Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN PADA

GELANDANGAN PSIKOTIK

RR DIAN TRISTIANA
DIANTRISTIANA@FKP.UNAIR.AC.ID
DEFINISI

• Gelandangan psikotik adalah mereka yang hidup


di jalan karena suatu sebab mengalami gangguan
kejiwaan yakni mental dan sosial, sehingga mereka
hidup mengembara, berkeliaran, atau
menggelandang di jalanan.
• Kelompok gelandangan psikotik, merupakan
kelompok khusus yang memiliki karakteristik dan
pola penanganan khusus, terutama berkaitan
dengan gangguan perilaku abnormal.
CIRI-CIRI GELANDANGAN PSIKOTIK

• Tingkah laku dengan relasi sosialnya selalu asosial,


eksentrik (kegilaan-gilaan dan kronis patologis).
Kurang memiliki kesadaran sosial dan intelegensi
sosial, ama fanatik dan sangat individualistis selalu
bertentangan dengan lingkungan dan norma.
• Sikapnya masih sering berbuat kasar, kurang ajar
dan ganas, marah tanpa ada sebabnya.
• Pribadinya tidak stabil, responnya kurang tepat dan
tidak dapat untuk dipercaya.
• Tidak memiliki kelompok
Masalah
Gangguan Jiwa
tempat tinggal
REHABILITASI

Sifat Pelayanan:
untuk pencegahan(preventif), penyembuhan(kuratif),
pemulihan/pengembalian (rehabilitatif), dan
pemeliharaan/penjagaan (promotive), dan penunjang program-
program pemerintah.

rehabilitasi berfungsi sebagai bimbingan spiritual


Rehabilitasi keagamaan, bimbingan sosial, bimbingan psikologis, medik dan
keterampilan.

bidang pelayanan rehabilitasi dapat digolongkan menjadi tiga


bidang, yaitu bidang kesehatan/medik, bidang sosial psikologi, dan
bidang kekaryaan/keterampilan.
REHABILITASI SOSIAL

• Layanan rehabilitasi sosial terhadap gelandangan


berarti upaya pemulihan yang diberikan kepada
orang-orang yang hidup dalam keadaan yang
tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak
dalam masyarakat setempat, serta tidak
mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang
tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara
di tempat umum (PP No. 31 tahun1980 tentang
Penanggulangan Gelandangan dan Pengemis)
PELAKSANA REHABILITASI SOSIAL

Pelaksana rehabilitasi sosial terdiri dari para petugas


yang tergabung dalam tim rehabilitasi, yaitu:
- pekerja sosial
- Profesional
- paramedik
- kyai/ustadz dan santri terlatih
CARA REHABILITASI SOSIAL
Rehabilitasi sosial terhadap gelandangan psikotik ini bisa ditempuh dengan cara:
1) Bimbingan Mental Spritual Keagamaan. Bimbingan ini dilakukan melalui
proses terapi spiritual terhadap klien melalui terapi dzikir, pijat syaraf, terapi
herbal ramuan tradisional daun waru yang ditumbuk halus, dimasak dengan
air secukupnya dan selanjutnya campurkan air dengan madu dan lafadz
surat al-Fatihah sebagai sarana pengobatan sakit jiwa klien dan hidro terapi;
2) Rehabilitasi Medik. Model rehabilitasi ini dilakukan Rumah Sakit Jiwa atau
Panti Laras (Dinas Sosial) melalui kegiatan pelayanan kesehatan secara utuh
dan terpadu. Melalui tindakan medik agar penyandang cacat mental
dapat mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin (PP No. 43
tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Penyandang Cacat)
3) Rehabilitasi Psikososial. Rehabilitasi dalam bentuk pelayanan psikologis dan
sosial bagi penyandang masalah psikososial, agar dapat melaksanakan
fungsi psikososialnya secara wajar
4) Rehabilitasi Sosial. Proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara
wajar dalam kehidupan masyarakat (UU No.11 tahun 2009 tentang
Kesejahteraan Sosial)
PENYEBAB MUNCULNYA
GELANDANGAN PSIKOTIK
munculnya gelandangan psikotik disebabkan oleh
- faktor keluarga tidak peduli
- keluarga malu
- keluarga tidak tahu
- obat tidak diberikan
- tersesat
- urbanisasi yang gagal.
LANGKAH-LANGKAH REHABILITASI

