Target/sasaran : Ny. Y
Waktu : 30 menit
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, klien yang mampu mengenal halusinasi
dan cara mengontrolnya.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 X 30 menit diharapkan klien
dapat menjelaskan :
a) Menjelaskan pengertian halusinasi dengan kata-katanya sendiri
b) Menyebutkan 3 jenis halusinasi
c) Menyebutkan 2 penyebab halusinasi
d) Menyebutkan 3 tanda dan gejala halusinasi
e) Menyebutkan 2 dan menjelaskan cara mengontrol halusinasi
B. MATERI
C. MEDIA
a) Leflet
D. METODE
a) Ceramah
b) Tanya Jawab
E. KEGIATAN PENYULUHAN
1. 3 menit Pembukaan :
Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam.
Memperkenalkan diri Mendengarkan
Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
Menyebutkan materi yang akan Memperhatikan
diberikan
2. 10 menit Pelaksanaan :
Menggali pengetahuan klien Memperhatikan
tentang halusinasi
Menjelaskan pengertian halusinasi Memperhatikan
Menjelaskan jenis-jenis halusinasi Memperhatikan
Menjelaskan penyebab halusinasi Memperhatikan
Menjelaskan tanda dan gejala Memperhatikan
halusinasi
Menjelaskan cara mengontrol Memperhatikan
halusinasi
3. 15 menit Evaluasi :
Memberikan kesempatan kepada Bertanya
klien untuk bertanya
Menanyakan kepada klien tentang Menjawab pertanyaan
Lampiran 1
F. EVALUASI
Menanyakan kepada klien dan keluarga klien,
a ) Coba jelaskan pengertian halusinasi?
b) Jelaskan secara singkat jenis-jenis halusinasi?
c) Sebutkan penyebab halusinasi?
d) Sebutkan tanda dan gejala halusinasi?
e) Coba sebutkan dan jelaskan cara mengontrol halusinasi?
G. DAFTAR PUSTAKA
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika
Aditama
Direja, A. Herman., 2011, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta :
Nuha Medika
Keliat, B. A., 2016, Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC.
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Cetakan 1. Jakarta : Trans
Info Medika.
Yosep, I., 2014, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama
MATERI
Lampiran 1
HALUSINASI
A. PENGERTIAN HALUSINASI
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan
sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan,
parabaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetul-betulnya tidak ada
(Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai contoh
klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Direja, 2011)
B. JENIS-JENIS HALUSINASI
Ada beberapa jenis halusinasi, Trimelia. 2011 membagi halusinasi menjadi 8 jenis
yaitu :
1. Halusinasi Pendengaran (Auditif, Akustik)
Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendering atau suara bising yang
tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat
yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan kepada penderita sehingga tidak
jarang penderita bertengkar atau berdebat dengan suara-suara tersebut.
2. Halusinasi Penglihatan (Visual, Optik)
Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya
sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut
akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.
3. Halusinasi Pengciuman (Olfaktorik)
Halusinasi ini biasanya berupa mencium sesuatu bau tertentu dan dirasakan
tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan sebagai
pengalaman yang dianggap penderita sebagai kombinasi moral.
4. Halusinasi Pengecapan (Gustatorik)
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penciuman.
Penderita merasa mengecap sesuatu.
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak di bawah
kulit.
C. PENYEBAB HALUSINASI
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak, susunan syaraf – syaraf pusat dapat
menimbulkan gangguan realita. Gejala yang mungkin timbul adalah : hambatan dalam
belajar, berbicara, daya ingat dan muncul perilaku menarik diri.
b. Psikologis
Keluarga pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respons
psikologis klien, sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi
realitas adalah : penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c. Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan
yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus
asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2016).
Menurut Yosep, I., 2014 Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol
halusinasi, perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang sudah terbukti dapat
mengendalikan halusinasi, keempat cara mengontrol halusinasi adalah sebagai
berikut:
1. Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah cara mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan tidak
terhadap halusinasi yang muncul atau tidak memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat
dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi
yang muncul.
2. Bercakap – cakap dengan orang lain
Bercakap - cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol halusinasi.
Ketika pasien bercakap - cakap dengan orang lain, terjadi distraksi; fokus perhatian
pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
3. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukan
diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktifitas secara terjadwal, pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang sering kali mencetuskan
halusinasi.oleh karena itu, halusinasi dapat dikontrol dengan cara beraktifitas secara
teratur dari bangun pagi sampai tidur malam.tahapan intervensi perawat dalam
memberikan aktivitas yang terjadwal, yaitu :
a. Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
b. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien.
c. Melatih pasien melakukan aktivitas.
d. Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah
dilatih.upayakan pasien mempunyai aktivitas mulai dari bangun pagi sampai tidur
malam.
e. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan Penguatan terhadap prilaku
pasien yang positif.
4. Minum obat secara teratur
Minum obat secara teratur dapat mengontrol halusinasi. Pasien juga harus
dilatih untuk minum obat secara teratur sesuai dengan program terapi dokter. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat dirumah sering mengalami putus obat sehingga pasien
mengalami kekambuhan. Jika kekambuhan terjadi,untuk mencapai kondisi seperti
Lampiran 1
semula akan membutuhkan waktu.oleh karena itu, pasien harus dilatih minum obat
sesuai program dan berkelanjutan berikut ini intervensi yang dapat dilakukan
perawatagar pasien patuh minum obat.
a. Jelaskan kegunaan obat.
b. Jelaskan akibat jika putus obat
c. Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat.
d. Jelaskan cara minum obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar pasien, benar
cara, benar waktu, benar dosis, dan benar kontinuitas).
HALUSINASI
STIKES
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2017
Phone: 555-555-5555
Fax: 555-555-5555
Email: someone@example.com