Anda di halaman 1dari 40

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi

ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua

bentuk yaitu perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan

terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).(Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa

komunitas, 2012)

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi oleh

seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik

pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun

nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis

(Menurut Berkowizt dalam buku Yosep 2011).Perilaku kekerasan (PK) adalah

suatu keadaan dimana seseorang dimana melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain,

disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol.

Peran perawat dalam membantu pasien perilaku kekerasan adalah dengan

memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan. Pemberian asuhan

keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan

kerjasama antara perawat dengan pasien, keluarga dan atau masyarakat untuk

mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

1
Berdasarkan standar yang tersedia, asuhan keperawatan pada pasien

perilaku kekerasan dilakukan dalam lima kali pertemuan. Pada setiap

pertemuan pasien memasukkan kegiatan yang telah dilatih untuk mengatasi

masalah kedalam jadwal kegiatan. Diharapkan pasien akan berlatih sesuai

jadwal kegiatan yang telah dibuat dan akan dievaluasi oleh perawat pada

pertemuan berikutnya. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan akan dinilai

tingkat kemampuan pasien dalam mengatasi masalahnya yaitu mandiri,

bantuan, atau tergantung. Tingkat kemampuan mandiri, jika pasien

melaksanakan kegiatan tanpa dibimbing dan tanpa disuruh, bantuan, jika pasien

sudah melakukan kegiatan tetapi belum sempurna dan dengan bantuan pasien

dapat melaksanakan dengan baik, tergantung, jika pasien sama sekali belum

melaksanakan dan tergantung pada bimbingan perawat. (Medikal Record,

2009)

1.2 RumusanMasalah

Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama

perilaku kekerasan?

1.3 Tujuan

1.2.1 TujuanUmum
Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien jiwa dengan masalah utama
perilaku kekerasan

1.2.2 TujuanKhusus
1. Menjelaskan tinjauan pustaka dari perilaku kekerasan

2. Menjelaskan gambaran kasus dan asuhan keperawatan jiwa pada klien

dengan masalah utama perilaku kekerasan.

2
1.4 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Sebagai tambahan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada

pasien jiwa dengan diagnose keperawatan perilaku kekerasan

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber informasi dan pedoman bagi pembuatan makalah

atau penulisan berikutnya.

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi

ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua

bentuk yaitu perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan

terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).(Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa

komunitas, 2012)

Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi

oleh seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan,

baik pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun

nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis

(Menurut Berkowizt dalam buku Yosep 2011).

Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang

dimana melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada

dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah

yang tidak terkontrol (Wati, 2010).

2.2 Penyebab

a. Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan

menurut teori biologik, teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan

oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk, 2008) adalah:

4
1) Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh

terhadapperilaku:

a) Neurobiologik

Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif:

sistem limbik, lobus frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga

mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses

impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi,

perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan

meningkatkan atau menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya

gangguan pada lobus frontal maka individu tidak mampu membuat

keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan

agresif.Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai

implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.Sistem limbik

terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif.Pusat otak

atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.

b) Biokimia

Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine,

asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau

menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten dengan fight

atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons

terhadap stress.

c) Genetik

5
Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku

agresif dengan genetik karyotype XYY.

d) Gangguan Otak

Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku

agresif dan tindak kekerasan.Tumor otak, khususnya yang menyerang

sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang menimbulkan

perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy,

khususnya lobus temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku

agresif dan tindak kekerasan.

2) Teori Psikologik

a) Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk

mendapatkan kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak

berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah.Agresi dan tindak

kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan

citra diri dan memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif

dan perilaku kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka

terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

b) Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka,

biasanya orang tua mereka sendiri.Contoh peran tersebut ditiru karena

dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh, atau jika perilaku

tersebut diikuti dengan pujian yang positif.Anak memiliki persepsi

ideal tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal.

6
Namun, dengan perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru

pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika

masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan

anak mereka dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku

kekerasan setelah dewasa.

c) Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur

sosial terhadap perilaku agresif. Ada kelompok sosial yang secara

umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan

masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak

kekerasan, apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan

mereka tidak dapat terpenuhi secara konstruktif.Penduduk yang ramai

/padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk perilaku

kekerasan.Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan

dalam hidup individu.

b. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering

kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):

1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas

seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,

perkelahian masal dan sebagainya.

2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.

7
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta

tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung

melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan

ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.

5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat

menghadapi rasa frustasi.

6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap

2.3 Rentang Respon Marah

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal

adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut :

(Keliat, 1997).

a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan

orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.

b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau

keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan.

Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan

perasaan yang dialami.

d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat

dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak

orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk

8
mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang sama

dari orang lain

e. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai

kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak dirinya

sendiri maupun terhadap orang lain.

