ASPEK SPIRITUAL
Disusun oleh :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Human Organization (WHO) mendefinisikan perawatan paliatif sebagai
pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang memiliki banyak
masalah di dalam hidupnya serta memiliki penyakit yang mengancam jiwa. Kualitas hidup
pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup
menurut Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper adalah kemampuan fisik
dan fungsional dalam beraktivitas, kesejahteraan keluarga, ketenangan spiritual, fungsi sosial,
kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan), orientasi masa depan, kehidupan
seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri dan fungsi dalam bekerja.
Tindakan untuk perawatan paliatif yang telah dilakukan adalah dengan identifikasi awal,
pengkajian serta pengobatan dari rasa nyeri dan masalah lainnya seperti fisik, psikososial dan
spiritual. Perawatan paliatif juga diartikan sebagai perawatan pertama yang dimulai sejak awal
perjalanan penyakit, dalam hal ini adalah penyakit terminal, yang mana bersamaan dengan terapi
lainnya untuk memperpanjang hidup dengan cara pendekatan secara menyeluruh (Afifah, 2018)
WHO melaporkan bahwa kasus pasien paliatif di dunia meliputi penyakit jantung kronis
(38,5%), kanker (34%), penyakit pernapasan (10.3%), Human Immunodeficiency Virus/ Aquired
Immunodeficiency Syndrom (HIV/AIDS) (5,7%) dan Diabetes (4,6%). Sebagian besar pasien
(40-60%) yang membutuhkan perawatan paliatif di dunia diperkirakan meninggal dunia.
Presentasi penderita dengan kebutuhan paliatif menurut jenis kelamin adalah laki-laki
(52%) dan perempuan (48%) (Afifah, 2018). Penyakit terminal atau penyakit dengan perawatan
paliatif merupakan penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan ini bersifat untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.Secara garis besar orang yang dengan penyakit terminal itu
penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan berkembang ke arah kematian. Prinsip dari
perawatan paliatif ini adalah perawatan yang komperhensif, dimana pertolongan untuk mengatasi
masalah secara menyeluruh
(Afifah, 2016).
Salah satu aspek yang dikaji dan perlu mendapatkan perhatian khusus pada perawatan
paliatif adalah aspek spiritual. Spiritual dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
penyakit kronis. Upaya pemenuhan kebutuhan spiritual pasien diawali dengan kajian kebutuhan
spiritual. Berdasarkan kajian tersebut perawat dapat mengetahui kebutuhan spiritual mana yang
perlu dan belum terpenuhi pada pasien, karena spiritual bagi setiap orang berbeda, tergantung
dari cara pandang dan latar belakang seseorang. Menurut Hawari (2004) serta Burkhardt dan
Nagai-Jacobson (2005), spiritualitas bersifat personal atau individual. Terdapat berbagai hal yang
melatarbelakanginya, yang mana setiap individu memiliki cara pandang dan pemahaman
tersendiri tentang spiritualitas. Perbedaan konsep spiritual dipengaruhi oleh budaya,
perkembangan, pengalaman hidup dan persepsi seseorang tentang hidup dan kehidupan
(Nuraeni, 2015)
Kebutuhan spiritual dan psikososial kurang menjadi hal yang prioritas daripada
kebutuhan fisik karena kebutuhan tersebut seringkali abstrak, komplek dan lebih sulit untuk
diukur. Perawatan spiritual menjadi bagian dari perawatan secara menyeluruh yang cukup mudah
diterapkan dalam proses keperawatan dari mulai pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Kebutuhan dan perawatan spiritual di dalam kerangka
kerja proses keperawatan ini telah terbukti sangat membantu baik dari segi filosofis maupun
praktis (Khoriyati, 2016).
B. Tujuan
Untuk Mengetahui Pengkajian Spiritual Terhadap Pasien Paliatif
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Spritual dalam Asuhan Keperawatan ?
2. Bagaimana Pengkajian Spiritual dalam Asuhan Keperawatan Paliatif ?
3. Apa saja diagnosis Spiritual ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perawatan paliatif
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Perawatan paliatif adalah perawatan
yang dilakukan pada pasien dengan penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau
penyakit terminal dimana penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang
dapat memperpanjang hidup (Robert, 2003). Perawatan paliatif merupakan perawatan yang
berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan
mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup
seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan
spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan
(National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini,
kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan
suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang
bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
Prinsip perawatan paliatif yaitu menghormati dan menghargai martabat serta harga diri
pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan
perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan
fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian
sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien
dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project dalam Campbell
(2013), meliputi :
1. Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien dengan
semua usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan.
