Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF PADA PASIEN CA PARU DITINJAU DARI

ASPEK SPIRITUAL

Disusun oleh :

Anggy Suci Okta Noviolita 20200910170002

Dani Akbari 20200910170008

Dwi Merdika Hariyani 20200910170013

Hurfatul Gina 20200910170019

Luh Indah Deviana 20200910170028

Nurul Humairah 20200910170052

Syahriani Fitri Siagian 20200910170054

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Human Organization (WHO) mendefinisikan perawatan paliatif sebagai
pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang memiliki banyak
masalah di dalam hidupnya serta memiliki penyakit yang mengancam jiwa. Kualitas hidup
pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya. Dimensi dari kualitas hidup
menurut  Jennifer J. Clinch, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper adalah kemampuan fisik
dan fungsional dalam beraktivitas, kesejahteraan keluarga, ketenangan spiritual, fungsi sosial,
kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan), orientasi masa depan, kehidupan
seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri dan fungsi dalam bekerja.
Tindakan untuk perawatan paliatif yang telah dilakukan adalah dengan identifikasi awal,
pengkajian serta pengobatan dari rasa nyeri dan masalah lainnya seperti fisik, psikososial dan
spiritual. Perawatan paliatif juga diartikan sebagai perawatan pertama yang dimulai sejak awal
perjalanan penyakit, dalam hal ini adalah penyakit terminal, yang mana bersamaan dengan terapi
lainnya untuk memperpanjang hidup dengan cara pendekatan secara menyeluruh (Afifah, 2018)
WHO melaporkan bahwa kasus pasien paliatif di dunia meliputi penyakit jantung kronis
(38,5%), kanker (34%), penyakit pernapasan (10.3%), Human Immunodeficiency Virus/ Aquired
Immunodeficiency Syndrom (HIV/AIDS) (5,7%) dan Diabetes (4,6%). Sebagian besar pasien
(40-60%) yang membutuhkan perawatan paliatif di dunia diperkirakan meninggal dunia.
Presentasi penderita dengan kebutuhan paliatif menurut jenis kelamin adalah laki-laki
(52%) dan perempuan (48%) (Afifah, 2018). Penyakit terminal atau penyakit dengan perawatan
paliatif merupakan penyakit yang sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan ini bersifat untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.Secara garis besar orang yang dengan penyakit terminal itu
penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan berkembang ke arah kematian. Prinsip dari
perawatan paliatif ini adalah perawatan yang komperhensif, dimana pertolongan untuk mengatasi
masalah secara menyeluruh
(Afifah, 2016).
Salah satu aspek yang dikaji dan perlu mendapatkan perhatian khusus pada perawatan
paliatif adalah aspek spiritual. Spiritual dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
penyakit kronis. Upaya pemenuhan kebutuhan spiritual pasien diawali dengan kajian kebutuhan
spiritual. Berdasarkan kajian tersebut perawat dapat mengetahui kebutuhan spiritual mana yang
perlu dan belum terpenuhi pada pasien, karena spiritual bagi setiap orang berbeda, tergantung
dari cara pandang dan latar belakang seseorang. Menurut Hawari (2004) serta Burkhardt dan
Nagai-Jacobson (2005), spiritualitas bersifat personal atau individual. Terdapat berbagai hal yang
melatarbelakanginya, yang mana setiap individu memiliki cara pandang dan pemahaman
tersendiri tentang spiritualitas. Perbedaan konsep spiritual dipengaruhi oleh budaya,
perkembangan, pengalaman hidup dan persepsi seseorang tentang hidup dan kehidupan
(Nuraeni, 2015)
Kebutuhan spiritual dan psikososial kurang menjadi hal yang prioritas daripada
kebutuhan fisik karena kebutuhan tersebut seringkali abstrak, komplek dan lebih sulit untuk
diukur. Perawatan spiritual menjadi bagian dari perawatan secara menyeluruh yang cukup mudah
diterapkan dalam proses keperawatan dari mulai pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Kebutuhan dan perawatan spiritual di dalam kerangka
kerja proses keperawatan ini telah terbukti sangat membantu baik dari segi filosofis maupun
praktis (Khoriyati, 2016).
B. Tujuan
Untuk Mengetahui Pengkajian Spiritual Terhadap Pasien Paliatif

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Spritual dalam Asuhan Keperawatan ?
2. Bagaimana Pengkajian Spiritual dalam Asuhan Keperawatan Paliatif ?
3. Apa saja diagnosis Spiritual ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perawatan paliatif
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Perawatan paliatif adalah perawatan
yang dilakukan pada pasien dengan penyakit yang dapat membatasi hidup mereka atau
penyakit terminal dimana penyakit ini sudah tidak lagi merespon terhadap pengobatan yang
dapat memperpanjang hidup (Robert, 2003). Perawatan paliatif merupakan perawatan yang
berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan
mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup
seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan
spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan
(National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini,
kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan
suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang
bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
Prinsip perawatan paliatif yaitu menghormati dan menghargai martabat serta harga diri
pasien dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (KEMENKES, 2013) dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan
perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan
fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian
sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien
dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita,
serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Elemen dalam perawatan paliatif menurut National Consensus Project dalam Campbell
(2013), meliputi :
1. Populasi pasien. Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien dengan
semua usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan.
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga. Dimana pasien dan keluarga
merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung
mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal
sampa periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif. Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan
untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik,
psikologis, sosial maupun keagamaan.
5. Tim interdisiplin. Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi,
pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama,
psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan. Tujuan perawatan paliatif adalah
mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh penyakit
maupun pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi : Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan
informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan
medis dan komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan. Dimana seluru sistem pelayanan kesehatan yang
ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif
untuk mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperukan.
10. Akses yang tepat. Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja
pada akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis,
komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan
instrumental pasien.
11. Hambatan pengaturan. Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat
kebijakan, pelaksanaan undang-undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan
lingkungan klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas. Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi
teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.

