Anda di halaman 1dari 25

Nama Kelompok

ELVITA RATNA K.D (10217020)


FEBRI DIAH SISWANTI (10217026)
GILANG EKO BAYU SADWO (10217029)
SISILIA PUSDIKTA D. (10217055)
WILIS SUSANTI (10217064)
YUDHANTO NUGROHO (10217066)
Definisi
• Diabetes mellitus adalah penyakit yang disebabkan oleh
penurunan kadar hormone insulin yang diproduksi oleh
kelenjar pankreas yang mengakibatkan meningkatnya kadar
glukosa dalam darah. Penurunan ini mengakibatkan glukosa
yang dikonsumsi oleh tubuh tidak dapat diproses secara
sempurna sehingga konsentrasi glukosa dalam darah akan
meningkat.
KLASIFIKASI
1. Diabetes Melitus tipe 1
2. Diabetes Melitus tipe 2
3. Diabetes Melitus tipe lain
4. Diabetes Melitus tipe Gestasional
ETIOLOGI
• Tipe 1 Insulin-Dependent Diabetes Mellitus ( IDDM )
IDDM adalah penyakit hiperglikemia akibat ketidakabsolutan insulin,
pengidap penyakit ini harus mendapat insulin pengganti. IDDM
disebabkan oleh destruksi autoimun karena infeksi, biasanya virus atau
respons autoimun secara genetik pada orangyang terkena.
• Tipe II Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM )
NIDDM disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistansi
insulin. Resistansi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangkum pengambilan glukosa oleh gangguan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu
mengimbangi resistansi insulin ini sepenuhnya.
ETIOLOGI
• Diabetes Melitus Tipe Lain
Beberapa diabetes tipe lain seperti defek genetik fungsi sel beta, defek
genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati,
karena obat atau zat kimia,infeksi, penyebab imunologi yang jarang,
dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.
• Diabetes Melitus Gestasional ( DMG )
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah intoleransi
glukosa yang mulai timbul selama keadaan hamil. Oleh karena terjadi
peningkatan sekresi berbagai hormon disertai pengaruh metabolik
terhadap glukosa dan hal ini berdampak kurang baik bagi janin.
MANIFESTASI KLINIS
1. Poliuria
2. Polidipsia
3. Poliphagia
4. Penurunan berat badan
5. Malaise atau kelemahan.
PATOFISIOLOGI
• Hiperglikemia terjadi akibat kerusakan sel β-pankreas yang
menimbulkan peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati.
Pengeluaran glukosa oleh hati meningkat karena proses-proses yang
menghasilkan glukosa yaitu glikogenolisis dan glukoneogenesis,
berlangsung tanpa hambatan karena insulin tidak ada. Ketika kadar
glukosa darah meningkat sampai jumlah glukosa yang difiltrasi
melebihi kapasitas, sehingga sel-sel tubulus melakukan reabsorbsi,
maka glukosa akan timbul di urin (glukosuri). Glukosa di urin
menimbulkan efek osmotik yang menarik air bersamanya,
menimbulkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering
berkemih). Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan
dehidrasi, sehingga dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer
karena volume darah turun secara mencolok. Kegagalan sirkulasi,
apabila tidak diperbaiki, dapat menyebabkan kematian karena aliran
darah ke otak turun atau dapat menimbulkan gagal ginjal
sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak kuat.
PATOFISIOLOGI
