“RECOVERY”
Dosen Pengampu: Pak Dwi Suseno
Disusun Oleh:
Ria Afriani (SR162100068)
Seri Depi Henmalini (SR162100072)
Elsy Muharni (SR162100028)
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam konteks keadaan penyakit kronis recovery sering dianggap atau
disebut sebagai sebuah proses (Bellack, 2006), way of live, sebuah visi ataupun
kerangka konsep . Tidak ada definisi tunggal tentang recovery karena setiap
individu yang telah berhasil menjalani proses recovery nya mendefenisikan
recovery secara berbeda beda (Kelly & Gamble, 2005), akan tetapi pesan
utamanya adalah bahwa harapan untuk hidup lebih berarti adalah suatu yang
mungkin meskipun mengalami penyakit yang cukup berat atau kecacadan.
(Deegan, 1988, Anthony, 1993).
selama dalam journey tersebut individu berjuang untuk bisa hidup dengan
lebih baik walau dengan keterbatasan yang dimilikinya. Proses itulah yang
dikenal sebagai recovery untuk bisa menjadikan hidup lebih berarti dengan cara
mengoptimalkan segala kemampuan yang dimiliki (Cohen, 2005). Sikap positif
tentang diri tersebut memungkikan individu untuk mampu mengontrol dirinya
dan menjadi kompeten mengatasi segala tantangan yang berkaitan dengan
keterbatasan akibat penyakit yang dideritanya (Ochocka et al., 2005).
Yang kedua adalah seorang wanita yang survive dari penyakitnya, yang
merupakan salah seorang responden pada penelitian fisher (1997) yang berjudul
“Someone who believed in them, helped them to recover” Responden tersebut
mengatakan “saya bisa bersemangat untuk menjalani hidup karena saya punya
seorang dokter yang percara pada saya, yang tidak pernah menyerah. Dia adalah
seorang dokter yang tidak pernah menyerah selama saya dirawat di rumah sakit.
Dia yang selalu menyemangati saya untuk sembuh. Disamping itu saya juga
dirawat oleh perawat yang sangat care dengan saya, yang selalu merawat saya
dengan tulus dan menyemangati saya, dia benar – benar menolong saya dan
memotivasi saya untuk bangkit melawan penyakit yang saya alami. Perawat itu
seringkali berkata Jangan menyerah, jangan biarkan penyakit mu mengambil
alih kehidupanmu. Berjuanglah terus.
B. Rumusan masalah
1. Apa Itu Recovery?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui apa itu recovery
3. Model recovery
D. Manfaat
Memahami manfaatdari recovery dan cara melakukannya.
BAB II
PEMBAHASAN
E. Terapi Generalis
1. Terapi Psikofarmakologi
Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan
dalam menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak
dpat berjalan sendiri dalam menangani masalah personal, social atau
komponen lingkungan klien atau respon terhadap penyakit. Kondisi-
kondisi tersebut membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan
komperensif dalam merawat individudan gangguan jiwa.
a. Peran perawat dalam psikofarmakologi
1) Pengkajian Klien
Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting
melakukan pengkajian dasar klien termvsuk riwayat, kondisi
fisik dan asil laboratorium, evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian
social budaya dan yang paling utama adalah riwayat pengobatan
untuk dilengkapi pada setiap klien sebelum diberikan
pengobatan.
2) Kordinasi Tritmen Modalitas
Perawat memiliki peran penting dalam merancang program
tritmen yang komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat
pada setiap klien bersifat individu dan merupakan gambaran dari
rencana tritmen. Kordinasi dalam melakukan perawatan
merupakan tanggung jawab utama perawat yang bersama-sama
dengan klien dalam membina hubungan terapiutik sebagai bagian
dari tim pelayanan kesehatan.
3) Pemberian Obat
Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien
dalam mendapatkan pengobatan psikofarmakologi. Pada
beberapa pelayanan perawat bertugas menentukan jadwal dosis
berdasarkan dosis kebutuhan obat seta kebutuhan klien,
mengatur pemberian obat dan selalu waspada terhadap efek serta
penanganan efek obat.
