyusun jadwal harian shalat / berdoa klien spiritual yaitu shalat dan berdoa
P: Evaluasi SP 3, lanjut SP 4
7. Mengontrol 1. Mengevaluasi jadwal harian untuk mencegah S: Ibu klien mengatakan obat klien selalu
perilaku kekerasan marah yang sudah dilatih diminum teratur
dengan obat 2. Melatih pasien minum obat secara teratur O: Klien terlihat tenang
3. Menyusun jadwal minum obat secara teratur A: Klien mampu menggunakan obat teratur
dalam mencegah marah
P: Evaluasi SP 4
35
BAB 4
PEMBAHASAN
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan gangguan fungsi
jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran
sosial (Keliat,dkk. 2012). Gangguan jiwa dapat menimbulkan berbagai macam masalah
keperawatan, salah satunya adalah perilaku kekerasan.Perilaku kekerasan merupakan suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis (Keliat, dkk. 2012).
Pada tanggal 06 januari 2018, Ny. P datang bersama ibu dan suami, pasien tampak
gelisah, tidak bisa menahan keinginan bila sudah terlintas dipikirannya. Bila tidak dituruti Ny.
P memukul ibu, suami dan pamannya, marah-marah dan teriak-teriak. Pada saat di
wawancaraNy. P berkali-berkali keluar masuk ruangan, dirumah tidak ada perubahan satu
minggu ini. Dengan informed consent ibu, pasien di fiksasi mekanik dan injeksi haloperidol 1
amp im, keluarga setuju untuk MRS. Fiksasi mekanik dan kimiawi dilakukan karena Ny. P
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.
Pada saat pengkajian tanggal 9 Januari 2018 Ny. P tidak banyak bicara, menjawab
seperlunya dan kontak mata kurang.Ny. P menunjukkan gejala-gejala seperti merasa tidak
aman berada bersama orang lain, menjawab pertanyaan dengan pelan dan singkat (hanya "ya"
dan "tidak"), berpikir sesuatu menurut pikirannya sendiri, apatis, tidak merawat diri dan kontak
mata klien kurang.Klien sering terlihat memukul ibunya bila keinginannya tidak dituruti, emosi
klien terlihat sering berubah-ubah.Hal-hal tersebut menunjukkan terjadinya perilaku kekerasan
36
yang dialami Ny.P. Faktor predisposisi perilaku kekerasan pada Ny. P salah satunya
disebabkan oleh stressor psikologi berupa kecemasan menghadapi ujian nasional yang dialami
klien saat SMA.Saat itu pasien berteriak-teriak sehingga keluarga membawa pasien MRS di
BDH.Selain itu terdapat faktor presipitasi eksternal berupa kehilangan orang yang dicintai
karena pasien pernah mengalami keguguran anak pertama (meninggal di dalam kandungan)
pada bulan Desember 2017.
Perilaku kekerasan merupakan mekanisme koping yang paling maladaptif dalam respon
emosional seseorang, karena perilaku kekerasan dapat membahayakan orang, diri sendiri baik
secara fisik, emosional/sexualitas (NANDA,2009). Pada pasien dengan masalah perilaku
kekerasan dapat muncul beberapa masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan
berhubungan dengan harga diri rendah. Pada kasus Ny. P memiliki riwayat harga diri rendah
dan resiko halusinasi yang menyebabkan timbulnya masalah perilaku kekerasan. Ny. P
merasakan gejala tidak aman saat berinteraksi dengan orang lain dan beresiko mencederai
orang yang tidak dikenalnya.
Berdasarkan hasil pengkajian, masalah utama yang dialami Ny. P adalah perilaku
kekerasan, sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk dapat mengontrol
atau mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Rencana intervensi yang sudah
diimplementasikan pada Ny.N dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan antara lain
SP1, membina hubungan saling percaya dengan berkenalan dan menjelaskan tujuan
kedatangan perawat, dengan adanya kepercayaan pasien pada perawat akan membuat pasien
merasa nyaman. kemudian mengidentifikasi perilaku kekerasan dan tanda-tanda perilaku
kekerasan.
Pada SP2 mengajarkan klien untuk mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dengan
latihan napas dalam dan memukul bantal.Pada saat evaluasi, klien dapat mempraktekkan teknik
nafas dalam dan memukul bantal dengan benar dan kemudian menganjurkan supaya hal ini
dimasukkan ke dalam buku harian. Pada saat SP3 perawat mengajarkan cara mengontrol
perilaku kekerasan secara spiritual, yaitu dengan menganjurkan klien untuk beribadah atau
shalat. Yang terakhir adalah SP4 perawat mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan
denganminum obat secara teratur dan mengevaluasi jadwal kegiatan pasien untuk menilai
keberhasilan dalam strategi pelaksanaan.
37
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari pembahasan kasus Ny.P
dengan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan di ruang Jiwa Sejahtera RSUD.Dr. Soetomo
Surabaya.
5.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan respon dan perilaku manusia untuk merusak dan
berkonotasi sebagai agresi fisik yang dilakukan seseorang terhadap orang lain atau sesuatu
(Vinick, 2011). Respon ini dipengaruhi oleh penilaian terhadap situasi, penerimaan
lingkungan, kognisi dan komunikasi stress, sehingga apabila lingkungan diinterpretasikan
sebagai bermusuhan maka akan berespon bermusuhan dan menyebabkan timbulnya
perilaku agresif kekerasan (Hidayati,2011).
5.2 Saran
Sebagai perawat sebaiknya lebih aktif dan tidak mengintrogasi dalam menggali
informasi tentang perawatan pada pasien yang perilaku kekerasan hingga berisiko untuk
menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.Terapi harus bersifat suportif dan
solutif terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh klien.Perawat juga harus memiliki
38
kemampuan untuk berkomunikasi terapeutik, dan dapat mengobservasi dengan akurat
agar dapat menegakkan diagnosis dengan tepat.
39
DAFTAR PUSTAKA
40