Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN KATARAK

DI PANTI LANJUT USIA HARAPAN KITA INDRALAYA

OLEH :
MIA AUDINA, S.Kep
04064881820018

DOSEN PEMBIMBING
JAJI, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

KATARAK

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. Definisi
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.
Biasanya terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat
kelahiran (katarak kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma
mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemis, pemajanan radiasi, pemajanan sinar matahari yang lama,
atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis anterior) (Smeltzer, 2001).
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya
jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani
cataracta yang berarti air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak
seakan-akan melihat sesuatu seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya
(Ilyas, 2006).
Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang
normalnya transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan
oleh berbagai hal sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

B. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan,
peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak
kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa
atau kapsul lensa, korteks lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti
lensa dengan kapsul lensa. Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek
sedang pada orang tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari
nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa. Pada usia 60 tahun hampir 60%
mulai mengalami katarak atau lensa keruh.

Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi


progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

berbeda dengan mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk


menjadi berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun.

Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih


cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya
kekeruhan lensa seperti diabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B
dari cahay matahari, efek racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang
vitamin E, dan radang menahun di dalam bola mata. Obat tertentu dapat
mempercepat timbulnya katarak seperti betametason, klorokuin,
klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin, medrison, neostigmin,
pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa
yang akan menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006).

C. Klasifikasi Katarak
Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) terbagi atas :
1. Katarak terkait usia (katarak senilis)
Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai.
Satu- satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan
yang semakin kabur.
2. Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera
sesudahnya.
3. Katarak traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing
di lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih
segera setelah masuknya benda asing karena lubang pada kapsul
lensa menyebabkan humor aqueus dan kadang- kadang korpus
vitreum masuk kedalam struktur lensa.
4. Katarak komplikata
Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit
intraokular pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah
sub kapsul posterior dan akhirnya mengenai seluruh struktur lensa.
Penyakit- penyakit intraokular yang sering berkaitan dengan
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren, glaukoma,


retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.
5. Katarak akibat penyakit sistemik
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik
berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik,
dermatitis atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau
Down.
6. Katarak toksik
Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an
sebagai akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan
untuk menekan nafsu makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam
waktu lama, baik secara sistemik maupun dalam bentuk tetes yang
dapat menyebabkan kekeruhan lensa.
7. Katarak ikutan
Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat
katarak traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya
ekstraksi katarak ekstrakapsular.

D. Patofisiologi
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang
besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral
terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri di anterior dan posterior nukleus. Opasitas
pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna,
nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan


pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak (Vaughan, 2000).

E. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2000), pada katarak dikenal 4 stadium yaitu:
insipiens, matur, imatur, dan hipermatur.
Insipiens Matur Imatur Hipermatur

Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif

Cairan lensa Normla Bertambah Normal Berkurang

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam

Depan

Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka

Mata

Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif

Penyulit - Glaukoma - Uveitis,

Glaukoma

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

2. Lapang Penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor,


karotis, glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glaucoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kontrol DM (Ilyas, 2006).

G. Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah
katarak. Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses
bertambah keruhnya lensa untuk menjadi katarak. Meski telah banyak usaha
yang dilakukan untuk memperlambat progresifitas atau mencegah
terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan pembedahan. Untuk
menentukan waktu katarak dapat dibedah ditentukan oleh keadaan tajam
penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan. Tajam penglihatan dikaitkan
dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama insipien, imatur,
matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya penyulit
yang dapat terjadi (James, 2006).
Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan
penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin
banyak dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi
lokal diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan
secara topikal. Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau
sklera anterior, diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak
ekatrakapsular. Insisi harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe
ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea
atau sklera anterior (fakoemulsifikasi) (James, 2006).
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

H. Pathway Katarak

II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan utama
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan masa lalu (pasien tidak perna mengalami penyakit
yang sama).
d. Riwayat kesehatan keluarga (Keluarga pasien tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama)
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

3. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : perubahan aktifvitas biasanya/hobby sehubungan dengan
gangguan penglihatan.

b. Makan / cairan
Gejala : mual / muntah (pada komplikasi kronik / glaukoma akut)

c. Neurosensori
Gejala : gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat / merasa di ruang gelap.