1. Tahap identifikasi
2. Tahap Diagnosis
3. Tahap treatment
TAHAPAN TREATMENT

1. Pendekatan Awal: Penarikan (rekruitmen) adalah


proses pencarian para calon klien untuk masuk
panti rehabilitasi. Adapun cara rekruitmen
tersebut dapat melalui :1).Trantib keamanan
(razia) 2).Kemitraan dengan lembaga atau pihak
lain seperti rumah sakit, dinas sosial dan LSM.
2. Penerimaan dan Pengasramaan: Penerimaan
adalah rangkaian kegiatan administratif, maupun
teknis yang meliputi registrasi klien (klien tercatat
dalam buku panti). Pengasramaan adalah
menempatkan klien definitif dalam asrama
dengan kondisi, situasi dan fasilitas panti
TAHAPAN TREATMENT

1. Pengungkapan dan pemahaman masalah


(assessment) : Pengungkapan dan pemahaman
masalah adalah upaya untuk mencari dan menggali
data penerima pelayanan (klien), mulai dari faktor-
faktor penyebab masalah klien, dan kekuatan-
kekuatan yang dimiliki klien, semua ini dilakukan dalam
upaya untuk membantu proses rehabilitasi sosial dan
mempercepat penyembuhannya.
2. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial:
Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi sosial
didasarkan pada hasil assessmen yang dilakukan oleh
pekerja sosial. Hasil assesmen tersebut menjadi acuan
untuk memberikan pelayanan dalam menangani klien
dalam proses rehabilitasi sosial.
TAHAPAN TREATMENT

Adapun pelaksanaan kegiatan sesuai dengan hasil assesmen


tersebut dapat dilihat dari berbagai aspek yang terdapat
dalam assesmen, yang terdiri dari:
a) Bimbingan fisik : Bimbingan fisik ini dimaksudkan agar klien
memiliki kesehatan fisik dan jauh dari penyakit fisik melalui
cara hidup sehat dan selalu menjaga kebersihan.
b) Bimbingan mental : Bimbingan mental disini lebih
ditekankan terhadap kondisi psikis klien yang diharapkan
klien mampu dan bisa untuk mengenal dirinya sendiri dan
bisa bertanggung jawab terhadap diri pribadi.
c) Bimbingan sosial : Melalui bimbingan sosial ini para klien
diajarkan untuk dapat mengenal sesama dan menjalin
kerukunan sesama klien sehingga nantinya bisa
menimbulkan kesadaran dan tanggung jawab sosial klien
didalam kehidupan masyarakat nantinya
TAHAPAN TREATMENT

3. Resosialisasi: Resosialisasi adalah serangkaian


bimbingan yang bersifat dua arah yaitu untuk
mempersiapkan klien agar dapat berintegrasi penuh
kedalam kehidupan dan penghidupan masyarakat
secara normatif dan selain itu juga untuk mempersiapkan
masyarakat atau lingkungan dimana ia akan tinggal agar
mampu menerima dan memperlakukan serta mengajak
klien untuk berintegrasi dengan kegiatan kemasyarakatan
dengan tidak ada pembedaan.
4. Penyaluran: Penyaluran adalah serangkaian kegiatan
yang diarahkan untuk mengembalikan klien kedalam
kehidupan dimasyarakat secara normatif baik di
lingkungan keluarga dan masyarakat.
TAHAPAN TREATMENT

5. Bimbingan Lanjut : Bimbingan lanjut adalah


serangkaian kegiatan bimbingan yang diarahkan
kepada penerima pelayanan dan masyarakat guna
lebih dapat memantapkan, meningkatkan dan
mengembangkan kemandirian klien dalam
kehidupan sehari-hari.
TAHAPAN TREATMENT

6). Evaluasi : Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan


apakah proses pelayanan dan rehabilitasi sosial yang
diterima oleh klien sudah sesuai dengan yang
direncanakan, dalam hal ini pekerja sosial wajib untuk
melakukan evaluasi dalam setiap tahapan proses dan
hasil pertolongan yang dilalui, dan kemudian diambil
kesimpulan apakah proses telah berjalan baik dan dapat
dilakukan pengakhiran pelayanan.
7). Terminasi : Terminasi ini dilakukan untuk memastikan
hasil evaluasi umum terhadap klien setelah dapat
menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dan mampu
menjadi warga Negara masyarakat yang bertanggung
jawab.
PRINSIP-PRINSIP PENANGANAN BAGI
GELANDANGAN PSIKOTIK
a. Penghargaan terhadap harkat dan martabat
manusia, dimana setiap warga binaan bisa diterima
dan dihargai sebagai pribadi yang utuh dalam artian
memanusiakan manusia.
b. Memberikan penghidupan dan pelayanan yang layak
terhadap warga binaan.
c. Pemberian kesempatan seluas-luasnya bagi para
warga binaan tersebut unuk lebih mengembangkan
dirinya dan diikutsertakan dalam kegiatan yang ada
didalam panti rehabilitasi tersebut.
d. Menanamkan sifat tanggung jawab sosial yang
melekat pada setiap warga binaan yang dilayani dan
direhabilitasi.
PRINSIP-PRINSIP KHUSUS DALAM
REHABILITASI SOSIAL
a. Prinsip peneriamaan warga binaan secara apa
adanya.
b. Tidak menghakimi (Non judgement) warga binaan.
c. Prinsip individualisasi, setiap warga binaan tidak
diperlakukan sama rata, tetapi harus difahami secara
khusus sesuai dengan problemnya masing-masing.
d. Prinsip kerahasiaan, setiap informasi yang diperoleh
mengenai gelandangan tersebut dapat dijaga
kerahasiaannya sebaik dan sekuat mungkin, terkecuali
informasi tersebut digunakan untuk kepentingan
pelayanan dan rehabilitasi sosial klien tersebut
PRINSIP-PRINSIP KHUSUS DALAM
REHABILITASI SOSIAL
e. Prinsip partisipasi, setiap warga binaan dan orang-
orang terdekatnya ikut berpartisipasi dalam proses
penyembuhan dan rehabilitasinya dalam upaya unuk
mengembalikan kesadaran individu tersebut.
f. Prinsip komunikasi, dalam hal ini diusahakan agar
kualitas dan intensitas komunikasi antara warga binaan
dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya dapat
ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga dapat
berdampak positif terhadap upaya rehabilitasi warga
binaan.
g. Prinsip kesadaran diri, dimana para pelaksana
pelayanan sosial secara sadar wajib menjaga kualitas
hubungan profesionalnya dengan warga binaan,
sehingga tidak jatuh dalam hubungan emosional yang
menyulitkan dan menghambat proses rehabilitasi
GAP SUMBER DAYA PADA GELANDANGAN PSIKOTIK

- Keterbatasan tempat tinggal


- Tidak memiliki support system
- Tidak adanya koordinasi antara rawat inap dgn rawat jalam
- Tidak memiliki sumber daya

- Tidak ada tindak lanjut terkait perawatan kesehatan

It is necessary to connect these individuals With available resources


in their community in an effort to improve their quality of life and
strengthen their ties as partners in their care.
PERAN PERAWAT
Prevention
1. Work in key public locations, such as schools and workplaces, to help people
develop more knowledge and less fear about mental illness.
2. Encourage people to seek help, especially those in groups at higher risk of
mental illness. Make help more accessible to these groups by going to where
they are.
3. Train peer counsellors to work with groups such as young people. Peers may be
in a better position to overcome some of the stigma associated with mental
illness.
4. Support presentations that use theatre and other art forms to destigmatize
mental illness.
5. Take a positive attitude to your work. Promoting positive mental health is as
important as preventing mental illness.
6. Practise self-care. Dealing with people and families that experience mental
illness can drain physical, mental and emotional energy. Find and develop self-
care practices that work for you, and encourage your employer to support self-
care in the workplace. These could include practising yoga or other forms of
stress management, and creating opportunities to debrief stressful situations with
colleagues or counsellors.
PERAN PERAWAT

Treatment and management


1. Incorporate the social determinants of health (housing, income,
etc.) into patient assessments and into subsequent treatment
plans.
2. Be informed about community support services available to
people with mental illness.
3. Mental health and mental illness have significant cultural
dimensions. Be informed about the beliefs and traditions of the
various cultures with which you work regarding mental health.
4. Stay current. Read the latest research on treatment
approaches for mental illness.
5. Be informed about the perspectives of mental health consumer
and survivor groups. Their concerns may surface in your work
with people experiencing mental illness, and they can be
important sources of support and knowledge for both
consumers and professionals.
PERAN PERAWAT

Advocacy
1. Work towards better continuity of care. Build links
between community support services and the
health system, and between different levels within
the health system. With other service providers,
work to identify gaps in the system and explore
possible ways to better coordinate care and
support.
2. Work with consumer groups, survivor groups and
other service providers to advocate for more
resources to deal with mental health and mental
illness issues.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai