Anda di halaman 1dari 20

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TAHAP POST KONSELING PADA PASIEN YENG SUDAH TERKENA HIV/AIDS


RADEN MATTAHER KOTA JAMBI

Topik : Post konseling HIV


Sub Topik : Post konseling untuk memberi dukungan sosial dan psikologis kepada
ODHA dan keluarganya.
Sasaran : pasien
Hari/Tanggal : Selasa, 11 Juni 2019
Tempat : pelayanan VCT di rumah sakit
Waktu : 30 Menit

I. Latar Belakang

Konseling HIV/AIDS adalah konseling yang secara khusus memberi perhatian terhadap
permasalahan yang berkaitan dengan HIV/AIDS, baik terhadap orang yang terinfeksi maupun
terhadap lingkungan yang terpengaruh. Tujuan dari dilakukannya konseling HIV/AIDS agar
tersedianya dukungan sosial dan psikologik kepada odha dan keluarganya. Selain itu juga
terjadinya perubahan perilaku yang aman sehingga penurunan penularan infeksi HIV/AIDS.

Konseling HIV/AIDS biasanya dilakukan dua kali, yaitu: sebelum tes (pra-test) atau
sesudah tes (Pasca test) HIV/AIDS. Selama konseling berlangsung biasanya ada beberapa
topik yang di bicarakan. Di antaranya:

 Identifikasi prilaku yang berisiko tertular HIV/AIDS.


 Membantu membuat keputusan untuk merubah perilaku itu.
 Mengganti dengan perilaku perilaku yang berisiko lebih rendah/ aman serta
mempertahankan perilaku itu.
 Membantu klien untuk mengambil keputusan untuk melakukan tes HIV, dengan
membuat pernyataan persetujuan (informed consent), tanpa paksaan dan bersifat
rahasia (confidentiality).

II. Permasalahan

Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini, penulis ingin menjelaskan tentang
Pelayanan Dasar, Pelayanan Pra-Konseling, Pelayanan Post-Konseling dan Kegiatan
Belajar yang Menyenangkan. Hal inilah yang jadi permasalahan dalam makalah ini, yang
mudah-mudahan dapat menjawab semua pertanyaan kita tentang bagaimana seharusnya
kita dalam implementasinya ketikan kita menjadi seorang guru nantinya dalam
menghadapi siswa yang berlatar belakang berbeda-beda.

III. Tujuan penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidikan.

b. Mampu menjelaskan tentang Pelayanan Dasar.

c. Mampu menjelaskan tentang Pelayanan Pra-Konseling

d. Mampu menjelaskan tentang Pelayanan Post-Konseling

IV. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Sebagai bahan pembelajaran bagi mata kuliah Profesi Pendidikan.

2. Sebagai bahan untuk menambah wawasan mengenai Profesi Pendidikan khususnya


Pelayanan Dasar, Pelayanan Pra-Konseling, Pelayanan Post-Konseling dan kegiatan
belajar yang menyenangkan.

V. Sasaran
Orang yang terkena hiv

VI. Materi
Terlampir
VII. Metode
Tanya jawab

VIII. Setting Tempat

D PR CO
IX.
O NSE F
K

PI

Keterangan: PI = Perawat igd PR = perawat receptionist

CO D
NSE = counselor = dosen

F O
= fasilitator = observer

K
= klien

IX. Penugasan
1. moderator : ........
Peran Pemandu
Bertanggung jawab atas jalannya aktivitas cerita.
2. Observer : ...............
Peran Observer
a. Mengamati keamanan jalannya kegiatan
b. Memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan
c. Memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan
d. Menilai performa dari setiap tim terapis dalam dialog

3. Perawat : 1. ...........
2. ..........
3................
4. .............
Peran perawat
a. Memberikan pelayanan terhadap pasien
b. Bermain peran

4. teman : 1. ........
2..........
Peran teman
a. Mendampingi klien
b. Bermain peran

5. Pasien : ................
Peran pasien
a. Bermain peran

I. Media
Kegiatan Pembelajaran
No Waktu Kegiatan Respon klien

1. 5 menit Pembukaan :