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga
merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung
mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal
sampa periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan
untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik,
psikologis, sosial maupun keagamaan.
5. Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi,
pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama,
psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan. Tujuan perawatan paliatif adalah
mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh penyakit
maupun pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan
informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan
medis dan komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan kesehatan yang
ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif
untuk mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperukan.
10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja
pada akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis,
komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan
instrumental pasien.
11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat
kebijakan, pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan
lingkungan klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi
teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.
B. Spiritual
Spiritualitas manusia adalah aspek penting dari keberadaan manusia dan dapat membawa
manusia untuk mengalami transendensi dan konsistensi dengan keberadaan hal-hal yang lebih
kuat dari dirinya, atau menemukan ikatan dengan orang lain. Apapun caranya, spiritualitas
mewujudkan keterhubungan vertikal (dengan kekuatan yang lebih tinggi), dan horizontal
(dengan manusia lain), di luar “diri sendiri.” Pengalaman ini memberikan arahan dalam hidup
dan makna untuk kematian. Spiritualitas seseorang lebih tampak pada saat ia sedang
membutuhkan sesuatu dan saat krisis. Krisis ini dapat berupa penyakit, keluhan sakit,
kehilangan, dan kekurangan (Simha, 2013).
Sahl bin Abdullah rahimahullah berkata, “Seorang mukmin adalah orang yang senantiasa
merasa diawasi Allah, mengevaluasi dirinya, dan membekali diri untuk menyambut
akhiratnya”.(at-Tahdzib al-Maudhu’I li Hilyat al-Auliyaa’)
Menurut filosofi perawatan Florence Nightingale, spiritualitas merupakan bagian tak
terpisahkan dari manusia dan merupakan sumber terdalam dan terkuat untuk penyembuhan.
Karenanya, salah satu tanggung jawab perawat adalah untuk memperhatikan dimensi spiritual
dari perawatan dan memberikan suasana yang menyembuhkan untuk pasien.
Totalitas spiritualitas seseorang menurut Yusuf et al (2016) akan tampak dalam domain
berikut:
1. Mystery merupakan suatu hal yang dipahami dan menjelaskan tentang kejadian yang akan
terjadi setelah kehidupan ini. Nilai spiritualitas dalam hal ini muncul dari kepercayaan akan
penilaian kualitas perilaku dalam kehidupan untuk kehidupan akhirat. Pemahaman dimana
kehidupan didunia hanya sementara dan kehidupan akhirat akan kekal selamanya.
2. Love atau cinta merupakan bahan bakar dari nilai spiritual yang menjadi sumber dari
segala kehidupan. Cinta termasuk dalam dimensi cinta diri sendiri, cinta untuk orang lain,
cinta kepada Rosulullah dengan kehidupan rohaniah dan cinta kepada seluruh aspek
kehidupan.
3. Suffering atau penderitaan terjadi karena berbagai masalah seperti masalah fisik, mental,
emosional dan spiritual.
4. Hope merupakan energi spirit untuk mengantisipasi hal yang akan terjadi kemudian dan
bagaimana cara agar menjadi lebih baik. Ini merupakan makna dari spiritualitas dan
harapan yang positif, spiritual well-being, nilai keagamaan dan perasaanpositif lainnya.
5. Forgiveness atau sikap memaafkan adalah kebutuhan yang mendalam dan hal yang sangat
diharapkan untuk dilaksanakan oleh seseorang. Hal ini memerlukan keyakinan yang besar
bahwa Tuhan Maha Pemaaf.
6. Peace and Peacemaking merupakan cita-cita hidup yang tidak dapat dipisahkan dari
keadilan yang melekat pada diri seseorang dan merupakan pencapaian spiritualitas
yang besar.
7. Grace berkaitan dengan rasa bersyukur atau berterimakasih terhadap kenikmatan dan
segala yang telah diberikan oleh Tuhan. Hal ini merupakan indikator dari keimanan dan
pengakuan atas kebesaran Tuhan.
8. Prayer merupakan bentuk usaha dan permohonan kepada Tuhan untuk memberikan
kebaikan, keberkahan, jalan keluar dari kesulitan dan lain-lain. Berdoa adalah insting
manusia yang terdalam dan bentuk dari ekspresi spiritualitas manusia serta kepercayaan
yang tinggi terhadap Tuhan Yang Maha Mengatur semua kehidupan.
