Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGKAJIAN FISIK PADA PERAWATAN PALIATIF


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal
dan Paliatif
Dosen Pengampu : Galih Setia Adi S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
KELOMPOK 6

1. Danar Fauzan Adi P (ST192006)


2. Ike Afrita Dirgantara (ST192014)
3. Jaya Perdana Husada (ST192016)
4. Wahyuningtyas Budi U (ST192030)

PRODI PROFESI NERS ALIH KREDIT T.13


FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019/2020
KATAPENGANTAR

Pertama-tama Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
pertolongan-Nya yang telah memberikan kemudahan pada kami sehingga penyusunan makalah
ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Penyusun juga menyampaikan terima kasih
kepada segala pihak yang telah berperan dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada
teman-teman mahasiswa satu kelompok yang secara bekerjasama dalam pembuatan makalah
ini.
Makalah ini kami susun dengan maksud menambah informasi dan pengetahuan kita
mengenai mata kuliah keperawatan paliatif. Dengan demikian, jika kita telah terjun dalam dunia
pengajaran, kita dapat mengaplikasikan pengetahuan kita terhadap anak didik yang menjadi
tanggungjawab kita.
Akhir kata, kami menyampaikan permohonan maaf kepada segala pihak jika dalam
makalah ini terdapat kekeliruan atau ada kata yang tidak berkenan dihatipem baca. Sebagai
manusia biasa, penyusun tentu tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun penyusun sangat harapkan untuk kesempurnaan
penyusunan selanjutnya.

Surakarta, 2 Juli 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif
seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit pernapasan
kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas
40-60%. Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang
membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif
berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59
tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua Pasifik
Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22% (WHO,2014). Benua Asia
terdiri dari Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara.Indonesia
merupakan salah satu negara yang termasuk dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain
bahwa Indonesia termasuk dalam Negara yang membutuhkan perawatan paliatif.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang, diabete melitus 2.1%,
jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74
tahun yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016) mengatakan kasus HIV
sekitar 30.935, kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan 883.447 kasus
penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar 1,5% (KEMENKES, 2014).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola komplikasi
penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan
psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka (Matzo &
Sherman, 2015). Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau
sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup
(WHO,2016). Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan
psikososial, emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan
yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan
paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan
menggunakan pendekatan tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga
mereka (Canadian Cancer Society, 2016).
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam
jiwa dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial dan spiritual.Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan
keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial dan kebutuhan spiritual serta untuk
menfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan. Pada perawatan paliatif ini,
kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari tetapi kematian merupakan
suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang
bernyawa.
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan ketrampilan dalam mengelola komplikasi
penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan
psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka. Penyakit
dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat
disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup . Perawatan
paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala: dukungan psikososial, emosional, dukungan
spiritual dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah sakit atau
tempat lain sesuai pilihan pasien.
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk
memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus
Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak
dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang
harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).
Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwa kebutuhan pasien paliatif
tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan
terhadap kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan yang
dikenal sebagai perawatan paliatif. Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang tehadap sesama
maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan pertanyaan mengenai
tujuan akhir tentang keyakinan dan kepercayaan pasien (Margaret & Sanchia, 2016).
Spiritual merupakan bagian penting dalam perawatan, ruang lingkup dari pemberian
dukungan spiritual adalah meliputi kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan. Kebutuhan
spiritual tidak hanya dapat diberikan oleh perawat, melainkan dapat juga diberikan oleh
kelompok agama ataupun keluarga (Balboni dkk, 2013). Hidayat (2009) mengatakan
keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena
keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan
sehari-hari. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi
sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga yang
sakit merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2010). Dukungan ini merupakan sikap,
tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit.
Susilawati (2015) mengatakan anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan
(Susilawati, 2015). Adanya dukungan keluarga mempermudah penderita dalam melakukan
aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya juga merasa dicintai
dan bisa berbagi beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam
menghadapi permasalahan yang sedang terjadi serta adanya dukungan keluarga akan
berdampak pada peningkatan rasa percayadiri pada penderita dalam menghadapi proses
penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Morris dkk (2015) menyatakan lebih dari
200.000 orang setiap tahun tidak mati di tempat yang mereka inginkan. Selain itu terdapat
63% pasien paliatif menyatakan ingin di rawat oleh keluarganya.