4) Monitor Efek Obat
Perawat berperan penting dalam memantau efek obat
psikofarmaka. Peran dalam memantau efek obat seperti membuat
standarisasi pengukuran efek obat terhadap target gejala,
mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping, mengatasi
reaksi berlawanan dan mencatat efek obat terhadap konsep diri
klien, kepercayaan serta keyakinannya terhadap perawatan. Obat
harus diberikan sesuai dengan dosis yang direnkomendasikan
dan dalam jumlah yang tepat sebelum menentukan apakah
memiliki dampak terapiutik yang adekuat pada klien.
5) Edukasi Pengobatan
Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan
edukasi pada klien dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi
meliputi pemberian informasi lengkap kepada klien dan keluarga
sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan dan
menerimanya. Edukasi tentang obat merupakan kunci penting
agar efektif dan aman dalam mengonsumsi obat-obat
psikotropika, kolaborasi klien dalam merencanakan tritmen dan
kepatuhan klien terhadap regimen terapi obat.
a. Peran Perawat
1. Guided Imagery
Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran
dengan memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada
kondisi untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta suasana
hati (Stuart, 2013). Klien yang menerima GI memiliki tingkat kenyamanan
yang lebih tinggi dan tingkat depresi, ansietas dan stres yang lebih rendah
dibandingkan dengan klien yang tidak menerima GI (Apostolo dan Kolcaba,
2009). Selain itu teknik imagery telah digunakan dalam berbagai kondisi
dan populasi. Nyeri dan kanker adalah dua kondisi di mana teknik imagery
telah membantu baik pada orang dewasa ataupun anak-anak (Lindquist,
2014).
2. Music Intervention
Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur
penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di
Amerika Serikat dan di seluruh dunia, terapis musik bekerja di berbagai
fasilitas dan perawatan kesehatan. Meskipun terapis musik secara khusus
dilatih untuk menggunakan musik dalam berbagai cara terapi, ada banyak
situasi di mana perawat dapat menerapkan intervensi musik ke dalam
rencana perawatan pasien (Lindquist, 2014).
Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah,
gelombang otak, suhu tubuh, pencernaan, dan hormon adrenal) melibatkan
irama dan getaran yang terjadi secara rutin, berkala dan terdiri dari osilasi
(Crowe, 2004 dalam Lindquist, 2014). Intervensi musik memberikan
pasien / klien stimulus menghibur yang dapat membangkitkan sensasi
menyenangkan sambil memfokuskan perhatian individu ke musik bukan
pada pikiran stres, nyeri, ketidaknyamanan, atau rangsangan lingkungan
lainnya (Lindquist, 2014).
3. Humor
Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama
antara komedi-klub humor dan humor terapi. Tujuan dari menggunakan
humor terapi sebagai terapi komplementer harus jelas untuk kepentingan
klien atau pasien, bukan untuk terapis/perawat sebagai kepuasan pribadi
atau hanya untuk kesenangan "(Steven Sultanoff, 2012 dalam Lindquist,
2014). Humor terapi telah didefinisikan sebagai setiap intervensi yang
mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan dengan merangsang ekspresi.
Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan, sebagai terapi komplementer,
memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi baik fisik, emosi, kognitif,
sosial, dan spiritual "(AATH, 2000 dalam Lindquist, 2014).
4. Yoga
Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan
emosional dengan menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan peregangan,
kontrol nafas dan meditasi. Teknik pernapasan yang digunakn dalam yoga
dapat berhubungan dengan stimulasi saraf vagus dan menyeimbangkan
sistem saraf otonom. Kegiatan yoga dapat ini dapat mengurangi agitasi dan
aktivitas pada beberapa klien depresi saat berlatih meditasi (Stuart, 2013).