B. Spiritual
Spiritualitas manusia adalah aspek penting dari keberadaan manusia dan dapat membawa
manusia untuk mengalami transendensi dan konsistensi dengan keberadaan hal-hal yang lebih
kuat dari dirinya, atau menemukan ikatan dengan orang lain. Apapun caranya, spiritualitas
mewujudkan keterhubungan vertikal (dengan kekuatan yang lebih tinggi), dan horizontal
(dengan manusia lain), di luar “diri sendiri.” Pengalaman ini memberikan arahan dalam hidup
dan makna untuk kematian. Spiritualitas seseorang lebih tampak pada saat ia sedang
membutuhkan sesuatu dan saat krisis. Krisis ini dapat berupa penyakit, keluhan sakit,
kehilangan, dan kekurangan (Simha, 2013).
Sahl bin Abdullah rahimahullah berkata, “Seorang mukmin adalah orang yang senantiasa
merasa diawasi Allah, mengevaluasi dirinya, dan membekali diri untuk menyambut
akhiratnya”.(at-Tahdzib al-Maudhu’I li Hilyat al-Auliyaa’)
Menurut filosofi perawatan Florence Nightingale, spiritualitas merupakan bagian tak
terpisahkan dari manusia dan merupakan sumber terdalam dan terkuat untuk penyembuhan.
Karenanya, salah satu tanggung jawab perawat adalah untuk memperhatikan dimensi spiritual
dari perawatan dan memberikan suasana yang menyembuhkan untuk pasien.
Totalitas spiritualitas seseorang menurut Yusuf et al (2016) akan tampak dalam domain
berikut:
1. Mystery merupakan suatu hal yang dipahami dan menjelaskan tentang kejadian yang akan
terjadi setelah kehidupan ini. Nilai spiritualitas dalam hal ini muncul dari kepercayaan akan
penilaian kualitas perilaku dalam kehidupan untuk kehidupan akhirat. Pemahaman dimana
kehidupan didunia hanya sementara dan kehidupan akhirat akan kekal selamanya.
2. Love atau cinta merupakan bahan bakar dari nilai spiritual yang menjadi sumber dari
segala kehidupan. Cinta termasuk dalam dimensi cinta diri sendiri, cinta untuk orang lain,
cinta kepada Rosulullah dengan kehidupan rohaniah dan cinta kepada seluruh aspek
kehidupan.
3. Suffering atau penderitaan terjadi karena berbagai masalah seperti masalah fisik, mental,
emosional dan spiritual.
4. Hope merupakan energi spirit untuk mengantisipasi hal yang akan terjadi kemudian dan
bagaimana cara agar menjadi lebih baik. Ini merupakan makna dari spiritualitas dan
harapan yang positif, spiritual well-being, nilai keagamaan dan perasaanpositif lainnya.
5. Forgiveness atau sikap memaafkan adalah kebutuhan yang mendalam dan hal yang sangat
diharapkan untuk dilaksanakan oleh seseorang. Hal ini memerlukan keyakinan yang besar
bahwa Tuhan Maha Pemaaf.
6. Peace and Peacemaking merupakan cita-cita hidup yang tidak dapat dipisahkan dari
keadilan yang melekat pada diri seseorang dan merupakan pencapaian spiritualitas
yang besar.
7. Grace berkaitan dengan rasa bersyukur atau berterimakasih terhadap kenikmatan dan
segala yang telah diberikan oleh Tuhan. Hal ini merupakan indikator dari keimanan dan
pengakuan atas kebesaran Tuhan.
8. Prayer merupakan bentuk usaha dan permohonan kepada Tuhan untuk memberikan
kebaikan, keberkahan, jalan keluar dari kesulitan dan lain-lain. Berdoa adalah insting
manusia yang terdalam dan bentuk dari ekspresi spiritualitas manusia serta kepercayaan
yang tinggi terhadap Tuhan Yang Maha Mengatur semua kehidupan.

Agama dalam spiritualitas dipahami sebagai kepercayaan yang terorganisasi, tersusun,


atau acuan kepercayaan dan praktik ibadah yang menjadi karakteristik spiritual seseorang.
Pasien biasanya memiliki definisi sendiri, baik mengenai spiritualitas maupun agama
(Campbell, 2013).
Keagaamaan dalam praktik beribadahnya merupakan kebutuhan spiritual bagi setiap
seseorang. Seperti dalam firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al Qur’an surat Adza
Dzariyat: 56, yang artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka beribadah kepada-Ku”.
Seseorang yang sedang dihadapkan dengan kematian sendiri memiliki dampak spiritual
yang mendalam, yang pada dasarnya dapat mengganggu keyakinan dan nilai-nilai yang telah
lama diyakini.
Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT
kepada hamba-Nya untuk menguji keimanannya. Ketika seseorang sakit disana terkandung
pahala, ampunan dan akan mengingatkan orang sakit kepada Allah SWT. Aisyah pernah
meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda : 'Tidak ada musibah yang menimpa diri
seorang muslim, kecuali Allah mengampuni dosa-dosanya, sampai-sampai sakitnya
karena tertusuk duri sekalipun" (H.R. Buchari).
Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk mengingatkan manusi a
terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan-Nya. Allah SWT memberikan penyakit agar
setiap insan dapat menyadari bahwa selama ini dia telah diberi rahmat sehat yang begitu
banyak. Namun kesehatan yang dimilikinya itu sering kali di abaikan, bahkan mungkin
disia-siakan. Padahal ia mempunyai harga yang sangat bernilai tiada tolak ukur dan
bandingannya. Disamping itu, sakit juga digunakan oleh Allah SWT untuk
memperingatkan manusia atas segala dosa-dosa dan perbuatan jahatnya selama hidup di
dunia. Kalau dahulu seorang insan yang banyak berbuat kesalahan tidak berfikir tentang
dosa dan pahala, maka disaat sakit biasanya manusia teringat akan dosa-dosanya
sehingga iaberusaha untuk bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

C. Kanker
1. Definisi
Kanker adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang
abnormal. Paru merupakan organ elestis yang berbentuk kerucut dan letaknya di dalam
rongga dada. Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh di paru, sebagian besar
sel berasal dari sel-sel di dalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain terkena
kanker ( Taqiyyah & Mohammad, 2013).
Kanker paru merupakan kaker yang timbul dari lapisan epitel bronkus (caia francis,
2011). Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan
yang berasal dari paru sendiri (primer) Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan
kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus = bronchogenic carcinoma).

