Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

“RECOVERY”
Dosen Pengampu: Pak Dwi Suseno

Disusun Oleh:
Ria Afriani (SR162100068)
Seri Depi Henmalini (SR162100072)
Elsy Muharni (SR162100028)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas
Keperawatan jiwa II. Kami berterima kasih kepada Pak Dwi selaku pembimbing
yang telah memberikan arahan kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga makalah sederhana
ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah
disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

Pontianak, Oktober 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam konteks keadaan penyakit kronis recovery sering dianggap atau
disebut sebagai sebuah proses (Bellack, 2006), way of live, sebuah visi ataupun
kerangka konsep . Tidak ada definisi tunggal tentang recovery karena setiap
individu yang telah berhasil menjalani proses recovery nya mendefenisikan
recovery secara berbeda beda (Kelly & Gamble, 2005), akan tetapi pesan
utamanya adalah bahwa harapan untuk hidup lebih berarti adalah suatu yang
mungkin meskipun mengalami penyakit yang cukup berat atau kecacadan.
(Deegan, 1988, Anthony, 1993).

Recovery bukanlah pengobatan, tapi merupakan way of live untuk


membuat hidup menjadi lebih berarti (Ralph et al, 2002). Recovery menekankan
bahwa meskipun individu tidak bisa mengontrol gejala penyakitnya tapi mereka
bisa mengontrol secara penuh kehidupannya. Recovery bukanlah sebuah proses
yang linier (Bellack, 2006). Tapi merupakan perjalanan yang penuh liku-liku
dan maju mundur (Bellack, 2006; Kelly & Gamble, 2005).

Perjalanan dan perjuangan individu yang terkena suatu penyakit, terutama


yang mengalami penyakit kronis merupakan sebuah jorney dimana individu
berjuang menghadapi penyakitnya dan berusaha untuk bisa bertahan dan
beradapatasi terhadap keadaannya. Sangat penting bagi tenaga kesehatan
khususnya perawat untuk memahami seperti apa sebenarnya pengalaman hidup
mereka agar mendapatkan gambaran yang utuh tentang fenomena tersebut.
Untuk memahami the nature dari sebuah pengalaman penyakit sangatlah
penting mempertimbangkan pengalaman hidup orang yang mengalaminya
daripada hanya fokus pada diagnosa atau tanda dan gejala saja. Perhatian
terhadap arti dari sebuah pengalaman terhadap individu membantu perawat
untuk memperoleh pemahaman yang menyeluruh tentang dampak dari penyakit
tersebut terhadap kehidupan individu yang sedang mengalami suatu penyakit
atau ketidakberdayaan (Thomas, Bracken & Leudar, 2004).

selama dalam journey tersebut individu berjuang untuk bisa hidup dengan
lebih baik walau dengan keterbatasan yang dimilikinya. Proses itulah yang
dikenal sebagai recovery untuk bisa menjadikan hidup lebih berarti dengan cara
mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki (Cohen, 2005). Sikap positif
tentang diri tersebut memungkikan individu untuk mampu mengontrol dirinya
dan menjadi kompeten mengatasi segala tantangan yang berkaitan dengan
keterbatasan akibat penyakit yang dideritanya (Ochocka et al., 2005).

Pengalaman survivor Pertama adalah pengalaman seorang psikolog dan


advocat untuk recovery dari Amerika Serikat. Beliau mengumpamakan recovery
sebagai sebuah proses membawa kendaraan dimana seorang survivor harus bisa
menjadi seorang supir dalam perjalanan tersebut. Beliau mengungkapkan
Jangan biarkan keadaan sakit menyetir hidup anda. Kendalikan sendiri setirnya.
Dalam kurun waktu yang sangat panjang saya bekerja keras untuk bisa
mengendalikan sendiri setir mobil hidup saya, agar mampu menjadi expert bagi
perawatan diri saya. Dalama proses recovery saya tidak hanya meminum obat
tapi menggunakan obat sebagai bagian dari proses penyembuhan saya. Dalam
waktu yang lama saya belajar berbagai cara untuk membantu hidup saya.
Kadang saya gunakan obat, kadang terapi lain dan self-help serta mutual
support groups. Tidak saya pungkiri bahwa kedekatan hubungan dengan Tuhan
sangat mendukung proses recovery saya disamping dukungan dari keluarga dan
teman. Mempunyai aktifitas serta latihan juga turut membantu saya untuk tetap
sehat dan utuh sebagai manusia, meskipun saya mengalami keterbatasan atau
disability. (Deegan,1993).

Yang kedua adalah seorang wanita yang survive dari penyakitnya, yang
merupakan salah seorang responden pada penelitian fisher (1997) yang berjudul
“Someone who believed in them, helped them to recover” Responden tersebut
mengatakan “saya bisa bersemangat untuk menjalani hidup karena saya punya
seorang dokter yang percara pada saya, yang tidak pernah menyerah. Dia adalah
seorang dokter yang tidak pernah menyerah selama saya dirawat di rumah sakit.
Dia yang selalu menyemangati saya untuk sembuh. Disamping itu saya juga
dirawat oleh perawat yang sangat care dengan saya, yang selalu merawat saya
dengan tulus dan menyemangati saya, dia benar – benar menolong saya dan
memotivasi saya untuk bangkit melawan penyakit yang saya alami. Perawat itu
seringkali berkata Jangan menyerah, jangan biarkan penyakit mu mengambil
alih kehidupanmu. Berjuanglah terus.

B. Rumusan masalah
1. Apa Itu Recovery?

2. Seperti Apa Karakteristik Recovery?

3. Apa Saja Model Recovery?

4. Apa Manfaat Dan Peran Perawat Dalam Pemberian Terapi Recovery?

5. Sebutkan Jenis-Jenis Terapi Recovery?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui apa itu recovery

2. Agar mahasiswa mengetahui karakteristik recovery

3. Model recovery

4. Mengetahui peran dan manfaar perawat dalam terapi recovery

5. Mengetahui jeni-jenis recovery

D. Manfaat
Memahami manfaatdari recovery dan cara melakukannya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Recovery (Pemulihan)


Berkenaan dengan gangguan jiwa, masalah kesehatan jiwa telah
“The Global Burned Of Disease” (Rossler, Salize,Van Os & Riecher,
Rossler 2005). Di Indonesia, sekitar 27.500.000 penduduknya mengalami
gangguan mental emosional dan sekitar 12. 500.000 mengalami gangguan
jiwa berat (Balitbangkes, 2008).

Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan


tepat dan secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki
kehidupan yang memuaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu
proses perjalanan mencapai kesembuhan dan transformasi yang
memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di
komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya
(USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana
seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara
penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan
atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart
2013).

Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem


recovery yang berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek
terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap individu dengan
pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orang-orang yang
sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima
dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai
rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang kembali kepada
level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa
merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan
kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan
memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013)

Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan


pemulihan meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan
bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk
mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat,
psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan
dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen
multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor,
terapis okupasi, pakar konsumen dan teman sejawat,manajer kasus,
pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini juga
membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu,
keluarga dan komunitas (Stuart, 2013).

Recovery selama ini dipahami sebagai hilangnya atau berkurangnya


gejala suatu penyakit dan kembalinya fungsi semula atau dengan kata lain
sembuh dari penyakit. Pemahaman ini mungkin cocok untuk kondisi medis
akut seperti flu atau patah tulang akan tetapi tidak cocok untuk kondisi
penyakit yang kronis seperti stroke, kanker ataupun skizofrenia (Bellack,
2006).

Yang dibutuhkan dalam proses recovery adalah menemukan dan


menghadapi setiap tantangan dari keterbatasan akibat penyakit yang diderita
dan membangun kembali integritas diri yg baru yang lebih berarti agar
individu bisa hidup, bekerja dan berkontribusi di masyarakatnya (Deegan,
2003). Karena itu elemen terpenting dalam recovery adalah kepercayaaan
diri (Chamberlin, 1990) dan keyakinan akan kemampuan untuk mampu
menolong diri sendiri (Ochocka et al., 2005) serta harapan dan spirit (Kelly
& Gamble, 2005)
B. Karakteristik recovery

Berarti agar Rwcovery yang dijalani pasien bukan hanya untuk


sekedar pulih dari penyakit, tapi untuk membuat kehidupan orang yang
mengalami keterbatasan akibat penyakitnya menjadi lebih berat. Recovery
menekankan bahwa meskipun individu tidak bisa mengontrol gejala
penyakitnya tapi mereka bisa mengontrol kehidupan mereka.

Yang dibutuhkan dalam proses recovery adalah menemukan dan


menghadapi setiap tantangan dari keterbatasan akibat penyakit yang diderita
dan membangun kembali integritas diri yang baru yang lebih berarti agar
individu bisa hidup, bekerja, dan berkontribusi di masyarakat. Karena itu
selama menjalani proses recovery, individu membutuhkan dukungan dari
lingkungan. Mereka membutuhkan supportive, dan swasta, prof. Suryani.

C. Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric


Nursing
Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan
kembali sehat atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan
jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang berbeda. Recover
Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai
gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang
sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial,
pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup.

Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa


pentingnya hubungan interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari
hubungan nurse-patient menjadi nurse-partner. Berdasarkan penelitian
Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis 2013) menyatakan pentingnya
meningkatkan peran individu dan keluarga dalam proses recovery. Caldwell
et al (2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa harus
mengajarkan tenaga kesehatan lain tentang konsep recovery dan
menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan proses recovery.
Models, Theories, and Therapies in Current Practice

Theorist Model/Theory Focus of Nursing


o

Dorothy Johnson Behavioral system Membantu pasien kembali pada


keadaan seimbang ketika
mengalami stess melalui
pengurangan atau
menghilangkan sumber stress
dan mendukung proses adaptif
(Johnson, 1980)

Imogene King Goal attainment Membangun hubungan


interpersonal dan membantu
pasien untuk mencapai tujuan
nya berdasakan peran nya dalam
konteks sosial (King, 1981)

Betty Neuman System Model Membangun hubungan perawat-


pasien untuk membantu
menghadapi respon stres (1982)

5 Dorothes Orem Self-Care Deficit Mengatasi defisit perawatan diri


dan mendorong pasien untuk
terlibat secara aktif pada
perawatan diri mereka (Orem,
2001)

6 Hildegard Peplau Interpersonal Relations Menggunakan hubungan


interpersonal sebagai alat
terapeutik untuk
menyembuhkan dan
mengurangi kecemasan (Peplau,
1992)
7 Jean Watson Transpersonal Caring Caring merupakan prosedur dan
tugas penting; membangun
hubungan perawat-pasien
sehingga menghasilkan
Therapeutic Outcome (Watson,
2007)

D. Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses


Penyembuhan
Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien
gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah perilaku
klien dengan gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi
perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi
yang dimiliki pasien sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan dengan
memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis.

Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa


berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang
menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan.

Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak


dibuktikan oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai
terapi tunggal ataupu terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi
CAM dapat memberi dampak penting dalam praktik keperawatan kesehatan
jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya,
dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi alternatif
komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013).

Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan


perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi
gejala yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi
CAM yang memberdayakan klien dapat memperkuat hubungan antar perawat
dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013).

E. Terapi Generalis

1. Terapi Psikofarmakologi
Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan
dalam menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak
dpat berjalan sendiri dalam menangani masalah personal, social atau
komponen lingkungan klien atau respon terhadap penyakit. Kondisi-
kondisi tersebut membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan
komperensif dalam merawat individudan gangguan jiwa.
a. Peran perawat dalam psikofarmakologi
1) Pengkajian Klien
Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting
melakukan pengkajian dasar klien termvsuk riwayat, kondisi
fisik dan asil laboratorium, evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian
social budaya dan yang paling utama adalah riwayat pengobatan
untuk dilengkapi pada setiap klien sebelum diberikan
pengobatan.
2) Kordinasi Tritmen Modalitas
Perawat memiliki peran penting dalam merancang program
tritmen yang komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat
pada setiap klien bersifat individu dan merupakan gambaran dari
rencana tritmen. Kordinasi dalam melakukan perawatan
merupakan tanggung jawab utama perawat yang bersama-sama
dengan klien dalam membina hubungan terapiutik sebagai bagian
dari tim pelayanan kesehatan.
3) Pemberian Obat
Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien
dalam mendapatkan pengobatan psikofarmakologi. Pada
beberapa pelayanan perawat bertugas menentukan jadwal dosis
berdasarkan dosis kebutuhan obat seta kebutuhan klien,
mengatur pemberian obat dan selalu waspada terhadap efek serta
penanganan efek obat.
4) Monitor Efek Obat
Perawat berperan penting dalam memantau efek obat
psikofarmaka. Peran dalam memantau efek obat seperti membuat
standarisasi pengukuran efek obat terhadap target gejala,
mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping, mengatasi
reaksi berlawanan dan mencatat efek obat terhadap konsep diri
klien, kepercayaan serta keyakinannya terhadap perawatan. Obat
harus diberikan sesuai dengan dosis yang direnkomendasikan
dan dalam jumlah yang tepat sebelum menentukan apakah
memiliki dampak terapiutik yang adekuat pada klien.
5) Edukasi Pengobatan
Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan
edukasi pada klien dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi
meliputi pemberian informasi lengkap kepada klien dan keluarga
sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan dan
menerimanya. Edukasi tentang obat merupakan kunci penting
agar efektif dan aman dalam mengonsumsi obat-obat
psikotropika, kolaborasi klien dalam merencanakan tritmen dan
kepatuhan klien terhadap regimen terapi obat.

2. Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis)


Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT) pertama
kali dilakukan pada tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia,
ketika diyakini bahwa klien epilepsy jarang mengalami skizofrenia, dan
dianggap bahwa pemberian kejang biasa menyembuhkan skizofrenia.
Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang
yang cukup berat melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang
dibius dengan memeberikan arus listrik melalui elektroda yang
dipasang pada klien (Manked et al,2010).
ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan
umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh klien. Dalam beberapa
kasus, stelah program awal tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah
dengan pemberian obat antridepresan: untuk bulan pertama setelah
remisi program remisi trigmen dilakukan seminggu sekali, kemudian
berkurang secara bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA,
2001).
Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan
Falcone,2011). Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai
standar emas untuk mengatasi kodisi depresi yang bertahan (Nahas dan
Anderson,2011). Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk
sebagian besar klien lebih baik daripada tingkat respon terhadap obat
antidepresan, sehingga terapi dianggap sebai antidepresan yang paling
efektif (Keltner dan Boschini,2009).
a. Peran perawat
Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam
melakukan ECT. Peran ini meliputi tindakan keperawatan mandiri
dan kolaborasi. Dukungan Emosi dan Pendidikan. Asuhan
keperawatan diberikan kepada klien dan keluarga setelah dijelaskan
bahwa ECT merupakan pilihan program tritmen. Peran paling
penting perawat adalah memberikan kesempatan bagi klien untuk
untuk mengespresikan perasaan, termasuk masalah yang terkait
dengan mitos atau yang berkaitan dengan ECT. Perawat dapat
mengajarkan klien dan keluarga, mempertimbangkan ansietas,
kesiapan untuk belajar, dan kemampuan untuk memahami penjelasan
yang diberikan.
Asuhan Keperawatan Sebelum Prosedur Tritmen, pemberian
asuhan keperawatan ini meliputi peninjauan kembali proses
konsultasi, memastikan bahwa setiap kelainan hasil tes laboratorium
telah ditangani, dan memeriksa bahwa peralatan dan perlengkapan
yang diperlukan telah memadai dan berfungsi.
Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah ke
ruan tritmen, baik dengan berjalan kaki atau dibawah dengan
menggunakan kursi roda, didampingi seorang perwat dan dengan
siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap mendapingi
klien selama pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada
klien.
Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus
berdekatan dengan dengan ruang tritmen untuk memudahkan akses
staf anastesi keluar masuk dalam keadaan darurat. Setelah klien
berada diruan pemulihan perawat harus harus mengokservasi klien
sampai benar-benar pulih. Perawat harus meyakinkan kodisi klien
dan secara periodic mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan
yang singkat, sangat membantu klien dalam proses pemulihan.
Perawat harus menjelaskan bahwa sebagian besar masalah memori
akan hilang dalam beberapa minggu.

