PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep diri (self concept) mengacu pada evaluasi bidang spesifik dari diri
sendiri. Individu dapat membuat evaluasi diri dalam banyak bidang kehidupan
mereka seperti akademisi, penampilan dan lain-lain. Secara ringkas konsep diri
mengacu pada evaluasi bidang yang lebih spesifik (Santrock, 2002)
c) komponen sikap, yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap
statusnya sekarang dan prospeknya di masa depan, sikap terhadap harga diri dan
pandangan diri yang dimilikinya.
dan sebagainya. Jadi konsep diri seseorang dapat didasarkan pada faktor dasar,
misalnya sebagai berikut: usia 15 tahun, wanita, warga negara indonesia, suku
jawa, siswa.
Dimensi kedua adalah harapan terhadap diri kita sendiri. Ketika seseorang
berpikir tentang siapakah dirinya, pada saat yang sama ia akan berpikir akan
menjadi apa dirinya di masa yang akan datang. Prinsipnya setiap orang memiliki
harapan terhadap dirinya sendiri. Harapan akan diri sendiri ini merupakan diri
ideal. Diri ideal sangat berbeda untuk setiap individu. Apa pun harapan dan tujuan
sesorang akan membangkitkan kekuatan yang mendorongnya menuju masa depan
dan memandu kegiatannya dalam seumur hidupnya.
Terakhir dimensi ketiga adalah evaluasi terhadap diri sendiri. Setiap hari
setiap orang berkedudukan sebagai penilai dirinya sendiri, mengukur apakah ia
bertentangan dengan (1) “saya dapat menjadi apa” yaitu pengharapan seseorang
terhadap dirinya dan (2) “saya seharusnya menjadi apa” tentang siapakah dirinya,
yaitu standart seseorang bagi dirinya sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri ini
disebut harga diri (self esteem), yang mana akan menentukan seberapa jauh
seseorang akan menyukai dirinya. Semakin jauh perbedaan antara gambaran
tentang siapa dirinya dengan gambaran seseorang tentang seharusnya ia menjadi,
maka akan menyebabkan harga diri yang rendah. Sebaliknya bila seseorang
berada dalam standart dan harapan yang ditentukan bagi dirinya sendiri, yang
menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakan dan tujuannya maka ia akan
memiliki harga diri yang tinggi
Dalam hal ini, tidak menjadi soal apakah standart itu masuk akal atau
pengharapan itu realistis. Misalnya jika standart seorang mahasiswa nilainya A
semua, maka nilai rata-rata B+ (yang untuk mahasiswa lain mungkin menjadi
sumber dari rasa harga diri yang tinggi) akan menyebabkan rasa harga diri yang
rendah. Jelaslah bahwa evaluasi tentang diri sendiri merupakan komponen konsep
diri yang sangat kuat.
(b) Peran faktor sosial dengan adanya interaksi seseorang dengan orang-orang
disekitarnya, apa yang dipersepsi seseorang tentang dirinya, tidak terlepas dari
struktur, peran dan status sosial yang disandang orang tersebut;
(c) Konsep diri merupakan produk belajar yang terjadi setiap hari dan umumnya
tidak disadari oleh individu.
Tipe kedua dari konsep diri negatif hampir merupakan kebalikan dari yang
pertama. Disini konsep diri terlalu stabil dan terlalu teratur, dengan kata lain kaku.
Mungkin karena didikan orang tua yang terlalu keras, individu tersebut
menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dan aturan-
aturan yang menurutnya merupakan cara hidup yang tepat.
Pada kedua tipe konsep diri negatif, informasi baru tentang dirinya hampir
pasti menjadi penyebab, kecemasan dan rasa ancaman pada diri. Tidak satupun
dari kedua konsep diri negatif cukup berfariasi dalam menyerap berbagai
informasi tentang dirinya. Setiap hari dalam pikiran manusia menjadi pemilihan
yang ketat tentang berbagai macam dorongan, ingatan dan tanggapan, yang semua
itu akan terefleksi dalam diri. Jadi agar seseorang dapat memahami dan menerima
diri sendiri, maka konsep dirinya harus dilengkapi dengan pengertian yang cukup
luas mencakup bermacam-macam fakta yang berbeda tentang diri kita. Dengan
kata lain konsep diri idealnya harus luas dan tersusun dengan teratur. Orang
dengan konsep diri yang tidak teratur dan konsep diri yang sempit benar-benar
tidak memiliki kategori mental yang dapat dikaitkan dengan informasi yang
bertentangan tentang dirinya. Oleh karena itu ia mengubah terus menerus konsep
dirinya atau melindungi konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau
menolak informasi yang baru.
Dalam kaitannya dengan evaluasi diri, konsep diri negatif sesuai dengan
istilahnya merupakan penilaian negatif terhadap diri sendiri. Apapun yang
diketahui tentang dirinya, ia tidak pernah merasa cukup baik. Apapun yang
diperolehnya tidak berharga dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain. Hal
ini dapat menuntun seseorang ke arah kelemahan emosional. Dari hasil penilaian
Dobson dan Shaw (Coulhoun, 1990) bahwa konsep diri yang negatif seringkali
berhubungan dengan depresi klinis. Atau seseorang akan merasa cemas terus
menerus, karena menghadapi informasi tentang dirinya. Dalam hal ini kecemasan
atau depresi akan mengikis harga dirinya sehingga menyebabkan kekecewaan
emosional yang lebih parah.
Harapan orang yang memiliki konsep diri negatif terhadap dirinya sangat
sedikit. Mereka menganggap dirinya tidak akan merancang pengharapannya
sedemikian rupa, sehingga dalam kenyataannya ia tidak dapat mencapai suatu
apapu yang berharga. Kegagalan ini akan merusak harga dirinya yang memang
sudah rapuh. Lebih lanjut lagi akan menyebabkan citra diri yang lebih negatif dan
pada akhirnya bisa menyebabkan penghancuran diri.
Berlawanan dengan ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif yang
dikemukakan Brook dan Emmert di atas, maka ciri-ciri orang yang memiliki
konsep diri positif antara lain, 1) yakin akan kemampuannya untuk mengatasi
suatu masalah, 2) merasa setara dengan orang lain, 3) menerima pujian dengan
tanpa merasa malu, 4) menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, 5)
mampu memperbaiki diri, karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk mengubahnya.
TINJAUAN KASUS
LO
STEP II
STEP III
1. Sebagai keluarga kita harus memberikan support pada pasien tersebut, dan
kita harus membantu pasien menraik diri untuk bertemu dengan teman
temannya lagi.
2. Faktor fisik
Karena keadaan fisik klien mengalami luka bakar sehingga klien menarik
diri untuk tidak bermain bersama teman temannya
3. Pendekatan yang bisa kita lakukan yaitu pendekatan dengan berkomunikasi
teraupetik pada pasien konsep diri tersebut.
4. L.O
5. Ada. Karena pasien dulunya sangat ceria dan mau bertemu dan bermain
bersama teman temannya tapi setelah pasien mengalami luka bakar pada
bagian wajah dan tangannya , membuat pasien malu dan menarik diri untuk
tidak bertemu dan bermain dengan teman temannya lagi.
6. Hambatannya yaitu dari individu itu sendiri, karena klien malu dengan kondisi
wajah dann tangannya ada bekas luka bakar
7. Karena klien mengalami luka bakar pada wajah dan tangan kiri kanannya yang
membuat klien minder /menarik diri untuk tidak bertemu teman temannya.
8. - Perubahan peran
- Harga diri
- Ideal diri
- Identitas diri
- Citra tubuh
Yang termasuk pada kasus yaitu citra tubuh,peran diri dan harga diri.
STEP IV
(MIND MAPPING)
Gangguan Konsep
Diri
STEP V
Step 2 LO :
Jawaban :
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
3. Intervensi
Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a). Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan
tujuan dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama
terdiagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
b). Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
Tujuan: Gambaran diri klien positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c). Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan
tujuan dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes
diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
A. Pengkajian
I. IDENTITAS
3. Hubungan sosial
Sejak kejadian klien merasa malu dan minder untuk bertemu
dengan orang lain,dan klien banyak berdiam diri ,tidak mau bertemu
dengan teman temannya. Sejak kecil klien seorang yang ceria dan banyak
mempunyai teman.
4. Spiritual
Tidak terkaji
25
5. Status Mental
Klien mengalami luka pada bagian tangan kanan dan kiri,klien juga
mengalami luka pada bagian wajah, klien merasa malu dan minder untuk
bertemu dengan orang lain,klien banyak berdiam diri dirumah dan selalu
menutupi bagian yang terkena luka bakar dan tidak mau bertemu dengan
teman temannya. Pasien banyak menunduk dan mengatakan tangan dan
wajahnya tidak seperti orang lain
6. Mekanisme Koping
8. Pengetahuan
Tidak terkaji
26
ANALISA DATA
No DATA MASALAH
1 Data Subjektif Gangguan konsep diri :
harga diri rendah
Klien mengatakan tangan dan wajahnya tidak
seperti orang lain
Data Objektif
Data Objektif
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguankonsepdiri: Hargadirirendah
2. Gangguan Citra tubuh
27
C. Intervensi Keperawatan
28
TUK 4: 4. Klien membuat rencana kemampuan dan
kegiatan harian aspek positif yang
Klien dapat
dimiliki klien:
merencanakan 5. Klien melakukan
kegiatan sesuai kegiatan sesuai dengan a.Setiap bertemu klien
dengan kemampuan kondisi sakitnya hindarkan dari
yang dimiliki memberi penilaian
6. Klien memanfaatkan
negatif
TUK 5: system pendukung yang ada
di keluarga b.Utamakan memberi
Klien dapat
pujian yang realistic
melakukan kegiatan
sesuai dengan kondisi 3.Diskusikan dengan
sakit dan klien kemampuan
kemampuannya yang masih dapat
dilakukan
TUK 6:
a.diskusikan
Klien dapat
kemampuan yang
memanfaatkan
dapat dilanjutkan
system pendukung
yang ada 4.Rencanakan
bersama klien
aktivitas yang dapat
dialakukan setiap hari
sesuai kemampuan:
a.Tingkatkan kegiatan
yang sesuai dengan
toleransi kondisi klien
b.Beri contoh
pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien
29
lakukan
5.Beri kesempatan
pada klien untuk
mencoba kegiatan
yang telah
direncanakan
b.Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah
a.Bantu keluarga
dalam memberi
dukungan pada klien
b.Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan rumah
30
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
31
TUK 4: bentuk atau fungsi tubuh.
32
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya
jugadidasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai
caramemandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual,
sosialdan spiritual. Penting di ingat bahwa konsep diri ini bukan pandangan orang
lain pada kita melainkan pandangan kita sendiri atas diri kita yang diukur dengans
tandar penilaian orang lain. (Muhith, 2015)
Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri, Calhom
danAcocella (1995) misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut
yakni dimensi pengetahuan, dimensi pengharapan dan dimensi penilaian.Menurut
Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yangmempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) danSelf Perception
(persepsi diri sendiri.Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat
lima rentang responskonsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga
diri rendah, kekacauanidentitas, dan depersonalisasi.
Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat
menyebabkangangguan konsep diri yaitu pola asuh orang tua, kegagalan, depresi,
kritik internaldan merubah diriGangguan konsep diri adalah suatu kondisi
dimanaindividumengalamikondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan
dirinya sendiri yang negatif. Gangguan konsep diri dapat juga disebabkan adanya
stresor. (Muhith,2015) & (Potter & Perry, 2005)Masalah keperawatan gangguan
konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yaitugangguan citra tubuh, gangguan
ideal diri, gangguan peran, gangguan identitasdan gangguan harga diri
33
4.2 Saran
Untuk membangun konsep diri, kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang
lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup. Semua
yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri,
kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi
dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.
34
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, J.W. (2002). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup, Jilid
2, Penerjemah: Chusairi dan Damanik). Jakarta: Erlangga.
Barlow, H.D., & Durand, V.M. (1995). Abnormal Psychology. Amerika Serikat:
Brook/Cole Publishing Company.
35