2. Etiologi dan Faktor Predisposisi


Secara umum penyebab kanker paru belum diketahui secara pasti, tapi merokok dan
paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan
faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru adalah
sebagai berikut. (Stopler, 2010) :
a. Merokok
Rokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah
batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya
berhenti merokok.Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok,
tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker paru meningkat
dua kali.
b. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua
kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.
c. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko
kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar
daripada masyarakat umum.
d. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gengen penekan tumor memiliki arti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.

D. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko
empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru.
E. Metastase dari organ lain
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun
stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru
stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel
imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat
supaya tidak berfungsi. Paru- paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat
berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di area payudara, ovarium,
usus, dan lain- lain.

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis Ca Paru berdasarkan dengan lokasinya :

Adenokarsinoma Karsinoma Sel Karsinoma Sel


Karsinoma Sel Kecil
dan Bronkoalveolar Skuamosa Besar

Tanda dan gejala Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala Tanda dan Gejla
1. Nafas dangkal 1. Baruk 1. Sindrom 1. Batuk
2. Batuk 2. Dyspnea Chusing berkepanjangan
3. Penurunan nafsu 3. Nyeri Dada 2. Hiperkalsemia 2. Nyeri dada saat
makan 4. Atelektasis 3. Batuk menghirup
4. Trousseau 5. Pneumonia 4. Stidor udara
syndrome Postobstruktif 5. Nafas Dangkal 3. Suara serak
6. Mengi 6. Sesak Nafas 4. Sesak nafas
7. Hemoptisis 7. Anemia

G. Komplikasi
1. Efusi pleura ganas
2. Sindroma vena cava superior
3. Obstruksi bronkus
4. Invasi ke idnding dada
5. Hemoptysis
6. Kompresi esophagus
7. Metastasis ke tulang, otak, ginjal dan hati
8. Kompresi sumsung tulang

H. Konsep Kemoterapi
1. Definisi Kemoterpi
Kemoterapi (juga sering disebut kemo) adalah salah satu tipe terapi kanker yang
menggunakan obat untuk mematikan sel-sel kanker. Kemoterapi bekerja dengan
menghentikan atau memperlambat perkembangan sel-sel kanker, yang berkembang dan
memecah belah secara cepat. Namun, terapi tersebut juga dapat merusak sel-sel sehat
yang memecah belah secara cepat, seperti sel pada mulut dan usus atau menyebabkan
gangguan pertumbuhan rambut. Kerusakan terhadap selsel sehat merupakan efek samping
dari terapi ini. Seringkali, efek samping tersebut membaik atau menghilang setelah proses
kemoterapi telah selesai (National Cancer Institute, 2015).
2. Penggunaan Klinis Kemoterapi
Sebelum melakukan kemoterapi, secara klinis harus dipertimbangkan hal-hal berikut:
Tentukan tujuan terapi. Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda, yaitu kemoterapi
kuratif, kemoterapi adjuvan, kemoterapi neoadjuvan, kemoterapi investigatif.
a. Kemoterapi kuratif
Terhadap tumor sensitif yang kurabel, missal leukimia limfositik akut, limfoma
maligna, kanker testes, karsinoma sel kecil paru, dapat dilakukan kemoterapi kuratif.
Skipper melalui penelitian atas galur tumor dari leukimia mencit menemukan efek
obat terhadap sel tumor mengikuti aturan 'kinetika orde pertama. yaitu dengan dosis
tertentu obat antikanker dapat membunuh proporsi tertentu, bukan nilai konstan
tertentu sel kanker. Kemoterapi kuratif harus memakai formula kemoterapi
kombinasi yang terdiri atas obat dengan mekanisme kerja berbeda, efek toksik
berbeda dan masingmasing efektif bila digunakan tersendiri, diberikan dengan
banyak siklus, untuk setiap obat dalam formula tersebut diupayakan memakai dosis
maksimum yang dapat ditoleransi tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek
agar tereapai pembasmian total sel kanker dalam tubuh.
Dewasa ini tidak sedikit kanker yang sudah memiliki beberapa formula
kemoterapi kombinasi 'baku' yang terbukti dalam praktek berefek terapi menonjol.
Misalnya untuk terapi penyakit Hodgkin dengan regimen MOPP (mostar nitrogen,
vinkristin, prokarbazin, prednison) dan ABVD (adriamisin, bleomisin, vinblastin,
prednison), terapi kanker sel keeil paru dengan regimen PE (cisplatin, etoposid) dan
CAY (siklofosfamid, adrmisin, vinkristin) dll sedapat mungkin digunakan seeara
klinis.
b. Kemoterapi adjuvan
Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal.
Pada dasarnya ini adalah bagian dari operasi kuratif. Karena banyak tumor pada
waktu pra-operasi sudah memiliki mikrometastasis di luar lingkup operasi, maka
setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan
terhadap obat bertambah. Pada umumnya tumor bila volume semakin kecil, ratio
pertumbuhan sernakin tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka. Bila tumor mulai
diterapi semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan obat. Oleh karena itu, terapi
dini terhadap mikro-metastasis akan menyebabkan efentivitas meningkat,
kemungkinan resistensi obat berkurang, peluang kesembuhan bertambah.
c. Kemoterapi neonadjuvan
Kemoterapi neoadjuvan adalah kemoterapi yang dilakukan sebelum operasi atau
radioterapi. Kanker terlokalisir tertentu hanya dengan operasi atau radioterapi sulit
mencapai ketuntasan, jika berlebih dahulu kemoterapi 2-3 siklusdapat mengecilkan
tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna. bagi pelaksanaan operasi dan
radioterapi selanjutnya. Pada waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap
kemoterapi dan secara dini menterapi lesi metastatic subklinis yang mungkin
terdapat. Karena kemoterapi adjuvant mungkin menghadapi resiko jika kemoterapi
tidak efektif peluang operasi akan lenyap, maka harus memakai regimen kemoterapi
dengan cukup bukti efektif untuk lesi stadium lanjut. Penelitian mutahir
menunjukkan kemoterapi neoadjuvan meningkatkan peluang operatif untuk kanker
kepala leher, kanker sel kecil paru, osteosarkoma, mengurangi pelaksanaan operasi
yang membawa kecacatan pada kanker tertentu Oaring, kandung kemih, kanalis
analis) memperbaiki kualitas hidup sebagian pasien.
d. Kemoterapi paliatif
Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel kecil paru, kanker hati,
lambung, pankreas, kolon, dll. hasil kemoterapi masih kurang memuaskan. Untuk
kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi masih bersifat paliatif, hanya
dapat berperan mengurangi gejala, memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini
dokter harus mempetimbangkan keuntungan dan kerugian yang dibawa kemoterapi
pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas hidup
pasien menurun atau memperparah perkembangan penyakitnya.
e. Kemoterapi investigatif
Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi baru
atau obat baru yang sedang diteliti. Untuk menemukan obat atau regimen baru
dengan efektivitas 25 tinggi toksisitas rendah, penelitian memang diperlukan.
Penelitian harus memiliki tujuan yangjelas, raneangan pengujian yang baik, metode
observasi dan penilaian yang rinci, dan perlu seeara ketat mengikuti prinsip etika
kedokteran. Kini sudah terdapat aturan baku kendali mutu, disebut 'good clinical
practice' (GCP).