Respon kemarahan dapat berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif

Respon adaptif Respon maladaptive

Asertiffrustasi pasif agresif amuk

2.4 Tanda dan Gejala

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku

kekerasan adalah sebagai berikut:

a. Fisik

Muka merah dan tegang, mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal,

rahang mengatup, postur tubuh kaku, dan jalan mondar-mandir

b. Verbal

Bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam secara

verbal atau fisik, mengumpat dengan kata-kata kotor, suara keras, dan

ketus

c. Perilaku

Melempar atau memukul benda/orang lain, menyerang orang lain, melukai

diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, dan amuk/ agresif

9
d. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan

jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan dan menuntut.

e. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan sarkasme.

f. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,

menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

g. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

h. Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

2.5 Mekanisme Koping


Mekanisme koping yang sering muncul pada perilaku kekerasan

menurut Keliat (2009), yaitu sebagai berikut :

a. Displecement : Pemindahan emosi dari seseorang atau objek dengan

mengarahkan yang netral atau yang kurang berbahaya.

b. Sublimasi : Mengganti suatu tujuan untuk tujuan yang tidak dapat diterima

pada lingkungan sosial dengan perilaku yang bisa ditekan.

c. Projeksi : Memindahkan pikiran atau dorongan atau impuls emosional atau

keinginan yang dapat diterima orang lain.

d. Represi : Secara tidak sadar menimbulkan ingatan pengalaman-

pengalaman, pikiran, impuls yang menyakitkan dari alam sadarnya.

10
e. Reaksi Formasi : Perkembangan sikap dan pola tingkah laku yang

berlawanan dengan dorongan yang diingikan oleh seseorang.

2.6 Mekanisme Terjadinya Perilaku Kekerasan

Kemarahan diawali oleh adanya stresor yang berasal dari internal/

eksternal. Stresor internal seperti penyakit, hormonal dendam. Sedangkan

stresor eksternal bisa berasal dari lingkungan, ledekan cacian, dan makian. Hal

tersebut akan mengakibatkan gangguan pada sistem individu. Dan hal yang

terpenting adalah bagaimana cara individu memaknainya.

11
Bila seseorang memaknainya dengan hal negatif maka akan memicu

timbulnya kemarahan. Kemarahan yang diekspresikan dengan kegiatan

dekstruktif dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal.

Kemarahan yang dipendam akan menimbulkan gejala psikomatis.

2.7 Pengobatan Medik

a. Anti ansietas dan hipnotik sedatif: Diazepam (valium)

b. Anti depresan: Amitriptum

c. Mood stabilizer: Lithium, carbomazepin

12
d. Antipsikotik: Chloipromadine, haloperidol, steladine

2.8 Penatalaksanaan

Menurut Stuart dan Laria (2005) manajemen perilaku kekerasan terdiri dari 3

strategi, diantaranya:

a. Strategi pencegahan: self awareness perawat, pendidikan kesehatan dan

latihan asertif

b. Strategi antisipasi: teknik komunikasi, perubahan lingkungan,

perubahan perilaku, dan pemberian obat antipsikotik

c. Strategi pengekangan: manajemen krisis, pengikatan, dan pembatasan

gerak.

2.9 Fase

a. Triggering incidents

Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien.

Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu agresi antara laian: provokasi,

respon terhadap kegagalan, komunikasi yang buruk, situasi yang

menyebabkan frustrasi, pelanggaran batas terhadap jarak personal, dan

harapan yang tidak terpenuhi. Pada fase ini klien dan keluarga baru datang.

b. Escalation phase

Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat diseterakan

dengan respon fight or flight.Pada fase escalasi kemarahan klien memuncak,

dan belum terjadi tindakan kekerasan. Pemicu dari perilaku agresif klien

gangguan psikiatrik bervariasi misalnya: halusinasi, gangguan kognitif,

13
gangguan penggunaan zat, kerusakan neurologi/kognitif, bunuh diri dan

koping tidak efektif.

c. Crisis point

Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de

escalation gagal mencapai tujuannya.Pada fase ini klien sudah melakukan

tindakan kekerasan.

d. Settling phase

Klien yang melakukan kekerasan telah melepaskan energi

marahnya.Mungkin masih ada rasa cemas dan marah dan berisiko kembali

ke fase awal.

e. Post crisis depression

Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan

berfokus pada kemarahan dan kelelahan.

f. Return to normal functioning

Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas, depresi,

dan kelelahan.