• Selain itu, sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami dehidrasi
akibat perpindahan osmotik air dari dalam sel ke cairan ekstra sel
yang hipertonik. Sel-sel otak sangat peka karena timbul gangguan
fungsi sistem saraf yaitu polineuropati.Gejala khas lain pada
diabetes melitus adalah rasa haus berlebihan yang merupakan
mekanisme kompensasi tubuh untuk mengatasi dehidrasi akibat
poliuria. Karena terjadi defisiensi glukosa intra sel, maka
kompensasi tubuh merangsang syaraf sehingga nafsu makan
meningkat dan timbul pemasukan makanan berlebihan (polifagia).
Akan tetapi walaupun terjadi peningkatan pemasukan makanan,
berat tubuh menurun secara progresif akibat efek defisiensi insulin
pada metabolisme lemak dan protein. Sintesa gliserida menurun saat
lipolisis meningkat sehingga terjadi mobilisasi asam lemak dalam
darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber energi
alternatif.
DATA PENUNJANG
• Gula darah puasa (GDO)
• Gula darah 2 jam post prondial
• Gula darah sewaktu
• Tes toleransi glukosa oral (TTGO)
• Tes toleransi glukosa intravena (TTGI)
• Tes toleransi kortison glukosa
• Glycosetat hemoglobin
• Insulin serum puasa
PENATALAKSANAAN
• Diet
• Olah raga.
• Penyuluhan Kesehatan
ASUHAN
KEPERAWATAN 11
Kasus
• Ny. N berumur 42 tahun, seorang ibu rumah tangga, di rawat di RS BHAKTI WIYATA
dengan keluhan sulit beraktifitas akibat kaki kirinya membusuk.Keluhan dirasakan sejak 2
minggu yang lalu setelah tertusuk paku. Luka berbau dan mengeluarkan nanah serta klien
mengeluh nyeri seperti terbakar pada kaki kirinya. Kini klien sudah dirawat di RS selama
3 bulan dan didiagnosa Diabetes Mellitus. Sebelumnya klien juga pernah dirawat di rumah
sakit dengan penyakit yang sama, namun tidak separah yang sekarang. Dari hasil
pengkajian, klien mengatakan tidak menyangka penyakitnya bertambah parah, klien juga
malu dengan keluarga dan teman-temannya karena kondisi tubuh yang sekarang, klien
merasa ingin mati saja, klien mengatakan tidak nyaman berada di dekat orang lain karena
takut tidak diterima, dan lebih senang jika sendiri, klien juga takut tidak diterima oleh
keluarga terdekatnya, klien sulit untuk tidur karena merasa cemas dengan keluarganya di
rumah. Dari hasil observasi, tampak luka gangren pada kaki kiri klien sudah mengalami
nekrotik yang membuat klien sulit untuk beraktivitas dan semakin parah, dan sudah mulai
mengeluarkan bau tidak sedap.Pada ekstremitas inferior sinistra tampak edem, pedis
sinistra tampak ulkus, pus dan hiperemis. Klien tampak menyendiri dan hanya mau
berkomunikasi dengan perawat yang merawatnya. Pengkajian keluarga, respon keluarga
seperti tidak peduli dengan keadaan klien, keluarga menyerahkan penuh prosedur
perawatan kepada rumah sakit. Pemeriksaan gula darah sewaktu 312 mg/dL, mata
kelihatan cekung dan terlihat lingkaran hitam di sekitar mata, pasien mengalami kesulitan
tidur sejak dirawat,anoreksia dan mual. Pasien hanya makan 2-3 sendok. BB awal 76kg,
BB akhir 63kg TD: 130/90 mmHg, N:85 x/menit, RR: 26 x/menit, S: 36,4° C. Pasien
terlihat putus asa dan murung.
ANALISA DATA 13
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1 DS: Perubahan bentuk tubuh Harga diri rendah