3. Cara pemberian kemoterapi


Kemoterapi dapat diberikan melalui berbagai cara :
a. Suntikan : Kemoterapi diberikan melalui suntikan ke dalam otot lengan, paha,
atau pinggul, atau di bawah lemak kulit pada lengan, tungkai, atau perut.
b. Intra-arterial (IA) : Kemoterapi dimasukkan langsung ke pembuluh darah nadi
(arteri) yang memberi makan sel-sel kanker.
c. Intraperitoneal (IP) : Kemoterapi dimasukkan ke rongga peritoneal (area yang
berisi organ seperti usus, perut, hati, dan indung telur).
d. Intravenous (IV) : Kemoterapi dimasukkan dalam pembuluh darah balik (vena).
e. Topikal : Kemoterapi berbentuk krim dan dioleskan pada kulit.
f. Oral : Kemoterapi berbentuk pil, kapsul, atau cairan yang dapat ditelan.
(Controversies & Obstetrics, 2013)
I. Aspek Spiritual pada Pasien Kanker Paru-paru
Masalah yang dialami oleh pasien kanker meliputi seluruh aspek yakni aspek fisik,
psikologis, sosial dan spiritual. Meskipun masalah yang dihadapi pasien kanker kompleks,
upaya yang dilakukan oleh pemberi pelayanan kesehatan masih terfokus pada penanganan
penyakit atau permasalahan fisik saja. Pada pasien kanker, terutama kanker stadium lanjut,
sedikit sekali pasien yang dapat kembali pulih dari penyakitnya. Di sisi lain, pasien
merasakan pentingnya pemenuhan kebutuhan spiritual. Pasien dengan kondisi terminal
seperti ini, hal yang dianggap sangat berharga adalah spiritual. Perawat harus menilai nilai
spiritual pasien, kebutuhan, dan perspektif mereka mengenai penyakit mereka dan persepsi
serta makna hidup mereka. Pasien yang hidup dengan dan meninggal karena penyakit CA
paru memiliki kebutuhan spiritual akan makna, nilai, harapan, tujuan, cinta, penerimaan,
rekonsiliasi, ritual, dan penegasan hubungan dengan makhluk yang lebih tinggi (Kylma,
Vehvilainen-Julkunen, & Lahdevirta, 2001).
Menurut murray (2004), spiritual care pada pasien dengan penyakit terminal
dirasakan oleh pasien sebagai hal yang penting. Sejalan dengan itu, Mok, Wong dan Wong
(2009) menyatakan bahwa satu-satunya sumber penyembuhan (healing) bagi pasien
dengan penyakit terminal adalah spiritualitas mereka. Pasien membutuhkan intervensi
spiritual dengan porsi yang cukup besar, selain pengobatan ataupun perawatan fisik
(Megrath, 2004). Membantu pasien untuk menemukan makna dan nilai dalam kehidupan
mereka, meskipun menghadapi kesulitan, sering kali melibatkan pengakuan atas
keberhasilan masa lalu dan kekuatan internal mereka. Mendorong komunikasi terbuka
antara pasien dan keluarga adalah penting untuk penilaian kebutuhan spiritual pasien, ini
adalah aspek penting dari perawatan holistik. Perawat harus menilai nilai spiritual pasien,
kebutuhan dan perspektif agama, yang penting dalam memahami perspektif mereka
mengenai penyakit mereka dan persepsi serta makna hidup mereka.
Seperti banyak penyakit yang mengancam jiwa, pasien dengan CA paru dapat
mengungkapkan kemarahan kepada tuhan. Beberapa orang mungkin memandang penyakit
mereka sebagai hukuman atau marah kepada tuhan tidak menjawab doa-doa mereka.
Ekspresi perasaan bisa menjadi sumber penyembuhan spiritual. Penggunaan meditasi,
musik, perumpamaan, puisi, dan gambar dapat menawarkan saluran untuk ekspresi
spiritual dan meningkatkan rasa harmoni dan kedamaian.
J. Asuhan Keperawatan Paliatif pada Pasien dengan Kanker Paru
Kasus
Seorang laki-laki, usia 55 tahun, di diagnosa menderita kanker paru dengan
metastase pada tulang, dan sedang kemoterapi ke 7 dari 20 program yang disampaikan
oleh DPJP. Akhir-akhir ini dia mengeluh sesak nafas walaupun dalam kondisi
berbaring dan terlentang di tempat tidur dan nyeri pada waktu-waktu tertentu. Pasien
juga tidak mau makan dan minum, karena setiap selesai kemoterapi, pasien merasakan
mual dan muntah setiap kali makanan dan minuman masuk mulutnya. Pasien sudah
mendapatkan terapi campuran morfin yang diberikan setiap 4 jam, namun nyeri dan
sesak masih berlanjut, sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien
kembali ke rumah sakit.
Keluarga mengatakan, akhir – akhir ini pasien mengatakan tidak kuat dengan
penyakitnya, dan ingin mati saja. Pasien merasa , sakit yang diderita nya saat ini,
karena pasien sudah durhaka kepada ibunya, karena tidak mampu mengurus ibunya
yang sudah tua.
TUGAS :
1. Lakukan pengkajian spiritual terkait kasus diatas
2. Berikan data yang perlu ditambahan untuk menegakkan diagnosa spiritual
3. Buat Diagnosa spiritual ( 3 diagnosa )
4. Buat rencana intervensi dan evaluasi (mandiri dan kolaborasi )
5. Ayat Al-Qur’an dan hadist yang mendukung implementasi yang