Tanda : tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil.

d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair. Nyeri tiba – tiba, berat
menetap atau tekanan pada sekitar mata.

e. Penyuluhan dan pembelajaran


Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan sistem vaskular,
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, ketidakseimbangan
endokrin.

4. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1). Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan
penurunan ketajaman penglihatan, penglihatan ganda.
2). Cemas berhubungan dengan pembedahan yang akan dijalani dan
kemungkinan kegagalan untuk memperoleh penglihatan kembali.

b. Post Operasi
1). Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan prosedur
invasif.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

2). Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur invasif


(bedah pengangkatan).
3). Gangguan sensori – perceptual : penglihatan berhubungan dengan
gangguan penerimaan sensori/ status organ indera, lingkugan secara
terapeutik dibatasi.
4). Kurang pengetahuan tentang kondisi prognosis pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

B. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pre Operasi

Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan persepsi Tujuan : gangguan persepsi 1. Orientasikan pasien terhadap lingkungan 1. Memperkenalkan pada pasien
sensori : sensori teratasi. aktifitas. tentang lingkungan dam aktifitas
penglihatan sehingga dapat meninggalkan
Kriteria hasil :
berhubungan stimulus penglihatan.
2. Bedakan kemampuan lapang pandang
dengan penurunan  Dengan penglihatan 2. Menentukan kemampuan lapang
diantara kedua mata.
ketajaman yang terbatas klien pandang tiap mata.
3. Observasi tanda disorientasi dengan
penglihatan, mampu melihat 3. Mengurangi ketakutan pasien dan
tetap berada di sisi pasien.
penglihatan ganda. lingkungan meningkatkan stimulus.
semaksimal mungkin. 4. Meningkatkan input sensori, dan
4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
 Mengenal perubahan mempertahankan perasaan normal,
sederhana seperti menonton TV, radio,
stimulus yang positif tanpa meningkatkan stress.
dll.
dan negatif.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

 Mengidentifikasi 5. Anjurkan pasien menggunakan 5. Menurunkan penglihatan perifer dan


kebiasaan lingkungan. kacamata katarak, cegah lapang pandang gerakan.
perifer dan catat terjadinya bintik buta. 6. Menurunkan penglihatan perifer dan
6. Posisi pintu harus tertutup terbuka, gerakan.
jauhkan rintangan.
2. Cemas Tujuan : kecemasan teratasi 1. Ciptakan lingkungan yang tenang dan 1. Membantu mengidentifikasi sumber
berhubungan relaks, berikan dorongan untuk ansietas.
Kriteria hasil :
dengan verbalisasi dan mendengarkan dengan
pembedahan yang  Mengungkapkan penuh perhatian.
akan dijalani dan kekhawatirannya dan 2. Yakinkan klien bahwa ansietas
kemungkinan ketakutan mengenai mempunyai respon normal dan 2. Meningkatkan keyakinan klien.
kegagalan untuk pembedahan yang akan diperkirakan terjadi pada pembedahan
memperoleh dijalani. katarak yang akan dijalani.
3. Meningkatkan keyakinan klien.
penglihatan  Mengungkapkan 3. Tunjukkan kesalahpahaman yang
kembali. pemahaman tindakan diekspresikan klien, berikan informasi
rutin perioperasi dan yang akurat.
perawatan. 4. Sajikan informasi menggunakan metode
4. Meningkatkan proses belajar dan
dan media instruksional.
informasi tertulis mempunyai sumber
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

rujukan setelah pulang.


5. Pengetahuan yang meningkat akan
5. Jelaskan kepada klien aktivitas
menambah kooperatif klien dan
premedikasi yang diperlukan.
menurunkan kecemasan.
6. Pengetahuan yang meningkat akan
menambah kooperatif klien dan
6. Diskusikan tindakan keperawatan pra menurunkan kecemasan
operatif yang diharapkan.
7. Berikan informasi tentang aktivitas 7. Menjelaskan pilihan memungkinkan
penglihatan dan suara yang berkaitan klien membuat keputusan secara
dengan periode intra operatif. benar.

