OLEH :
MIA AUDINA, S.Kep
04064881820018
DOSEN PEMBIMBING
JAJI, S.Kep., Ns., M.Kep
KATARAK
B. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan,
peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak
kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa
atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti
lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek
sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari
nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa. Pada usia 60 tahun hampir 60%
mulai mengalami katarak atau lensa keruh.
C. Klasifikasi Katarak
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai.
Satu- satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan
yang semakin kabur.
2. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera
sesudahnya.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing
di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih
segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul
lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus
vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit
intraokular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah
sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa.
Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang
besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna,
nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
E. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2000), pada katarak dikenal 4 stadium yaitu:
insipiens, matur, imatur, dan hipermatur.
Insipiens Matur Imatur Hipermatur
Depan
Mata
Glaukoma
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
G. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah
katarak. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses
bertambah keruhnya lensa untuk menjadi katarak. Meski telah banyak usaha
yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau mencegah
terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan. Untuk
menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam
penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan
dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien, imatur,
matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit
yang dapat terjadi (James, 2006).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin
banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi
lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan
secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau
sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak
ekatrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe
ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea
atau sklera anterior (fakoemulsifikasi) (James, 2006).
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
H. Pathway Katarak
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan masa lalu (pasien tidak perna mengalami penyakit
yang sama).
d. Riwayat kesehatan keluarga (Keluarga pasien tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama)
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
3. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : perubahan aktifvitas biasanya/hobby sehubungan dengan
gangguan penglihatan.
b. Makan / cairan
Gejala : mual / muntah (pada komplikasi kronik / glaukoma akut)
c. Neurosensori
Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa di ruang gelap.
d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba – tiba, berat
menetap atau tekanan pada sekitar mata.
4. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1). Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
2). Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan
kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.
b. Post Operasi
1). Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur
invasif.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
B. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan persepsi Tujuan : gangguan persepsi 1. Orientasikan pasien terhadap lingkungan 1. Memperkenalkan pada pasien
sensori : sensori teratasi. aktifitas. tentang lingkungan dam aktifitas
penglihatan sehingga dapat meninggalkan
Kriteria hasil :
berhubungan stimulus penglihatan.
2. Bedakan kemampuan lapang pandang
dengan penurunan Dengan penglihatan 2. Menentukan kemampuan lapang
diantara kedua mata.
ketajaman yang terbatas klien pandang tiap mata.
3. Observasi tanda disorientasi dengan
penglihatan, mampu melihat 3. Mengurangi ketakutan pasien dan
tetap berada di sisi pasien.
penglihatan ganda. lingkungan meningkatkan stimulus.
semaksimal mungkin. 4. Meningkatkan input sensori, dan
4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
Mengenal perubahan mempertahankan perasaan normal,
sederhana seperti menonton TV, radio,
stimulus yang positif tanpa meningkatkan stress.
dll.
dan negatif.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
2. Post Operasi
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Gangguan rasa Tujuan : nyeri teratasi 1. Bantu klien dalam mengidentifikasi 1. Membantu pasien menemukan
nyaman (nyeri tindakan penghilangan nyeri yang tindakan yang dapat menghilangkan
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
2. Resiko tinggi Tujuan : infeksi tidak 1. Tingkatkan penyembuhan luka dengan : 1. -Nutrisi dan hidrasi yang optimal
terjadinya infeksi terjadi - Beri dorongan untuk mengikuti diet meningkatkan kesehatan secara
berhubungan seimbang dan asupan cairan yang keseluruhan, meningkatkan
Kriteria hasil :
dengan prosedur adekuat penyembuhan luka pembedahan.
invasif (bedah Tanda-tanda infeksi - Instruksikan klien untuk tetap -Memakai pelindung mata
pengangkatan). tidak terjadi menutup mata sampai hari pertama meingkatkan penyembuhan dan
Penyembuhan luka setelah operasi atau sampai menurunkan kekuatan iritasi
tepat waktu diberitahukan. kelopak mata terhadap jahitan luka.
Bebas drainase purulen
, eritema, dan demam
2. Gunakan tehnik aseptic untuk 2. Tehnik aseptic menimalkan
meneteskan tetes mata : masuknya mikroorganisme dan
- Cuci tangan sebelum memulai mengurangi infeksi.
- Pegang alat penetes agak jauh dari
mata.
- Ketika meneteskan hindari kontk
antara mata dengan tetesan dan alat
penetes.
-
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
4. Kurang Tujuan : Setelah diberikan 1. Kaji informasi tentang kondisi individu 1. Meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan tindakan prognosis tipe prosedur, tipe prosedur kerjasama dengan program pasca
tentang kondisi keperawatan lensa. operasi
prognosis berupa HE 2. Tekankan pentingnya evaluasi 2. Pengawasan periodic menurunkan
pengobatan diharapkan klien perawatan. Beritahu untuk melaporkan resiko komplikasi serius.
berhubungan mengerti dengan penglihatan berawan.
dengan tidak kondisi, 3. Informasikan kepada klien untuk
3. Dapat bereaksi silang / campur
mengenal sumber prognosis,dan menghindari tetes mata yang dijual
dengan obat yang diberikan.
informasi, pengobatan. bebas.
4. Memertahankan konsistensi faeces
ditandai dengan 4. Dorong pemasukan cairan yang adekuat,
Kriteria hasil : untuk menghindari mengejan
klien kurang makan terserat.
mengikuti
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
instruksi, sering Dapat melakukan 5. Anjurkan klien untuk menghindari 5. Aktifitas yang menyebabkan mata
bertanya terjadi perawatan dengan membaca, berkedip, mengangkat yang lelah tegang, manuver valsava atau
komplikasi yang prosedur yang benar berat, mengejar saat defekasi, meningkatkan TID dapat
dapat dicegah. Dapat menyembuhkan membongkok pada panggul, meniup mempengaruhi hasil operasi dan
kembali apa yang telah hidung penggunaan spray, bedak bubuk, mencetuskan perdarahan.
dijelasakan merokok. Catatan : iritasi pernapasan yang
menyebabkan batuk / bersih dapat
meningkatkan TID.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI
DAFTAR PUSTAKA
James B, Chew C. (2006). Lecture notes on ophthalmology, 9th ed. Blackwell Publishing.
Mansjoer, Arif, (2000). Kapita selekta kedokteran, jilid 1, edisi 3. Fakultas Kedokteran
Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC (Edisi Revisi). Yogyakarta: Mediaction.
Vaughan, Asbury. (2000). Oftalmologi umum : anatomi & embriologi mata, Edisi ke-17.
Jakarta: EGC.