C. Kanker
1. Definisi
Kanker adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Paru merupakan organ elestis yang berbentuk kerucut dan letaknya di dalam
rongga dada. Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru, sebagian besar
sel berasal dari sel-sel di dalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain terkena
kanker ( Taqiyyah & Mohammad, 2013).
Kanker paru merupakan kaker yang timbul dari lapisan epitel bronkus (caia francis,
2011). Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan
kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus = bronchogenic carcinoma).
D. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko
empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru.
E. Metastase dari organ lain
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun
stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru
stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel
imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat
supaya tidak berfungsi. Paru- paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat
berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di area payudara, ovarium,
usus, dan lain- lain.
F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Ca Paru berdasarkan dengan lokasinya :
Tanda dan gejala Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala Tanda dan Gejla
1. Nafas dangkal 1. Baruk 1. Sindrom 1. Batuk
2. Batuk 2. Dyspnea Chusing berkepanjangan
3. Penurunan nafsu 3. Nyeri Dada 2. Hiperkalsemia 2. Nyeri dada saat
makan 4. Atelektasis 3. Batuk menghirup
4. Trousseau 5. Pneumonia 4. Stidor udara
syndrome Postobstruktif 5. Nafas Dangkal 3. Suara serak
6. Mengi 6. Sesak Nafas 4. Sesak nafas
7. Hemoptisis 7. Anemia
G. Komplikasi
1. Efusi pleura ganas
2. Sindroma vena cava superior
3. Obstruksi bronkus
4. Invasi ke idnding dada
5. Hemoptysis
6. Kompresi esophagus
7. Metastasis ke tulang, otak, ginjal dan hati
8. Kompresi sumsung tulang
H. Konsep Kemoterapi
1. Definisi Kemoterpi
Kemoterapi (juga sering disebut kemo) adalah salah satu tipe terapi kanker yang
menggunakan obat untuk mematikan sel-sel kanker. Kemoterapi bekerja dengan
menghentikan atau memperlambat perkembangan sel-sel kanker, yang berkembang dan
memecah belah secara cepat. Namun, terapi tersebut juga dapat merusak sel-sel sehat
yang memecah belah secara cepat, seperti sel pada mulut dan usus atau menyebabkan
gangguan pertumbuhan rambut. Kerusakan terhadap selsel sehat merupakan efek samping
dari terapi ini. Seringkali, efek samping tersebut membaik atau menghilang setelah proses
kemoterapi telah selesai (National Cancer Institute, 2015).
2. Penggunaan Klinis Kemoterapi
Sebelum melakukan kemoterapi, secara klinis harus dipertimbangkan hal-hal berikut:
Tentukan tujuan terapi. Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda, yaitu kemoterapi
kuratif, kemoterapi adjuvan, kemoterapi neoadjuvan, kemoterapi investigatif.
a. Kemoterapi kuratif
Terhadap tumor sensitif yang kurabel, missal leukimia limfositik akut, limfoma
maligna, kanker testes, karsinoma sel kecil paru, dapat dilakukan kemoterapi kuratif.
Skipper melalui penelitian atas galur tumor dari leukimia mencit menemukan efek
obat terhadap sel tumor mengikuti aturan 'kinetika orde pertama. yaitu dengan dosis
tertentu obat antikanker dapat membunuh proporsi tertentu, bukan nilai konstan
tertentu sel kanker. Kemoterapi kuratif harus memakai formula kemoterapi
kombinasi yang terdiri atas obat dengan mekanisme kerja berbeda, efek toksik
berbeda dan masingmasing efektif bila digunakan tersendiri, diberikan dengan
banyak siklus, untuk setiap obat dalam formula tersebut diupayakan memakai dosis
maksimum yang dapat ditoleransi tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek
agar tereapai pembasmian total sel kanker dalam tubuh.
Dewasa ini tidak sedikit kanker yang sudah memiliki beberapa formula
kemoterapi kombinasi 'baku' yang terbukti dalam praktek berefek terapi menonjol.
Misalnya untuk terapi penyakit Hodgkin dengan regimen MOPP (mostar nitrogen,
vinkristin, prokarbazin, prednison) dan ABVD (adriamisin, bleomisin, vinblastin,
prednison), terapi kanker sel keeil paru dengan regimen PE (cisplatin, etoposid) dan
CAY (siklofosfamid, adrmisin, vinkristin) dll sedapat mungkin digunakan seeara
klinis.
b. Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal.