Aoun dkk (2015) mengatakan jika dukungan yang diberikan keluarga terhadap pasien
paliatif tidak terpenuhi pasien akan merasa kesepian, tidak berharga dan merasa tidak
dicintai maka dari itu peran dari keluarga sangat dibutuhkan bagi pasien sehingga pasien
merasa diperhatikan, nyaman dan damai. Harrop dkk (2014) mengatakan pasien paliatif
lebih nyaman mendapatkan perawatan ataupun bantuan dari keluarganya. Dimana bantuan
ataupun dukungan yang didapatkan dari keluarga dapat mengurangi beban psikososial dan
spiritual pada pasien dengan perawatan paliatif (Hudson dkk, 2014).

B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari perawatan paliatif ?
b. Apa saja elemen yang terdapat dalam perawatan paliatif ?
c. Apa masalah keperawatan pada pasien paliatif ?
d. Apa saja bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal ?
e. Apa saja faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif ?
f. Bagaimana pengkajian fisik dalam perawatan paliatif ?

C. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui apa definisi dari perawatan paliatif
b. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja elemen yang terdapat dalam perawatan paliatif
c. Mahasiswa dapat mengetahui apa masalah keperawatan pada pasien paliatif
d. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal
e. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan
paliatif
f. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengkajian fisik dalam perawatan paliatif
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Perawatan Paliatif


Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016).
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk
memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus
Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak
dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang
harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013)dan Aziz,
Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu menghilangkan
nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri,
menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal , tidak bertujuan
mempercepat atau menghambat kematian, memberikan dukungan psikologis, sosial dan
spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan
dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta menggunakan pendekatan tim untuk
mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.
Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual
yang dimulai sejak tegaknya diagnose hingga akhir kehidupan pasien. Perawatan paliatif
juga merupakan suatu pendekatan dalam perawatan pasien yang terintegrasi dengan terapi
pengobatan untuk mengoptimalkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis atau
mengancam jiwa.
Pelayanan perawatan paliatif yang diberikan memiliki beberapa aspek yaitu fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual. Aspek fisik dalam perawatan meliputi pemberian asuhan
terhadap reaksi patofisiologis seperti nyeri, gejala lain dan efek samping yang dialami
pasien. Aspek social dalam perawatan yaitu memberikan pemahaman kepada pasien dan
keluarga tentang penyakit dan komplikasinya, gejala, efek samping dari pengobatan seperti
kecacatan yang berpengaruh terhadap hubungan interpersonal, kapasitas pasien untuk
menerima dan kapasitas keluarga untuk menyediakan kebutuhan perawatan. Aspek
psikologis yaitu memberikan asuhan terhadap reaksi seperti depresi, stress, kecemasan, serta
pelayanan terhadap proses berduka dan kehilangan. Aspek spiritual dalam perawatan
meliputi pemberian asuhan terhadap masalah keagamaan seperti harapan dan ketakutan,
makna, tujuan, kepercayaan tentang kehidupan setelah kematian, rasa bersalah,
pengampunan dan kehadiran rohaniawan sesuai keinginan pasien dan keluarga.

B. Tujuan Perawatan Paliatif


Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan, memperpanjang
umur, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan support kepada keluarga penderita.
Meski pada akhirnya penderita meninggal, yang terpenting sebelum meninggal penderita
siap secara fisik dan spiritualnya, serta tidak stress menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak
mempedulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak
perawatan paliatif harus diberikan kepada penderita.

C. Pengkajian fisik dalam perawatan paliatif


a. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai
masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada
penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi,
nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien
mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi kematian.
Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena
hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam
pemeliharaan diri.
b. Mengkaji Kondisi Kesehatan Fisik
Nyeri : Ketika mengkaji pasien sangat penting untuk mendengarkan pasien,
memperhatikan pada bahaa yang digunakan untuk mendeskripsikan nyeri akan
membantu diagnosanya. Tipe nyeri dapat ditentukan dari obat apa yang harus
digunakan.

D. Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah yang seringkali di keluhkan
pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta
spiritual (IAHPC, 2016).Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan
paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan
sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau
keagamaan (Campbell, 2013).
a. Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif
yaitu nyeri (Anonim, 2017).Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang
tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang terjadi secara
tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi.
Masalah nyeri dapat ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari pasien memenuhi
minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).
1) Problem Oksigenisasi
Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer
menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia,
akumulasi secret, dan nadi ireguler.
2) Problem Eliminasi
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan
asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi
oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin,
inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit
misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan
atau kondisi penyakit mis gagal ginjal.
3) Problem Nutrisi dan Cairan
Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen,
kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual,
muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
4) Problem suhu
Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
5) Problem Sensori
Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian,
menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
6) Problem nyeri
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus
selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan.
7) Problem Kulit dan Mobilitas
Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien
terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.