Sebuah studi menunjukkan bahwa yoga dua kali seminggu selama 8
minggu diberikan tritmen standar untuk gangguan makan lebih bermanfaat
dalam mengurangi gejala gangguan makan daripada tritmen standar saja.
Setelah selesai yoga, klien mengalami sedikit rangsangan terhadap makanan
dan cara makan, sehingga hal ini menunjukkan efektivitas yoga dalam
memfokuskan pikiran dan tidak terokupasi pada pemikiran obsesif patologis
(Stuart, 2013).
5. Biofeedback
Biofeedback merupakan suatu tindakan dimana respon fisiologis,
seperti detak jantung, hantaran kulit, suhu kulit, dan aktivasi otot dipantau
dengan tujuan mengajarkan klien untuk secara sadar mengatur proses
tersebut. EEG Biofeedback dikenal juga sebagai neuroterapi/ neurofeedback
adalah biofeedback tertentu yang menstransmisikan sinyal
electroencephalogram (EEG) dan memberikan informasi tentang aktivitas
neuron di korteks serebral. Melalui pengkondisian operan atau belajar, klien
diajarkan menggunakan informasi tentang otak untuk mengubah atau
meningkatkan fungsinya (Stuart, 2013).
Perawat profesional ideal untuk memberikan biofeedback karena
pengetahuannya tentang fisiologi, psikologi, kesehatan dan penyakit di
negaranya. Perawat menggunakan biofeedback harus disertifikasi oleh
Sertifikasi Biofeedback International Alliance (BCIA, www.bcia.org), yang
menawarkan sertifikasi dalam biofeedback umum, neurofeedback, dan
biofeedback disfungsi otot panggul (Lindquist, 2014).
6. Meditation
Meditasi kesadaran (Mindfulness meditation) mengajarkan klien
berfokus pada pengalaman mereka. Klien diajarkan untuk menyadari
sensasi, pikiran dan perasaan yang dialami saat ini yang bertujuan untuk
memungkinkan diri mengamati pengalaman membuat tujuan, tidak
menghakimi, serta menerima cara dan menemukan sifat yang lebih dalam
dari pengalaman (Tusaie dan Edds, 2009 dalam Stuart, 2013). Praktik
meditasi harus diawasi pada klien dengan masalah kesehatan jiwa tertentu
karena terapi ini memiliki potensi untuk menginduksi tingkat kesadaran
tertentu. Pendekatan meditasi yang berbeda dapat menghasilkan efek
merangsang yang dapat membangkitkan mania pada klien bipolar (Stuart,
2013).
7. Prayer
Stabile (2013) mendefinisikan doa sebagai komunikasi antara
manusia dan Tuhan, komunikasi timbal balik yang meliputi berbicara
kepada Tuhan (Lindquist, 2014). Banziger, Van Uden, dan Janssen (2008)
mencatat bahwa orang dapat melihat doa sebagai kerjasama dengan Tuhan
di mana mereka berada dalam kontak dan persekutuan dengan Tuhan. Doa
dapat dilakukan secara individual, dalam suatu kelompok, atau sebagai
bagian dari iman atau komunitas agama (Lindquist, 2014). Sejumlah
penelitian telah mendokumentasikan efektivitas doa sebagai strategi koping.
Dari tinjauan studi tentang doa, Holywell dan Walker (2009) menyimpulkan
bahwa doa adalah strategi koping yang membantu untuk menengahi antara
agama dan kesejahteraan (Lindquist, 2014).
Perawat dapat menanyakan apakah pasien ingin perawat untuk
bergabung dengan mereka dalam doa. Membaca kitab suci atau membaca
dari kitab suci adalah salah satu cara untuk berdoa dengan seseorang.