1. Moderator membuka dan 1. Menjawab salam


mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri terapis
3. Memperkenalkan pembimbing
4. Memperkenalkan anak satu persatu
dan anak saling berkenalan
5. Kontrak waktu dengan anak
6. Mempersilahkan Leader
2. 20 menit Kegiatan post test : Mendengarkan dengan
penuh perhatian
1. Perkenalkan diri perawat, klarifikasi
Member pendapat
nama pasien
terhadap pemahaman
2. Kaji pengetahuan klien tentang
kita
penyakit
3. Tanya pendapat klien tentang penyakit
4. Jelaskan kembali mengenai penyakit

4 5 menit Penutup : 1. Menjawab salam


2. Member respon
1. Beritahu hasil wawancara
3. Menjawab
2. Tanya apa ingin melanjutkan ke test
pertanyaan
konseling berikutnya
3. Kontrak waktu jika iya
4. Akhiri kegiatan, ucapkan salam

II. Kriteria Evaluasi


a. Evaluasi Struktur
a. Kesepakatan antara konselor dan klien
b. Evaluasi Proses
a. Peserta berada di tempat sesuai dengan kontrak waktu yang ditentukan
b. Peserta antusias untuk bertanya tentang hal-hal yang tidak diketahuinya
c. Peserta menjawab semua pertanyaan yang telah diberikan
c. Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya acara.
b. Dapat menjalankan perananya sesuai dengan tugas
d. Evaluasi Hasil
a. Hasil Kegiatan wawancara masih dipertimbangkan oleh klien.
A. Konseling dan Tes Secara Sukarela

Didalam konseling dan tes secara sukarela (KTS) atau yang juga dikenal dengan
Voluntary counseling and testing (VCT), konseling dilakukan pada saat sebelum tes (pre test)
dan sesudah tes (pasca test). Sedangkan pada konseling setelah tes yang dilakukan konselor
baik itu kegiatan mau pun tindakan dan cara dalam menghadapi klien berbeda, begitu juga
dengan hambatan yang ditemui konselor tersebut. Perbedaan tersebut dikarenakan pada pasca
tes, hasil tes negatif atau positif mempunyai pengaruh dan respon yang berbeda terhadap
klien sehingga konselor juga harus mempunyai penangan yang berbeda pula. Berikut adalah
strategi dan penanganan konselor didalam pelaksanaan konseling dan tes sukarela pada saat
pre tes dan pasca tes yang penulis dapat.

B. Pelaksanaan konseling pasca tes HIV/AIDS

Pelaksanaan konseling pasca tes dilakukan setelah klien mendapatkan hasil


pemeriksaan tes HIV. Sebelum melakukan konseling pasca tes, konselor menanyakan
kesiapan klien untuk menerima hasil tes dan menangkap perubahan sikap klien, bahasa tubuh,
ekpsresi wajah dan keadaan psikologis klien. Untuk hasil tes yang positif, maka konselor
menjelaskan makna hasil tes positif dan konselor menanyakan kepada klien siapa yang boleh
tahu tentang hasil tes. Konseling yang diberikan kepada klien yang positif antara lain
memberikan dukungan, perubahan perilaku berisiko, kewajiban moral untuk tidak
menularkan, dan kesiapan klien untuk membuka statusnya. Disamping itu juga konselor
memberikan informasi tentang lembaga-lembaga dan kelompok dukungan yang dapat diakses
oleh klien sebagai support group.

Selain itu juga klien langsung dikonsultasikan kepada dokter untuk penanganan
medis. Untuk hasil tes yang negatif, konselor memberikan penjelasan tentang makna hasil
tersebut. Konseling yang diberikan antara lain konseling untuk perubahan perilaku. Biasanya
klien yang hasil tes negatif disarankan untuk melakukan tes ulang setelah 6 bulan dari hasil
tesnya yang pertama. Dalam membantu klien untuk mengerti dan menerima hasil tes konselor
membutuhkan strategi sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Hj Sukmawati: ”Kunci
utama dalam menyampaikan hasil tes adalah sampaikan hasil hanya kepada klien secara tatap
muka karena seorang konselor tak diperkenankan memberikan hasil pada klien atau lainnya
secara verbal dan non verbal selagi berada diruang tunggu, berhati-hati dalam menyampaikan
hasil.” (wawancara tanggal 29 April 2010)
Ketika hasil tes positif maka strategi yang dilakukan konselor adalah:

1. harus memberitahu klien sejelas dan sehati-hati mungkin dan dapat mengatasi reaksi
awal yang muncul;
2. memberi cukup waktu untuk memahami dan mendiskusikan hasil tes tersebut;
3. memberikan informasi dengan cara yang mudah dimengerti dan memberikan dukungan
emosional;
4. merujuk klien ke lembaga dan kelompok dukungan;
5. mendiskusikan siapa yang mungkin ingin diberi tahu tentang hasil tes itu, risiko terhadap
pasangan seks dan bagaimana cara memberitahu pasangan mereka;
6. menjelaskan bagaimana klien dapat menjaga kesehatannya;
7. memberitahu klien kemana mencari perawatan dan pengobatan jika dibutuhkan;
8. mendiskusikan pencegahan penularan HIV termasuk memberikan informasi tentang
kondom dan hubungan seks yang lebih aman.

Untuk hasil negatif tugas konselor adalah:


1. menjelaskan makna hasil tersebut termasuk masa jendela;
2. pencegahan infeksi dimasa datang;
3. informasikan tentang hubungan seks yang lebih aman termasuk informasi tentang
kondom dan seks aman;
4. pedoman penurunan risiko penularan;
5. anjurkan untuk mempertimbangkan kembali melakukan tes ulang setelah 3-6 bulan.

Dasar keberhasilan konseling pasca tes ditentukan oleh baiknya konseling pra tes. Bila
konseling pra tes berjalan baik maka dapat terbina hubungan baik antara konselor dan klien.
Dengan dasar ini maka akan lebih mudah untuk terjadinya perubahan perilaku di masa datang
dan memungkinkan pendalaman akan masalah klien

C. Tahapan Didalam Konseling

Pada tiap sesi konseling pastilah mempunyai tahapan-tahapan yang terjadi didalam
proses komunikasi antara konselor dan perawat (tahapan interaksi) yang bertujuan terapi bagi
klien, begitu juga yang penulis dapatkan dari observasi dan wawancara dengan konselor
informan pada Pokja AIDS RSPI-SS. Berikut adalah tahapan pada proses komunikasinya
berikut strategi yang dilakukan konselor di tiap tahapan tersebut:
1. Tahap awal atau tahap pengenalan pada tahap ini konselor dan klien pertama kali
bertemu. Pada tahap ini penampilan fisik dan kualitas-kualitas lain pada konselor seperti
sifat bersahabat kehangatan, keterbukaan profesionalisme dan dinamisme begitu penting
karena dimensi fisik paling terbuka untuk diamati.
Strategi konselor pada tahap ini biasanya ialah pengenalan, membina rasa saling
percaya dengan menunjukkan penerimaan dan komunikasi terbuka, mengeksplorasi
pikiran, perasaan dan perbuatan, mengidentifikasi masalah dan mengukur tingkat
kecemasan diri pasien.
2. Tahap lanjutan adalah tahap pengenalan lebih jauh, di tahap ini konselor perlu
meningkatkan interaksi sosial dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama
lain untuk mengatasi kecemasan, melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah yang
ada, meningkatkan komunikasi dengan klien dan mengurangi ketergantungan klien pada
perawat, dan mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan mengambil tindakan
berdasarkan masalah yang ada.
Strategi konselor pada tahap ini adalah mengeksplorasi, Konselor berusaha
mengetahui secara mendalam tentang perasaan klien dan situasi klien dan menciptakan
suasana komunikasi yang nyaman bagi klien dengan cara: Berhadapan dengan lawan
bicara, dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya. Sikap tubuh terbuka; kaki
dan tangan terbuka (tidak bersilangan), sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa
perawat bersedia untuk mendukung terciptanya komunikasi, menunduk atau
memposisikan tubuh kearah lebih dekat dengan lawan bicara, hal ini menunjukkan
bahwa perawat bersiap untuk merespon dalam komunikasi (berbicara-mendengar).
Mempertahankan kontak mata, sejajar, dan natural, dengan posisi mata sejajar perawat
menunjukkan kesediaannya untuk mempertahankan komunikasi. Bersikap tenang, tidak
terburu-buru saat berbicara dan menggunakan gerakan atau bahasa tubuh yang alami.
Memberitahukan dan menyamakan pemahaman kepada klien tentang apa yang dirasakan
dan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang sederhana. Menggunakan
pertanyaan terbuka, misalnya “Bagaimana Ibu tahu kalau Ibu mengidap HIV?
Tahap ini merupakan tahap yang panjang karena didalamnya konselor dituntut
untuk membantu dan mendukung klien untuk menyampaikan perasaan dan pikirannya
dan kemudian menganalisa respons ataupun pesan komunikasi verbal dan non verbal
yang disampaikan oleh klien. Disini konselor juga mendengarkan secara aktif dan
dengan penuh perhatian sehingga mampu membantu klien untuk mendefinisikan masalah
yang sedang dihadapi oleh klien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya.
Dibagian akhir tahap ini, konselor diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya
dengan klien dengan cara memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam
percakapan, dan membantu keduanya memiliki pikiran dan ide yang sama. Dengan
dilakukannya penarikan kesimpulan ini maka klien dapat merasakan bahwa keseluruhan
pesan atau perasaan yang telah disampaikannya diterima dengan baik dan benar-benar
dipahami oleh konselor.
3. Tahap akhir konseling atau terminasi. Pada konseling HIV/AIDS yang merupakan proses
panjang dari perawatan klien yang paling banyak terjadi merupakan terminasi sementara
yaitu akhir dari tiap pertemuan konselor dan klien, setelah hal ini dilakukan konselor dan
klien masih akan bertemu kembali pada waktu yang berbeda.
Pada tahap ini strategi konselor adalah membuat kesimpulan mengenai perawatan
yang didapat, mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan dan
menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan. Tindak lanjut tersebut
berkaitan dengan interaksi yang baru saja dilakukan atau dengan interaksi yang akan
dilakukan selanjutnya. Tindak lanjut dievaluasi dalam tahap orientasi pada pertemuan
berikutnya.

D. Strategi Komunikasi Konselor

Keterampilan komunikasi pada keperawatan penyakit HIV/AIDS yang digunakan


konselor biasa disebut dengan mikro konseling. Keterampilan mikro konseling merupakan
komponen komunikasi yang efektif bertujuan untuk mengembangkan hubungan yang
supportif antara klien dan konselor. Keterampilan mikro konseling tersebut adalah
menciptakan suasana yang hening dan nyaman, mengajukan pertanyaan, merespon didalam
percakapan, mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati, dan perilaku non verbal.
1. Menciptakan suasana hening dan nyaman Untuk menciptakan suasana hening dan
nyaman konselor bisa melakukannya dengan cara antara lain memberi waktu pada klien
untuk berpikir apa yg akan dikatakan, memberi kesempatan pada klien untuk merasakan
perasaannya, memberi kesempatan pada klien berbicara sesuai iramanya, memberi waktu
pada klien untuk mengatasi keraguannya (ingin mengatakan atau tidak), dan memberi
kebebasan pada klien untuk memilih melanjutkan atau menghenti proses konseling.
Selain itu keramah tamahan seperti salam, sapa, senyum, keterbukaan dan penerimaan
konselor terhadap klien saat bertemu bisa membuat suasana lebih nyaman pada saat
konseling.
2. Mengajukan Pertanyaan Mengajukan pertanyaan adalah bagian penting dalam konseling.
Hal ini dapat membantu konselor mengerti situasi klien dan menilai kondisi klinis
terkait. Ada tiga macam jenis pertanyaan yang biasa digunakan konselor yaitu:
1) Pertanyaan tertutup Dengan Pertanyaan tertutup klien hanya bisa memberi respon
dengan satu kata, klien tidak mendapat kesempatan berpikiran mengenai apa yg
mereka katakan, jadi jawabannya singkat misalnya:
a) “Apakah anda melakukan seks yg aman?”
b) “Apakah anda menggunakan kondom?”
2) Pertanyaan terbuka Pertanyaan terbuka memungkinkan konselor mendapatkan
jawaban lebih dari satu kata. Pertanyaan terbuka biasanya dimulai dengan: “Apa”,
“Dimana”, “Bagaimana” atau “kapan” yang mengundang klien untuk melanjutkan
pembicaraan dan memutuskan apa tujuan mereka ingin berbicara, misalnya:
a) “Kesulitan apa yang anda alami saat melakukan seks yang aman?”
b) “Bagaimana reaksi anda jika menerima hasil tes HIV positif?”
3) Pertanyaan mengarah Pertanyaan mengarah merupakan pertanyaan konselor yang
menuntun klien untuk memberi jawaban apa yang mereka inginkan. pertanyaan ini
biasanya bersifat menghakimi, misalnya:
a) “Anda melakukan seks aman ? Bukan ?”
b) “Anda setuju bahwa anda selalu menggunakan kondom ?”
3. Merespon Didalam Percakapan Teknik merespon bisa dilakukan dengan cara mengulang
ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri sehingga klien mengetahui bahwa
pesannya dimengerti, selain itu apabila terjadi kesalah pahaman konselor biasanya
melakukan klarifikasi sebagai responnya dengan menyamakan persepsi dan pengertian
diantara keduanya sehingga pesan dapat sampai dengan benar karena pesan dan
informasi sangatlah penting dalam memberikan pelayanan konseling.
4. Mendengarkan dengan penuh perhatian Mendengarkan dengan penuh perhatian bisa
dilakukan dengan kontak mata (sesuai budaya dan norma), memberikan perhatian (misal:
mengangguk), satu dua kata penerimaan lanjut (misal “Mm-hmm”, “Ya”.), kurangi hal
yg menarik perhatian (misal TV, telepon, bising), tidak melakukan hal lain selain
konseling, mengenali perasaan klien, misalnya mengatakan „nampaknya anda sedih‟,
tidak menginterupsi jika tidak perlu, bertanyalah jika konselor tak mengerti, tidak
mengambil alih pembicaraan menceritakan diri sendiri atau terlalu mendominasi
pembicaraan, mengulangi dengan kata sendiri apa yang telah disampaikan klien, agar
klien tahu kita telah memahaminya.
Empati disampaikan dengan menggunakan kemampuan mendengar dan dengan
mengulangi apa yang dikatakan klien dengan kata kita sendiri (parafrasi, refleksikan
perasaan, klarifikasi, menyimpulkan), dengan begitu klien bisa mengetahui bahwa kita
mengerti keadaannya dan memahami permasalahannya.
5. Perilaku non verbal Perilaku non verbal merupakan komunikasi yang bersifat tidak lisan
yang juga harus diperhatikan seperti bahasa tubuh, gestur, gerakan tangan, ekspresi
wajah, orientasi tubuh, jarak tubuh, posisi duduk, kontak mata dan paralinguistik seperti
hembusan nafas, bersungut-sungut, berkeluh kesah, perubahan tinggi nada, perubahan
keras suara, kelancaran suara, senyum yg dipaksakan dan lain-lain. Bahasa tubuh, gestur,
ekspresi wajah, posisi duduk, dan lain-lain tersebut dapat mengisyaratkan kepada klien
bahwa konselor menunjukkan penerimaannya. Seringkali konselor hanya dengan
menawarkan kehadirannya dan menunjukkan rasa tertariknya dengan bahasa tubuh sudah
bisa menumbuhkan keberanian dan rasa percaya diri klien untuk menyampaikan
masalahnya tanpa perlu dipaksa, karena beberapa klien mungkin belum siap
berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak mampu membuat dirinya
dimengerti.
SKENARIO KASUS ROLEPLAY

KONSELING POST TEST HIV AIDS

Nama Pemeran :

Aulia Mahesa : Perawat 1 Mariyati Kiptiah : Petugas Test HIV

Nova Rizkiliana : Perawat 2 Dittya Rahma Risky : Teman Pasien

Heri Yawanto : Suami Pasien Rika Amaliya : Moderator

Yeni Gusmida : Pemberi Obat ARV Fitri Yanti Rahayu : Perawat 3

Safira Angelia : Pasien

Pada siang hari di suatu komplek tepatnya di Kota jambi seorang wanita bernama Safira ,
yang biasa dipanggil fira , ber umur 23 tahun , bekerja sebagai staf di salah satu Bank di
jambi . Safira merasa bahwa badan nya tidak enak , merasa mual disertai muntah dan batuk
serta diare yang sudah kurang lebih dialami nya selama 2 bulan ,yang ia kira hanya sakit
biasa karna kelelahan dan selama ini hanya meminum teh lalu membeli obat eceran ditoko ,
mengetahui badan nya tidak sembuh-sembuh , dia bertanya pada temannya lalu meminta
pada suaminya untuk menemaninya ke rumah sakit umum Raden Mattaher untuk mengecek
kesehatannya , suami nya sendiri merupakan lelaki yang sering pulang larut malam hingga
subuh , seringkali terlihat mabuk saat keluar dari diskotik dan bersama wanita malam .

Setiba nya di Rumah Sakit ia langsung mendatangi reseptionist dan mengantri di bagian
ruang tunggu penyakit umum , mengetahui gejalanya menyangkut pada ciri ciri HIV , Safira
lalu di usulkan oleh perawat untuk mendatangi klinik VCT di rumah sakit tersebut , setelah
melakukan konseling pre test dan test HIV , didapatkan hasil nya Positif , safira merasa
bingung , sedih , kesal dan berkali-kali mencari kesalahan pada dirinya.
Safira : Haduhh kok mual terus ya , mass tolong ambilkan dulu handphone ku di ruang tv

Heri : Ibu kenapa sih bu dari tadi mondar-mandir kamar mandi , pusing mas liatnya

Safira : Iya nih mas gatau kenapa ,mo coba telfon si fitri dulu temanku

Heri : yaudh ni handphonenya bu

Safira : (dalam telfon) halooo fit ini aku lo safira

Fitri : oh elo , ngapain lo nlfn siang siang gini , mo ngajakin gue ngemall?

Safira : kagak GR banget lu , ini loh kenapa ya gw mual trus muntah gak sembuhsembuh

Fitri : janganjangan lu hamil lagi , beli testpack aja coba

Safira : ah yang bener aja lu

Fitri : lo coba ke rumah sakit aja mnta temenin laki lu , gw lg ada kerjaan ni

Safira : ah elah habis pulsa gw nelfon lu gaada ngasih solusi dasar lu

Fitri : haha yaudah ya bhayy

Safira : iya bhay (mematikan telfon) , Mas gimana kalo kita ke rumah sakit aja mas udah
sakit bgt perutku ini

Heri : yaudah ayolah aku keluarkan motor dulu

Sesampainya di rumah sakit ibu safira langsung bertemu recepcionist

Dittya : selamat pagi bu ada yang bisa saya bantu

Safira : iya begini mbak , saya ini udah mual muntah gitu dirumah tadi kepala saya pusing
kali dan diare juga udh lama

Dittya : baiklah bu mual muntah yang ibu rasakan sudah sekitar berapa hari ya bu

Safira : dah lama mbak , diare sekitar 1 apa 2 bulan lalu gitulah mbak

Dittya : baik bu selama itu ibu biasanya minum obat apa

Safira : biasanya saya beli diapotek dikasih amoxilin sama apa gt mbak
Dittya : baik bu saya coba konfirmasi dulu ya bu

Safira : iya mbak

Dittya : baik bu ini kartu berobat nya nanti ibu mengantri di bagian depan sebelah kanan di
bagian poli umum ya bu

Safira : oke makasi ya mbak

Setelah ibu safira menunggu, perawat 2 menjemput dan menemuiperawat 1 di ruang


perawat untk memberikan formulir pengobatan atas nama ibu safira

Nova :Permisisusauliaselamatsiang

Aulia :iyakenapasus , selamatsiangsilahkanduduksus

Nova :beginisus , iniadapasienatasnamaibusafira yang maukonsulkeruangpoliumumsus

Aulia :baiklahsus , formulirnyasudahterisilengkapyasus

Nova :iyasusiniformulirnya

Aulia :makasiyasus

Nova :sayapermisikeluarduluyasus

Aulia :iyaterimakasihselamatsiangsus

Nova :selamatsiang

Saatnamaibusafira di panggilolehperawat 2

Aulia : Ibu safiraaa.. dengan ibu safira..

Safira : ah iya sus saya sus

Aulia : baiklah bu silahkan masuk silahkan duduk

Safira : iya makasih sus

Anty : dengan ibu safira ya? Betul?

Safira : iya dok saya safira


Anty : baiklah , apa keluhan yang ibu rasakan sekarang bu

Safira : begini dok ,saya tu mual muntah terus , mengganggu banget untuk aktivitas seharihari
terus juga diare ,kepala pusing

Anty : untuk diare nya ibu sudah mengalami nya sejak berapa hari ya bu

Safira : sekitaran 1 bulan atau 2 bulan lalu udah lama banget dok

Anty : oh begitu , itu sudah lumayan lama ya bu untuk diare , biasanya ibu minum obat apa
bu

Safira : obat yang saya beli diapotek dok , ya paling amoxilin

Anty : baiklah nanti coba saya usulkan untuk cek darah dulu , untuk hasil nya menunggu
sekitar 1 jam kedepan ya bu, terimakasih banyak bu

Safira : iya makasi ya dok

Aulia : mari bu saya antarkan

Perawat 1 bertemudenganperawat 2 untukmengonsulkanpasienuntukpengecekandarah

Aulia :permisisus nova

Nova :iyakenapasus

Aulia :ini pasien atas nama ibu safira akandilakukanpengecekandarahdiruang labor,


apakahsus nova bisaantarkanibusafirabesertasuaminya

Nova :baiklah sus akan saya antarkan ke labor

Aulia :terimakasih ya sus selamat siang

Nova :iya sus sama sama selamat siang


Perawat 2 bertemu perawat labor untuk melakukan pengecekan darah kepeda ibu
safira

Nova : selamat siang sus

Rika :iyaselamatsiangsus , adaapasus nova

Nova :begini sus, ini ada pasien atas nama ibu safira yang telah diusulkan dokter di poli
umum untuk dilakukan pengecekan darah sus

Rika :baiklah sus , silahkan ibunya dipanggil aja sus

Nova :iya sus sebentar sus

Perawat 2 memanggil bu safira

Nova : Bu safira .. silahkan masuk bu mari silahkan duduk

Safira : iya makasi ya sus

Nova : baiklah ibu safira , disini ada suster yang akan melakukan pengambilan darah ibu ,
apakah ibu bersedia?

Safira : iya sus silahkan

Rika : selamat pagi bu safira perkenalkan nama saya perawat rika yang akan bertugas untuk
mengambil sampel darah ibu untuk dicek ya bu

Safira : iya sus

Rika : (menyiapkan alat lalu menyuntik) tarik nafas ya bu agak sakit sedikit

Safira : auh sakit ya sus

Rika : baik lah bu pengambilan darah nya sudah selesai , nanti ibu silahkan tunggu sekitar 1
jam kedepan hasilnya akan keluar ya bu

Safira : iya makasi ya sus

Perawat labor memberikan hasil tes darah tersebut ke perawat 2 lalu diberikan ke dokter
untuk dibacakan hasilnya
Menunggu hasil tes keluar hingga ibu safira dipanggil perawat 2 untuk mengetahui
penyakitya melalui hasil tes darah

Nova : Ibu safira mari bu silahkan masuk

Safira : iya sus

Nova : silahkan duduk bu

Safira : terimakasih sus

Anty : Dengan ibu safira ya bu

Safira : iya dok bagaimana dengan hasil darah saya dok , saya kena penyakit apa ya dok

Anty : maaf sebelumnya bu , ibu mengidap penyakit dengan ciri yang kuat menuju ke HIV ,
apa sebelum nya ibu melakukan hal yang memiliki resiko terhadap HIV bu

Safira : astagfirulah mass gimana mass , kok bisa saya hiv dok , gimana ini (menangis)

Heri : yang sabar bu kita pastikan dulu ini pasti salah

Anty : ibu yang sabar bu , kalau boleh saya tau sebelumnya ibu ada melakukan seks beresiko
bu?

Safira : ga ada saya dok , saya gatau kenapa bisa , apa saya tertular suami saya ya dok

Heri : begini sebenarnya dok , saya memang sering melakukan seks beresiko yang dilakukan
di diskotik malam dan sering bertukar pasangan tanpa memakai alat pengaman dok

Safira : astaga mas tega kamu mas

Heri : saya juga gatau bu , dok . saya harus gimana dengan keadaan seperti ini

Anty : baiklah pak bu , nanti saya akan usulkan bapak dan ibu untuk mendatangi klinik VCT
yang ada di rumah sakit ini

Safira : apa dok VCT , VCT itu apa lagi dok

Anty : VCT itu Voluntarily Counseling and Testing yaitu konseling terhadap pasien dengan
hiv yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit yang bapak dan ibu
alami
Safira : terimakasih ya dok

Heri : saya permisi dulu dok

Anty : iya samasama pak bu

Nova : mari pak bu saya antarkan

Safira : iya makasih sus (menangis)

Perawat 2 lalumengantarkanbusafiradanpakherikeruang VCT dandisanaperawat 2


bertemuperawat 1

Aulia : selamat sore bu safira dan bapak

Safira& heri : iya selamat sore sus (masih isak tangis)

Aulia : baik lah pak bu perkenalkan nama saya perawat aulia , saya yang bertugas sebagai
konselor post test hiv diruang VCT pada sore ini , selama konseling nanti saya akan
memberikan informasi sesuai dengan keluhan ibu , dan selama wawancara kita nanti saya
akan jamin kerahasiaannya , apakah ibu dan bapak setuju?

Safira : Iya sus setuju

Heri : baiklah sus

Aulia : baiklah , kalau boleh saya tau , sejak kapan ibu dan bapak mengetahui jika ibu dan
bapak mengalami hiv ya pak bu

Safira : sejak test VCT tadi sus

Heri : iya sus baru saja tadi , kami tidak tau kapan kami terkena nya dan sudah berapa lama

Aulia : baiklah dari data yang saya dapatkan disini , ibu memiliki resiko penularan dari suami
ibu sendiri ya bu

Safira : iya sus suami saya ini sering pulang malam , mabok aja kerjanya , saya juga gatau
kalo dia mengidap penyakit hiv sus , saya harus gimana sus , saya takut mati

Aulia : begini bu dan bapak ya , ibu harus semangat menjalani harihari ibu besok karna jika
ibu terus terfikir seperti ini bapak dan ibu akan membebani pikiran ibu dan bapak
Safira : ya bagaimana saya ga stress sus saya hiv dari suami saya sendiri

Aulia : saya mengerti apa yang ibu rasakan , untuk HIV sendiri belum memilik

i obat untuk menyembuhkannya akan tetapi ibu dapat mencegah virus nya untuk berkembang
lebih banyak dengan cara meminum obat ARV secara teratur agar mencegah virus nya untuk
berkembang menjadi AIDS bu

Safira : obat ARV itu apa ya sus

Aulia : obat ARV itu sendiri adalah anti retroviral yang berfungsi untuk mencegah
perkembangan bakteri dan virus yang jahat yang bermula dari virus HIV yang dapat berlanjut
ke AIDS

Safira : baiklah sus , saya mengerti

Aulia : ibu dan bapak harus semangat menjalani hari-hari nya dan semangat untuk meminum
obat agar penyakit bapak dan ibu tidak semakin parah

Safira : iya sus terimakasih sebelum nya sus

Aulia : baiklah pak bu , nanti akan kami usulkan untuk pemberian obat ARV dengan sus nova
ya pak bu

Heri : iya terimakasih ya sus , kami permisi dulu

Perawat 1 bertemupetugaspemberian ARV untukprosedurpemberianobat ARV

Aulia :selamat sore sus yeni

Yeni :iya ada apa sus aulia

Aulia :begini sus ini ada pasien atas nama ibu safira yang baru saja test VCT dan positif
terkena HIV , bagaimana dengan pemberian obat ARV nya sus

Yeni :iya sus silahkan bu safiranya nanti dipanggil aja keruanganini

Aulia :baiklah sus tunggu sebentar ya sus

Yeni :iyasus
Aulia : Bu safiraa.. silahkan masuk bu

Safira :iya terimakasih sus

Aulia : bu safira dan pak heri silahkan masuk pak bu

Heri : iya terimakasih sus

Yeni :selamat sore ya pak bu perkenalkan nama saya perawat yeni ,saya yang sedang
bertugas sore ini untuk memberikan terapi obat antiretroviral kepada bapak dan ibu

Heri : iya sus

Yeni : (memegang obat ) baik pak bu ini adalah obat antiretroviral sesuai dosis bapak dan
ibu , diminum selama 3x sehari setiap hari dan harus rutin ya bu pak dan tepat wakutu , di
pagi pada jam 07;00 di siang hari pada jam 13;00 dan pada malam hari di jam 19;00

Safira : itu minum nya boleh dicairin gak sus

Yeni : boleh bu dicairkan dengan air biasa 1 sendok saja bu

Safira : iya sus

Yeni : nah untuk sekarang coba ibu dan bapak minum dahulu obatnya dan ini minumnya

Heri : iya sus

Yeni : baiklah pak , prosedur obat nya sudah selesai , jika obat ini sudah mau habis ibu dan
bapak bisa datang kembali ke klinik ini dan konsul kembali ya pak bu

Heri : iya makasi sus

Safira : iya makasi ya sus

Yeni : samasama pak bu

Anda mungkin juga menyukai