2.10 Pohon Masalah

Efek Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Care Problem Perilaku Kekerasan

Cause Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

14
2.11Konsep Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Perilaku Kekerasan

a. Tanda-tanda yang ditemui

1) Muka marah dan tegang

2) Pandangan tajam

3) Mengatupkan rahang dengan kuat

4) Mengepalkan tangan

5) Jalan mondar-mandir

6) Bicara kasar

7) Suara tinggi, menjerit dan berteriak

8) Mengancam secara verbal/ fisik

9) Memukul benda/ orang lain

10) Merusak barang/ benda

b. Diagnosa keperawatan

Diagnosa resiko perilaku kekerasandirumuskan jika saat ini tidak

melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku

kekerasan dan belum mempunyai kemampuan mencegah atau

mengendalikan perilaku kekerasan tersebut.

c. Tindakan keperawatan pada klien

1) Tujuan umum: tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan

lingkungan

2) Tujuan khusus:

a) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

b) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

15
c) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukan

d) Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan yang

dilakukan

e) Klien dapat menyebutkan cara mencegah atau mengendalikan

perilaku kekerasan

d. Intervensi

SP 1: Membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab

marah, tanda dan gejala yang dirasakan, apa yang dilakukan, akibat dan

cara mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara pertama (latihan

nafas dalam).

SP 2: Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan

dengan cara kedua (evaluasi latihan nafas dalam, latihan

mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik dengan memukul

kasur atau bantal)

SP 3: Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan

secara verbal (evaluasi jadwalharian tentang 2 cara fisik). Latihan

mengungkapkan perasaan marah secara verbal (menolak dengan baik,

meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik). Susun

jadwallatihan mengungkapkan rasa marah secara verbal.

SP 4: Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan

secara spiritual (diikutkan hasillatihan mengendalikan perilaku

kekerasan secara fisik dan verbal atau sosial). Latihan beribadah dan

berdoa. Buat jadwal latihan ibadah atau berdoa.

16
SP 5: Membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan

dengan obat (bantu klien minum obat secara teratur dengan prinsip 5

benar, disertai penjelasan kegunaanobat dan akibat henti obat). Susun

jadwalminum obat secara teratur.

e. Tindakan keperawatan pada keluarga

1) Tujuan: Keluarga dapat merawat klien dirumah

2) Tindakan keperawatan:

a) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga

b) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan

(penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat

dari perilaku tersebut)

c) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi klien yang perlu

segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau

memukul benda atau orang lain

d) Bantu latihan keluarga dalam merawat klien perilaku kekerasan:

anjurkan keluarga untuk memotivasi klien melakukan tindakan

yang telah diajarkan oleh perawat.

17
BAB 3

GAMBARAN KASUS

Ruangan Rawat: Ruang Sejahtera Tanggal Dirawat : 6 Januari 2018

3.1 IDENTITAS KLIEN


Inisial : Ny. P(L/P) Tanggal Pengkajian : 09 Januari 2018
Umur : 23 Tahun RM No : 12.56.xx.xx.xx
Informan :Pasien dan Keluarga Pasien

3.2 ALASAN MASUK


Tanggal 06 januari 2018, pasien datang bersama ibu dan suami, pasien tampak
gelisah, tidak bisa menahan keinginan bila sudah terlintas dipikirannya.Bila
tidak dituruti pasien memukul ibu, suami dan pamannya, marah-marah dan
teriak-teriak.Pasien saat di wawancara berkali-berkali keluar masuk ruangan,
dirumah tidak ada perubahan satu minggu ini. Dengan informed consent ibu,
pasien di fiksasi mekanik dan injeksi haloperidol 1 amp im, keluarga setuju
untuk MRS. Pada saat pengkajian klien tidak banyak bicara, menjawab
seperlunya dan kontak mata kurang.

3.3 FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? √ Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya? Berhasil √ Kurang berhasil Tidak


Berhasil
3.

Pengalaman Pelaku/ Korban Saksi


usia /usia /usia

Aniaya Fisik √ 23 th - - - -

Aniaya Seksual - - - - - -

Penolakan - - - - - -

Kekerasan dalam - - - - - -
Keluarga
Tindakan criminal - - - - - -

18
Jelaskan no 1,2,3 :

- pasien pernah mengalami gangguan jiwa pada saat SMA kelas 3 usia
16 tahun karena tidak bisa mengerjakan ujian nasional
- Pasien pertama kali sakit saat SMA, karena tidak bias mengerjakan
ujian nasional, saat itu MRS di BDH lalu kontrol tidak sampai setahun
karena merasa sudah sembuh.
- pasien pernah memukul ibu dan suami jika ytidak menuruti
keinginannya
- √
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Ya Tidak

Hubungan Keluarga Gejala Riwayat


Pengobatan/perawatan
Tidak ada tidak ada tidak ada

Jelaskan: tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Dulu ketika SMA usia 16 tahun pasien tidak bias mengerjakan ujian nasional
dan teriak-teriak sehingga pasien MRS di BDH. Pada bulan desember 2017
klien mengalami keguguran anak pertama

Masalah Keperawatan: Perilaku kekerasan

3.4 FISIK
1. Tanda vital : TD:120/80 Nadi:82x/menit Suhu:36,4oC
RR:18x/menit
2. Ukur : TB:155 BB : 60 kg
3. Keluhan fisik: Ya √ Tidak
Jelaskan : Tidak ada kelainan pada kepala, leher, dada, ekstremitas
atas dan bawah

Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

19
3.5 PSIKOSOSIAL
1. Genogram:

Keterangan

: Meninggal

: Laki-laki

: Perempuan
: Serumah
: Pasien
: Dekat dengan pasien

Jelaskan : pasien merupakan anak ke 2 dari 2 bersaudara, pasien sudah mempunyai


suami dan anak tetapi anaknya meninggal didalam kandungan, pasien tinggal
bersama suami dan kedua orang tua dari pasien, bapak pasien telah meninggal

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

2. Konsep diri
a. Gambaran diri : pasien mengatakan mensyukuri dengan semua anggota
tubuhnya
b. Identitas : pasien sudah menikah
c. Peran : pasien mengatakan sebagai istri dan sebagai anak ke 2 dari
orang tuanya
d. Ideal diri : pasien mengatakan ingin mempunyai anak
e. Harga diri :pasien mengatakan tidak berguna karena gagal mempunyai
seorang anak yang dinginkan

20
Masalah Keperawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : pasien mengatakan paling dekat dengan ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat:pasien mengatakan setip
hari harus selalu bersama ibunya dan jarang bersama orangsekitar rumahnya
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: pasien selalu tidak sabar
dalam hal apapun, keinginan selalu harus terpenuhi

Masalah Keperawatan: Gangguan interaksi sosial

4. Spiritual:
a. Nilai dan keyakinan : pasien mengatakan tidak ada kendala dalam beribadah
b. Kegiatan beribadah : pasien melakukan tidak melakukan ibadah

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

3.6 STATUS MENTAL


1. Penampilan: Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian
Tidak sesuai tidak seperti

Biasanya

Jelaskan: penampilan pasien rapi, rambut disisir setiap hari, pakaian yang
digunakan sesuai dan rapi pasien juga memakai sandal ketika jalan

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


2. Pembicaraan:
Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu

Memulai
pembicaraan

Jelaskan: pasien kadang diam dan kadang berbicara dengan pelan

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi

TIK Grimasen Tremor Kompulsif

21
Jelaskan : pasien tidak ada masalah motorik, pasien selalu aktif mengikuti
kegiatan tetapi harus didampingi oleh ibunya atau oleh suaminya

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.

4. Alam Perasaan:

Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Agitasi

Jelaskan: pasien kemana-mana selalu bersama ibunya

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

5. Afek:

Datar Tumpul √ Labil Tidak sesuai

Jelaskan : emosi klien sering berubah ubah

Masalah keperawatan: Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

6. Interaksi selama wawancara:

Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah tersinggung

√ Kontak mata kurang Defensif Curiga

Jelaskan : pasien kooperatif, menjawab pertanyaan sesuai tetapi kontak mata


kurang, selama diwawancarai selalu menghadap kearah ibunya

Masalah Keperawatan : Gangguan interaksi sosial


7. Persepsi
Halusinasi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan:pasien pernah mengalami halusinasi pendengaran seperti


mendengar bisikan

22
Masalah keperawatan: Resiko Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
8. Proses pikir

Sirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of Ideas Blocking Pengulangan pembicaraan/perseverasi

Jelaskan :saat ditanya pasien dapat menjawab sesuai tujuan pembicaraan dan
tidak berbelit
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran Magis

Waham:

Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistik Sisip Pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan: pasien tidak mengalami waham

Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

10. Tingkat kesadaran


Bingung Sedasi Stupor Disorientasi

Waktu Tempat Orang

Jelaskan: tingkat kesadaran pasien menetap, tidak ada gangguan, pasien tidak
mengalami disorientasi

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan


11. Memori
Gg daya ingat jangka panjang Gg daya ingat jangka pendek

Gg daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan: pasien mampu mengingat alamat rumahnya, usianya dan nama usia
pernikahannya

23
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Mudah beralih Tidak mampu berkonsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan: Pasien dapat berhitung 5+4 = 9, 2x5 = 10, pasien dapat konsentrasi
dengan pertanyaan yang diajukan

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan


13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan: pasien dapat mengambil keputusan saat diberikan pilihan

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

14. Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan: Pasien mengatakan tidak terima jika dirinya dikatakan gila.

Masalah keperawatan: Resiko terapi rejimen terapetik tidak efektif

3.7 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan
Ya Tidak Ya Tidak

Makanan √ Pakaian √

Keamanan √ Transportasi √

Tempat tinggal √ Uang √

24
Perawatan kesehatan √

Jelaskan: Kebutuhan pasien dibantu oleh ibu dan suaminya,

Masalah keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

2. Kegiatan sehari-hari
a. Perawatan diri
Bantuan minimal Bantuan Total
Mandi √

BAB/BAK √

Kebersihan √

Ganti Pakaian √

Makan

Jelaskan: selama aktivitas pasien selalu meminta ibunya


mendampinginya
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

b. Nutrisi
Apakah klien puas dengan pola makan klien √ Ya Tidak

Apakah klien memisahkan diri √ Ya Tidak

Jika ya, jelaskan alasannya: klien makan selalu dikamar bersama ibunya

Frekuensi makan perhari :3 kali


Frekuensi kudapan perhari : Tidak tentu
Nafsu makan : baik
Diet khusus : tidak ada
Jelaskan :setiap makan sudah disediakan di
kamar masing masing

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

c. Tidur
Ya Tidak

Apakah ada masalah √

25
Apakah klien merasa segar setelah bangun tidur

Apakah ada kebiasaan tidur siang √

Apa yang membantu klien untuk tidur √

Waktu tidur malam, jam: 20.00 Waktu bangun, jam:05.00

Beri tanda “V” sesuai dengan keadaan klien:

Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur

Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidur √


Somnabulisme Berbicara dalam tidur

Jelaskan: pasien tidur dengan ditemani ibunya

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3. Kemampuan klien dalam


Ya Tidak
Mengantisipasi kebutuhan sendiri √
Membuat keputusan berdasar keinginan sendiri √
Mengatur penggunaan obat √
Melakukan pemeriksaan kesehatan (follow up) √

Jelaskan: pasien mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari namun harus


bersama ibunya

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

4. Klien memiliki sistim pendukung


Ya Tidak Ya Tidak

Keluarga √ Teman sejawat √


Profesional/terapis √ Kelompok sosial

Jelaskan: pasien mengatakan system pendukungnya adalah ibu

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

5. Apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan


atau hobi
Ya Tidak

26
Jelaskan: Pasien senang bekerja di SPBU

Masalah keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

3.8 MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik reloksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olahraga √ Mencederai diri dan orang lain
Lainnya

Jelaskan: klien sering kali marah bila apa yang diinginkan tidak dituruti

Masalah keperawatan: Koping Individu inefektif

3.9 MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


a. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : pasien mengatakan tidak
ada masalah , semua berjalan normal
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: pasien mengatakan
kurang berkumpul dengan teman-temannya dan warga sekitar
c. Masalah dengan pendidikan, spesifik : pasien mengatakan tidak ada
masalah dengan pendidikan karena bias menyelesaikan sampai SMA
d. Masalah dengan pekerjaan, spesifik Pasien mengatakan bekerja di SPBU
sejak tahun 2011
e. Masalah dengan rumah tangga, spesifik pasien mengalami keguguran anak
pertama, setelahnya klien merasa belum menjadi istri yang sempurna
f. Masalah dengan ekonomi, spesifik : pasien mengatakan keadaan ekonomi
cukup
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : pasien berhenti control
karena merasa sudah sembuh
h. Masalah lainnya, spesifik : tidak ada masalah

Masalah Keperawatan: Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

3.10 PENGETAHUAN KURANG TENTANG


√ Penyakit jiwa Sistem pendukung

Faktor presipitasi Penyakit fisik

Koping Obat-obatan

27
Lainnya: tidak ada

Masalah keperawatan: Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa

3.11 DATA LAIN-LAIN


Hasil Lab
- WBC = 10,6
- SGOT = 44 u/l
- SGPT = 37U/L
- BUN =4
- Kreatinin serum = 6,5 mg/dl
- Kalium = 3,2 mmol/l
- Klorida = 1,3 mmol/l

3.12 ASPEK MEDIS


Diagnosa medis: Skizofrenia paranoid episodic berulang F 20.03
Terapi medis:
Tanggal 9 Januari 2018
1. Tryfluoperazine 2x5 mg (5mg – 0 – 5mg)
2. Clozapin 25 mg (25mg – 0 – 0)
3. Tryhexyphenidyl 2x2 mg (2mg – 0 – 2mg)
4. Donperidon 3x10mg (10mg – 10mg – 10mg)
5. Psikoterapi suportif (Terapi Okupasi dan Terapi Aktivitas Kelompok)

3.13DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


1. Koping individu inefektif
2. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Gangguan interaksi sosial
4. Resiko gangguan persepsi sensori: Halusinasi
5. Perilaku kekerasan
6. Kurang pengetahuan
7. Resko penatalaksanaan rejimen terapeutik inefektif
8. Resiko mencederai diri sendi, orang lain, dan lingkungan

ANALISA DATA

Nama: Ny.P No. RM: 12.56.xx.xx Ruangan: Sejahtera

28
DATA-DATA ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
Data subyektif: keluarga klien Koping individu inefektif Perilaku Kekerasan
mengatakan klien sering marah
dan memukul bila keinginannya
tidak dituruti Gangguan konsep diri:
harga diri rendah

Data obyektif : Gangguan interaksi sosial


- Pasien sering terlihat
memukul ibunya bila
keinginannya tidak dituruti Resiko gangguan persepsi
- Emosi klien terlihat sering sensori: Halusinasi
berubah-ubah

Perilaku Kekerasan

POHON MASALAH

(Bisa dikembangkan sesuai kondisi klien)

29
Effect Resiko Mencederai Diri sendiri, Orang lain,
Lingkungan

Perilaku Kekerasan
Core problem (CP)
Resiko
Penatalaksanaan rejimen
terapeutik inefektif

Causa
Kurang Pengetahuan

Resiko Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Gangguan Interaksi Sosial

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Koping Individu Inefektif

DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA

1. Perilaku Kekerasan

30
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR
RSUD DR SOETOMO SURABAYA

Inisial Klien: Ny P Ruangan :Sejahtera


No RM :12.56.xx.xx

Diagnosis Rencana Tindakan Intervensi Rasional


Keperawatan
Tujuan Tujuan jangka
jangka pendek
panjang
Perilaku Klien dapat 1. Bina a. Mengucapkan salam Membangun rasa
kekerasan mengotrol / hubungan terapeutik percaya klien pada
mencegah saling b. Berjabat tangan perawat. Sehingga
perilaku percaya c. Menjelaskan tujuan perawat dapat
kekerasan interaksi menggali informasi
secara fisik d. Membuat kontrak, yang adekuat
topik, waktu dan
tempat

2. Diskusikan a. Diskusikan tanda dan Mengurangi pola pikir


bersama gejala PK secara fisik yang salah serta
klien b. Diskusikan tanda dan melatih mengontrol
penyebab PK gejala secara perilaku kekerasan
saat ini dan psikologis
yang lalu c. Diskusikan tanda dan
gejala PK sosial
3. Diskusikan d. Diskusikan tanda dan
perasaan gejala PK spiritual
klien jika e. Diskusikan PK
terjadi intelektual
penyebab PK
a. Secara verbal
4. Diskusikan b. Terhadap orang lain Melatih klien
bersama c. Terhadap diri sendiri mengontrol perilaku
klien PK d. Terhadap lingkungan kekerasan
yang biasa
dilakukan
pada saat
marah
a. Fisik: Tarik nafas
5. Diskusikan dalam, dan pukul Melatih klien untuk
bersama bantal mengontrol perilaku
klien akibat kekerasan dan akibat

31
perilaku b. Verbal: menyatakan dari perilaku
kekerasan secara asertif rasa kekerasan
marahnya
6. Diskusikan c. Spiritual: sholat dan
bersama berdoa
klien cara d. Penggunaan obat
mengontrol secara teratur
PK

7. Latih klien a. Latihan nafas dalam Mempermudah klien


mengontrol dan memukul bantal mengontrol perilaku
PK secara b. Susun jadwal latihan kekerasan
fisik nafas dalam dan
memukul bantal

8. Latih klien a. Latih Mengurangi perilaku


mengontrol mengungkapkan kekerasan yang
secara sosial marah dengan baik dialami klien
dan verbal (menolak dan
meminta sesuatu
dengan baik)

32
IMPLEMENTASI DAN EVALUASITINDAKAN KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNAIR
RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Inisial Klien: Ny P Ruangan : Sejahtera


No RM : 12.56.xx.xx
DIAGNOSA/ TUK IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) TTD
Resiko Perilaku 1. Menyampaikan salam terapeutik S: Klien mengatakan namanya adalah Ny. P
Kekerasan 2. Menyebutkan nama dan berjabat tangan suka dipanggil P
1. Membina hubungan 3. Menjelaskan maksud dan tujuan interaksi O: Klien berbicara lancer, intonasi berubah-
saling percaya 4. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat) ubah sesuai topik
A: Klien mampu memperkenalkan diri,
mampu BHSP
P: Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2
2. Identifikasi 1. Memberi kesempatan klien untuk S: Ibu klien mengatakan bahwa klien sering
penyebab perilaku mengungkapkan perasaannya marah saat keinginannya tidak dikalbulkan
kekerasan 2. Membantu klien untuk mengungkapkan O: Kontak mata tajam
penyebab marah A: Klien mampu mengungkapkan penyebab
marah

33
3. Mengobservasi tanda perilaku kekerasan pada P: Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2
klien
3. Identifikasi tanda- 1. Menganjurkan klien mengungkapkan apa S: Ibu klien mengatakan klien sering diam
tanda perilaku yang dilakukan saat marah dirumah dan jarang keluar rumah
kekerasan 2. Mengobserasi tanda perilaku kekerasan O: Kontak mata tajam
3. Mengumpulkan bersama klien tanda-tanda A: Klien mampu mengutarakan tanda-tanda
marah yang dialami klien marah
P: Evaluasi SP 1 dan lanjut SP 2
4. Mengontrol 1. Melatih napas dalam S: Klien mengatakan melakukan teknik napas
perilaku kekerasan 2. Menyusun jadwal latihan napas dalam dengan teknik yang benar dan sesuai jadwal
secara fisik: latihan 3. Mengevaluasi tanda-tanda perilaku kekerasan O: Klien terlihat melakukan teknik napas
napas dalam ada klien dalam dengan benar
A: Klien mampu menggunakan teknik napas
dalam dengan benar
P: Evaluasi SP 2, lanjut SP 3
5. Mengontrol 1. Mengevaluasi latihan napas dalam klien S: Klien mengatakan melakkan teknik pukul
perilaku kekerasan 2. Melatih teknik memukul bantak saat marah bantal sesuai jadwal
fisik: memukul 3. Menyusun jadwal kegiatan harian klien O: Klien terlihat melakukan teknik memukul
bantal bantal sesuai jadwal

34
A: Klien mampu menggunakan teknik
memukul bantal
P: Evaluasi SP 2, lanjut SP 3
6. Mengontrol 1. Mengevaluasi latihan teknik memukul bantal S: Klien mengatakan sudah berdoa dan
perilaku kekerasan saat marah terkadang melakukan shalat
secara spiritual 2. Melatih shalat/ berdoa dan menganjurkan saat O: Klien terlihat melakukan shalat dan berdoa
klien marah A: Klien mampu menggunakan teknik
3. Menyusun jadwal harian shalat / berdoa klien spiritual yaitu shalat dan berdoa
P: Evaluasi SP 3, lanjut SP 4
7. Mengontrol 1. Mengevaluasi jadwal harian untuk mencegah S: Ibu klien mengatakan obat klien selalu
perilaku kekerasan marah yang sudah dilatih diminum teratur
dengan obat 2. Melatih pasien minum obat secara teratur O: Klien terlihat tenang
3. Menyusun jadwal minum obat secara teratur A: Klien mampu menggunakan obat teratur
dalam mencegah marah
P: Evaluasi SP 4

35
BAB 4

PEMBAHASAN

Individu yang sehat jiwa menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya. Mampu


menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan memenuhi kebutuhan
hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup, menerima dengan baik apa yang ada
pada dirinya dan merasa nyaman bersama dengan orang lain (Keliat, dkk. 2012). Apabila
seseorang didalam jiwanya terdapat hal seperti itu maka dapat dikatakan dengan sehat jiwa,
sedangkan apabila seseorang merasa dirinya tidak mampu melakukan sesuatu yang ada pada
dirinya, tidak mampu bekerja produktif, dan tidak mamenuhi kebutuhan hidupnya maka
individu dikatakan dengan jiwa yang tidak sehat atau gangguan jiwa.

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan fungsi jiwa yang menyebabkan gangguan fungsi
jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran
sosial (Keliat,dkk. 2012). Gangguan jiwa dapat menimbulkan berbagai macam masalah
keperawatan, salah satunya adalah perilaku kekerasan.Perilaku kekerasan merupakan suatu
keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik
terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan atau agresif
merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis (Keliat, dkk. 2012).

Pada tanggal 06 januari 2018, Ny. P datang bersama ibu dan suami, pasien tampak
gelisah, tidak bisa menahan keinginan bila sudah terlintas dipikirannya. Bila tidak dituruti Ny.
P memukul ibu, suami dan pamannya, marah-marah dan teriak-teriak. Pada saat di
wawancaraNy. P berkali-berkali keluar masuk ruangan, dirumah tidak ada perubahan satu
minggu ini. Dengan informed consent ibu, pasien di fiksasi mekanik dan injeksi haloperidol 1
amp im, keluarga setuju untuk MRS. Fiksasi mekanik dan kimiawi dilakukan karena Ny. P
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan.

Pada saat pengkajian tanggal 9 Januari 2018 Ny. P tidak banyak bicara, menjawab
seperlunya dan kontak mata kurang.Ny. P menunjukkan gejala-gejala seperti merasa tidak
aman berada bersama orang lain, menjawab pertanyaan dengan pelan dan singkat (hanya "ya"
dan "tidak"), berpikir sesuatu menurut pikirannya sendiri, apatis, tidak merawat diri dan kontak
mata klien kurang.Klien sering terlihat memukul ibunya bila keinginannya tidak dituruti, emosi
klien terlihat sering berubah-ubah.Hal-hal tersebut menunjukkan terjadinya perilaku kekerasan

36
yang dialami Ny.P. Faktor predisposisi perilaku kekerasan pada Ny. P salah satunya
disebabkan oleh stressor psikologi berupa kecemasan menghadapi ujian nasional yang dialami
klien saat SMA.Saat itu pasien berteriak-teriak sehingga keluarga membawa pasien MRS di
BDH.Selain itu terdapat faktor presipitasi eksternal berupa kehilangan orang yang dicintai
karena pasien pernah mengalami keguguran anak pertama (meninggal di dalam kandungan)
pada bulan Desember 2017.

Perilaku kekerasan merupakan mekanisme koping yang paling maladaptif dalam respon
emosional seseorang, karena perilaku kekerasan dapat membahayakan orang, diri sendiri baik
secara fisik, emosional/sexualitas (NANDA,2009). Pada pasien dengan masalah perilaku
kekerasan dapat muncul beberapa masalah keperawatan seperti resiko mencederai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan dan perilaku kekerasan
berhubungan dengan harga diri rendah. Pada kasus Ny. P memiliki riwayat harga diri rendah
dan resiko halusinasi yang menyebabkan timbulnya masalah perilaku kekerasan. Ny. P
merasakan gejala tidak aman saat berinteraksi dengan orang lain dan beresiko mencederai
orang yang tidak dikenalnya.