E. Elemen dalam perawatan paliatif


Menurut National Consensus Project dalam Campbell (2013), meliputi :
a. Populasi pasien
Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien dengan semua usia, penyakit
kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan
b. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
Dimana pasien dan keluarga merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.

c. Waktu perawatan paliatif.


Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung mulai sejak terdiagnosanya
penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal sampai periode duka cita.
d. Perawatan komprehensif
Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan untuk menanggulangi
gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik, psikologis, sosial maupun
keagamaan.
e. Tim interdisiplin
Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi, pekerja sosial,
sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama, psikolog, asisten
perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
f. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan
Tujuan perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang
disebabkan oleh penyakit maupun pengobatan.
g. Kemampuan berkomunikasi
Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan informasi, mendengarkan aktif,
menentukan tujuan, membantu membuat keputusan medis dan komunikasi efektif
terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.
h. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
i. Perawatan yang berkesinambungan
Dimana seluruh sistem pelayanan kesehatan yang ada dapat menjamin koordinasi,
komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan
yang tidak diperukan.
j. Akses yang tepat
Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja pada akses yang tepat
bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis, komunitas, tanpa memandang
ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.
k. Hambatan pengaturan
Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan, pelaksanaan undang-
undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan klinis yang optimal.

l. Peningkatan kualitas
Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi teratur dan sistemik dalam
kebutuhan pasien.

F. Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal


Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan. Dalam perawatan paliatif peran perawat adalah memberikan
Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya
dalam keadaan seoptimal mungkin. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan
kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien
sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal
dengan tenang dan damai.
Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal yakni :
a. Pada Fase Denial.
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara mananyakan
tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaan-
perasaannya.
b. Pada Fase Marah atau anger.
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang marah.
Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang normal
dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila
kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan
ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga
membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Pada Fase Menawar.
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong pasien
untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk
akal.

d. Pada Fase Depresi.


Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang dikeluhkan
oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan
tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga
menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Pada Fase Penerimaan.
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan teman-
temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu
dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong
dirinya sendiri sebatas kemampuannya.

G. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis 


a. Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya.
b. Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan sakit terminal,
seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat
toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena
dibandingkan melalui Intra Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi
sudah menurun.
c. Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran
sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien
yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut
dan pemberian oksigen.
d. Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti: turun
dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara
periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena
tonus otot sudah menurun.
e. Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat diberikan
annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian
makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang
berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum
diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena atau Invus.
f. Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi,
inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien
dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk
yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada
daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
g. Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak atau
menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat terang. Klien masih dapat mendengar,
tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan
jelas dan tidak berbisik-bisik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan. Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan
pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang
dikeluhkan pasien yaitu salah satunya mengenai Fisiknya.
Perawatan paliatif mengutamakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas
hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan mengurangi penderitaan melalui
identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain,
fisik,dan spiritual.

B. Saran
Perawat harus mampu mengenali perubahan Fisik yang terjadi pada klien, klien
mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan sebelum terjadi kematian.
Perawat harus respek terhadap perubahan Fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal
tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam
pemeliharaan diri.
DAFTAR PUSTAKA

Aldridge, M. D. et al. (2015) ‘Education , implementation , and policy barriers to greater integration of
palliative care : A literature review’, Palilative Medicine. doi: 10.1177/0269216315606645.
Campbell, M. L. (2013) Nurse to Nurse Palliative Care : Expert Interventions. First. New York: McGraw-
Hill Companies. doi: DOI: 10.1036/0071493239.
Doyle, D. and Woodruff, R. (2013) The IAHPC Manual of Palliative Care. 3rd editio, Journal of Pain and
Palliative Care Pharmacotherapy.3rd editio.doi: 10.3109/15360288.2013.848970.
Kelley, A. S. and Morrison, R. S. (2015) ‘Palliative Care for the Seriously Ill’, The New England Jornal of
Medicine, 373(8), pp. 747–755. doi: 10.1056/NEJMra1404684.
WHO | WHO Definition of Palliative Care.WHO [Internet]. 2012 [cited 2017 Apr 11]; Available from:
http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/
Kemenkes RI (2017) PROFIL KESEHATAN INDONESIA. Jakarta.
Rochmawati, E., Wiechula, R. and Rn, K. C. (2016) ‘Current status of palliative care services in Indonesia :
a literature review’, International Council of Nurses, pp. 180–190.

Anda mungkin juga menyukai