Pada dasarnya ini adalah bagian dari operasi kuratif. Karena banyak tumor pada
waktu pra-operasi sudah memiliki mikrometastasis di luar lingkup operasi, maka
setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan
terhadap obat bertambah. Pada umumnya tumor bila volume semakin kecil, ratio
pertumbuhan sernakin tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka. Bila tumor mulai
diterapi semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan obat. Oleh karena itu, terapi
dini terhadap mikro-metastasis akan menyebabkan efentivitas meningkat,
kemungkinan resistensi obat berkurang, peluang kesembuhan bertambah.
c. Kemoterapi neonadjuvan
Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi atau
radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi atau radioterapi sulit
mencapai ketuntasan, jika berlebih dahulu kemoterapi 2-3 siklusdapat mengecilkan
tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna. bagi pelaksanaan operasi dan
radioterapi selanjutnya. Pada waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap
kemoterapi dan secara dini menterapi lesi metastatic subklinis yang mungkin
terdapat. Karena kemoterapi adjuvant mungkin menghadapi resiko jika kemoterapi
tidak efektif peluang operasi akan lenyap, maka harus memakai regimen kemoterapi
dengan cukup bukti efektif untuk lesi stadium lanjut. Penelitian mutahir
menunjukkan kemoterapi neoadjuvan meningkatkan peluang operatif untuk kanker
kepala leher, kanker sel kecil paru, osteosarkoma, mengurangi pelaksanaan operasi
yang membawa kecacatan pada kanker tertentu Oaring, kandung kemih, kanalis
analis) memperbaiki kualitas hidup sebagian pasien.
d. Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel kecil paru, kanker hati,
lambung, pankreas, kolon, dll. hasil kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk
kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi masih bersifat paliatif, hanya
dapat berperan mengurangi gejala, memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini
dokter harus mempetimbangkan keuntungan dan kerugian yang dibawa kemoterapi
pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas hidup
pasien menurun atau memperparah perkembangan penyakitnya.
e. Kemoterapi investigatif
Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi baru
atau obat baru yang sedang diteliti. Untuk menemukan obat atau regimen baru
dengan efektivitas 25 tinggi toksisitas rendah, penelitian memang diperlukan.
Penelitian harus memiliki tujuan yangjelas, raneangan pengujian yang baik, metode
observasi dan penilaian yang rinci, dan perlu seeara ketat mengikuti prinsip etika
kedokteran. Kini sudah terdapat aturan baku kendali mutu, disebut 'good clinical
practice' (GCP).
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Tanggal Lahir/ Umur : 10 Mei 1966 / 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Buruh pabrik
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Pemuda, Jakarta Timur
Tanggal Pengkajian : 05 Juni 2021
Diagnosa Medis : CA Paru
e. Punggung
Tidak terlihat adanya luka pada daerah sekitar punggung, dan tidak terdapat adanya nyeri tekan
dan tidak terdapat fraktur pada tulang vertebra
f. Ekstremitas
Atas: Pada ektremitas bagian tangan kiri terpasang infuse asering
Bawah: Pada ekstremitas bawah kiri dan kanan lengkap, tidak terdapat fraktur, tidak terdapat
kelainan dan anggota gerak aktif.
g. Genetalia
Pasien tidak terpasang kateter, keluarga mengatakan genetalia Pasien tidak ada kelainan, saat
Pasien BAK dan BAB dibantu oleh keluarg
h. Integumen
Warna kulit pasien sawo matang dan tekstur kulit Pasien lembab
12. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi pada makanan dan obat, makan, cuaca, debu dan lainnya.