2. Post Operasi

Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Gangguan rasa Tujuan : nyeri teratasi 1. Bantu klien dalam mengidentifikasi 1. Membantu pasien menemukan
nyaman (nyeri tindakan penghilangan nyeri yang tindakan yang dapat menghilangkan
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

akut) Kriteria hasil : efektif. atau mengurangi nyeri yang efektif.


berhubungan 2. Jelaskan bahwa nyeri dapat terjadi 2. Nyeri dapat terjadi sampai anestesi
 klien melaporkan
dengan prosedur sampai beberapa jam setelah local habis, memahami hal ini dapat
penurunan nyeri secara
invasive. pembedahan. membantu mengurangi kecemasan
progresif dan nyeri
yang berhubungan dengan yang
terkontrol setelah
tidak diperkirakan.
intervensi.

3. Lakukan tindakan mengurangi nyeri


3. Latihan nyeri dengan menggunakan
dengan cara:
tindakan yang non farmakologi
- Posisi : tinggikan bagian kepala
memungkinkan klien untuk
tempat tidur, ganti posisi dan tidur,
memperoleh rasa kontrol terhadap
ganti posisi dan tidur pada sisi yang
nyeri.
tidak dioperasi
- Distraksi
- Latihan relaksasi
4. Berikan obat analgetik sesuai program
4. Analgesik dapat menghambat
reseptor nyeri.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

2. Resiko tinggi Tujuan : infeksi tidak 1. Tingkatkan penyembuhan luka dengan : 1. -Nutrisi dan hidrasi yang optimal
terjadinya infeksi terjadi - Beri dorongan untuk mengikuti diet meningkatkan kesehatan secara
berhubungan seimbang dan asupan cairan yang keseluruhan, meningkatkan
Kriteria hasil :
dengan prosedur adekuat penyembuhan luka pembedahan.
invasif (bedah  Tanda-tanda infeksi - Instruksikan klien untuk tetap -Memakai pelindung mata
pengangkatan). tidak terjadi menutup mata sampai hari pertama meingkatkan penyembuhan dan
 Penyembuhan luka setelah operasi atau sampai menurunkan kekuatan iritasi
tepat waktu diberitahukan. kelopak mata terhadap jahitan luka.
 Bebas drainase purulen
, eritema, dan demam
2. Gunakan tehnik aseptic untuk 2. Tehnik aseptic menimalkan
meneteskan tetes mata : masuknya mikroorganisme dan
- Cuci tangan sebelum memulai mengurangi infeksi.
- Pegang alat penetes agak jauh dari
mata.
- Ketika meneteskan hindari kontk
antara mata dengan tetesan dan alat
penetes.
-
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

3. Gunakan tehnik aseptic untuk 3. Tehnik aseptic menurunkan resiko


membersihkan mata dari dalam ke luar penyebaran infeksi / bakteri dan
dengan tisu basah / bola kapas untuk tiap kontaminasi silang.
usapan, ganti balutan dan memasukkan
lensa bila menggunakan.
4. Mencegah kontaminasi dan
4. Tekankan pentingnya tidak menyentuh /
kerusakan sisi operasi.
menggaruk mata yang dioperasi.
5. Deteksi dini infeksi memungkinkan
5. Observasi tanda dan gejala infeksi
penanganan yang cepat untuk
seperti : kemerahan, kelopak mata
meminimalkan keseriusan infeksi.
bengkak, drainase purulen, injeksi
konjunctiva (pembuluh darah
menonjol), peningkatan suhu.
6. Anjurkan untuk mencegah ketegangan
6. Ketegangan pada jahitan dapat
pada jahitan dengan cara : menggunakan
menimbulkan interupsi,
kacamata protektif dan pelindung mata
menciptakan jala masuk untuk
pada malam hari.
mirkoorganisme
7. Kolaborasi obat sesuai indikasi :
7.
- Antibiotika (topical, parental)
- Sediaan topical digunakan secara
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