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Tanggal Lahir/ Umur : 10 Mei 1966 / 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Buruh pabrik
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Jl. Pemuda, Jakarta Timur
Tanggal Pengkajian : 05 Juni 2021
Diagnosa Medis : CA Paru

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


a. Keluhan Utama : Pasien menderita Ca paru sudah 1 bulan yang lalu, Akhir-akhir ini dia
mengeluh sesak nafas walaupun dalam kondisi berbaring dan terlentang di tempat tidur dan
nyeri pada waktu-waktu tertentu. Pasien juga tidak mau makan dan minum, karena setiap
selesai kemoterapi, pasien merasakan mual dan muntah setiap kali makanan dan minuman
masuk mulutnya. Pasien masih merasa nyeri dan sesak walau sudah mendapatkan terapi
campuran morfin yang diberikan setiap 4 jam.
b. Upaya telah dilakukan : Keluarga rutin membawa Tn. A untuk control dan minum obat
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pasien sebelumnya sudah pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama dan pasien
sebelumnya juga memiliki kebiasaan merokok. Pasien sudah merokok sejak SMA. Konsumsi
rokok pasien dalam sehari sekitar 2 bungkus. Pasien baru berhenti merokok 8 bulan terakhir.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan saudaranya memiliki penyakit yang sama seperti Pasien dan pasien tidak
memiliki penyakit keturunan seperti hipertensi, DM dan TB
5. Pengkajian Psikososio spiritual
Pasien mengatakan tidak kuat dengan penyakitnya, dan ingin mati saja. Pasien merasa, sakit
yang diderita nya saat ini, karena pasien sudah durhaka kepada ibunya, karena tidak mampu
mengurus ibunya yang sudah tua
6. Pola aktifitas sehari-hari (ADL) :
 Pola aktivitas
Saat dilakukan pengkajian,pasien mengatakan Pasien bekerja dari pagi pukul 08.00 WIB – 16.00
WIB. Namun ketika mengetahui dirinya sakit, pasien langsung berhenti kerja.
 .Pola nutrisi
Saat sakit pasien mengatakan nafsu makan berkurang, porsi makanan hanya dihabiskan 1/4 porsi
makan, pasien minum empat gelas sehari 4 gelas. terlebih saat setelah menjalankan kemoterapi.
Pasien tidak mau makan dan minum, karena merasa mual dan muntah. Makan hanya habis 4
sendok makan, minum hanya 1 gelas sehari
 Pola eliminasi
Pola BAB dan BAK pasien normal tidak ada keluhan.
 Pola istrihat dan tidur
Saat sakit jam tidur pasien berkurang dikarenakan rasa sakit yang dirasakan
7. Domain 1: kejehteraan fisik
Pasien tampak lemah. Menurut Pasien nyeri terasa pada dada seperti tertusuk benda tajam, rasa
sakit hilang timbul. Nafas juga terasa sesak. Semenjak sakit Pasien juga sering merasa lelah,
nafsu makan berkurang, porsi makanan hanya dihabiskan 1/4 porsi makan, pasien minum empat
gelas sehari 4 gelas
8. Domain 2: kesejahteraan social dan okupasi
Pasien mengatakan tinggal dirumah dengan istri dan 1 orang anaknya. Istrinya bekerja menjadi
tukang setrika baju tetangga. Istri ikut bekerja karena merasa pendapatan suami masih belum
cukup untuk kebutuhan keluarga. Namun saat tahu dirinya sakit pasien berhenti bekerja. Pasien
juga rutin kontrol di RSUD dan minum obat.
9. Domain 3: kesejahteraan psikologis
Saat ini pasien merasa takut dan cemas. Pasien mengatakan tidak kuat dengan penyakitnya, dan
ingin mati saja. Pasien merasa, sakit yang diderita nya saat ini, karena pasien sudah durhaka
kepada ibunya, karena tidak mampu mengurus ibunya yang sudah tua. Pasien juga mengatakan
hanya tahu bahwa paenyakitnya ini berbahaya, apalagi jika tidak melakukan kemoterapi.
10. Domain 4: kesejahteraan spiritual
Pasien dan keluarga memeluk agama Islam. Pasien mengatakan terkadang melaksanakan solat 5
waktu, sering mengaji dengan keluarganya di rumah. Namun semenjak sakit pasien jarang
ibadah sholat 5 waktu. pasien merasa dirinya tidak berguna semenjak sakit. Pasien juga merasa
malu karena sakit yang dideritanya. Keluarga mengatakan, akhir – akhir ini pasien mengatakan
tidak kuat dengan penyakitnya, dan ingin mati saja. Pasien merasa , sakit yang diderita nya saat
ini, karena pasien sudah durhaka kepada ibunya, karena tidak mampu mengurus ibunya yang
sudah tua
11. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum: lemah
Kesadaraan: compos mentis
TD: 134/82 mmHg; N: 18x/menit; RR: 34 x/menit; S:36,50C
Nyeri : 7-8 (nyeri berat)
a. Kepala
 Rambut:
Rambut Pasien tampak bersih, tidak ada ketombe, rambut sudah ada uban, dan tekstur rambut
kasar
 Mata
Mata simetris kiri dan kanan, keadaan bersih, conjungtiva pucat, sclera ikterik,
penglihatan normal (melihat jauh masih mampu tetapi saat membaca sudah tidak jelas),
Pasien tidak ada menggunakan alat bantu penglihatan
 Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ada lesi dan tidak ada benjolan atau
pembengkakan, pasien mengatakan tidak ada gangguan pada pendengarannya
 Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen , tidak ada polip pada hidung , tidak ada
pembengkakaan pada sinus, penciuman normal
 Mulut dan gigi
Mukosa bibir kering, tidak menggunakan gigi palsu.
b. Leher
Tidak ada pembengkakan pada leher, tidak ada lesi tidak ada pembesaran kelenjer thyroid
c. Thorak
1) Paru-paru
I: Dada simetris kiri dan kanan gerakan dinding dada terlihat tetapi tidak beraturan (periodik),
pernafasan 34x/menit
P: Nyeri, tidak ada pembengkakan/ benjolan,taktil fremitus kiri dan kanan bergetar kuat
P: Kiri dan kanan terdengar sonor
A: Jalan nafas pada daerah bronkus terdengar ronchi kedua
2) Jantung
I: Simetris kiri dan kanan, iktus kordis tidak terlihat, CRT (Capillary refill time) kurang dari 3
detik.
P: Ictus cordis teraba di ICS ke V, tidak ada nyeri tekan
P:Batas jantung kanan atas: ICS II Linea para sternalis dextra. Batas jantung kanan bawah: ICS
IV linea parasternalis dextra. Batas jantung kiri atas: ICS II linea para sternalis sinistra. Batas
jantung kiri bawah: ICS IV linea medio clasivicularis sinistra
A : Bj 1, Bj 2 irama teratur, tidak terdengar suara tambahan seperti murmur/ gallop.
d. Abdomen
I: Bentuk abdomen flat (datar), abdomen simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka post
operasi.
A: Bising usus 11x/I (normal 5-30), irama reguler
P: Tidak terdapat nyeri tekan , tidak terdapat pembengkakan
P: Timpani

e. Punggung
Tidak terlihat adanya luka pada daerah sekitar punggung, dan tidak terdapat adanya nyeri tekan
dan tidak terdapat fraktur pada tulang vertebra
f. Ekstremitas
Atas: Pada ektremitas bagian tangan kiri terpasang infuse asering
Bawah: Pada ekstremitas bawah kiri dan kanan lengkap, tidak terdapat fraktur, tidak terdapat
kelainan dan anggota gerak aktif.
g. Genetalia
Pasien tidak terpasang kateter, keluarga mengatakan genetalia Pasien tidak ada kelainan, saat
Pasien BAK dan BAB dibantu oleh keluarg
h. Integumen
Warna kulit pasien sawo matang dan tekstur kulit Pasien lembab
12. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi pada makanan dan obat, makan, cuaca, debu dan lainnya.

 Data tambahan
Data subjektif
Pasien mengatakan semenjak sakit dirinya tidak berguna
Pasien mengatakan malu karena sakit yang dideritanya
Pasien mengatakan takut dan cemas karena kondisinya saat ini
Pasien mengatakan semenjak sakit jarang melaksanakan shalat 5 waktu

Data Objektif
Pasien tampak tidak menjalankan shalat 5 waktu
Pasien tampak lemah
Pasien tampak putus asa
Pasien tampak meringis

 Analisa data

No Data Etiologi Problem

1 Data Subjektif: Penyakit terminal Distres Spritual


− Pasien mengatakan tidak kuat
dengan penyakiitnya dan ingin
mati saja
− Pasien merasa sakit yang
diderita nya saat ini, karena
pasien sudah durhaka kepada
ibunya, karena tidak mampu
mengurus ibunya yang sudah
tua
− Pasien mengatakan semenjak
sakit dirinya tidak berguna
− Pasien mengatakan malu karena
sakit yang dideritanya
− Pasien mengatakan takut dan
cemas karena kondisinya saat
ini
− Pasien mengatakan semenjak
sakit jarang melaksanakan
shalat 5 waktu

Data Objektif:
− Pasien tampak lemah
− Pasien tidak menjalan shalat 5
waktu

2 Data Subjektif: Penurunan kondisi Keputusasaan


− Pasien mengatakan tidak kuat fisiologis
dengan penyakitnya dan ingin
mati saja
− Pasien mengatakan semenjak
sakit dirinya tidak berguna

Data Objektif:
− Pasien tampak putus asa
− Pasien tampak tidak mau makan
dan minum setelah kemoterapi

3 Data Subjektif: Infiltrasi tumor Nyeri Kronis


− Pasien mengatakan nyeri terasa
pada dada seperti tertusuk
benda tajam, rasa sakit terus
menerus
− Pasien mengatakan tidak kuat
dengan penyakitnya dan ingin
mati saja

Data Objektif:
− Pasien tampak meringis
− Pasien tampak lemah
− Keadaan umum: lemah;
Kesadaraan: compos mentis;
TD: 134/82 mmHg; N:
18x/menit; RR: 34 x/menit;
S:36,50C; Nyeri : 7-8 (nyeri
berat)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Distres Spritual
2. Keputusasaan
3. Nyeri Kronis

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

1 Distres Spritual Setelah dilakukan Dukungan Spiritual


intervensi keperawatan − Identifikasi pandangan
selama 2x24 jam maka tentang hubungan antara
status spiritual membaik spiritual dan kesehatan
dengan kriteria hasil : − Identifikasi perasaan
 Verbalisasi khawatir, kesepian, dan
makna dan keputusasaan
tujuan hidup − Identifikasi harapan dan
meningkat kekuatan pasien
 Verbalisasi − Identifikasi ketaatan dalam
kepuasan beragama
terhadap makna − Berikan kesempatan
hidup meningkat mengeskpresikan perasaan
 Verbalisasi tentang penyakit dan
perasaan kematian
keberdayaan − Berikan kesempatan
meningkat mengekspresikan dan
 Verbalisasi meredakan marah secara
penerimaan tepat
meningkat − Sediakan privasi dan waktu
 Verbalisasi tenang untuk aktivitas
menyalahkan diri spiritual
sendiri menurun − Fasilitasi melakukan kegiatan
verbalisasi ibadah
perasaan − Anjurkan berinteraksi dengan
bersalan keluarga, teman, dan/atau
menurun orang lain
 Kemampuan − Ajarkan metode relaksasi,
beribadah meditasi, dan imajinasi
membaik terbimbing.

 Spiritual − Atur kunjungan dengan

membaik rohaniawan

Promosi Dukungan Spiritual


 Identifikasi keyakinan
tentang makna dan tujuan
hidup, sesuai kebutuhan
 Identifikasi perspektif
spiritual
 Perlakukan pasien
dengan bermartabat dan
terhormat
 Tunjukkan keterbukaan,
empati dan kesediaan
mendengarkan perasaan
pasien
 Yakinkan bahwa perawat
selalu ada dan
mendukung
 Gunakan teknik
klarifikasi untuk
membantu menilai
keyakinan, jika perlu
 Motivasi meninjau
kehidupan masa lalu dan
fokus pada hal yang
memberikan kekuatan
spiritual
 Dorong privasi dan waktu
tenang untuk aktivitas
spiritual
 Motivasi
mengekspresikan
perasaan
 Motivasi penggunaan
sumber spiritual, jika
perlu
 Jadwalkan kunjungan
pembimbing spiritual,
jika perlu
 Anjurkan untuk berdoa
 Anjurkan penggunaan
media spiritual

2 Keputusasaan Setelah dilakukan Promosi Harapan


intervensi keperawatan  Identifikasi harapan
selama 2 x 24 jam maka
harapan pasien pasien dan keluarga
meningkat dengan dalam pencapaian hidup
kriteria hasil :  Sadarkan bahwa kondisi
 Verbalisasi yang dialami memiliki
keputusasaan nilai penting
menurun  Pandu mengingat
 Keterlibatan kembali kenangan yang
dalam aktivitas menyenangkan
perawatan  Libatkan pasien secara
meningkat aktif dalam perawatan
 Selera makan  Ciptakan lingkungan
meningkat yang memudahkan
 Perilaku pasif mempraktikkan
menurun kebutuhan spiritual
 Anjurkan
mengungkapkan perasaan
terhadap kondisi dengan
realitis
 Anjurkan
mempertahankan
hubungan
 Latih cara
mengembangkan spiritual
diri

3 Nyeri Kronis Setelah dilakukan Managemen Nyeri


intervensi keperawatan − Identifikasi lokasi,
maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
menurun dengan kriteria frekuensi, kualitas dan
hasil : intensitas nyeri
 Keluhan nyeri − Identifikasi skala nyeri
− Monitor efek samping
menurun penggunaan analgetik
 Meringis − Berikan teknik
menurun nonfarmakologis untuk
 Perasaan depresi mengurangi rasa nyeri
(tertekan)
Terapi Murattal
menurun
 Mual dan  Identifikasi aspek yang
muntah menurun akan diubah atau

 Frekuensi nadi, dipertahankan

pona nafas,  Identifikasi aspek yang


tekanan darah akan difokuskan dalam
membaik terapi

 Nafsu makan  Identifikasi jenis terapi


membaik yang digunakan
berdasarkan keadaan dan
kemampuan pasien
(mendengarkan atau
membaca Al-Qur’an)
 Identifikasi media yang
dipergunakan (mis.
speaker, earphone,
handphone)
 Identifikasi lama dan
durasi pemberian sesuai
kondisi pasien
 Batasi rangsangan
eksternal selama terapi
dilakukan (mis. lampu,
suara, pengujung,
panggilan telepon)
 Yakinkan volume yang
digunakan sesuai dengan
keinginan pasien
 Putar rekaman yang telah
ditetapkan
 Dampingi selama
membaca Al-Qur’an, jika
perlu
 Jelaskan tujuan dan
manfaat terapi
 Anjurkan memusatkan
perhatian/pikiran pada
lantunan ayat Al-Qur’an