3. Terapi Tindakan Pada Keluarga


Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk
melibatkan keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif
dalam ritmen dan pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan
koping pada klien dan keluarga mereka.
Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong
hubungan keluarga yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan
kekuatan, konseling sportif, dan rujukan untuk terapi dan dukungan.
Perawat sudah dipersiapkan dengan baik untuk meningkatkan fungsi
keluarga dalam pengaturan klinis tradisional dan nontradisional.
Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan
ilmu tindakan pada keluarga dalam program klinis, memberikan dan
mempromosikan tindakan pada keluarga berbasis-bukti, dan advokasi
untuk keluarga dan penggantian pihak ketiga untuk tindakan pada
keluarga.
a. Advokasi Keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan
anggota keluarga untuk membantu mereka bertindak sebagai
advokat dengan dan atas nama anggotakeluarga yang memiliki
ketidakmampuan
b. Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan
tertentu pada keluarga dan kerangka konseptual yang lebih luas
untuk tindakan yang mencakup asuhan keperawatan yang berpusat
pada keluarga.
c. Ilmu tindaka keluarga merupakan area keilmuan yang didefinisikan
dengan penelitian dalam mengubah perilaku keluarga.

4. Iktisas Terapi Kelompok


Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota
karena setiap anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain
dengan pemimpin kelompok. Anggota kelompok berasal dari berbagai
latar belakang dan masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar
dari orang lain diluar lingkaran sosialnya.mereka dihadapkan dengan
rasa iri hati, daya tarik, daya saing, dan banyak emosi lainnya dan
perasaan yang diungkapkan oleh orang lain (Yalom,2005).

Kelompok terapiutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok


memiliki tujuan kelompok untuk membantu anggota yang secara
konsisten terlibat dalam engidentifikasi hubungan destruktif dan
mengubah perilaku maladaptive mereka.

a. Peran Perawat

Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat


mengkordinir dan mempelajari kelompok dan berpartisipasi di
dalamnya pada waktu bersamaan. Pemimpin harus selalu memantau
kelompok dan bila diperlukan, membantu kelompok mencapai
tujuannya.

Kualitas pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas


yang sama pentingnya dalam hubungan terapiutik, secara khusus
kemampuan perawat meliputi sikap responsive dan aktif berimpati,
ketulusan, dan kemampuan konfrontasi.
F. Terapi Spesialis

1. Guided Imagery
Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran
dengan memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada
kondisi untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta suasana
hati (Stuart, 2013). Klien yang menerima GI memiliki tingkat kenyamanan
yang lebih tinggi dan tingkat depresi, ansietas dan stres yang lebih rendah
dibandingkan dengan klien yang tidak menerima GI (Apostolo dan Kolcaba,
2009). Selain itu teknik imagery telah digunakan dalam berbagai kondisi
dan populasi. Nyeri dan kanker adalah dua kondisi di mana teknik imagery
telah membantu baik pada orang dewasa ataupun anak-anak (Lindquist,
2014).

2. Music Intervention
Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur
penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di
Amerika Serikat dan di seluruh dunia, terapis musik bekerja di berbagai
fasilitas dan perawatan kesehatan. Meskipun terapis musik secara khusus
dilatih untuk menggunakan musik dalam berbagai cara terapi, ada banyak
situasi di mana perawat dapat menerapkan intervensi musik ke dalam
rencana perawatan pasien (Lindquist, 2014).
Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah,
gelombang otak, suhu tubuh, pencernaan, dan hormon adrenal) melibatkan
irama dan getaran yang terjadi secara rutin, berkala dan terdiri dari osilasi
(Crowe, 2004 dalam Lindquist, 2014). Intervensi musik memberikan
pasien / klien stimulus menghibur yang dapat membangkitkan sensasi
menyenangkan sambil memfokuskan perhatian individu ke musik bukan
pada pikiran stres, nyeri, ketidaknyamanan, atau rangsangan lingkungan
lainnya (Lindquist, 2014).
3. Humor
Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama
antara komedi-klub humor dan humor terapi. Tujuan dari menggunakan
humor terapi sebagai terapi komplementer harus jelas untuk kepentingan
klien atau pasien, bukan untuk terapis/perawat sebagai kepuasan pribadi
atau hanya untuk kesenangan "(Steven Sultanoff, 2012 dalam Lindquist,
2014). Humor terapi telah didefinisikan sebagai setiap intervensi yang
mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan dengan merangsang ekspresi.
Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan, sebagai terapi komplementer,
memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi baik fisik, emosi, kognitif,
sosial, dan spiritual "(AATH, 2000 dalam Lindquist, 2014).

4. Yoga
Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan
emosional dengan menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan peregangan,
kontrol nafas dan meditasi. Teknik pernapasan yang digunakn dalam yoga
dapat berhubungan dengan stimulasi saraf vagus dan menyeimbangkan
sistem saraf otonom. Kegiatan yoga dapat ini dapat mengurangi agitasi dan
aktivitas pada beberapa klien depresi saat berlatih meditasi (Stuart, 2013).
Sebuah studi menunjukkan bahwa yoga dua kali seminggu selama 8
minggu diberikan tritmen standar untuk gangguan makan lebih bermanfaat
dalam mengurangi gejala gangguan makan daripada tritmen standar saja.
Setelah selesai yoga, klien mengalami sedikit rangsangan terhadap makanan
dan cara makan, sehingga hal ini menunjukkan efektivitas yoga dalam
memfokuskan pikiran dan tidak terokupasi pada pemikiran obsesif patologis
(Stuart, 2013).

5. Biofeedback
Biofeedback merupakan suatu tindakan dimana respon fisiologis,
seperti detak jantung, hantaran kulit, suhu kulit, dan aktivasi otot dipantau
dengan tujuan mengajarkan klien untuk secara sadar mengatur proses
tersebut. EEG Biofeedback dikenal juga sebagai neuroterapi/ neurofeedback
adalah biofeedback tertentu yang menstransmisikan sinyal
electroencephalogram (EEG) dan memberikan informasi tentang aktivitas
neuron di korteks serebral. Melalui pengkondisian operan atau belajar, klien
diajarkan menggunakan informasi tentang otak untuk mengubah atau
meningkatkan fungsinya (Stuart, 2013).
Perawat profesional ideal untuk memberikan biofeedback karena
pengetahuannya tentang fisiologi, psikologi, kesehatan dan penyakit di
negaranya. Perawat menggunakan biofeedback harus disertifikasi oleh
Sertifikasi Biofeedback International Alliance (BCIA, www.bcia.org), yang
menawarkan sertifikasi dalam biofeedback umum, neurofeedback, dan
biofeedback disfungsi otot panggul (Lindquist, 2014).

6. Meditation
Meditasi kesadaran (Mindfulness meditation) mengajarkan klien
berfokus pada pengalaman mereka. Klien diajarkan untuk menyadari
sensasi, pikiran dan perasaan yang dialami saat ini yang bertujuan untuk
memungkinkan diri mengamati pengalaman membuat tujuan, tidak
menghakimi, serta menerima cara dan menemukan sifat yang lebih dalam
dari pengalaman (Tusaie dan Edds, 2009 dalam Stuart, 2013). Praktik
meditasi harus diawasi pada klien dengan masalah kesehatan jiwa tertentu
karena terapi ini memiliki potensi untuk menginduksi tingkat kesadaran
tertentu. Pendekatan meditasi yang berbeda dapat menghasilkan efek
merangsang yang dapat membangkitkan mania pada klien bipolar (Stuart,
2013).

7. Prayer
Stabile (2013) mendefinisikan doa sebagai komunikasi antara
manusia dan Tuhan, komunikasi timbal balik yang meliputi berbicara
kepada Tuhan (Lindquist, 2014). Banziger, Van Uden, dan Janssen (2008)
mencatat bahwa orang dapat melihat doa sebagai kerjasama dengan Tuhan
di mana mereka berada dalam kontak dan persekutuan dengan Tuhan. Doa
dapat dilakukan secara individual, dalam suatu kelompok, atau sebagai
bagian dari iman atau komunitas agama (Lindquist, 2014). Sejumlah
penelitian telah mendokumentasikan efektivitas doa sebagai strategi koping.
Dari tinjauan studi tentang doa, Holywell dan Walker (2009) menyimpulkan
bahwa doa adalah strategi koping yang membantu untuk menengahi antara
agama dan kesejahteraan (Lindquist, 2014).
Perawat dapat menanyakan apakah pasien ingin perawat untuk
bergabung dengan mereka dalam doa. Membaca kitab suci atau membaca
dari kitab suci adalah salah satu cara untuk berdoa dengan seseorang.
Perawat dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berdoa:
bermain musik meditasi, mencegah interupsi, dan memperoleh buku atau
perlengkapan yang dibutuhkan bagi orang untuk berdoa seperti yarmulke
untuk seorang Yahudi atau rosario bagi seseorang dari iman Katolik. Pasien
dari iman Yahudi mungkin ingin membaca Mazmur dan Muslim dapat
memilih untuk membaca doa dari Al-Qur'an (Al-Quran). Perawat perlu
menghormati bentuk apapun atau ritual doa yang dipilih pasien (Lindquist,
2014).
Doa telah digunakan orang yang mempunyai banyak penyakit, dari
semua kelompok usia, dan dari semua budaya. Literatur juga menunjukkan
tentang kemanjuran doa pada individu yang sakit. Dalam sejumlah survei,
doa menjadi yang paling sering digunakan sebagai pelengkap terapi (Brown,
barner, Richards, & Bohman, 2007; King & Pettigrew, 2004). Penelitian
telah dilakukan pada penggunaan doa dengan pasien yang memiliki kondisi
kronis. Dalam sebuah studi dari orang dewasa yang HIV-1-positif dan yang
terlibat dalam kegiatan spiritual seperti doa, subjek memiliki penurunan
risiko kematian (Fitzpatrick et al., 2007). Demikian juga, orang dengan
depresi dan kecemasan yang telah berpartisipasi dalam enam sesi doa 1 jam
mingguan menunjukkan perbaikan dalam depresi dan kecemasan
dibandingkan dengan subyek pada kelompok kontrol (Boelens, Reeves,
Replogle, & Koenig, 2009).
8. Journaling
Istilah journal, buku harian, menulis reflektif, dan menulis ekspresif
sering digunakan secara bergantian. Diari lebih sering fokus pada rekaman
peristiwa dan pertemuan, sedangkan journal berfungsi sebagai alat untuk
merekam proses kehidupan seseorang (Cortright 2008 dalam Lindquist,
2014). Peristiwa dan pengalaman yang dicatat dalam jurnal berisi refleksi
seseorang tentang peristiwa dan makna pribadi yang pernah dialami mereka.
Dalam penulisan jurnal, interaksi antara sadar dan tidak sadar sering terjadi.
Bentuk penulisan ekspresif seperti puisi, cerita, dan pesan memo adalah
metode individu dapat menggunakan untuk mengeksplorasi perasaan batin
dan pikiran (Lindquist, 2014).
Pada mereka yang baru didiagnosis dengan penyakit kronis, journal
tentang perspektif mereka tentang bagaimana penyakit dapat mempengaruhi
kehidupan mereka serta dapat membantu mereka mengungkap kekhawatiran
sehingga bisa didiskusikan dengan profesional kesehatan. Perawat dan
keluarga dapat menyiapkan catatan pasien, Kemudian digunakan dalam
program tindak lanjut untuk membantu subjek memperoleh pemahaman
tentang waktu mereka di unit perawatan intensif, termasuk mimpi dan saat-
saat ketika pasien bingung atau tidak sadar. Program ini terbukti berguna
bagi pasien dan staf. Menulis jurnal juga telah digunakan untuk membantu
orang mengembangkan spiritual. Journal juga dapat membantu dalam
berdoa. Tindakan menulis membantu menjaga seseorang berpusat pada
percakapan dengan Tuhan. Seperti yang disarankan oleh Chittister, sebuah
bagian dari kitab suci dapat menjadi stimulus untuk menggunakan journal
untuk berdoa (Lindquist, 2014).

9. Storytelling
Mendongeng/bercerita didefinisikan sebagai seni atau tindakan
bercerita (Dictionary.com, 2013). Sebuah cerita adalah narasi, baik benar
atau fiktif, dalam bentuk prosa atau ayat yang dirancang untuk menarik,
menghibur, atau menginstruksikan pendengar atau pembaca. Penggunaan
cerita di layanan kesehatan, penelitian kesehatan, dan pendidikan tidak
terbatas. Perawat dapat menggunakan cerita dalam beberapa situasi di masa
hidup untuk berbagai tujuan. Cerita dapat digunakan dalam terapi keluarga
dan dapat membantu anggota dalam memasuki makna dari masa lalu,
sekarang, dan masa depan serta membantu pasien untuk "membuat makna"
dan penyembuhan (Roberts, 1994 dalam Lindquist, 2014).

10. Animal- Assisted Therapy


Terapi dengan bantuan hewan didefinisikan sebagai intervensi yang
diarahkan pada tujuan yang menggunakan ikatan manusia-hewan sebagai
bagian integral dari proses pengobatan (American Veterinary Medical
Association, 2012). Meskipun berbagai spesies hewan dan keturunan,
seperti kucing, burung, kelinci, kuda, dan lumba-lumba, yang terlibat dalam
AAT, anjing memiliki persentase tertinggi dari hewan yang digunakan untuk
AAT (Hart, 2000).
Beberapa kunci dari AAT adalah: (a) tujuan dan sasaran tertentu
yang ditetapkan untuk setiap pasien, (b) mengukur kemajuan, (c) interaksi
didokumentasikan. Tujuan dirancang oleh seorang perawat, terapis okupasi,
terapi fisik, konselor, dokter, atau profesional perawatan kesehatan lainnya
yang menggunakan AAT dalam proses pengobatan (American Veterinary
Medical Association, 2012). Sebuah tujuan fisik misalnya peningkatan
mobilitas dengan berjalan dengan anjing. Contoh tujuan kognitif termasuk
peningkatan ekspresi verbal (melalui interaksi normal dengan hewan) dan
peningkatan memori jangka panjang (melalui mengingat nama dan aktivitas
hewan pada kunjungan terakhir). Tujuan sosial bisa meliputi meningkatkan
keterampilan sosial dan membangun hubungan dengan orang lain melalui
binatang. Hewan juga dapat membantu meningkatkan sosialisasi dengan
memfasilitasi diskusi piaraan di masa lalu. Disamping itu tujuan
emosionalnya adalah meningkatkan motivasi yang ditunjukkan oleh
berpakaian atau berjalan melihat hewan.
11. Massage
Pijat istilah berasal dari kata Yunani massein, yang berarti uleni
(Calvert, 2002). Kata Arab massal atau mash, untuk menekan lembut, juga
berarti pijat (Goodall-Copestake, 1919). Keperawatan merupakan salah satu
disiplin ilmu pertama yang menggunakan pijat. Dokter, terapis fisik, terapis
pijat, dan bahkan cosmetologists juga menggunakan pijat. Orang-orang
Yunani dan Romawi dipengaruhi dokter untuk menggunakan pijat. Terapis
fisik menggunakan pijat di kedokteran olahraga untuk mengurangi rasa
sakit, merehabilitasi, dan meningkatkan kinerja fisik bagi para atlet
(Brummitt 2008).
Perawat menggunakan pijat sebagai intervensi untuk menghilangkan
stres fisiologis dan psikologis dan mempromosikan relaksasi (Harris &
Richards, 2010). Dalam review dari 22 studi yang pijat telah digunakan,
Richards, Gibson, dan Overton-McCoy (2000) menemukan bahwa hasil
yang paling sering dilaporkan adalah pengurangan kecemasan. Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi pijat juga bermanfaat bagi klien
depresi. Mekanisme terapi ini adalah menekan sumbu HPA dengan
berkurangnya hormon stres dan meningkatkan aktivasi sistem saraf
parasimpatis sehingga menurunkan denyut nadi, relaksasi serta menurunkan
nyeri (Stuart, 2013).

12. Tai Chi


Tai Chi yang berarti puncak tertinggi, adalah seni bela diri
tradisional Cina (Koh, 1981) dan latihan pikiran-tubuh. Teknik ini
melibatkan serangkaian cairan, terus menerus, anggun, postur yang menari,
dan gerakan yang dikenal sebagai bentuk (Yang, 2010 dalam Lindquist,
2014). Ada beberapa gaya Tai Chi yang saat ini dipraktekkan; Chen (cepat
dan lambat gerakan besar), Yang (memperlambat gerakan besar), Wu
(pertengahan mondar-mandir, gerakan kompak), dan Sun (cepat, gerakan
kompak) (Jou, 1983 dalam Lindquist, 2014). Setiap gaya memiliki protokol
karakteristik yang berbeda dari gaya lain dalam postur atau bentuk, urutan
gerakan, kecepatan, dan tingkat kesulitan Namun memiliki prinsip-prinsip
dasar yang sama (Yang, 1991 dalam Lindquist, 2014). Tai Chi cocok untuk
orang dewasa yang lebih tua atau untuk pasien dengan penyakit kronis
karena intensitas yang rendah, ritme stabil, dan ketegangan fisik dan mental
yang rendah (Greenspan, 2007 dalam Lindquist, 2014).

13. Terapi Relaksasi (Terapi Pijat)


Teknik relaksasi adalah teknik untuk menurunkan respon relaksasi
sebagai mekanisme protektif terhadap stress yang menurunkan denyut nadi,
metabolism laju pernafasan dann tonus otot. Relaksasi adalah suatu kondisi
untuk membebaskan fisik dan mental dari tekanan atau stress. Teknik
relaksasi memberikan kemapuan kepada individu untuk dapat mengontrol
dirinya sendiri ketika terjadi ketidak nyamanan atau nyeri dan memperbaiki
keadaan fisik dan stress emosional (Potter & Perry, 2002). Salah satu teknik
relaksasi adalah terapi pijat (Sharon et. All, 2000 dikutip dari Wahyuni,
2002). Terapi pijat adalah terapi relaksasi dengan memberikan tekanan-
tekanan tertentu pada anggota badan.
Dalam terapi relaksasi, perawat menggunakan pijat sebagai
intervensi untuk menghilangkan stres fisiologis dan psikologis dan
mempromosikan relaksasi (Harris & Richards, 2010). Dalam review dari
22 studi yang pijat telah digunakan, Richards, Gibson dan Overton-McCoy
(2000) menemukan bahwa hasil yang paling sering dilaporkan adalah pijat
dapat pengurangan kecemasan.
Peran Perawat Dalam Terapi Pijat
Perawat dapat melakukan terapi pijat untuk mengatasi kondisi-
kondisi ketidak nyamanan yang dialami paien, diantaranya:
a. Rasa sakit
Pijat sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Sejumlah
penelitian telah menemukan bahwa pijat dapat mengurangi rasa sakit . Dalam
review penelitian tentang penggunaan pijat dan aromaterapi pada penderita
kanker, Wang dan Keck (2004) melaporkan berkurangnya rasa sakit pada
pasien pasca operasi, dan Mok dan Woo (2004) menemukan bahwa pijat juga
dapat mengurangi rasa sakit pada pasien stroke
b. Mengatasi masalah istirahat tidur
Pada pasien dilakukan pijatan sebelum tidur sehingga
meningkatkan relaksasi atau rasa nyaman pada pasien, sehingga pasien
dapat beristirahat dengan tenang

14. Exercise (Olah Raga)


Aktivitas fisik didefinisikan sebagai "mengerakan tubuh yang
bertujuan untuk pengeluaran kalori" (American College of Sports Medicine,
2006). Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas
fisik maupun psikis seseorang yang berguna untuk menjaga dan
meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Latihan fisik sangat bermanfaat
bagi kesehatan, diantaranya:
a. Mengurangi risiko kematian dini
b. Mengurangi risiko kematian dini akibat penyakit jantung
c. Mengurangi risiko diabetes tipe 2
d. Mengurangi risiko tekanan darah tinggi
e. Mengurangi tekanan darah tinggi pada individu hipertensi
f. Mengurangi risiko kanker usus
g. Mengurangi perasaan gelisah dan putus asa
h. membantu dalam mengontrol berat badan
i. Membantu dalam penguatan dan pemeliharaan otot, sendi, dan tulang
j. Membantu orang dewasa yang lebih tua dengan keseimbangan dan
mobilitas
k. Memupuk perasaan kesejahteraan psikologis
Selain manfaat tersebut, ACSM (Garber et al., 2011) dan USDHHS-
PAAC (USDHHS-PAAC, 2008) telah menerbitkan laporan ilmiah yang
menyatakan aktivitas fisik sebagai faktor utama pencegahan primer dan
sekunder penyakit kardiovaskular. Ada hubungan antara kurangnya aktivitas
fisik dan perkembangan penyakit arteri koroner dan peningkatan mortalitas
kardiovaskular (USDHHSPAAC, 2008; Garber et al, 2011.).
Peran Perawat
Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang pentingnya
berolahraga, perawat juga dapat selalu memotivasi pasien untuk dapat
melakukan olah raga rutin sesuai kondisi pasien. Perawat dapat membantu
pasien untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan olahraga apa
yang tepat dengan kondisi pasien dan dapat pasien lakukan secara mandiri.

15. Aromaterapi
Styles (1997) mendefinisikan aromaterapi sebagai penggunaan minyak
esensial untuk tujuan terapi yang mencakup pikiran, tubuh, dan jiwa-luas,
definisi yang konsisten dengan praktik keperawatan holistik. Institute
Cancer Nasional mendefinisikan aromaterapi sebagai "penggunaan terapi
menggunakan minyak dari bunga, tumbuh-tumbuhan, dan pohon-pohon
untuk perbaikan fisik, emosional, dan spiritual kesejahteraan "(National
Cancer Institute [NCI], 2012).
Peran Perawat
Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien untuk
membedakan di antara berbagai produk botani yang mudah tersedia. Pasien
sering bingung dengan pilihan yang dapat digunakan, dan yang terpenting
adalah bahwa perawat memahami perbedaan dari kandungan dari minyak
yang digunakan, pemberian saran pada pasien bertujuan untuk keselamatan
pasien.
Perawat harus menyadari pedoman keselamatan umum untuk
pendidikan pasien dan dalam praktek. Ini termasuk:
a. Hindari minyak esensial dari nyala api langsung, minyak tersebut tidak
stabil dan sangat mudah terbakar.
b. Simpan minyak esensial di tempat yang sejuk jauh dari sinar matahari;
menggunakan wadah kaca berwarna biru atau gelap. Tutup wadah segera
setelah digunakan. Minyak atsiri dapat mengoksidasi pada suhu yang
panas, cahaya, dan oksigen dan dapat mengubah kandungan bahan
kimianya
c. Sadarilah bahwa minyak esensial dapat menodai pakaian dan bahan
tekstil, minyak esensial murni juga dapat merusak bahan plastik.
Lakukan tindakan pencegahan yang tepat.
d. Jauhkan minyak esensial dari anak-anak dan hewan peliharaan kecuali
kita yakin bahwa minyak esensial tersebut memang aman untuk anak-
anak dan hewan peliharaan. Pelajari literatur berisi kasus efek samping
atau kematian yang berhubungan dengan penggunaan yang tidak benar
atau tertelan pada anak-anak dan hewan peliharaan (Halicioglu,
Astarcioglu, Yaprak, & Aydinlioglu, 2011).
e. Gunakan minyak esensial dari pemasok terkemuka. Mencari nasihat dari
aromaterapis terlatih atau rekomendasi dari penyedia klinis aromaterapi.
Jika menggunakan minyak esensial dalam percobaan klinis atau
penelitian, hasil tes verifikasi kandungan bahan kimia harus diperoleh.
f. Perawatan khusus diperlukan bila menggunakan minyak esensial pada
orang-orang yang memiliki riwayat asma yang parah atau beberapa
alergi.
g. Penggunaan minyak esensial relatif aman bila digunakan dengan benar,
sensitifitas dan iritasi kulit dapat terjadi. Dalam kasus ini, minyak
esensial yang masih tersisa harus dihapus dengan minyak atau susu,
dibilas dengan air, dan penggunaannya harus dihentikan. Kebanyakan
reaksi seperti ini dapat mengatasi masalah tersebut; Namun, penyedia
layanan kesehatan harus berkonsultasi jika terjadi nyeri/gatal parah yang
berkelanjutan.
h. Jika minyak esensial masuk ke mata, bilas dengan susu atau pembawa
minyak pertama dan kemudian dengan air.

16. Obat herbal


Herbal dan produk-produk alami terkait seperti rempah-rempah,
banyak digunakan untuk pengobatan di dunia. Penggunaan herbal untuk
pengobatan penyakit dan menjaga kesehatan bisa digunakan pada banyak
budaya didunia setidaknya sejak 2.500 tahun yang lalu. Sebagai contoh, di
sM abad ke-5, Hippocrates direkomendasikan daun dan kulit kayu dari
willow tree (genus Salix) untuk rasa sakit dan peradangan. obat-obatan
herbal, atau terapi nabati, terus menduduki tempat penting dalam banyak
tradisi penyembuhan dunia.
Peran Perawat
Perawat perlu mengkaji apakah pasien menggunakan ramuan herbal
tertentu, selain mengetahui jenis ramuan yang digunakan, dosis masing-
masing ramuan, dan fungsi yang dari ramuan tersebut, mengumpulkan
informasi mengenai durasi penggunaan herbal juga akan membantu dalam
menilai pasien dan memberikan perawatan terbaik. Perawat juga perlu untuk
memberikan pemahaman pada pasien karena banyak kesalahan pemahaman
tentang obat herbal bahwa herbal tidak memiliki efek samping karena
mereka alami. Namun, herbal memang memiliki efek samping dan mungkin
beracun atau beracun jika tidak digunakan dengan tepat. Masalah lainnya
adalah kebiasaan pasien menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai pengganti
obat yang sudah diberikan oleh dokter.
Peran keperawatan juga mencakup pemberian pendidikan kesehatan
pada pasien, agar pasien dapat memahami bahwa terapi herbal hanya aman
jika herbal diracik dan diproses dengan cara yang benar dan digunakan
untuk indikasi yang tepat, dalam jumlah yang benar, untuk durasi pasti, dan
dengan pemantauan yang tepat.

17. Functional Foods and Nutraceuticals


Menurut Haller (2010), istilah nutraceutical diambil dari kata-kata
nutrisi dan farmasi. Awalnya diciptakan oleh Dr Stephen DeFelice,
nutraceuticals didefinisikan sebagai "makanan, atau bagian dari makanan,
yang berfungsi untuk pengobatan atau memiliki manfaat untuk kesehatan,
termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit "(National Nutraceutical
Pusat, 2012). Kategori nutraceutical termasuk suplemen makanan seperti
Ginkgo biloba, makanan fungsional seperti produk susu, dan makanan
makanan lainnya yang nantinya dapat di tambahkan dengan nutraceuticals
(National Nutraceutical Pusat, 2012). Nutraceuticals adalah makanan yang
menawarkan manfaat bagi kesehatan (Haller, 2010).
Sebagai contoh, banyak produk-produk makanan yang beredar
dipasaran seperti sereal yang diperkaya dengan omega-3 asam lemak,
minuman kesehatan yang diperkaya Ginseng, produk susu dengan tambahan
probiotik, dan orange jus yang mengandung kalsium tambahan. Makanan
fungsional harus aman dan memberikan manfaat kesehatan jangka panjang.
Dengan demikian, makanan fungsional adalah salah satu dibawah ini:
a. Sebuah makanan fungsional yang ditambahkan makanan lain
b. Sebuah makanan fungsional di tambahkan bahan baru untuk makanan
fungsional
c. Sebuah makanan baru yang berisi satu atau lebih bahan fungsional
(Pariza, 1999)
Di Jepang, dimana merupakan negara pertama yang mempelopori
makanan fungsional, telah menyoroti tiga kondisi yang menentukan
makanan fungsional:
a. Ini adalah makanan (bukan kapsul, tablet, atau bubuk) yang berasal dari
bahan-bahan alami.
b. Hal ini dapat dan harus dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-
hari.
c. Memiliki fungsi tertentu ketika dikonsumsi, berfungsi untuk mengatur
kondisi tertentu, seperti: peningkatan mekanisme pertahanan biologis,
pencegahan penyakit tertentu, pemulihan dari penyakit tertentu, kontrol
kondisi fisik dan mental, dan memperlambat proses penuaan (PA
Consulting Group, 1990).
Peran Perawat
Dikarenakan banyak orang yang menggunakan nutraceuticals. Oleh
karena itu, penting bagi perawat untuk dapat membantu menghitung dan
mengatur jumlah nutraceutical yang aman dikonsumsi oleh pasien dalam
kondisi tertentu. Berikut adalah pedoman bagi perawat untuk digunakan
dalam menilai pasien:
a. Saat melakukan pengkajian, pastikan apakah pasien mengkonsumsi
nutraceutical secara rutin. Karena kemungkinan dapat menimbulkan
komplikasi dari penggunaan suplemen gizi, hentikan penggunaan
suplemen beberapa minggu sebelum dilakukan tindakan operasi.
b. Memberikan pengetahuan pada pasien tentang makanan fungsional dan
nutraceuticals mencakup manfaat, efek samping, biaya, dan
kemungkinan kontraindikasi pada penggunaan obat tertentu.
c. Mengembangkan strategi komunikasi yang efektif untuk memastikan
bahwa semua anggota tim perawatan kesehatan pasien memahami
tentang nutraceutical mencakup manfaat, efek samping, biaya, dan
kemungkinan kontraindikasi pada penggunaan obat pada pasien
d. Ketahui alasan pasien menggunakan suplemen gizi dan fungsional
makanan. Ketahui manfaat yang sama jika menggunakan produk lain
yang lebih aman atau lebih murah.
e. Pertimbangkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien dengan kondisi
khusus, seperti pada wanita hamil, anak-anak, lansia, dan populasi
dengan kondisi medis tertentu, mendiskusikan penggunaan suplemen
gizi dengan tenaga layanan kesehatan lain.
f. Sediakan sumber informasi untuk pasien yang mudah untuk diakses,
cepat, berdasarkan bukti ilmiah dan mudah dimengerti.
g. Berkolaborasi dan berkonsultasi dengan merujuk pasien ke ahli gizi

18. Terapi Cahaya


Terapi cahaya didefinisikan sebagai paparan yang dilakukan dengan
menggunakan spektrum cahaya atau cahaya terang untuk mengobati kondisi
seperti gangguan afektif musiman atau seasonal affective disorder (SAD).
Terapi ini berbeda dengan fototerapi, yang digunakan untuk mengobati
kondisi seperti hiperbilirubinemia atau psoriasis (Lam, 1998). Gangguan
afektif musiman (SAD) merupakan gangguan mood yang sering terjadi pada
saat musim dingin yang gelap dan biasanya menghilang dengan sendirinya
saat musim semi dan dapat terjadi berulang-ulang dari tahun ke tahun.
Menurut Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, edisi ke-5
(DSM - 5; American Psychiatric Association, 2013), SAD dikategorikan
dengan indikator depresi berat. Pasien dengan SAD pengalaman episode
utama depresi yang cenderung berulang pada waktu tertentu dalam setahun
(Amerika Psychiatric Association, 2013).
Kondisi SAD dapat berupa depresi atau gangguan bipolar. Banyak
gejala SAD yang mirip dengan gejala depresi, seperti: kehilangan semangat,
kehilangan minat, anhedonia, anergia, tidak ada motivasi, libido rendah,
kecemasan, mudah tersinggung, dan isolasi sosial (Eagles, 2004). Lebih dari
satu setengah dari pasien dengan pengalaman SAD mengalami peningkatan
durasi tidur dengan kualitas yang buruk. Selanjutnya, dari beberapa pasien
mengalami peningkatan nafsu makan dan berat badan dimana pasien
mengaku memiliki keinginan untuk mengkonsumsi banyak karbohidrat dan
cokelat (Eagles, 2004).
Peran Perawat
Kontradiksi utama dalam penggunaan terapi cahaya ini adalah
gangguan pada retina atau gangguan yang mungkin berhubungan dengan
retina, seperti diabetes. Kontraindikasi juga dapat terjadi bagi mereka yang
mengkonsumsi obat--obatan photosensitizing, seperti lithium, antipsikotik
fenotiazin, melatonin, dan Wort St John (Reme, Rol, Grothmann, Kaase, &
Terman, 1996). Efek samping yang berhubungan dengan terapi cahaya
sering dikaitkan dengan faktor-faktor seperti parameter paparan cahaya,
waktu, dosis (intensitas atau durasi) dan metode paparan (menyebar,
langsung, fokus). Misalnya, jika terapi cahaya waktunya terlalu dini, pasien
mengalami gangguan pola tidur, dengan kesulitan jatuh tidur lagi. tetapi, di
sisi lain, jika terapi cahaya dijadwalkan terlambat atau pada waktu malam
hari, pasien mengalami insomnia dan hiperaktivitas (Terman & Terman,
2005).
Karena alasan diatas itulah peran perawat menjadi sangat penting,
dimana perawat memiliki fungsi untuk mengatur kapan waktu yang tepat
untuk pasien mendapatkan terapi cahaya, waktu, dosis (intensitas atau
durasi) dan metode paparan (menyebar, langsung, fokus). Perawat juga
memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi tentang fungsi
pemberian terapi cahaya juga kontrainikasi nya.

19. Healing Touch


Semua budaya, baik kuno dan modern, telah mengembangkan
beberapa bentuk terapi sentuh sebagai bagian dari keinginan masyarakat
untuk menyembuhkan dan perawatan untuk banyak kondisi kesehatan. Bukti
tertulis tertua penggunaan sentuhan untuk meningkatkan penyembuhan
berasal dari Asia lebih dari 5.000 tahun yang lalu (Hover-Kramer, Mentgen,
& Scandrett-Hibdon, 1996; Jackson & Keegan, 2009; Krieger, 1979). Dunia
keperawatan telah menggunakan sentuhan sepanjang sejarah dan perawat
hari ini mengintegrasikan banyak teknik sentuhan dalam prakteknya. Salah
satu terapi ini adalah Healing Touch, yang sekarang memiliki lebih dari
50.000 orang yang telah dilatih di seluruh dunia, dengan hampir 2.000
praktisi bersertifikat dan 200 bersertifikat instruktur selama 23 tahun
terakhir (Healing Touch Internasional, 2012a).
Healing Touch (HT) adalah jenis terapi komplementer yang
menggunakan sentuhan lembut dan teknik untuk mempengaruhi komposisi
energi berbasis sistem energi manusia dalam tubuh (pusat energi) dan
sekitarnya tubuh (bidang energi) mendukung kemampuan alami tubuh untuk
menyembuhkan (Healing Touch International, 2012b; Program Healing
Touch, 2012a). Berdasarkan pandangan holistik kesehatan dan penyakit, HT
berfokus pada menciptakan keseimbangan energi ke seluruh tubuh pada
tingkat fisik, emosional, mental, dan spiritual bukan pada bagian
disfungsional tubuh. Melalui proses ini menyeimbangkan sistem energi dan
karena itu membuka energi penyumbatan, lingkungan dibuat yang kondusif
untuk penyembuhan diri.
HT berevolusi dari karya perintisnya yaitu terapi sentuhan atau
Therapeutic Touch (TT) yang dimulai pada tahun 1970 oleh seorang
perawat, Dr. Dolores Krieger, dan Dora Kunz, mengembangkan penyembuh
intuitif alami, yang membantu banyak dokter dengan kasus pasien yang
membingungkan. Bersama-sama mereka mendirikan TT, dimana digunakan
sebagai "interpretasi kontemporer dari beberapa praktik penyembuhan kuno,
kemampuan untuk secara mandiri mengatur atau memodifikasi energi
manusia "(Krieger, 1993, hal. 11).
Peran Perawat
Perawat dengan lisensi atau memiliki sertifikat HT menurut Umbreit
(2000) menjelaskan peran praktisi HT adalah melakukan observasi,
penilaian, dan mengatur kembali putaran energy dari medan energi pasien,
yang terganggu ketika ada penyakit, stres psikologis, dan rasa sakit. Praktisi
dapat membantu mengatasi gangguan yang disebabkan karena adanya
penyumbatan, kebocoran, ketidakseimbangan, atau hambatan energi. Tujuan
dari praktisi HT adalah membuka penyumbatan ini, menutup kebocoran,
menyeimbangkan medan energi dan melepaskan hambatan yang ada.

20. Reiki
Reiki adalah metode energi penyembuhan yang dapat digunakan
sebagai terapi yang terintegrasi, terapi untuk berbagai masalah kesehatan
akut dan kronis. Selain itu Reiki dapat digunakan sebagai tambahan untuk
pengelolaan kondisi kronis: manajemen nyeri di rumah sakit, perawatan
paliatif dan pengurangan stres.
Reiki, Therapeutic Touch (TT) dan Healing Touch (HT) semua terapi
biofield yang digunakan untuk mendukung proses penyembuhan. Fokusnya
adalah pada balancing energi dari total orang dan merangsang tubuh sendiri
alam kemampuan penyembuhan, bukan pada pengobatan penyakit fisik
tertentu (Anderson & Taylor, 2011b; Macrae, 1987; RINGDAHL, 2010).
Kesamaan umum yang ada di antara terapi modalitas ini terletak pada
kemampuan mereka untuk mengurangi stres, meningkatkan relaksasi, dan
mengurangi rasa sakit.
Kata Reiki terdiri dari dua kata, rei dan ki dalam bahasa Jepang. Rei
biasanya diterjemahkan secara luas, meskipun beberapa ahli manyatakan
bahwa ia juga memiliki konotasi yang lebih dalam, yaitu mengetahui
kesadaran spiritual. Ki mengacu pada kehidupan, kekuatan energi yang
mengalir dalam tubuh semua makhluk hidup, yang dikenal dibelahan dunia
sebagai Chi, prana, atau mana. Ketika energi Ki tidak dibatasi, ada
kerentanan terhadap penyakit atau ketidakseimbangan pikiran, tubuh atau
jiwa (Rand, 2000). Dalam bentuk gabungan, kata Reiki berarti gabungan
rohani dan energi kekuatan hidup atau energi kekuatan hidup secara
menyeluruh.
Reiki tidak hanya teknik penyembuhan, tetapi filosofi hidup yang
mencakup: pikiran, tubuh, semangat persatuan dan hubungan manusia
dengan alam sekitar. Filosofi ini tercermin dalam prinsip-prinsip Reiki untuk
hidup: "Hanya untuk hari ini jangan khawatir. Hanya untuk hari ini tidak
marah. Hormatilah guru Anda, orang tua. Mencari nafkah dengan jujur.
Menunjukkan rasa terima kasih untuk semua hal" (Mills, 2001).
Peran Perawat
Perawat yang sudah tersertifikasi dapat berperan sebagai praktisi dan
bertindak sebagai penyalur energi bertujuan untuk penyembuhan, dimana
penyembuhan disini dimaksudkan dapat digunakan untuk diri sendiri atau
orang lain. Sebuah studi oleh Shore (2004) memberikan bukti bahwa Reiki
dapat mengurangi gejala depresi setelah dilakukan terapi selama 1 tahun.
Terapi energi sentuhan sudah diakui dalam lingkup praktik keperawatan dan
dalam Intervensi Keperawatan, sebagai salah satu intervensi keperawatan
(Wardell & Engebretson, 2001).