Perawat dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berdoa:
bermain musik meditasi, mencegah interupsi, dan memperoleh buku atau
perlengkapan yang dibutuhkan bagi orang untuk berdoa seperti yarmulke
untuk seorang Yahudi atau rosario bagi seseorang dari iman Katolik. Pasien
dari iman Yahudi mungkin ingin membaca Mazmur dan Muslim dapat
memilih untuk membaca doa dari Al-Qur'an (Al-Quran). Perawat perlu
menghormati bentuk apapun atau ritual doa yang dipilih pasien (Lindquist,
2014).
Doa telah digunakan orang yang mempunyai banyak penyakit, dari
semua kelompok usia, dan dari semua budaya. Literatur juga menunjukkan
tentang kemanjuran doa pada individu yang sakit. Dalam sejumlah survei,
doa menjadi yang paling sering digunakan sebagai pelengkap terapi (Brown,
barner, Richards, & Bohman, 2007; King & Pettigrew, 2004). Penelitian
telah dilakukan pada penggunaan doa dengan pasien yang memiliki kondisi
kronis. Dalam sebuah studi dari orang dewasa yang HIV-1-positif dan yang
terlibat dalam kegiatan spiritual seperti doa, subjek memiliki penurunan
risiko kematian (Fitzpatrick et al., 2007). Demikian juga, orang dengan
depresi dan kecemasan yang telah berpartisipasi dalam enam sesi doa 1 jam
mingguan menunjukkan perbaikan dalam depresi dan kecemasan
dibandingkan dengan subyek pada kelompok kontrol (Boelens, Reeves,
Replogle, & Koenig, 2009).
8. Journaling
Istilah journal, buku harian, menulis reflektif, dan menulis ekspresif
sering digunakan secara bergantian. Diari lebih sering fokus pada rekaman
peristiwa dan pertemuan, sedangkan journal berfungsi sebagai alat untuk
merekam proses kehidupan seseorang (Cortright 2008 dalam Lindquist,
2014). Peristiwa dan pengalaman yang dicatat dalam jurnal berisi refleksi
seseorang tentang peristiwa dan makna pribadi yang pernah dialami mereka.
Dalam penulisan jurnal, interaksi antara sadar dan tidak sadar sering terjadi.
Bentuk penulisan ekspresif seperti puisi, cerita, dan pesan memo adalah
metode individu dapat menggunakan untuk mengeksplorasi perasaan batin
dan pikiran (Lindquist, 2014).
Pada mereka yang baru didiagnosis dengan penyakit kronis, journal
tentang perspektif mereka tentang bagaimana penyakit dapat mempengaruhi
kehidupan mereka serta dapat membantu mereka mengungkap kekhawatiran
sehingga bisa didiskusikan dengan profesional kesehatan. Perawat dan
keluarga dapat menyiapkan catatan pasien, Kemudian digunakan dalam
program tindak lanjut untuk membantu subjek memperoleh pemahaman
tentang waktu mereka di unit perawatan intensif, termasuk mimpi dan saat-
saat ketika pasien bingung atau tidak sadar. Program ini terbukti berguna
bagi pasien dan staf. Menulis jurnal juga telah digunakan untuk membantu
orang mengembangkan spiritual. Journal juga dapat membantu dalam
berdoa. Tindakan menulis membantu menjaga seseorang berpusat pada
percakapan dengan Tuhan. Seperti yang disarankan oleh Chittister, sebuah
bagian dari kitab suci dapat menjadi stimulus untuk menggunakan journal
untuk berdoa (Lindquist, 2014).
9. Storytelling
Mendongeng/bercerita didefinisikan sebagai seni atau tindakan
bercerita (Dictionary.com, 2013). Sebuah cerita adalah narasi, baik benar
atau fiktif, dalam bentuk prosa atau ayat yang dirancang untuk menarik,
menghibur, atau menginstruksikan pendengar atau pembaca. Penggunaan
cerita di layanan kesehatan, penelitian kesehatan, dan pendidikan tidak
terbatas. Perawat dapat menggunakan cerita dalam beberapa situasi di masa
hidup untuk berbagai tujuan. Cerita dapat digunakan dalam terapi keluarga
dan dapat membantu anggota dalam memasuki makna dari masa lalu,
sekarang, dan masa depan serta membantu pasien untuk "membuat makna"
dan penyembuhan (Roberts, 1994 dalam Lindquist, 2014).