- Klien malu dengan keluarga dan teman-
temannya karena kondisi tubuh yang sekarang
- Klien merasa ingin mati saja Klient malu dengan kondisi yang
- Klien mengatakan tidak nyaman berada di dialami
dekat orang lain karena takut tidak diterima
- Klien lebih senang jika sendiri
- Klien juga takut tidak diterima oleh keluarga Klient kehilangan kepercayaan
terdekatnya diri
- Klien sulit untuk tidur karena merasa cemas
dengan keluarganya di rumah
Harga diri rendah
DO:
- tampak luka ganggren pada kaki kiri sudah
mengalami neokrotik
- mengeluarkan bau tidak sedap
- ekstremenasi inferior sinistra tampak edem

14
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

2 DS: Perubahan bentuk tubuh Isolasi sosial


- Klien malu dengan keluarga dan teman-
temannya karena kondisi tubuh yang
sekarang Klient malau dengan kondisi
- Klien mengatakan tidak nyaman berada yang dialami
di dekat orang lain karena takut tidak
diterima
- Klien lebih senang jika sendiri Klient tidak mau berinteraksi
- Klien juga takut tidak diterima oleh dengan orang lain
keluarga terdekatnya

DO: Klient menarik diri dari


- Klien tampak menyendiri dan hanya kehidupan bermasyarakat
mau berkomunikasi dengan perawat yang
merawatnya Isolasi sosial
- respon keluarga seperti tidak perduli
dengan klien
15
No Data Etiologi Masalah Keperawatan

3 DS: Kerusakan sel beta Gangguan citra tubuh


- Klien mengatakan kaki kiri Ketidak seimbangan produksi insulin
membusuk
- Klien mengatakan luka berbau Gula dalam darah tidak dapat dibawa masuk kedalam sel
- Klien mengatakan luka
Anabolisme protein menurun
mengeluarkan nanah
- Klien mengeluh nyeri seperti Kerusakan pada antibodi
terbakar pada kaki kiri
Kekebalan tubuh menurun

DO: Neuropati sensori perifer


- tampak luka ganggren pada kaki
kiri sudah mengalami neokrotik Klient tidak merasa sakit
- mengeluarkan bau tidak sedap Nekrosis luka
- ekstremenasi inferior sinistra
tampak edem Gangrene
- pedis sinistra tampak ulkus Perubahan bentuk tubuh

Gangguan citra tubuh

16
RENCANA
KEPERAWATAN 17
NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1 Harga diri 1.pasien dapat berhubungan 1.Dukungan penampilan 1. komukasi terapeutik


rendah dengan orang lain secara peran 2. bina hubungan saling
optimal. 2. dukungan percaya dengan keluarga
2. pasien dapat melakukan pengungkapan kebutuhan 3. lakukan pendekatan
keputusan yang efektif untuk 3. dukungan dengan baik, menerima
mengendalikan situasi pengungkapan perasaan pasien apa adanya dan
kehidupan yang demikian 4. dukungan spiritual bersikap empati
menurunkan perasaan
rendah diri.

18
NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

2 Isolasi 1. pasien dapat melakukan 1. terapi kelompok 1. dukungan keluarga


sosial kegiatan diluar kamar. kelompok sangat berarti untuk
2. pasien dapat bergaul tanpa 2. promosi harapan kesembuhan pasien,
ada rasa malu. 3. promosi keutuhan dengan interaksi yang
keluarga baik dapat menunjukan
4. terapi keluarga rasa perhatian.
2. untuk membuat klien
mampu berinteraksi
dengan baik, perlu
bertahap dan perlahan.
Dengan terapi kelompok
memungkinkan klien
bisa berinteraksi..

19
NO DX KEP TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

3 Gangguan 1. mempertahankan interaksi 1. dukungan penampilan 1.untuk membantu


citra social. peran pasien agar dapat
tubuh 2. mendiskripsikan factual 2. edukasi perawatan diri bersosialisasi dengan
perubahan fungsi tubuh. 3. kontrak perilaku positif orang lain.
4. manajemen stres 2. apabila pasien tahu
tentang pengobatan dan
perawatan kemajuan
penyakit, akan membuat
pasien sedikit tenang
dan mampu menentukan
intervensi yang tepat
untuknya.

20
IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN 21
NO Tanggal/Jam implementasi Evaluasi (soap)

1 11 juli 2019 1. Merawat luka ulkus S: Klien mengatakan masih nyeri saat ulkus
08.00 WIB 2. memonitor tanda vital dirawat
3. kolaborasi antibiotik O: ekspresi wajah tegang
4. Memonitor keadaan umum klien A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan monitoring nyeri
NO Tanggal/Jam implementasi Evaluasi (soap)

2 11 juli 2019 1. mengganti linen klien S: Klien mampu melakukan nafas dalam
09.00 WIB 2. melakuka dressing infus O: ekspresi wajah rileks ketika berbicara
3. memonitor balutan luka A: nyeri berkurang masalah teratasi
4. menganjurkan klien makan dan P: intervensi di hentikan
istirahat yang cukup
DAFTAR PUSTAKA
• Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Singapore: Elsevier.
• Hairi, L., Apriatmoko, R., Sari, L. (2013). “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan
Tentang Diabetes Mellitus Dengan Gaya Hidup Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Desa
Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat,Kkabupaten Semarang”, Jurnal Kesehatan vol 5,
Edisi Maret 2013.
• WHO; International Union Against TB Lung Disease. (2011). Number of pages: 53.
• Price, Wilson. (2006). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit.
Penerbit Buku Kedokteran. EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai