Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEPERAWATAN PALIATIF
KEBUTUHAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PALIATIF

Disusun Oleh :
1. AHMAD JAZULI NIM 2014901001
2. BENEDIKTUS REZA. A NIM 2014901005
3. DWI LESTARI NIM 2014901010
4. PARIYES SUSANTO NIM 2014901031

PROGRAM STUDY PROFESI KEPERAWATAN (Ners)


POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG
BANDAR LAMPUNG
2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual (WHO, 2016).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif seperti
penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit pernapasan kronis
10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada
tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang membutuhkan
perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada
kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada
usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua Pasifik Barat
29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22% (WHO,2014). Benua Asia terdiri dari
Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara.Indonesia merupakan
salah satu negara yang termasuk dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia
termasuk dalam Negara yang membutuhkan perawatan paliatif.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang, diabete melitus 2.1%,
jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun
yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan (Kemenkes, 2016) mengatakan kasus HIV sekitar 30.935,
kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung dan
penyakit diabetes sekitar 1,5% (Kemenkes, 2014).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola komplikasi
penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan
psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka (Matzo & Sherman,
2015). Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat
disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup (WHO,2016).
Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial, emosional,
dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah,
rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak awal
perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim
multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka (Canadian Cancer Society,
2016).
Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwa kebutuhan pasien paliatif
tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan yang dikenal sebagai
perawatan paliatif. Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual merupakan
kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasih sayang tehadap sesama maupun sang
penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang
keyakinan dan kepercayaan pasien (Margaret & Sanchia, 2016). Spiritual merupakan bagian
penting dalam perawatan, ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual adalah meliputi
kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan.
Kebutuhan spiritual tidak hanya dapat diberikan oleh perawat, melainkan dapat juga
diberikan oleh kelompok agama ataupun keluarga, (Balboni et.al, 2013). Hidayat (2009)
mengatakan keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual,
karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan
sehari-hari. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap,
tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga yang sakit
merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2010). Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan:
1. Bagaimana konsep perawatan paliatif?
2. Apa saja kebutuhan yang diperlukan pada pasien paliatif?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menidentifikasi konsep perawatan paliatif
2. Menidentifikasi kebutuhan yang diperlukan pada pasien paliatif?

1.4 Manfaat Penulisan


1. Agar dapat dipahami oleh profesi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
pada pasien paliatif
2. Upaya pengembangan ilmu keperawatan keperawatan pada pasien paliatif
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan secara aktif pada penderita yang
sedang sekarat atau dalam fase terminal akibat penyakit yang dideritanya. Pasien sudah tidak
memiliki respon terhadap terapi kuratif yang disebabkan oleh keganasan ginekologis. Perawatan
ini mencakup penderita serta melibatkan keluarganya (Aziz, Witjaksono, & Rasjidi, 2008).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan
nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (WHO, 2016).
Perawatan paliatif adalah perawatan yang dilakukan pada pasien dengan penyakit yang
dapat membatasi hidup mereka atau penyakit terminal dimana penyakit ini sudah tidak lagi
merespon terhadap pengobatan yang dapat memperpanjang hidup(Robert, 2003). Perawatan
paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan
kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan penderitaan.Perawatan
paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial,
dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan
pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif
ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan
suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya et.al, 2010).
Permasalahan yang sering muncul ataupun terjadi pada pasien dengan perawatan paliatif
meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga
serta masalah pada aspek spiritual (Campbell, 2013). Perawatan paliatif ini bertujuan untuk
membantu pasien yang sudah mendekati ajalnya, agar pasien aktif dan dapat bertahan
hidupselama mungkin. Perawatan paliatif ini meliputi mengurangi rasa sakit dan gejala lainnya,
membuat pasien menganggap kematias sebagai prosesyang normal, mengintegrasikan aspek-
aspek spikokologis dan spritual (Hartati & Suheimi, 2010). Selain itu perawatan paliatif juga
bertujuan agar pasien terminal tetap dalam keadaan nyaman dan dapat meninggal dunia dengan
baik dan tenang (Bertens, 2009).
Prinsip perawatan paliatifyaitu menghormati dan menghargai martabat serta harga diri pasien
dan keluarganya (Ferrel & Coyle, 2007). Menurut Kemenkes (2013) & Aziz et.al (2008)
prisinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala
serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap
kematian sebagai proses normal, tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian,
memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat
hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta
menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.

2.2 Tujuan Perawatan paliatif


Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,
memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia
sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif meliputi :
1. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya
2. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.
3. Mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien
4. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu
6. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi penyakit
pasien dan kehilangan mereka.

2.3 Prinsip Perawatan Paliatif Care


Prinsip keperawatan paliatif menurut Ferrell, & Coyle (2007) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya
8. Menghindari tindakan yang sia-sia

2.4 Masalah dan Kebutuhan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian
yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah yang seringkali di keluhkan pasien yaitu
mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual (IAHPC,
2016). Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif dilihat dari
persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri,
masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau keagamaan (Campbell,
2013).
2.4.1 Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif yaitu
nyeri, sehingga manjemen nyeri sangat dibutuhkan pada pasien paliatif. Nyeri merupakan
pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya
jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat
diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabila data subjektif dan objektif
dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).

2.4.2 Masalah Psikologis


Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah kecemasan. Hal yang
menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang membuat pasien takut
sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga (Misgiyanto & Susilawati,
2014). Oleh karena itu, sangat diperlukan sekali edukasi yang dapat meningkatkan informasi dan
pengetahuan pasien dan keluarga.
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana hati yang
ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana seseorang
mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa yang akan datang
dengan perasaan khawatir.Menurut Carpenito (2000) kecemasan merupakan keadaan individu
atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit (ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom
dalam berespon terhadap ketidakjelasan atau ancaman tidak spesifik.
NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang disebabkan olehantisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang member tanda individu akan adanya
bahaya dan mampukah individu tersebut mengatasinya.

2.4.3 Masalah Sosial


Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidaknormalan kondisi hubungan
social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu keluarga maupun rekan kerja
(Misgiyanto & Susilawati, 2014). Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998).
Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Kelliat, 2006). Oleh karena itu, berikan kesempatan
bagi pasien untuk bersosialisasi di lingkungan pasien dan semaksimal mungkin dan mendorong
pasien dalam meningktkan kualitas hidupnya.

2.4.4 Masalah Spiritual


Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada pasien paliatif
adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnosis penyakit kronis, nyeri,
gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta ketidakmampuan pasien dalam melakukan
ritual keagamaan yang mana biasanya dapat dilakukan secara mandiri. Distres spiritual adalah
kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang
dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
(Hamid, 2008). Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip
hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(Keliat et.al, 2011). Sehingga, meberikan motivasi dan memfasilitasi pasien untuk beribadah
dapat meningkatkan spiritual pasien
2.5 Paliatif Care Plan
Melibatkan partnerhip antara pasien, keluarga, orang tua, teman sebaya dan petugas
kesehatan yang profesional. Memberikan dukungan secara fisik, emosional, psikososial dan
spiritual khususnya, melibatkan pasien pada self care, pasien memerlukan atau membutuhkan
gambaran dan kondisi (kondisi penyakit terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesuai (Doyle,
Hanks & Macdonald, 2003).
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat
mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini
dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan
spiritual.

3.2 Saran
1. Perawat dapat memahami konsep keperawatan paliatif secara holistik
2. Perawat dapat mengidentifikasi kebutuhan pada pasien paliatif
3. Perawat memahami kompetensi dalam memberikan asuhan pada pasien paliatif
DAFTAR PUSTAKA

Amanda, S., & Siregar, R, H. (2014). Gambaran Spiritualitas Pada Suku Jawa.
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/40861 Diakses pada tanggal 03 September
2020.
Archiliandi.(2016). Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Care Oleh Perawat Kepada
Pasien Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Bantul. https://scholar.google.co.id di akses
pada tanggal 03 September 2020.
Azis, H. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika.
Aziz, F., Witjaksono, J., & Rasjidi, I. (2008). Paduan Pelayanan Medik: Model Interdisiplin
Penatalaksanaan Kanker Serviks dengan Gangguan Ginjal. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Canadian Cancer Society. (2016). Right to Care : Palliative care for all Canadians. Canada.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis Edisi 6.
Jakarta : EGC
Campbell, M. L. (2013). Nurse to nurse : Perawatan Paliatif. Jakarta: Salemba Medika.
Durand, V. Mark & Barlow. 2006. psikologi Abnormal. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Doyle, Hanks and Macdonald, 2003. Oxford. Oxford Medical Publications (OUP).
Ferrel, B. R., & Coyle, N. (2007). Texbook Of Palliative Nursing. New York: Oxford University
Press.
Hidayat, A. A. A. (2009). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: SalembaMedika.
Hungu. (2007). Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta: Penerbit Grasindo.
IAHPC, I. A. (2016). International Association For Hospice & Palliative Care
(IAHPC). http://hospicecare.com/about-iahpc/publications/manualsguidelines-books/manual-of-
palliative-care/ diakses pada tanggal 03 September 2020.
Kemenkes. (2013). Pedoman Teknis Pelayanan Paliatif Kanker. Jakarta.
http://www.kemkes.go.id. Diakses tanggal 03 September 2020.
Kemenkes. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia.
NANDA. (2015). Nursing Diagnoses: Definition and Classification : Diagnosis Keperawatan
Definisi & Klasifikasi (10th ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Robert, T. (2003). Introducing Palliative Care. New York: Radcliffe Medical Press.
WHO. (2015). Definiton Palliative Care. World Health Organization:
http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/

Anda mungkin juga menyukai