15. Aromaterapi
Styles (1997) mendefinisikan aromaterapi sebagai penggunaan minyak
esensial untuk tujuan terapi yang mencakup pikiran, tubuh, dan jiwa-luas,
definisi yang konsisten dengan praktik keperawatan holistik. Institute
Cancer Nasional mendefinisikan aromaterapi sebagai "penggunaan terapi
menggunakan minyak dari bunga, tumbuh-tumbuhan, dan pohon-pohon
untuk perbaikan fisik, emosional, dan spiritual kesejahteraan "(National
Cancer Institute [NCI], 2012).
Peran Perawat
Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien untuk
membedakan di antara berbagai produk botani yang mudah tersedia. Pasien
sering bingung dengan pilihan yang dapat digunakan, dan yang terpenting
adalah bahwa perawat memahami perbedaan dari kandungan dari minyak
yang digunakan, pemberian saran pada pasien bertujuan untuk keselamatan
pasien.
Perawat harus menyadari pedoman keselamatan umum untuk
pendidikan pasien dan dalam praktek. Ini termasuk:
a. Hindari minyak esensial dari nyala api langsung, minyak tersebut tidak
stabil dan sangat mudah terbakar.
b. Simpan minyak esensial di tempat yang sejuk jauh dari sinar matahari;
menggunakan wadah kaca berwarna biru atau gelap. Tutup wadah segera
setelah digunakan. Minyak atsiri dapat mengoksidasi pada suhu yang
panas, cahaya, dan oksigen dan dapat mengubah kandungan bahan
kimianya
c. Sadarilah bahwa minyak esensial dapat menodai pakaian dan bahan
tekstil, minyak esensial murni juga dapat merusak bahan plastik.
Lakukan tindakan pencegahan yang tepat.
d. Jauhkan minyak esensial dari anak-anak dan hewan peliharaan kecuali
kita yakin bahwa minyak esensial tersebut memang aman untuk anak-
anak dan hewan peliharaan. Pelajari literatur berisi kasus efek samping
atau kematian yang berhubungan dengan penggunaan yang tidak benar
atau tertelan pada anak-anak dan hewan peliharaan (Halicioglu,
Astarcioglu, Yaprak, & Aydinlioglu, 2011).
e. Gunakan minyak esensial dari pemasok terkemuka. Mencari nasihat dari
aromaterapis terlatih atau rekomendasi dari penyedia klinis aromaterapi.
Jika menggunakan minyak esensial dalam percobaan klinis atau
penelitian, hasil tes verifikasi kandungan bahan kimia harus diperoleh.
f. Perawatan khusus diperlukan bila menggunakan minyak esensial pada
orang-orang yang memiliki riwayat asma yang parah atau beberapa
alergi.
g. Penggunaan minyak esensial relatif aman bila digunakan dengan benar,
sensitifitas dan iritasi kulit dapat terjadi. Dalam kasus ini, minyak
esensial yang masih tersisa harus dihapus dengan minyak atau susu,
dibilas dengan air, dan penggunaannya harus dihentikan. Kebanyakan
reaksi seperti ini dapat mengatasi masalah tersebut; Namun, penyedia
layanan kesehatan harus berkonsultasi jika terjadi nyeri/gatal parah yang
berkelanjutan.
h. Jika minyak esensial masuk ke mata, bilas dengan susu atau pembawa
minyak pertama dan kemudian dengan air.
20. Reiki
Reiki adalah metode energi penyembuhan yang dapat digunakan
sebagai terapi yang terintegrasi, terapi untuk berbagai masalah kesehatan
akut dan kronis. Selain itu Reiki dapat digunakan sebagai tambahan untuk
pengelolaan kondisi kronis: manajemen nyeri di rumah sakit, perawatan
paliatif dan pengurangan stres.
Reiki, Therapeutic Touch (TT) dan Healing Touch (HT) semua terapi
biofield yang digunakan untuk mendukung proses penyembuhan. Fokusnya
adalah pada balancing energi dari total orang dan merangsang tubuh sendiri
alam kemampuan penyembuhan, bukan pada pengobatan penyakit fisik
tertentu (Anderson & Taylor, 2011b; Macrae, 1987; RINGDAHL, 2010).
Kesamaan umum yang ada di antara terapi modalitas ini terletak pada
kemampuan mereka untuk mengurangi stres, meningkatkan relaksasi, dan
mengurangi rasa sakit.
Kata Reiki terdiri dari dua kata, rei dan ki dalam bahasa Jepang. Rei
biasanya diterjemahkan secara luas, meskipun beberapa ahli manyatakan
bahwa ia juga memiliki konotasi yang lebih dalam, yaitu mengetahui
kesadaran spiritual. Ki mengacu pada kehidupan, kekuatan energi yang
mengalir dalam tubuh semua makhluk hidup, yang dikenal dibelahan dunia
sebagai Chi, prana, atau mana. Ketika energi Ki tidak dibatasi, ada
kerentanan terhadap penyakit atau ketidakseimbangan pikiran, tubuh atau
jiwa (Rand, 2000). Dalam bentuk gabungan, kata Reiki berarti gabungan
rohani dan energi kekuatan hidup atau energi kekuatan hidup secara
menyeluruh.
Reiki tidak hanya teknik penyembuhan, tetapi filosofi hidup yang
mencakup: pikiran, tubuh, semangat persatuan dan hubungan manusia
dengan alam sekitar. Filosofi ini tercermin dalam prinsip-prinsip Reiki untuk
hidup: "Hanya untuk hari ini jangan khawatir. Hanya untuk hari ini tidak
marah. Hormatilah guru Anda, orang tua. Mencari nafkah dengan jujur.
Menunjukkan rasa terima kasih untuk semua hal" (Mills, 2001).
Peran Perawat
Perawat yang sudah tersertifikasi dapat berperan sebagai praktisi dan
bertindak sebagai penyalur energi bertujuan untuk penyembuhan, dimana
penyembuhan disini dimaksudkan dapat digunakan untuk diri sendiri atau
orang lain. Sebuah studi oleh Shore (2004) memberikan bukti bahwa Reiki
dapat mengurangi gejala depresi setelah dilakukan terapi selama 1 tahun.
Terapi energi sentuhan sudah diakui dalam lingkup praktik keperawatan dan
dalam Intervensi Keperawatan, sebagai salah satu intervensi keperawatan
(Wardell & Engebretson, 2001).
21. Akupresur
Akupresur didefinisikan oleh Gach (1990) sebagai "seni penyembuhan
kuno yang menggunakan jari-jari untuk menekan titik-titik tertentu pada
tubuh untuk merangsang kemampuan penyembuhan tubuh secara mandiri"
Peran Perawat
Perawat dapat menggabungkan akupresur pada metode perawatan
pasien dengan menggunakan beberapa poin umum yang memiliki tindakan
spesifik untuk meredakan gejala umum yang dialami pasien. Perawat dapat
mengatasi masalah pasien dengan tindakan akupresur atau mengajar pasien
atau anggota keluarga bagaimana menggunakan akupresur sebagai bagian
dari rencana perawatan.
Fokus perawatan dalam sistem ini adalah untuk mengembalikan
keseimbangan dalam tubuh. Untuk melakukannya, yin dan yang harus
seimbang. aspek Yin berhubungan dengan dingin, pasif, interioritas, dan
menurun, aspek Yang berhubungan dengan kehangatan, aktivitas, kekuatan
eksternal, dan meningkat. Yin dan Yang selalu terhubung antara satu sama
lain (Kaptchuk, 1983).
Sebuah proses diagnostik digunakan untuk memilih titik-titik yang
tepat untuk merangsang, proses meliputi sejarah panjang, mengamati pasien,
baik penampilan dan sikap, mengamati bau pasien, memeriksa lidah, meraba
perut dan titik pada tubuh, dan meraba nadi di lokasi radial pada
pergelangan tangan. Kemudian diagnosis dirumuskan dan membuat rencana
keperawatan, yang didapat dengan menggunakan berbagai teknik kemudian
diimplementasikan.
22. Reflexology
Reflexology adalah terapi alternatif komplementer yang digunakan
secara global untuk mengatur gejala dan untuk meningkatkan kesejahteraan.
Dalam refleksi, seluruh tubuh telah dipetakan, baik di tangan dan di kaki
dan dapat dimanipulasi secara langsung menggunakan teknik pijat khusus.
Daerah pada kaki lebih mudah dilakukan karena mereka memiliki area yang
lebih luas dan lebih spesifik, sehingga pada area tersebut lebih mudah di
lakukan dibandingkan pada area tangan.
Refleksologi didefinisikan sebagai suatu teknik penyembuhan holistik
yang bertujuan untuk mengobati individu sebagai entitas, menggabungkan
tubuh, pikiran, dan jiwa. Ini adalah terapi tekanan yang bekerja pada titik
refleks yang tepat, diantaranya pada kaki yang sesuai dengan bagian tubuh
lainnya. Karena kaki merupakan mikrokosmos dari tubuh, semua organ,
kelenjar, dan bagian tubuh lainnya diletakkan dalam pengaturan yang sama
pada kaki (Dougans, 2005).
Kunz dan Kunz (2003) menyatakan bahwa tekanan teknik merangsang
daerah refleks tertentu pada kaki dan tangan dengan maksud meningkatkan
manfaat di bagian lain dari tubuh. Literatur juga menunjukkan bahwa
refleksologi berguna untuk mencapai dan menjaga kesehatan, meningkatkan
kesejahteraan, dan menghilangkan gejala penyakit dan penyakit (Tiran,
2002).
Perawat sebagai terpis dapat melakukan tindakan terapi pijat refleksi
yang tujuannya untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan kualitas tidur,
meningkatkan relaksasi dan mengurangi stres. Di Inggris, telah dilakukan
penelitian di mana 34 pasien kanker di bawah perawatan paliatif diminta
untuk memberikan komentar tentang terapi pijat refleksi yang telah mereka
menerima (Gambles et al., 2002). Mereka berkomentar tentang refleksologi
sebagai terapi yang bermanfaat dalam mengurangi kecemasan dan
ketegangan, memperbaiki tidur, dan mengatasi efek samping dari obat-
obatan
G. Karakteristik recovery
Berarti agar Rwcovery yang dijalani pasien bukan hanya untuk sekedar
pulih dari penyakit, tapi untuk membuat kehidupan orang yang mengalami
keterbatasan akibat penyakitnya menjadi lebih berat. Recovery menekankan
bahwa meskipun individu tidak bisa mengontrol gejala penyakitnya tapi mereka
bisa mengontrol kehidupan mereka.
Davidson, L., O'Connell, M., Tondora, J., Styron, T., & Kangas, K. (2006). The top
ten concerns about recovery encountered in mental health system
transformation. Psychiatric Services, 57(5), 640-5.
Drake, R. E., Goldman, H. H., Leff, H. S., Lehman, A. F., Dixon, L., Mueser, K. T.,
& Torrey, W. C. (2001). Implementing evidence-based practices in routine
mental health service settings. Psychiatric Services, 52, 179-182.
O'Connell, M., Tondora, J., Croog, G., Evans, A., & Davidson, L. (2005). from
rhetoric to routine: assessing perceptions of recovery-oriented practices in a
state mental health and addiction system. Psychiatric Rehabilitation
Journal, 28(4), 378-86.
WHO. (2001). The World Health Report: 2001 mental health : new undestanding,
new hope