profilaksis, dimana terapi lebih


agresif diperlukan bila terjadi
- Steroid.
infeksi.
- Menurunkan inflamasi.
3. Gangguan sensori Hasil yang diharapkan: 1. tentukan ketajaman penglihatan, catat 1. Kebutuhan individu dan pilihan
– perceptual : apakah satu atau kedua mata terlibat intervensi dan pilihan intervensi
 Meningkatkan
penglihatan bervariasi sebab kehilangan
ketajaman penglihatan
berhubungan penglihatan terjadi lambat dan
dalam batas situasi
dengan gangguan progresif.
individu
penerimaan 2. orientasi pasien terhadap lingkungan, 2. Memberikan peningkatan
 Mengenal gangguan
sensori/ status staf/ orang lain di area kenyamanan dan kekeluargaaan,
sensori dan
organ indera, menurunkan cemas dan disorientasi
berkompensasi
lingkugan secara pasca operasi.
terhadap perubahan 3. observasi tanda-tanda dan gejala-gejala
terapeutik 3. Terbangun dalam lingkungan yang
disorientasi, pertahankan pengamanan
dibatasi, ditandai tak dikenal dan mengalami
tempat tidur sampai benar-benar sembuh
dengan : keterbatasan penglihatan dapat
dari anesthesia.
mengakibatkan bingung pada
Menurunnya
orangtua.
ketajaman,
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

gangguan 4. Perubahan ketajaman dan kedalaman


penglihatan. persepsi dapat menyebabkan
4. ingatkan klien menggunakan kacamata
bingung / meningkatkan resiko
Perubahan respon katarak yang tujuannya memperbesar ±
cedera sampai pasien belajar untuk
biasanya terhadap 25%, penglihatan perifer hilang.
mengkompensasi.
rangsang.

4. Kurang Tujuan : Setelah diberikan 1. Kaji informasi tentang kondisi individu 1. Meningkatkan pemahaman dan
pengetahuan tindakan prognosis tipe prosedur, tipe prosedur kerjasama dengan program pasca
tentang kondisi keperawatan lensa. operasi
prognosis berupa HE 2. Tekankan pentingnya evaluasi 2. Pengawasan periodic menurunkan
pengobatan diharapkan klien perawatan. Beritahu untuk melaporkan resiko komplikasi serius.
berhubungan mengerti dengan penglihatan berawan.
dengan tidak kondisi, 3. Informasikan kepada klien untuk
3. Dapat bereaksi silang / campur
mengenal sumber prognosis,dan menghindari tetes mata yang dijual
dengan obat yang diberikan.
informasi, pengobatan. bebas.
4. Memertahankan konsistensi faeces
ditandai dengan 4. Dorong pemasukan cairan yang adekuat,
Kriteria hasil : untuk menghindari mengejan
klien kurang makan terserat.
mengikuti
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

instruksi, sering  Dapat melakukan 5. Anjurkan klien untuk menghindari 5. Aktifitas yang menyebabkan mata
bertanya terjadi perawatan dengan membaca, berkedip, mengangkat yang lelah tegang, manuver valsava atau
komplikasi yang prosedur yang benar berat, mengejar saat defekasi, meningkatkan TID dapat
dapat dicegah.  Dapat menyembuhkan membongkok pada panggul, meniup mempengaruhi hasil operasi dan
kembali apa yang telah hidung penggunaan spray, bedak bubuk, mencetuskan perdarahan.
dijelasakan merokok. Catatan : iritasi pernapasan yang
menyebabkan batuk / bersih dapat
meningkatkan TID.
LAPORAN PENDAHULUAN
Keperawatan Gerontik
Program Profesi Ilmu Keperawatan FK UNSRI

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S. (2006). Masalah Kesehatan Mata Anda. Jakarta: Universitas Indonesia.

James B, Chew C. (2006). Lecture notes on ophthalmology, 9th ed. Blackwell Publishing.

Mansjoer, Arif, (2000). Kapita selekta kedokteran, jilid 1, edisi 3. Fakultas Kedokteran

Universitas Jakarta. Media Aesculapius. Jakarta.

Nanda International. (2012). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H., & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC (Edisi Revisi). Yogyakarta: Mediaction.

Suzanne, C. Smeltzer. (2001). Keperawatan medikal bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.

Vaughan, Asbury. (2000). Oftalmologi umum : anatomi & embriologi mata, Edisi ke-17.

Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai