Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


KonsepDiriMerupakan suatu kerangka acuan (frame of reference) dalam
berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Hurlock (1993) konsep diri merupakan
gambaran seseorang tentang dirinya, baik yang bersifat fisik maupun psikologis
yang diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain. Cawagas (dalam Hurlock,
1993) mengemukakan bahwa konsep diri menyangkut seluruh pandangan individu
akan dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian dan
kegagalan. Konsep diri juga dapat diartikan sebagai penilaian keseluruhan
terhadap penampilan, perilaku, perasaan, sikap-sikap, kemampuan serta sumber
daya yang dimiliki seseorang (Labenne dan Greene, dalam Hurlock 1969).
Konsep diri sebagai suatu penilaian terhadap diri, juga dijelaskan dalam defenisi
konsep diri yang dikemukakan oleh Partosuwido, dkk (dalam Hurlock, 1974)
yaitu bahwa konsep diri adalah cara bagaimana individu menilai diri sendiri,
bagaimana penerimaannya terhadap diri sendiri sebagaimana yang dirasakan,
diyakini, dan dilakukan, baik ditinjau dari segi fisik, moral, keluarga, personal,
dansosial.

1.2. Rumusan masalah


1. Apa yang di maksuddengankonsepdiri?
2. ApasajaDimensiKonsepDiri
3. ApasajaFaktor-Faktor Yang MempengaruhiKonsepDiri
4. Apa yang di maksuddenganskizofrenia
5. ApaEpidemologidariskizofrenia
6. ApaEtiologidariskizofrenia
1.3. Tujuan
1. Untukmengetahuipengertiankonsepdiridanskozifrenia
2. UntukmengetahuiFaktor Yang MempengaruhiKonsepDiri
3. Untukmengetahuietiologidanepidiomologiskizofrenia
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diri


2.1.1 Pengertian Konsep Diri
Merupakan suatu kerangka acuan (frame of reference) dalam berinteraksi
dengan lingkungan. Menurut Hurlock (1993) konsep diri merupakan gambaran
seseorang tentang dirinya, baik yang bersifat fisik maupun psikologis yang
diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain. Cawagas (dalam Hurlock,
1993) mengemukakan bahwa konsep diri menyangkut seluruh pandangan individu
akan dimensi fisik, karakteristik pribadi, motivasi, kelemahan, kepandaian dan
kegagalan. Konsep diri juga da pat diartikan sebagai penilaian keseluruhan
terhadap penampilan, perilaku, perasaan, sikap-sikap, kemampuan serta sumber
daya yang dimiliki seseorang (Labenne dan Greene, dalam Hurlock 1969).
Konsep diri sebagai suatu penilaian terhadap diri, juga dijelaskan dalam defenisi
konsep diri yang dikemukakan oleh Partosuwido, dkk (dalam Hurlock, 1974)
yaitu bahwa konsep diri adalah cara bagaimana individu menilai diri sendiri,
bagaimana penerimaannya terhadap diri sendiri sebagaimana yang dirasakan,
diyakini, dan dilakukan, baik ditinjau dari segi fisik, moral, keluarga, personal,
dan sosial.

Konsep diri (self concept) mengacu pada evaluasi bidang spesifik dari diri
sendiri. Individu dapat membuat evaluasi diri dalam banyak bidang kehidupan
mereka seperti akademisi, penampilan dan lain-lain. Secara ringkas konsep diri
mengacu pada evaluasi bidang yang lebih spesifik (Santrock, 2002)

Hurlock (1974) mengatakan bahwa konsep diri memiliki tiga komponen


utama, yaitu:

a) komponen perseptual, yaitu image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan


kesan yang ditampilkan pada orang lain. Komponen ini sering disebut sebagai
physical self concept,
b) komponen konseptual, yaitu konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus
yang dimiliki, baik kemampuan dan ketidakmampuan, latar belakang serta masa
depannya. Komponen ini sering disebut sebagai psychological self concept, yang
tersusun dari beberapa kualitas penyesuaian diri, seperti kejujuran, percaya diri,
kemandirian, pendirian yang teguh dan kebalikan dari sifat-sifat tersebut,

c) komponen sikap, yaitu perasaan seseorang tentang diri sendiri, sikap terhadap
statusnya sekarang dan prospeknya di masa depan, sikap terhadap harga diri dan
pandangan diri yang dimilikinya.

2.2 Dimensi Konsep Diri


Menurut Coulhorn (1990) konsep diri memiliki tiga dimensi, yaitu:
pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri dan evaluasi diri.
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui tentang diri kita.
Biasanya hal ini menyangkut hal-hal bersifat dasar seperti; usia, jenis kelamin,
kebangsaan, latar belakang etnis, profesi

dan sebagainya. Jadi konsep diri seseorang dapat didasarkan pada faktor dasar,
misalnya sebagai berikut: usia 15 tahun, wanita, warga negara indonesia, suku
jawa, siswa.

Faktor dasar ini akan menentukan seseorang dalam kelompok sosial


tertentu. Selain itu setiap orang juga akan mengidentifikasi dengan kelompok
sosial lain yang dapat menambah julukan dirinya dan memberikan sejumlah
informasi lain yang akan masuk dalam potret mental orang tersebut. Melalui
perbandingan dengan orang lain ini, seseorang memberikan penilaian kualitas
dirinya. Seperti orang yang pandai atau yang bodoh, baik hati atau egois, spontan
dan hati-hati. Kualitas diri ini tidak permanen tetapi berubah, bila seseorang
mengubah tingkah lakunya atau dapat mengubah kelompok pembandingnya.

Dimensi kedua adalah harapan terhadap diri kita sendiri. Ketika seseorang
berpikir tentang siapakah dirinya, pada saat yang sama ia akan berpikir akan
menjadi apa dirinya di masa yang akan datang. Prinsipnya setiap orang memiliki
harapan terhadap dirinya sendiri. Harapan akan diri sendiri ini merupakan diri
ideal. Diri ideal sangat berbeda untuk setiap individu. Apa pun harapan dan tujuan
sesorang akan membangkitkan kekuatan yang mendorongnya menuju masa depan
dan memandu kegiatannya dalam seumur hidupnya.

Terakhir dimensi ketiga adalah evaluasi terhadap diri sendiri. Setiap hari
setiap orang berkedudukan sebagai penilai dirinya sendiri, mengukur apakah ia
bertentangan dengan (1) “saya dapat menjadi apa” yaitu pengharapan seseorang
terhadap dirinya dan (2) “saya seharusnya menjadi apa” tentang siapakah dirinya,
yaitu standart seseorang bagi dirinya sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri ini
disebut harga diri (self esteem), yang mana akan menentukan seberapa jauh
seseorang akan menyukai dirinya. Semakin jauh perbedaan antara gambaran
tentang siapa dirinya dengan gambaran seseorang tentang seharusnya ia menjadi,
maka akan menyebabkan harga diri yang rendah. Sebaliknya bila seseorang
berada dalam standart dan harapan yang ditentukan bagi dirinya sendiri, yang
menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakan dan tujuannya maka ia akan
memiliki harga diri yang tinggi

Dalam hal ini, tidak menjadi soal apakah standart itu masuk akal atau
pengharapan itu realistis. Misalnya jika standart seorang mahasiswa nilainya A
semua, maka nilai rata-rata B+ (yang untuk mahasiswa lain mungkin menjadi
sumber dari rasa harga diri yang tinggi) akan menyebabkan rasa harga diri yang
rendah. Jelaslah bahwa evaluasi tentang diri sendiri merupakan komponen konsep
diri yang sangat kuat.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri


Mead (Hurlock, 1993) menyebutkan bahwa konsep diri merupakan produk
sosial, yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-
pengalaman psikologis. Pengalaman-pengalaman psikologis ini merupakan hasil
eksplorasi individu terhadap lingkungan fisik dan refleksi dari dirinya yang
diterima dari orang-orang penting di sekitarnya.
Oleh karena itu banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang. yaitu:
a) Peran orang tua dan anggota keluarga yang ditandai dengan adanya integritas
dan tenggang rasa yang tinggi antara anggota keluarga serta dirinya mendapat
dukungan kedua orang tua dan anggota keluarga lainnya dalam menghadapi
masalah, sehingga ia menjadi lebih bersikap positif serta realistis dalam
memandang lingkungan dan dirinya;

(b) Peran faktor sosial dengan adanya interaksi seseorang dengan orang-orang
disekitarnya, apa yang dipersepsi seseorang tentang dirinya, tidak terlepas dari
struktur, peran dan status sosial yang disandang orang tersebut;

(c) Konsep diri merupakan produk belajar yang terjadi setiap hari dan umumnya
tidak disadari oleh individu.

Lebih lanjut Verderher (dalam Hurlock, 1974) juga mengemukakan bahwa


terdapat empat faktor yang juga mempengaruhi konsep diri seseorang, yaitu: (a)
Self appraisa-viewing self as an object, merupakan sutu pandangan yang
menjadikan diri sendiri sebagai objek dalam komunikasi atau kesan kita terhadap
diri sendiri, semakin besar pengalaman positif yang kita miliki semakin positif
konsep diri kita, namun sebaliknya semakin besar pengalaman negatif yang kita
miliki semakin negatif konsep diri kita; (b) Reaction and response of other, yaitu
reaksi dan respon orang lain terhadap diri, dengan demikian, apa yang ada pada
diri kita, dievaluasi oleh orang lain melalui interaksi kita dengan orang sekitar; (c)
roles you play-role taking, merupakan serangkaian pola perilaku nilai dan tujuan
yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu dalam
kelompok sosial;

(d) reference group, merupakan cara memandang perilaku seseorang berdasarkan


penilaian kelompoknya, dimana dngan penilaian tersebut akan dapat
mengembangkan konsep diri seseorang sebagai akibat adanya pengaruh kelompok
rujukan tersebut.
2.4 Konsep Diri Negatif
Orang yang mempunyai konsep diri negatif akan sangat sedikit mengetahui
tentang dirinya, Adapun menurut Coulhoun (1990) ada dua jenis konsep diri
negatif. Tipe pertama, yang merupakan sangat tidak teraturnya pandangan
seseorang tentang dirinya, ia tidak memiliki kestabilan dan keutuhan diri, dan ia
benar-benar tidak tahu siapa dirinya.

Tipe kedua dari konsep diri negatif hampir merupakan kebalikan dari yang
pertama. Disini konsep diri terlalu stabil dan terlalu teratur, dengan kata lain kaku.
Mungkin karena didikan orang tua yang terlalu keras, individu tersebut
menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dan aturan-
aturan yang menurutnya merupakan cara hidup yang tepat.

Pada kedua tipe konsep diri negatif, informasi baru tentang dirinya hampir
pasti menjadi penyebab, kecemasan dan rasa ancaman pada diri. Tidak satupun
dari kedua konsep diri negatif cukup berfariasi dalam menyerap berbagai
informasi tentang dirinya. Setiap hari dalam pikiran manusia menjadi pemilihan
yang ketat tentang berbagai macam dorongan, ingatan dan tanggapan, yang semua
itu akan terefleksi dalam diri. Jadi agar seseorang dapat memahami dan menerima
diri sendiri, maka konsep dirinya harus dilengkapi dengan pengertian yang cukup
luas mencakup bermacam-macam fakta yang berbeda tentang diri kita. Dengan
kata lain konsep diri idealnya harus luas dan tersusun dengan teratur. Orang
dengan konsep diri yang tidak teratur dan konsep diri yang sempit benar-benar
tidak memiliki kategori mental yang dapat dikaitkan dengan informasi yang
bertentangan tentang dirinya. Oleh karena itu ia mengubah terus menerus konsep
dirinya atau melindungi konsep dirinya yang kokoh dengan mengubah atau
menolak informasi yang baru.

Dalam kaitannya dengan evaluasi diri, konsep diri negatif sesuai dengan
istilahnya merupakan penilaian negatif terhadap diri sendiri. Apapun yang
diketahui tentang dirinya, ia tidak pernah merasa cukup baik. Apapun yang
diperolehnya tidak berharga dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain. Hal
ini dapat menuntun seseorang ke arah kelemahan emosional. Dari hasil penilaian
Dobson dan Shaw (Coulhoun, 1990) bahwa konsep diri yang negatif seringkali
berhubungan dengan depresi klinis. Atau seseorang akan merasa cemas terus
menerus, karena menghadapi informasi tentang dirinya. Dalam hal ini kecemasan
atau depresi akan mengikis harga dirinya sehingga menyebabkan kekecewaan
emosional yang lebih parah.

Harapan orang yang memiliki konsep diri negatif terhadap dirinya sangat
sedikit. Mereka menganggap dirinya tidak akan merancang pengharapannya
sedemikian rupa, sehingga dalam kenyataannya ia tidak dapat mencapai suatu
apapu yang berharga. Kegagalan ini akan merusak harga dirinya yang memang
sudah rapuh. Lebih lanjut lagi akan menyebabkan citra diri yang lebih negatif dan
pada akhirnya bisa menyebabkan penghancuran diri.

Brook dan Emmert (Rakmat,1995) menyebutkan ciri-ciri orang yang


memiliki konsep diri negatif antara lain, 1) peka terhadap ktitik, 2) responsif
terhadap pujian, meskipun mungkin ia berpura-pura menghindarinya, 3)
hiperkritis terhadap orang lain, 4) merasa tidak disenangi oleh orang lain,
sehingga sulit menciptakan kehangatan dan keakraban dengan orang lain, 5)
pesimis terhadap kompetisi.

2.5 Konsep Diri Positif


Dasar dari konsep diri yang positif adalah adanya penerimaan diri. Hal ini
disebabkan orang yang memiliki konsep diri positif mengenal dirinya dengan
baik. Tidak seperti halnya dengan konsep diri negatif, konsep diri yang positif
bersifat stabil dan bevariasi. Konsep diri ini meliputi baik informasi yang positif
maupun yang negatif tentang dirinya. Jadi orang yang memiliki konsep diri positif
dapat menerima dan memahami kenyataan yang bermacam-macam tentang
dirinya sendiri.

Karena konsep diri yang positif dapat menampung seluruh pengalaman


dirinya, maka hasil evaluasi dirinya pun positif. Ia dapat menerima dirinya secara
apa adanya. Hal ini tidak berarti bahwa ia tidak pernah kecewa terhadap dirinya
sendiri atau bahwa ia gagal mengenali kesalahannya sebagai suatu kesalahan.
Tetapi ia tidak perlu merasa bersalah terus menerus atas keberadaannya. Dengan
menerima diri sendiri ia dapat menerima orang lain.