Berdasarkan hasil pengkajian, masalah utama yang dialami Ny. P adalah perilaku
kekerasan, sehingga tindakan keperawatan yang dilakukan bertujuan untuk dapat mengontrol
atau mencegah perilaku kekerasan secara fisik. Rencana intervensi yang sudah
diimplementasikan pada Ny.N dengan masalah keperawatan perilaku kekerasan antara lain
SP1, membina hubungan saling percaya dengan berkenalan dan menjelaskan tujuan
kedatangan perawat, dengan adanya kepercayaan pasien pada perawat akan membuat pasien
merasa nyaman. kemudian mengidentifikasi perilaku kekerasan dan tanda-tanda perilaku
kekerasan.

Pada SP2 mengajarkan klien untuk mengontrol perilaku kekerasan secara fisik dengan
latihan napas dalam dan memukul bantal.Pada saat evaluasi, klien dapat mempraktekkan teknik
nafas dalam dan memukul bantal dengan benar dan kemudian menganjurkan supaya hal ini
dimasukkan ke dalam buku harian. Pada saat SP3 perawat mengajarkan cara mengontrol
perilaku kekerasan secara spiritual, yaitu dengan menganjurkan klien untuk beribadah atau
shalat. Yang terakhir adalah SP4 perawat mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan
denganminum obat secara teratur dan mengevaluasi jadwal kegiatan pasien untuk menilai
keberhasilan dalam strategi pelaksanaan.

37
BAB V

PENUTUP

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari pembahasan kasus Ny.P
dengan diagnosa keperawatan perilaku kekerasan di ruang Jiwa Sejahtera RSUD.Dr. Soetomo
Surabaya.

5.1 Kesimpulan
Perilaku kekerasan merupakan respon dan perilaku manusia untuk merusak dan
berkonotasi sebagai agresi fisik yang dilakukan seseorang terhadap orang lain atau sesuatu
(Vinick, 2011). Respon ini dipengaruhi oleh penilaian terhadap situasi, penerimaan
lingkungan, kognisi dan komunikasi stress, sehingga apabila lingkungan diinterpretasikan
sebagai bermusuhan maka akan berespon bermusuhan dan menyebabkan timbulnya
perilaku agresif kekerasan (Hidayati,2011).

Perilaku kekerasan merupakan mekanisme koping yang paling maladaptif dalam


respon emosional seseorang, karena perilaku kekerasan dapat membahayakan orang, diri
sendiri baik secara fisik, emosional/sexualitas (NANDA,2009). Pada pasien dengan
masalah perilaku kekerasan dapat muncul beberapa masalah keperawatan seperti resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan
dan perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah. Pada kasus Ny. P memiliki
riwayat harga diri rendah dan resiko halusinasi yang menyebabkan timbulnya masalah
perilaku kekerasan. Ny. P merasakan gejala tidak aman saat berinteraksi dengan orang lain
dan beresiko mencederai orang yang tidak dikenalnya. Perilaku kekerasan yang muncul
pada pasien disebabkan karena munculnya kecemasan pada saat klien menghadapi Ujian
Nasional, mulai saat itu klien sering berteriak, marah bahkan sering memukul ibu dan
suaminya apabila keinginannya tidak segera dituruti.

5.2 Saran
Sebagai perawat sebaiknya lebih aktif dan tidak mengintrogasi dalam menggali
informasi tentang perawatan pada pasien yang perilaku kekerasan hingga berisiko untuk
menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.Terapi harus bersifat suportif dan
solutif terhadap masalah yang sedang dihadapi oleh klien.Perawat juga harus memiliki

38
kemampuan untuk berkomunikasi terapeutik, dan dapat mengobservasi dengan akurat
agar dapat menegakkan diagnosis dengan tepat.

39
DAFTAR PUSTAKA

Ah.Yusuf,dkk.2015.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta: Salemba Medika


Damaiyanti, Mukhripah.2012.Asuhan Keperawatan Jiwa.Bandung: PT Refika Aditama.
Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. 2012. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta :EGC
Prabowo, Eko.2014.Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika.
Purba, dkk.2008.
AsuhanKeperawatanpadaKliendenganMasalahPsikososialdanGangguanJiwa.Medan:
USU Press
Riyadi&Purwanto.2009.AsuhanKeperawatanJiwa.Yogyakarta:GrahaIlmu
Yosep.2011. Keperawatan Jiwa. Edisi 4.Jakarta : Refika Aditama
Yosep.I danSutini.T. 2014.Buku Ajar KeperawatanJiwa.Bandung : PT. RefikaAditama

40

Anda mungkin juga menyukai