D. Implementasi dan Evaluasi

Tgl/ No Implementasi Keperawatan Evaluasi


Jam .
Dx

15 1 Dukungan Spiritual S:
Juni − Mengidentifikasi pandangan  Pasien mengatakan harus
2021 tentang hubungan antara lebih bisa menerima
penyakitnya karena ini
/ Jam spiritual dan kesehatan merupakan ujian dari allah
09.00 − Mengidentifikasi perasaan dan harus segera bangkit
dengan cara makan dan
khawatir, kesepian, dan sholat 5 waktu
keputusasaan  Pasien mengatakan nyeri
dengan skala 5
− Mengidentifikasi harapan dan
kekuatan pasien O:
− Mengidentifikasi ketaatan dalam  Pasien tampak lebih bisa
beragama menerima penyakitnya
 Pasien tampak melakukan
− Memberikan kesempatan sholat 5 waktu
mengeskpresikan perasaan  Pasien tampak meringis
tentang penyakit dan kematian menahan nyeri
 Skala nyeri 5
− Memberikan kesempatan
 Pasien makan ¾ porsi
mengekspresikan dan meredakan
marah secara tepat
A: Masalah keperawatan
− Menyediakan privasi dan waktu
 Distres spiritual teratasi
tenang untuk aktivitas spiritual
 Keputusasaan teratasi
− Memfasilitasi melakukan  Nyeri kronis teratasi
sebagian
kegiatan ibadah
− Menganjurkan berinteraksi
dengan keluarga, teman, P: Lanjutkan intervensi dengan
masalah keperawatan nyeri
dan/atau orang lain kronis
− Mengajarkan metode relaksasi, Manajemen nyeri
meditasi, dan imajinasi
 Identifikasi lokasi,
terbimbing. karakteristik, durasi,
− Mengatur kunjungan dengan frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
rohaniawan  Identifikasi skala nyeri
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Promosi Dukungan Spiritual  Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
 Mengidentifikasi keyakinan
mengurangi rasa nyeri
tentang makna dan tujuan
hidup, sesuai kebutuhan
Terapi Murattal
 Mengidentifikasi perspektif
 Identifikasi aspek yang akan
spiritual
diubah atau dipertahankan
 Memperlakukan pasien  Identifikasi aspek yang akan
difokuskan dalam terapi
dengan bermartabat dan  Identifikasi jenis terapi yang
terhormat digunakan berdasarkan
keadaan dan kemampuan
 Menunjukkan keterbukaan, pasien (mendengarkan atau
empati dan kesediaan membaca Al-Qur’an)
 Identifikasi media yang
mendengarkan perasaan dipergunakan (mis. speaker,
pasien earphone, handphone)
 Identifikasi lama dan durasi
 Meyakinkan bahwa perawat pemberian sesuai kondisi
selalu ada dan mendukung pasien
 Batasi rangsangan eksternal
 Menggunakan teknik selama terapi dilakukan
klarifikasi untuk membantu (mis. lampu, suara,
pengujung, panggilan
menilai keyakinan, jika perlu telepon)
 Memotivasi meninjau  Yakinkan volume yang
digunakan sesuai dengan
kehidupan masa lalu dan keinginan pasien
fokus pada hal yang  Putar rekaman yang telah
ditetapkan
memberikan kekuatan  Dampingi selama membaca
spiritual Al-Qur’an, jika perlu
 Jelaskan tujuan dan manfaat
 Mendorong privasi dan terapi
waktu tenang untuk aktivitas  Anjurkan memusatkan
perhatian/pikiran pada
spiritual lantunan ayat Al-Qur’an
 Memotivasi
mengekspresikan perasaan
 Memotivasi penggunaan
sumber spiritual, jika perlu
 Menjadwalkan kunjungan
pembimbing spiritual, jika
perlu
 Menganjurkan untuk berdoa
 Menganjurkan penggunaan
media spiritual

15 2 Promosi Harapan
Juni  Mengidentifikasi harapan
2021 pasien dan keluarga dalam
/ Jam pencapaian hidup
14.00  Menyadarkan bahwa kondisi
yang dialami memiliki nilai
penting
 Memandu mengingat
kembali kenangan yang
menyenangkan
 Libatkan pasien secara aktif
dalam perawatan
 Menciptakan lingkungan
yang memudahkan
mempraktikkan kebutuhan
spiritual
 Menganjurkan
mengungkapkan perasaan
terhadap kondisi dengan
realitis
 Menganjurkan
mempertahankan hubungan
 Melatih cara
mengembangkan spiritual
diri

15 3 Managemen Nyeri
Juni − Mengidentifikasi lokasi,
2021 karakteristik, durasi, frekuensi,
/ Jam kualitas dan intensitas nyeri
17.00 − Mengidentifikasi skala nyeri
− Memonitor efek samping
penggunaan analgetik
− Memberikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Terapi Murattal

 Mengidentifikasi aspek yang


akan diubah atau
dipertahankan
 Mengidentifikasi aspek yang
akan difokuskan dalam terapi
 Mengidentifikasi jenis terapi
yang digunakan berdasarkan
keadaan dan kemampuan
pasien (mendengarkan atau
membaca Al-Qur’an)
 Mengidentifikasi media yang
dipergunakan (mis. speaker,
earphone, handphone)
 Mengidentifikasi lama dan
durasi pemberian sesuai
kondisi pasien
 Membatasi rangsangan
eksternal selama terapi
dilakukan (mis. lampu, suara,
pengujung, panggilan
telepon)
 Meyakinkan volume yang
digunakan sesuai dengan
keinginan pasien
 Memutar rekaman yang telah
ditetapkan
 Mendampingi selama
membaca Al-Qur’an, jika
perlu
 Menjelaskan tujuan dan
manfaat terapi
 Menganjurkan memusatkan
perhatian/pikiran pada
lantunan ayat Al-Qur’an

Anda mungkin juga menyukai