Orang yang memiliki konsep diri positif merancang tujuan-tujuan yang


sesuai dengan kemampuannya dan realistis, artinya memiliki kemungkinan besar
untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Disamping itu tujuan itu cukup berharga
sehingga kalau ia berhasil mencapainya akan meningkatkan harga dirinya. Yang
paling penting dari pengharapan yang realistis adalah pengharapan tentang
kehidupannya sebagai individu. Oleh karena konsep diri yang positif mampu
mengasimilasikan seluruh pengalaman individu, baik yang positif maupun yang
negatif, maka hal ini merupakan modal yang berharga dalam menghadapi
kehidupan di masa depan. Orang yang berkonsep diri positif dapat menyongsong
masa depannya dengan bebas. Baginya hidup merupakan suatu proses penemuan,
yang dapat membuat dirinya tertarik, memberi kejutan dan imbalan yang
menyenangkan. Oleh karena itu konsep diri yang positif akan menuntun seseorang
untuk bertindak dengan spontan dan memperlakukan orang lain dengan ramah dan
hormat. Cara hidup seperti ini akan membuat hidup terasa menyenangkan, penuh
kejutan dan imbalan yang menyenangkan

Berlawanan dengan ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif yang
dikemukakan Brook dan Emmert di atas, maka ciri-ciri orang yang memiliki
konsep diri positif antara lain, 1) yakin akan kemampuannya untuk mengatasi
suatu masalah, 2) merasa setara dengan orang lain, 3) menerima pujian dengan
tanpa merasa malu, 4) menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh masyarakat, 5)
mampu memperbaiki diri, karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek
kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha untuk mengubahnya.

2.6 Peran Konsep Diri Dalam Perilaku


Sebagai inti kepribadian, konsep diri akan menentukan keberhasilan
seseorang dalam menghadapi permasalahan yang timbul dalam kehidupannya.
Hal ini disebabkan konsep diri merupakan internal frame of reference, yaitu
merupakan kerangka acuan bagi tingkah laku individu (Meichati, dalam Hurlock
1974).

Menurut Pudjigjogyanti (dalam Hurlock,1974), ada tiga alasan yang dapat


mejelaskan peran konsep diri dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu: a)
Konsep diri mempunyai peran penting dalam mempertahankan keselarasan batin
(inner consistency), apabila timbul perasaan atau persepsi yang tidak seimbang
atau saling bertentangan, maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak
menyenangkan, sehingga ia akan mengubah perilakunya; b) Seluruh sikap dan
pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi individu dalam
menafsirkan pengalamannya, sebuah kejadian dapat ditafsirkan secara berbeda-
beda oleh beberapa individu, karena masing-masing mempunyai sikap dan
pandangan berbeda terhadap diri sendiri; c) Konsep diri menentukan pengharapan
individu, Mc Candless (dalam Hurlock, 1974), mengatakan bahwa konsep diri
merupakan seperangkat harapan serta penilaian perilaku yang menunjuk kepada
harapan-harapan tersebut.

2.7 Peran Konsep Diri dalam Aktualisasi Diri


Roger (Coulhorn, 1990) mengatakan bahwa meskipun diri mempunyai
tendensi inheren untuk mengaktualisasikan diri, namun sangat meudah
dipengaruhi oleh lingkungan, khususnya oleh lingkungan sosial. Pengalaman pada
masa kanak-kanak memiliki peranan yang sangat besar dalam menentukan
keberhasilan individu tersebut untuk mengaktualisasikan diri.

Sebagai bagian dari konsep diri, individu juga akan mengembangkan


gambaran akan menjadi siapa atau mungkin ingin menjadi siapa dirinya nanti (diri
ideal). Gambaran-gambaran itu dibentuk sebagai akibat dari bertambah
kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain. Dengan mengamati reaksi
orang lain terhadap tingkah lakunya, individu secara ideal akan mengembangkan
suatu pola kemungkinan adanya beberapa ketidakharmonisan antara diri yang
sebagaimana adanya dengan diri ideal dapat diperkecil. Karena ketidaksesuaian
antara gambaran diri yang sebenarnya dengan diri ideal akan menimbulkan
ketidakpuasan dalam penyesuaian diri. Hal ini disebabkan sebagian besar
penilaian tentang harga diri tergantung pada seberapa dekat seseorang dengan
ideal self-nya. Semakin dekat diri yang sebenarnya dengan diri ideal, semakin
tinggi pula harga diri seseorang.

Harga diri merupakan evaluasi seseorang terhadap diri sendiri, yang


menyatakan sikap menerima atau menolak, bahkan lebih jauh dikemukakan
bahwa harga diri akan menunjukkan seberapa besar seseorang percaya bahwa
dirinya mampu, berarti berhasil dan beharga. Harga diri ini akan menentukan
penerimaan diri, menurut Jersild (Hurlock, 1974) adalah individu dapat menerima
emosi-emosinya, memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mengatasi
hidup, mau menerima tanggung jawab dan tantangan terhadap kemampuannya,
tanpa menjangkau hal-hal yang tidak mungkin dan mempunyai penghargaan yang
sehat terhadap hak-haknya dan diri sebagai orang yang berguna meskipun tidak
sempurna. Penerimaan diri ini bukan berarti merasa puas terhadap diri sendiri,
tetapi lebih cenderung kepada kemauan untuk menghadapi kenyataan-kenyataan
dan kondisi-kondisi hidup, baik yang menyenangkan ataupun tidak, menurut
kemampuannya.

Dalam kaitannya dengan aktualisasi diri, Rogers (Coulhoun, 1990)


mengatakan bahwa kunci dari aktualisasi diri adalah konsep diri. Orang yang
positif berarti memiliki penerimaan diri dan harga diri yang positif. Mereka
menganggap dirinya berharga dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana
adanya. Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri negatif, menunjukkan
penerimaan diri negatif pula. Mereka memiliki perasaan kurang berharga, yang
menyebabkan perasaan benci atau penolakan terhadap diri sendiri.

Johnson dan Medinnus (dalam Hurlock, 1974) mengatakan bahwa konsep


diri yang positif yang nampak dalam bentuk penghargaan terhadap diri sendiri dan
penerimaan diri adalah merupakan dasar perkembangan kepribadiaan yang sehat.
Oleh karena itu sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa kepribadian yang
sehat merupakan syarat dalam mencapai aktualisasi diri, maka hanya orang yang
memiliki konsep diri positif saja yang akan dapat mengaktualisasikan diri
sepenuhnya. Sedangkan orang- orang yang memiliki konsep diri negatif
cenderung mengembangkan gangguan dalam penyesuaian diri. Hal ini disebabkan
adanya ketidakharmonisan (incongruence) antara konsep diri dengan kenyataan
yang mengitari mereka atau dengan kata lain mereka tidak dapat mengembangkan
kepribadian yang sehat. Oleh karena itu mereka tidak dapat mengaktualisasika
semua segi dari dirinya.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. Kasus Tutor

Ny. F usia 20 tahun ,tinggal di danau teluk,suku bangsa melayu, datang ke


poli kulit RSU Raden Mattaher Jambi, post luka bakar. Klien mengalami luka
pada bagian tangan kanan dan kiri, klien juga mengalami luka pada bagian wajah,
sejak kejadian klien merasa malu dan minder untuk ketemu dengan orang
lain,klien banyak berdiam diri dirumah,dan selalu menutup bagian yg terkena luka
bakar.tidak mau bertemu dengan teman- temannya.sejak kecil klien seorang yang
ceria dan banyak mempunyai teman.sejak kejadian luka bakar pada tangan dan
wajah, klien banyak berdiam diri dirumah.Ketika perawat akan melakukan
pengukuran Tekanan darah klien menolak dan menutupi tangannya dengan
jaket.wajah klien ditutupi dengan jilbab. Hasil pengkajian tangan sebelah kanan
dan kiri berwarna putih bekas luka bakar.pada saat perawat meminta untuk
membuka bagian wajah,tampak wajah berwarna merah dan keputihan,pasien
banyak menunduk, dan mengatakan tangan dan wajahnya tidak seperti orang lain.

LO

1. Sebutkan masalah keperawatan pada kasus tersebut?


2. Sebutkan gangguan Konsep diri apa yang terjadi pada klien
STEP I

STEP II

1.Sikap keluarga terhadap pasien


2.Apa saja faktor yang mempengaruhi pasien
3.Pendekatan seperti apa yang harus dilakukan perawat pada pasien
4.Bagaimana tindakan keperawatan yang harus dilakukan
5.Adakah perubahan peran pada Ny. F
6.Apaasaja hambatan dalam pengembangan konsep diri Ny.F
7.Apa yang menyebabkan Ny.F menarik diri dan tidak mau bertemu dengan
teman temannya?
8.Apa saja komponen konsep diri , pada kasus termasuk komponen konsep diri
yang mana|?

STEP III
1. Sebagai keluarga kita harus memberikan support pada pasien tersebut, dan
kita harus membantu pasien menraik diri untuk bertemu dengan teman
temannya lagi.
2. Faktor fisik
Karena keadaan fisik klien mengalami luka bakar sehingga klien menarik
diri untuk tidak bermain bersama teman temannya
3. Pendekatan yang bisa kita lakukan yaitu pendekatan dengan berkomunikasi
teraupetik pada pasien konsep diri tersebut.
4. L.O
5. Ada. Karena pasien dulunya sangat ceria dan mau bertemu dan bermain
bersama teman temannya tapi setelah pasien mengalami luka bakar pada
bagian wajah dan tangannya , membuat pasien malu dan menarik diri untuk
tidak bertemu dan bermain dengan teman temannya lagi.
6. Hambatannya yaitu dari individu itu sendiri, karena klien malu dengan kondisi
wajah dann tangannya ada bekas luka bakar
7. Karena klien mengalami luka bakar pada wajah dan tangan kiri kanannya yang
membuat klien minder /menarik diri untuk tidak bertemu teman temannya.
8. - Perubahan peran
- Harga diri
- Ideal diri
- Identitas diri
- Citra tubuh
Yang termasuk pada kasus yaitu citra tubuh,peran diri dan harga diri.
STEP IV
(MIND MAPPING)

Ny.F usia 20 tahun

Post luka bakar pada


Datang ke poli kulit RSU
bagian tangan kanan
Raden Mattaher Jambi kiri dan wajah

Hasil pengkajian tangan Klien merasa


sebelah kanan dan kiri malu,minder,banyak
berwarna putih dan berdiam diri di rumah,selalu
wajah berwarna merah menutup bagian yang
keputihan. terkena luka bakar,tidak
mau bertemu dengan teman
– temannya,klien banyak
menunduk,dan mengatakan
tangan dan wajahnya tidak
seperti orang lain.

Gangguan Konsep
Diri
STEP V

(Learning Objective dan Issue )

1.Sebutkan masalah keperawatan pada kasus tersebut?

2. Sebutkan gangguan konsep diri apa yang terjadi pada klien?

Step 2 LO :

4. Bagaimana tindakan keperawatan yang harus dilakukan ?

Jawaban :

1. Masalah keperawatan pada kasus tersebut adalah


a) Gangguan citra tubuh
b) Harga diri rendah situasional
c) Isolasi social : menarik diri

2. Gangguan konsep diri apa yang terjadi pada klien yaitu :


a) Citra tubuh : pasien mengalami post luka bakar pada tangan
kanan,tangan kiri dan wajah sehingga merasa malu dan minder
bertemu dengan orang lain,saat dilakukan pengkajian tekanan darah
oleh perawat pasien menolak dan menutupi tangannya dengan
jaket,wajah ditutupi dengan jilbab.
b) Ideal diri : pasien selalu menutup bagian yang terkena luka bakar dan
tidak mau bertemu dengan teman – temannya.
c) Harga diri : pasien merasa malu dan minder bertemu dengan orang
lain,mengatakan tangan dan wajahnya tidak seperti orang lain
d) Peran diri : pasien yang sebelumnya bersifat ceria dan banyak
mempunyai teman berubah menjadi malu dan minder bertemu dengan
teman – temannya,banyak berdiam diri di rumah,tidak mau bertemu
dengan teman – temannya.
e) Identitas diri : pasien tidak memiliki rasa percaya diri untuk bertemu
dengan orang lain karena kondisi kulit post luka bakar pada tangan
kanan,tangan kiri dan wajah.

3. Tindakan keperawatan yang harus dilakukan adalah :


a) Perawat harus menjalin hubungan yang baik dengan pasien untuk
terwujudnya asuhan keperawatan yang akan dilakukan
b) Perawat harus menggunakan komunikasi terapeutik dan respon simpati
c) Perawat harus memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien
d) Perawat harus mendengarkan dan mendorong pasien untuk
mendiskusikan pikiran dan perasaan pasien
3.2 Asuhan Keperawatan

3.2.1 Asuhan Keperawatan Teoritis


Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial
menurutTarwoto, 2003 adalah sebagai berikut:
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah:
a. Status emosional
1) Apakah emosi sesuai perilaku?
2) Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3) Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4) Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5) Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b. Konsep diri
1) Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2) Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3) Apakan klien suka akan dirinya?
c. Cara komunikasi
1) Apakah klien mudah merespon?
2) Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3) Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4) Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d. Pola interaksi
1) Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2) Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3) Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e. Pendidikan dan pekerjaan
1) Pendidikan terakhir
2) Keterampilan yang mampu dilakukan
3) Pekerjaan klien
4) Status keuangan
f. Hubungan sosial
1) Teman dekat klien
2) Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g. Faktor kultur sosial
1) Apakah agama dan kebudayaan klien?
2) Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3) Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h. Pola hidup
1) Dimana tempat tinggal klien?
2) Bagaimana tempat tinggal klien?
3) Dengan siapa klien tinggal?
4) Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i. Keluarga
1) Apakah klien sudah menikah?
2) Apakah klien sudah mempunyai anak?
3) Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4) Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5) Bagaimana tingkat kecemasaan klien?

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai
berikut:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.

3. Intervensi
Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a). Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.

Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan
tujuan dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama
terdiagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.

b). Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
Tujuan: Gambaran diri klien positif.

Kriteria Hasil:
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c). Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan
tujuan dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes
diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.

d). Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.


Tujuan: Klien dapat menidentifikasi identitasnya yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan
tujuan dengan singkat dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan identitas diri klien.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes
diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
4. Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi/rencana yang telah
dibuat dan sesuai dengan kondisi klien.
5. Evaluasi
a. Klien menunjukkan harga diri yang positif.
b. Gambaran diri klien positif.
3.2.2 Asuhan Keperawatan Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny ’F'

A. Pengkajian

I. IDENTITAS

- Nama / inisial : Ny ”F”


- Umur : 20 thn
- Jenis kelamin : Perempuan
- Agama : Islam
- Alamat : Danau Teluk
- Pendidikan : Tidak Terkaji
- Pekerjaan : tidak terkaji
- Status perkawinan : -
- Tanggal MRS : 28 mei 2019
- Tanggal Pengkajian : 28 mei 2019
- Ruang rewat :
- No.MedRec
II. Alasan Masuk Rumah Sakit

Post luka bakar

III. Faktor Predisposisi


1. Gangguan jiwa masalalu : -
2. Pengobatan : -
3. Aniaya fisik : -
4. Adakah a
5. nggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa : -
6. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : -

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Ttv : -
2. Konsep diri
Klien mengalami luka pada bagian tangan kanan dan kiri,klien juga
mengalami luka pada bagian wajah, klien merasa malu dan minder untuk
bertemu dengan orang lain,klien banyak berdiam diri dirumah dan selalu
menutupi bagian yang terkena luka bakar dan tidak mau bertemu dengan
teman temannya. Pasien banyak menunduk dan mengatakan tangan dan
wajahnya tidak seperti orang lain
Masalah keperawatan : gangguan konsep diri : HargaDiriRendah

3. Hubungan sosial
Sejak kejadian klien merasa malu dan minder untuk bertemu
dengan orang lain,dan klien banyak berdiam diri ,tidak mau bertemu
dengan teman temannya. Sejak kecil klien seorang yang ceria dan banyak
mempunyai teman.
4. Spiritual

Tidak terkaji

25
5. Status Mental
Klien mengalami luka pada bagian tangan kanan dan kiri,klien juga
mengalami luka pada bagian wajah, klien merasa malu dan minder untuk
bertemu dengan orang lain,klien banyak berdiam diri dirumah dan selalu
menutupi bagian yang terkena luka bakar dan tidak mau bertemu dengan
teman temannya. Pasien banyak menunduk dan mengatakan tangan dan
wajahnya tidak seperti orang lain

6. Mekanisme Koping

Klien banyak menunduk

7. Masalah Psikososial dan Lingkungan


a. Masalah dengan dukungan kelompok spesifik
Tidakterkaji

b. Masalah berhubungan dengan lingkungan spesifik


Sejak kejadian klien merasa malu dan minder untuk ketemu
dengan orang lain

c. Masalah dengan pendidikan spesifik


Tidak terkaji

d. Masalah dengan pekerjaan spesifik


Tidak terkaji

e. Masalah dengan perumahan, spesifik


Klien banyak berdiam diri dirumah

8. Pengetahuan

Tidak terkaji

26
ANALISA DATA
No DATA MASALAH
1 Data Subjektif Gangguan konsep diri :
harga diri rendah
Klien mengatakan tangan dan wajahnya tidak
seperti orang lain

Data Objektif

Klien mengalami luka pada bagian tangan


kanan dan kiri, klien juga mengalami luka pada
bagian wajah,selalu menutupi bagian yg terkena
luka bakar. Ketika perawat akan melakukan
pengukuran tekanan darah klien menolak dan
menutupi tangannya denga jaket. Wajah klien
ditutupi dengan jilbab.

2. Data Subjektif Gangguan citra tubuh

Klien merasa malu dan minder untuk bertemu


dengan orang lain,tidak mau bertemu dengan teman
temannya. Padahal sejak kecil klien seorang yang
ceria dan banyak teman

Data Objektif

Pasien banyak menunduk

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguankonsepdiri: Hargadirirendah
2. Gangguan Citra tubuh

27
C. Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI

Harga diri rendah TUM: 1. Ekspresi wajah 1.Bina hubungan


bersahabat, menunjukkan saling percaya:
Klien dapat
rasa senang, ada kontak
berhubungan dengan a.Sapa klien
mata, mau berjabat tangan,
orang lain secara
mau menyebutkan nama, b.Beri salam/panggil
optimal
mau menjawab salam, klien
nama klien
mau duduk berdampingan
dengan perawat, mau c.Tanyakan
mengutarakan masalah yang nama panggilan
TUK1: dihadapi kesukaan klien

Klien dapat membina 2. Klien mengidentifikasi d.Sebutkan nama


hubungan daling kemampuan dan aspek perawatan sambil
percaya positif yang dimiliki: berjabat tangan

TUK 2: · kemampuan yang e.Jelaskan maksud


dimiliki hubungan interaksi
Klien dapat meng
identifikasi · Aspek positif f.Jelaskan kontrak
kemampuan dan keluarga yang akan dibuat
aspek positif yang
· Aspek positif g.Beri rasa aman dan
dimiliki
lingkungan yang dimiliki sikap empati
TUK 3: klien
h.Beri perhatian pada
Klien dapat menilai 3. klien menilai klien dan perhatikan
kemampuan yang kemampuan yang dapat kebutuhan dasar klien
digunakan digunakan
2.Diskusikan

28
TUK 4: 4. Klien membuat rencana kemampuan dan
kegiatan harian aspek positif yang
Klien dapat
dimiliki klien:
merencanakan 5. Klien melakukan
kegiatan sesuai kegiatan sesuai dengan a.Setiap bertemu klien
dengan kemampuan kondisi sakitnya hindarkan dari
yang dimiliki memberi penilaian
6. Klien memanfaatkan
negatif
TUK 5: system pendukung yang ada
di keluarga b.Utamakan memberi
Klien dapat
pujian yang realistic
melakukan kegiatan
sesuai dengan kondisi 3.Diskusikan dengan
sakit dan klien kemampuan
kemampuannya yang masih dapat
dilakukan
TUK 6:
a.diskusikan
Klien dapat
kemampuan yang
memanfaatkan
dapat dilanjutkan
system pendukung
yang ada 4.Rencanakan
bersama klien
aktivitas yang dapat
dialakukan setiap hari
sesuai kemampuan:

a.Tingkatkan kegiatan
yang sesuai dengan
toleransi kondisi klien

b.Beri contoh
pelaksanaan kegiatan
yang boleh klien

29
lakukan

5.Beri kesempatan
pada klien untuk
mencoba kegiatan
yang telah
direncanakan

a.Beri pujian atas


keberhasilan klien

b.Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan di rumah

6.Beri pend kes pada


keluarga tentang cara
merawat klien dengan
HDR:

a.Bantu keluarga
dalam memberi
dukungan pada klien

b.Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan rumah

30
DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI

Gangguan citra TUM: 1.Klien menerima perubahan 1.Klien dapat meningkatkan


tubuh yang terjadi hubungan saling percaya:
Klien
menunjukkan 2.Klien memilih beberapa cara a.Bina hubungan perawat - klien ya
peningkatan m engatasi perubahan yang
b.Salam terapeutik
harga diri terjadi
c.Komunikasi terbuka, jujur dan em
TUK1: 3. Klienadaptasidengan cara-
cara yang dipilih dan digunakan d.Sediakan waktu untuk
Klien dapat
klien. Beri kesempatan mengung
membina 4.Klien
klien terhadap perubahan tubuh.
hubungan dapatmengatasimasalahnyasendi
daling ri e.Lakukan kontrak untuk
percaya keperawatan (pendidikan kese
5.Klien dapat melakukan
konseling dan rujukan)
TUK 2: pengembalian integritas
tubuhnya 2.Klien dapat mengidentifikasi per
Klien dapat
meng a.struktur, bentuk atau fungsi tubuh
identifikasi
b.Observasi ekspresi klien pada saa
perubahan
citra 3.Klien dapat menilai kemampuan
tubuhnya. yang dimiliki:

TUK 3: a.Diskusikan kemampuan dan a


dimiliki (tubuh, intelektual, keluarg
Klien dapat
perubahan yang terjadi
menilai
kemampuan b.Beri pujian atas aspek positif da
yang masih dimiliki klien.
dimilikinya.
3.Klien dapat menerima realita p

31
TUK 4: bentuk atau fungsi tubuh.

Klien dapat a. Dorong klien untuk merawat


merencanakan serta dalam asuhan klien secara ber
kegiatan
b. Libatkan klien dalam kelom
sesuai dengan
masalah gangguan citra tubuh
kemampuan
yang dimiliki c. Tingkat dukungan keluarga p
pasangannya
TUK 5:
4.Klien dapat menyusun r
Klien dapat
menyelesaikanmasalah
melakukan
dihadapi.:
kegiatan
pengembalian a.Diskusikan cara-cara (bookle
integritas sumber informasi) yang dapat
tubuhnya. mengurangi dampak perubahan st
fungsi tubuh

b.Dorong klien memilih cara yang

5.Klien dapat melakukan tinda


integritas tubuh:

a.Membantu klien mengurangi peru

b.Rehabilitasi bertahap bagi klien

32
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial, sensasinya
jugadidasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri sebagai
caramemandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi, intelektual,
sosialdan spiritual. Penting di ingat bahwa konsep diri ini bukan pandangan orang
lain pada kita melainkan pandangan kita sendiri atas diri kita yang diukur dengans
tandar penilaian orang lain. (Muhith, 2015)
Secara umum menurut pendapat para ahli ada 3 dimensi konsep diri, Calhom
danAcocella (1995) misalnya menyebutkan ke 3 dimensi tersebut
yakni dimensi pengetahuan, dimensi pengharapan dan dimensi penilaian.Menurut
Stuart dan Sudeen (1991) ada beberapa faktor-faktor yangmempengaruhi
perkembangan konsep diri. Faktor-foktor tersebut terdiri dari teori perkembangan,
Significant Other (orang yang terpenting atau yang terdekat) danSelf Perception
(persepsi diri sendiri.Dari rentang respon adatif sampai respon maladatif, terdapat
lima rentang responskonsep diri yaitu aktualisasi diri, konsep diri positif, harga
diri rendah, kekacauanidentitas, dan depersonalisasi.
Menurut “Stuart & sundeen, 1995”. Ada berbagai hal yang dapat
menyebabkangangguan konsep diri yaitu pola asuh orang tua, kegagalan, depresi,
kritik internaldan merubah diriGangguan konsep diri adalah suatu kondisi
dimanaindividumengalamikondisi pembahasan perasaan, pikiran atau pandangan
dirinya sendiri yang negatif. Gangguan konsep diri dapat juga disebabkan adanya
stresor. (Muhith,2015) & (Potter & Perry, 2005)Masalah keperawatan gangguan
konsep diri terbagi menjadi beberapa bagian yaitugangguan citra tubuh, gangguan
ideal diri, gangguan peran, gangguan identitasdan gangguan harga diri

33
4.2 Saran
Untuk membangun konsep diri, kita harus belajar menyukai diri sendiri,
mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan interpersonal ke yang
lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup. Semua
yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri,
kita menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi
dengan lingkungan, dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.

34
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock,E.B.1993. Psikologi Perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga

Santrock, J.W. (2002). Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup, Jilid
2, Penerjemah: Chusairi dan Damanik). Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth B. 1974. Personality Development. New Delhi : Hill


Publishing Company

Calhoun, J. F. (1990). Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusiaan


(Alih bahasa: Satmoko, R.S). Semarang: IKIP Press

Rakhmat. 1995. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Rosdakarya

Halgin, R.P., Whitbourne, S.K. (1995). Abnormal Psychology. The Human


Experience of Psychological Disorder. New York: McGraw Hill Book
Co.

Barlow, H.D., & Durand, V.M. (1995). Abnormal Psychology. Amerika Serikat:
Brook/Cole Publishing Company.

35

Anda mungkin juga menyukai