Data tambahan
Data subjektif
Pasien mengatakan semenjak sakit dirinya tidak berguna
Pasien mengatakan malu karena sakit yang dideritanya
Pasien mengatakan takut dan cemas karena kondisinya saat ini
Pasien mengatakan semenjak sakit jarang melaksanakan shalat 5 waktu
Data Objektif
Pasien tampak tidak menjalankan shalat 5 waktu
Pasien tampak lemah
Pasien tampak putus asa
Pasien tampak meringis
Analisa data
Data Objektif:
− Pasien tampak lemah
− Pasien tidak menjalan shalat 5
waktu
Data Objektif:
− Pasien tampak putus asa
− Pasien tampak tidak mau makan
dan minum setelah kemoterapi
Data Objektif:
− Pasien tampak meringis
− Pasien tampak lemah
− Keadaan umum: lemah;
Kesadaraan: compos mentis;
TD: 134/82 mmHg; N:
18x/menit; RR: 34 x/menit;
S:36,50C; Nyeri : 7-8 (nyeri
berat)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Distres Spritual
2. Keputusasaan
3. Nyeri Kronis
C. Intervensi
membaik rohaniawan
15 1 Dukungan Spiritual S:
Juni − Mengidentifikasi pandangan Pasien mengatakan harus
2021 tentang hubungan antara lebih bisa menerima
penyakitnya karena ini
/ Jam spiritual dan kesehatan merupakan ujian dari allah
09.00 − Mengidentifikasi perasaan dan harus segera bangkit
dengan cara makan dan
khawatir, kesepian, dan sholat 5 waktu
keputusasaan Pasien mengatakan nyeri
dengan skala 5
− Mengidentifikasi harapan dan
kekuatan pasien O:
− Mengidentifikasi ketaatan dalam Pasien tampak lebih bisa
beragama menerima penyakitnya
Pasien tampak melakukan
− Memberikan kesempatan sholat 5 waktu
mengeskpresikan perasaan Pasien tampak meringis
tentang penyakit dan kematian menahan nyeri
Skala nyeri 5
− Memberikan kesempatan
Pasien makan ¾ porsi
mengekspresikan dan meredakan
marah secara tepat
A: Masalah keperawatan
− Menyediakan privasi dan waktu
Distres spiritual teratasi
tenang untuk aktivitas spiritual
Keputusasaan teratasi
− Memfasilitasi melakukan Nyeri kronis teratasi
sebagian
kegiatan ibadah
− Menganjurkan berinteraksi
dengan keluarga, teman, P: Lanjutkan intervensi dengan
masalah keperawatan nyeri
dan/atau orang lain kronis
− Mengajarkan metode relaksasi, Manajemen nyeri
meditasi, dan imajinasi
Identifikasi lokasi,
terbimbing. karakteristik, durasi,
− Mengatur kunjungan dengan frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
rohaniawan Identifikasi skala nyeri
Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Promosi Dukungan Spiritual Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
Mengidentifikasi keyakinan
mengurangi rasa nyeri
tentang makna dan tujuan
hidup, sesuai kebutuhan
Terapi Murattal
Mengidentifikasi perspektif
Identifikasi aspek yang akan
spiritual
diubah atau dipertahankan
Memperlakukan pasien Identifikasi aspek yang akan
difokuskan dalam terapi
dengan bermartabat dan Identifikasi jenis terapi yang
terhormat digunakan berdasarkan
keadaan dan kemampuan
Menunjukkan keterbukaan, pasien (mendengarkan atau
empati dan kesediaan membaca Al-Qur’an)
Identifikasi media yang
mendengarkan perasaan dipergunakan (mis. speaker,
pasien earphone, handphone)
Identifikasi lama dan durasi
Meyakinkan bahwa perawat pemberian sesuai kondisi
selalu ada dan mendukung pasien
Batasi rangsangan eksternal
Menggunakan teknik selama terapi dilakukan
klarifikasi untuk membantu (mis. lampu, suara,
pengujung, panggilan
menilai keyakinan, jika perlu telepon)
Memotivasi meninjau Yakinkan volume yang
digunakan sesuai dengan
kehidupan masa lalu dan keinginan pasien
fokus pada hal yang Putar rekaman yang telah
ditetapkan
memberikan kekuatan Dampingi selama membaca
spiritual Al-Qur’an, jika perlu
Jelaskan tujuan dan manfaat
Mendorong privasi dan terapi
waktu tenang untuk aktivitas Anjurkan memusatkan
perhatian/pikiran pada
spiritual lantunan ayat Al-Qur’an
Memotivasi
mengekspresikan perasaan
Memotivasi penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
Menjadwalkan kunjungan
pembimbing spiritual, jika
perlu
Menganjurkan untuk berdoa
Menganjurkan penggunaan
media spiritual
15 2 Promosi Harapan
Juni Mengidentifikasi harapan
2021 pasien dan keluarga dalam
/ Jam pencapaian hidup
14.00 Menyadarkan bahwa kondisi
yang dialami memiliki nilai
penting
Memandu mengingat
kembali kenangan yang
menyenangkan
Libatkan pasien secara aktif
dalam perawatan
Menciptakan lingkungan
yang memudahkan
mempraktikkan kebutuhan
spiritual
Menganjurkan
mengungkapkan perasaan
terhadap kondisi dengan
realitis
Menganjurkan
mempertahankan hubungan
Melatih cara
mengembangkan spiritual
diri
15 3 Managemen Nyeri
Juni − Mengidentifikasi lokasi,
2021 karakteristik, durasi, frekuensi,
/ Jam kualitas dan intensitas nyeri
17.00 − Mengidentifikasi skala nyeri
− Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
− Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Terapi Murattal