21. Akupresur
Akupresur didefinisikan oleh Gach (1990) sebagai "seni penyembuhan
kuno yang menggunakan jari-jari untuk menekan titik-titik tertentu pada
tubuh untuk merangsang kemampuan penyembuhan tubuh secara mandiri"
Peran Perawat
Perawat dapat menggabungkan akupresur pada metode perawatan
pasien dengan menggunakan beberapa poin umum yang memiliki tindakan
spesifik untuk meredakan gejala umum yang dialami pasien. Perawat dapat
mengatasi masalah pasien dengan tindakan akupresur atau mengajar pasien
atau anggota keluarga bagaimana menggunakan akupresur sebagai bagian
dari rencana perawatan.
Fokus perawatan dalam sistem ini adalah untuk mengembalikan
keseimbangan dalam tubuh. Untuk melakukannya, yin dan yang harus
seimbang. aspek Yin berhubungan dengan dingin, pasif, interioritas, dan
menurun, aspek Yang berhubungan dengan kehangatan, aktivitas, kekuatan
eksternal, dan meningkat. Yin dan Yang selalu terhubung antara satu sama
lain (Kaptchuk, 1983).
Sebuah proses diagnostik digunakan untuk memilih titik-titik yang
tepat untuk merangsang, proses meliputi sejarah panjang, mengamati pasien,
baik penampilan dan sikap, mengamati bau pasien, memeriksa lidah, meraba
perut dan titik pada tubuh, dan meraba nadi di lokasi radial pada
pergelangan tangan. Kemudian diagnosis dirumuskan dan membuat rencana
keperawatan, yang didapat dengan menggunakan berbagai teknik kemudian
diimplementasikan.

22. Reflexology
Reflexology adalah terapi alternatif komplementer yang digunakan
secara global untuk mengatur gejala dan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Dalam refleksi, seluruh tubuh telah dipetakan, baik di tangan dan di kaki
dan dapat dimanipulasi secara langsung menggunakan teknik pijat khusus.
Daerah pada kaki lebih mudah dilakukan karena mereka memiliki area yang
lebih luas dan lebih spesifik, sehingga pada area tersebut lebih mudah di
lakukan dibandingkan pada area tangan.
Refleksologi didefinisikan sebagai suatu teknik penyembuhan holistik
yang bertujuan untuk mengobati individu sebagai entitas, menggabungkan
tubuh, pikiran, dan jiwa. Ini adalah terapi tekanan yang bekerja pada titik
refleks yang tepat, diantaranya pada kaki yang sesuai dengan bagian tubuh
lainnya. Karena kaki merupakan mikrokosmos dari tubuh, semua organ,
kelenjar, dan bagian tubuh lainnya diletakkan dalam pengaturan yang sama
pada kaki (Dougans, 2005).
Kunz dan Kunz (2003) menyatakan bahwa tekanan teknik merangsang
daerah refleks tertentu pada kaki dan tangan dengan maksud meningkatkan
manfaat di bagian lain dari tubuh. Literatur juga menunjukkan bahwa
refleksologi berguna untuk mencapai dan menjaga kesehatan, meningkatkan
kesejahteraan, dan menghilangkan gejala penyakit dan penyakit (Tiran,
2002).
Perawat sebagai terpis dapat melakukan tindakan terapi pijat refleksi
yang tujuannya untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan kualitas tidur,
meningkatkan relaksasi dan mengurangi stres. Di Inggris, telah dilakukan
penelitian di mana 34 pasien kanker di bawah perawatan paliatif diminta
untuk memberikan komentar tentang terapi pijat refleksi yang telah mereka
menerima (Gambles et al., 2002). Mereka berkomentar tentang refleksologi
sebagai terapi yang bermanfaat dalam mengurangi kecemasan dan
ketegangan, memperbaiki tidur, dan mengatasi efek samping dari obat-
obatan

23. Magnet Terapi


Magnet telah digunakan untuk tujuan penyembuhan selama berabad-
abad di banyak negara-negara seperti Cina, Mesir, Yunani, dan India.
Mereka disebutkan dalam teks medis tertua yang pernah ditemukan, dalam
kitab suci Hindu kuno, Veda (Whitaker & Adderly, 1998). Di Eropa selama
abad ke-16, Paracelsus, seorang dokter Jerman-Swiss, berteori bahwa karena
magnet menarik besi mereka mungkin menarik dan "menarik keluar"
penyakit dari tubuh.
Pusat Nasional Pelengkap dan Pengobatan Alternatif (NCCAM)
mengklasifikasikan terapi magnet di bawah domain energi terapi. Terapi
energi beroperasi pada prinsip bahwa kesehatan dapat dipengaruhi oleh
penataan kembali "energi vital" seseorang, energi yang dibawa oleh semua
makhluk hidup, yang terbuka atau tertutup, dapat membuat penyakit
(Kaptchuk, 1996). Magnet Terapi melibatkan penggunaan magnet dari
berbagai ukuran dan kekuatan yang ditempatkan pada tubuh untuk
menghilangkan rasa sakit dan mengobati penyakit (New York Universitas,
2012).
Peran Perawat
Penggunaan elektromagnet untuk tujuan diagnostik dan intervensi
membutuhkan administrasi oleh profesional kesehatan, dalam hal ini
perawat yang sudah tersertifikasi dapat melakukannya, dimana perawat
berperan sebagai terapis dapat melakukan terapi magnet yang bertujuan
untuk mengurangi nyeri kronis yang berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal. termasuk nyeri kaki dan nyeri akibat dari kondisi seperti
arthritis dan fibromyalgia, juga dapat membantu mengatasi gangguan pola
istirahat pada pasien

G. Karakteristik recovery

Berarti agar Rwcovery yang dijalani pasien bukan hanya untuk sekedar
pulih dari penyakit, tapi untuk membuat kehidupan orang yang mengalami
keterbatasan akibat penyakitnya menjadi lebih berat. Recovery menekankan
bahwa meskipun individu tidak bisa mengontrol gejala penyakitnya tapi mereka
bisa mengontrol kehidupan mereka.

Yang dibutuhkan dalam proses recovery adalah menemukan dan


menghadapi setiap tantangan dari keterbatasan akibat penyakit yang diderita dan
membangun kembali integritas diri yang baru yang lebih berarti agar individu
bisa hidup, bekerja, dan berkontribusi di masyarakat. Karena itu selama
menjalani proses recovery, individu membutuhkan dukungan dari lingkungan.
Mereka membutuhkan supportive, dan swasta, prof. Suryani.
Daftar Pustaka

Caldwell, Barbara A,PhD., A.P.N.-B.C., Sclafani, Michael, MS,M.Ed, R.N.,


Swarbrick, Margaret, PhD,O.T.R., C.P.R.P., & Piren, Karen, MSN,R.N.,
A.P.N. (2010). Psychiatric nursing practice & the recovery model of care.
Journal of Psychosocial Nursing & Mental Health Services, 48(7), 42-48.
doi:http://dx.doi.org/10.3928/02793695-20100504-03

Davidson, L., O'Connell, M., Tondora, J., Styron, T., & Kangas, K. (2006). The top
ten concerns about recovery encountered in mental health system
transformation. Psychiatric Services, 57(5), 640-5.

Drake, R. E., Goldman, H. H., Leff, H. S., Lehman, A. F., Dixon, L., Mueser, K. T.,
& Torrey, W. C. (2001). Implementing evidence-based practices in routine
mental health service settings. Psychiatric Services, 52, 179-182.

Linquist, R.,Snyder, M.,Tracy, F. Mary. (2014). Complementary & Alternative


Therapies in Nursing. Springer Publishing Company

O'Connell, M., Tondora, J., Croog, G., Evans, A., & Davidson, L. (2005). from
rhetoric to routine: assessing perceptions of recovery-oriented practices in a
state mental health and addiction system. Psychiatric Rehabilitation
Journal, 28(4), 378-86.

Stuart, W. Gail. (2013). Principles of Psychiatric Nursing, 10 Edition. ELSEVIER

Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing;


A Communication Approach to Evidence-Based Care Second Edition.
ELSEVIER

WHO. (2001). The World Health Report: 2001 mental health : new undestanding,
new hope

Anda mungkin juga menyukai