B. Etiologi
D. Manifestasi Klinis
1. Neuroblastoma retroperitoneal
2. Neurobalstoma mediastinal
Pada awalnya tanpa gejala, namun bila massa besar dapat menekan dan timbul
batuk kering, infeksi saluran nafas, sulit menelan. Bila penekanan terjadi pada
radiks saraf spinal, dapat timbul parastesia dan nyeri lengan.
3. Neuroblastoma leher
4. Neuroblastoma pelvis
Gejala klinisnya berupa tulang belakang kaku tegak, kelainan sensibilitas, nyeri.
Dapat terjadi hipomiotonia ekstremitas bawah bahkan paralisis.
E. Klasifikasi
1. Stadium I
Tumor terbatas pada organ primer, secara makroskopik reseksi utuh, dengan
atau tanpa residif mikroskopik. Kelenjar limfe regional ipsilateral negative.
2. Stadium IIA
Operasi tumor terbatas tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe regional
ipsilateral negative.
3. Stadium IIB
Operasi tumor terbatas dapat ataupun tak dapat mengangkat total, kelenjar limfe
regional ipsilateral positif.
4. Stadium III
Tumor tak dapat dieksisi, ekspansi melewati garis tengah, dengan atau tanpa
kelenjar limfe regional ipsi atau tanpa kelenjar limfe regional ipsilateral positif.
5. Stadium IV :
Tumor primer menyebar hingga kelenjar limfe jauh, tulang, sumsum tulang,
hati, kulit atau organ lainnya.
6. Stadium IVS
Usia <1 tahun, tumor metastasis ke kulit,hati, sumsum tulang, tapi tanpa
metastasis tulang.
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Penatalaksanaan
Menurut Cecily (2002), International Staging System untuk neuroblastoma
menetapkan definisi standar untuk diagnosis, pertahapan, dan pengobatan serta
mengelompokkkan pasien berdasarkan temuan-temuan radiografik dan bedah,
ditambah keadaan sumsum tulang. Pengobatan terdiri atas penggunaan kemoterapi
multiagens secara simultan atau bergantian.
H. Komplikasi
Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif
dini ke berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara
hematogen ke sum-sum tulang, tulang, hati, otak, paru, dan lain-lain. Metastasis
tulang umumnya ke tulang cranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering
menimbulkan nyeri ekstremitas, artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sum-
sum tulang menyebabkan anemia, hemoragi, dan trombositopenia (Willie, 2008)
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penyataan yang dibuat oleh perawat
profesional yang memberi gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien,
baik aktual maupun potensial, yang ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi
data hasil pengkajian (Asmadi, 2008).
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) diagnosa keperawatan pasien pertusi s
yang kalimatnya telah di sesuaikan dengan diagnosa NANDA (Herdman, 2012)
adalah :
3.3 Diagnosa
3.4 Intervensi
Tekanan darah :
90/60 mmHg
Peningkatan suhu tubuh 1 C
d. RR : 40 kali per
setara dengan kebutuhan
menit
Kolaborasi: pemberian penambahan cairan
paracetamol 100mg dan sebanyak 12% cairan basal
injeksi ampicilin tubuh, diperlukan air yang
subaktan 4x225 mg cukup unuk mengembalikan
kehilangan 12% cairan
tersebut
Ajarkan
pasien/keluarga dalam
mengukur suhu
Untuk menurunkan
panas, air biasa mampu
menetralkan suhu tubuh
yang meningkat
terutama laksanakan
pengompresan pad
area-area dengan arteri
besar spt arteri di axilla
2. Pk Anemia Tujuan: anemia Kolaborasi:
berhubungan berkujrang darfi pemberian PRC
dengan keadaan sebelumnya 2x100cc
metastase ke
KH:
sum-sum Agar bisa mencegah jatuh
tulang Hb 11-16 g/dL Mandiri:
secara mandiri oleh anggota
Eritrosit 4juta/mm3 Identifikasi faktor keluarga
lingkungan yang
memungkinkan resiko
jatuh
Untuk meminimalkan
terjadinya jatuh dan
dapat melukai pasien
Kolaborasi
Menentukan makanan
bersama ahli gizi 6. Dengan memberikan
anjuran yang baik diharap
HE
pasien mampu bekerjasama
Anjurkan klien untuk dalam proses
berpartisipasi penyembuhannya
dalammenghabiskan
porsi makan
DAFTAR PUSTAKA
Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC.
Japaries, Willie. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: FKUI.
Suriadi & Yulianni,Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV.
SAGUNG SETO.