Anda di halaman 1dari 19

PENGKAJIAN FISIK DAN PISKOLOGIS

DISUSUN OLEH :

Nama : LINDA MARSITA

NIM : SKP 2202115P

Kelas : S1 Non Regular

STIKES MITRA ADIGUNA PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2023/2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang MAha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Menjelang Ajal.

Adapun makalah Keperawatan Menjelang Ajal ini telah saya usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu saya tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari
segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dangan tangan
terbuka saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberikan saran dan kritik
kepada saya sehingga saya dapat memperbaiki makalah Keperawatan Menjelang Ajal ini.

Akhirnya saya mengharapkan semoga dari makalah Keperawatan Menjelang Ajal ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.

Palembang, Juni 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ....................................................................................................................2

Daftar Isi..............................................................................................................................3

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................................7

1.3 Tujuan ...........................................................................................................................7

BAB II Pembahasan

2.1 Definisi Perawatan Paliatif ...........................................................................................8

2.2 Elemen dalam Perawatan Paliatif ..................................................................................9

2.3 Masalah Keperawatan pada Pasien Paliatif ...................................................................10

2.4 Bantuan yang dapat diberikan pada sistem terminal .....................................................13

2.5 Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif .............................................16

2.6 Pengkajian Fisik dan Psikologis dalam perawatan paliatif ..........................................18

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................19

3.2 Saran..............................................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien
(dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa,
dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang
sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016)
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam
mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan
penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik,
intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien,
mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care,
2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di
hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus
kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif seperti
penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit pernapasan kronis
10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-
60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang
membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif
berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun)
25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).
Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua Pasifik Barat
29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22% (WHO,2014). Benua Asia terdiri
dari Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara.Indonesia
merupakan salah satu negara yang termasuk dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain
bahwa Indonesia termasuk dalam Negara yang membutuhkan perawatan paliatif.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi tumor/kanker di
Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang, diabete melitus 2.1%,
jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun

4
yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016) mengatakan kasus HIV sekitar 30.935,
kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung
dan penyakit diabetes sekitar 1,5% (KEMENKES, 2014).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola komplikasi
penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan
psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka (Matzo & Sherman,
2015).Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat
disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup (WHO,2016).
Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial, emosional,
dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah,
rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak awal
perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim
multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka (Canadian Cancer
Society, 2016).
Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwakebutuhan pasien paliatif tidak
hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap
kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan yang dikenal
sebagai perawatan paliatif. Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang tehadap sesama
maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan pertanyaan mengenai tujuan
akhir tentang keyakinan dan kepercayaan pasien (Margaret & Sanchia, 2016).Spiritual
merupakan bagian penting dalam perawatan, ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual
adalah meliputi kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan.Kebutuhan spiritual tidak hanya
dapat diberikan oleh perawat, melainkan dapat juga diberikan oleh kelompok agama ataupun
keluarga (Balboni dkk, 2013).Hidayat (2009) mengatakan keluarga memiliki peran yang cukup
strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang
kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari.Dukungan keluarga adalah suatu
bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota
keluarga, sehingga anggota keluarga yang sakit merasa ada yang memperhatikan (Friedman,
2010).Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita
yang sakit. S

5
usilawati (2015) mengatakan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan (Susilawati,
2015). Adanya dukungan keluarga mempermudah penderita dalam melakukan aktivitasnya
berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi
beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menghadapi
permasalahan yang sedang terjadi serta adanya dukungan keluarga akan berdampak pada
peningkatan rasa percayadiri pada penderita dalam menghadapi proses penyakitnya (Misgiyanto
& Susilawati, 2014). Morris dkk (2015) menyatakan lebih dari 200.000 orang setiap tahun tidak
mati di tempat yang mereka inginkan.Selain itu terdapat 63% pasien paliatif menyatakan ingin
di rawat oleh keluarganya.
Aoun dkk (2015) mengatakan jika dukungan yang diberikan keluarga terhadap pasien
paliatif tidak terpenuhi pasien akan merasa kesepian, tidak berharga dan merasa tidak dicintai
maka dari itu peran dari keluarga sangat dibutuhkan bagi pasien sehingga pasien merasa
diperhatikan, nyaman dan damai. Harrop dkk (2014) mengatakan pasien paliatif lebih nyaman
mendapatkan perawatan ataupun bantuan dari keluarganya.Dimana bantuan ataupun dukungan
yang didapatkan dari keluarga dapat mengurangi beban psikososial dan spiritual pada pasien
dengan perawatan paliatif (Hudson dkk, 2014).
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada bulan Januari 2017 di RS PKU
Muhammadiyah gamping berdasarkan hasil wawancaran dengan perawat bahwa perawatan
paliatif yang diberikan ke pasien lebih berfokus pada masalah fisik, terkait spiritual pasien yang
melakukan adalah bina rohani dan untuk asuhan keperawatan terkait dengan dukungan keluarga
terhadap spiritual pasien belum ada. Selain itu peneliti juga mewancarai 6 pasien dengan
penyakit palliative dan didapatkan hasil 5 pasien mengatakan selalu melaksanakan kegiatan
spiritual walaupun tidak semua kegiatan spiritual terlaksana dan untuk memenuhi kebutuhan
spiritual terkait ibadah terkadang pasien sulit dan tidak dapat melakukan kegiatan spritual
dikarenakan keadaan mereka yang sakit dan sangat membutuhkan pertolongan orang lain
terutama dari keluarga dan 1 pasien non muslim yang dirawat atau di damping selama sakit oleh
keluarganya yang muslim, anggota keluarga mengatakan bahwa kegiatan beribadah pasien
berupa berdoa dan kebutuhan beribadah pasien di fasilitasi sebisa mungkin oleh anggota
keluarga sesuai dengan agama pasien.

6
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berbasis
perawatan paliatif yaitu dukungan keluarga terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pada
pasien paliatif.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari perawatan paliatif ?
2. Apa saja elemen yang terdapat dalam perawatan paliatif ?
3. Apa masalah keperawatan pada pasien paliatif ?
4. Apa saja bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal ?
5. Apa saja faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif ?
6. Bagaimana pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan paliatif ?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa definisi dari perawatan paliatif !
2. Mahasiswa dapat mengetahui pa saja elemen yang terdapat dalam perawatan paliatif!
3. Mahasiswa dapat mengetahui apa masalah keperawatan pada pasien paliatif !
4. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal ?
5. Mahasiswa dapat mengetahui pa saja faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan
paliatif ?
6. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan
paliatif ?

7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam
jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian
yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis,
sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016)
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan
menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit
termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk
memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus
Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak
dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang
harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa
(Nurwijaya dkk, 2010).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013)dan
Aziz,Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu
menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya,

8
penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses
normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian, memberikan dukungan
psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif
mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta
menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.

2.2 Elemen dalam perawatan paliatif


Menurut National Consensus Project dalam Campbell (2013), meliputi :
1. Populasi pasien
Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien dengan semua usia, penyakit
kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan
2. Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga
Dimana pasien dan keluarga merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.
3. Waktu perawatan paliatif.
Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung mulai sejak terdiagnosanya
penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal sampai periode duka cita.
4. Perawatan komprehensif
Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan untuk menanggulangi
gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik, psikologis, sosial maupun
keagamaan.
5. Tim interdisiplin
Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi, pekerja sosial,
sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama, psikolog, asisten
perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.
6. Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan
Tujuan perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang
disebabkan oleh penyakit maupun pengobatan.
7. Kemampuan berkomunikasi

9
Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan informasi, mendengarkan aktif,
menentukan tujuan, membantu membuat keputusan medis dan komunikasi efektif
terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.
8. Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka
9. Perawatan yang berkesinambungan
Dimana seluruh sistem pelayanan kesehatan yang ada dapat menjamin koordinasi,
komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan
yang tidak diperukan.
10. Akses yang tepat
Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja pada akses yang tepat
bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis, komunitas, tanpa memandang
ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien.
11. Hambatan pengaturan
Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan, pelaksanaan undang-
undang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan klinis yang optimal.
12. Peningkatan kualitas
Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi teratur dan sistemik dalam
kebutuhan pasien.

2.3 Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif


Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah yang seringkali di keluhkan
pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta
spiritual (IAHPC, 2016).Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan
paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan
sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau
keagamaan (Campbell, 2013).
1) Masalah Fisik
Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien
paliatif yaitu nyeri (Anonim, 2017).Nyeri merupakan pengalaman emosional dan
sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang
terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan

10
diprediksi. Masalah nyeri dapatditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari
pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015).
2) Masalah Psikologi
Masalah psikologi yang paling sering dialami pasien paliatif adalah
kecemasan.Hal yang menyebabkan terjadinya kecemasan ialah diagnosa penyakit yang
membuat pasien takut sehingga menyebabkan kecemasan bagi pasien maupun keluarga
(Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Durand dan Barlow (2006) mengatakan kecemasan adalah keadaan suasana
hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah dimana
seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya atau kemalangan di masa
yang akan datang dengan perasaan khawatir.Menurut Carpenito (2000) kecemasan
merupakan keadaan individu atau kelompok saat mengalami perasaan yang sulit
(ketakutan) dan aktivasi sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ketidakjelasan
atau ancaman tidak spesifik.
NANDA (2015) menyatakan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak
nyaman atau kekhawatiran yang diseratai oleh respon otonom, perasaan takut yang
disebabkan olehantisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan tanda waspada yang
member tanda individu akan adanya bahaya dan mampukah individu tersebut
mengatasinya.
Masalah Psikologis : Klien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami banyak
respon emosi, perasaaan marah dan putus asa seringkali ditunjukan. Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan, hilang
control diri, tidak mampu lagi produktif dalam hidup, kehilangan harga diri dan
harapan, kesenjangan komunikasi atau barrier komunikasi.
3) Masalah Sosial
Masalah pada aspek sosial dapat terjadi karena adanya ketidak normalan
kondisi hubungan social pasien dengan orang yang ada disekitar pasien baik itu
keluarga maupun rekan kerja (Misgiyanto & Susilawati, 2014).Isolasi sosial adalah
suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan
sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend, 1998 ). Atau suatu keadaan dimana
seseorang individu mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu

11
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Kelliat, 2006 ).
4) Masalah Spiritual
Menurut Carpenito (2006) salah satu masalah yang sering muncul pada
pasien paliatif adalah distress spiritual. Distres spiritual dapat terjadi karena diagnose
penyakit kronis, nyeri, gejala fisik, isolasi dalam menjalani pengobatan serta
ketidakmampuan pasien dalam melakukan ritual keagamaan yang mana biasanya dapat
dilakukan secara mandiri.
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan
mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik,
literature, alam dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (Hamid, 2008).Definisi lain
mengatakan bahwa distres spiritual adalahgangguan dalam prinsip hidup yang meliputi
seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Keliat dkk,
2011)
5) Problem Oksigenisasi
Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi
perifer menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun,
hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler.
6) Problem Eliminasi
Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet
serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa
terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin,
inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misalnya
: Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi
penyakit mis gagal ginjal.
7) Problem Nutrisi dan Cairan
Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen,
kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual,
muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun.
8) Problem suhu

12
Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut.
9) Problem Sensori
Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian,
menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan
berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun.
10) Problem nyeri
Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien
harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan
kenyamanan.
11) Problem Kulit dan Mobilitas
Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga
pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.

2.4 Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal


Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh.Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu
penyakit atau suatu kecelakaan.Dalam perawatan paliatif peran perawat adalah memberikan
Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa
hidupnya dalam keadaan seoptimal mungkin.Perawat harus memahami apa yang dialami
klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan
bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat
meninggal dengan tenang dan damai.
Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal yakni :
1. Bantuan Emosional
a. Pada Fase Denial.
Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b. Pada Fase Marah atau anger.
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya
yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan
hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan

13
lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat
dipercaya, memberikan ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta
meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c. Pada Fase Menawar.
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan
mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan
takut yang tidak masuk akal.
d. Pada Fase Depresi.
Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang
dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu
duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari
pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e. Pada Fase Penerimaan.
Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai.Kepada keluarga
dan teman-temannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima
keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan
mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.
2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis
a. Kebersihan Diri.
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya.
b. Mengontrol Rasa Sakit.
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan
sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg.Pemberian obat ini diberikan sesuai
dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien.Obat-obatan lebih baik
diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular atau Subcutan, karena
kondisi system sirkulasi sudah menurun.
c. Membebaskan Jalan Nafas.
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan
pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas,

14
sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan
dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
d. Bergerak.
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak,
seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan
dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong
tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.
e. Nutrisi.
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan
peristaltik.Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang
nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta
vitamin.Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu
menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan
makanan cair atau Intra Vena atau Invus.
f. Eliminasi.
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses.Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah
konstipasi.Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur
atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi.Harus dijaga
kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan
salep.
g. Perubahan Sensori.
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak
atau menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat terang.Klien masih dapat
mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan keluarga harus
bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial
Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk memenuhi
kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:

15
a. Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu dengan klien
dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-teman dekat, atau anggota
keluarga lain.
b. Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu
diisolasi.
c. Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan teman-
teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk membersihkan diri dan
merapikan diri.
d. Meminta saudara atau teman-temannya untuk sering mengunjungi dan mengajak
orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila klien mampu
membacanya.

4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual


a. Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-rencana
klien selanjutnya menjelang kematian.
b. Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal untuk
memenuhi kebutuhan spiritual.
c. Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual sebatas
kemampuannya.
2.5 Faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif
1. Faktor Fisik
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai
masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan pada
penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi,
nyeri.
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien
mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi
kematian.Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien
terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan
kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.
2. Faktor Psikologis

16
Perubahan Psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal.Perawat
harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus bisa
mengenali ekspresi wajah yang ditunjukan apakah sedih, depresi, atau marah. Problem
psikologis lain yang muncul pada pasien terminal antara lain ketergantungan,
kehilangan harga diri dan harapan. Perawat harus mengenali tahap-tahap menjelang
ajal yang terjadi pada klien terminal.
3. Faktor Sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal,
karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung, tidak ingin
berkomunikasi, dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya.Ketidakyakinan dan
keputusasaan sering membawa pada perilaku isolasi.Perawat harus bisa mengenali
tanda klien mengisolasi diri, sehingga klien dapat memberikan dukungan social bisa
dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat untuk selalu menemani klien.
4. Faktor Spiritual
Perawat harus mengkaji bagaimana keyakinan klien akan proses kematian,
bagaimana sikap pasien menghadapi saat-saat terakhirnya. Apakah semakin
mendekatkan diri pada Tuhan ataukah semakin berontak akan keadaannya. Perawat
juga harus mengetahui disaat-saat seperti ini apakah pasien mengharapkan kehadiran
tokoh agama untuk menemani disaat-saat terakhirnya.
Konsep dan prinsip etika, norma, budaya.Dalam pengkajian Pasien Terminal
nilai, sikap, keyakinan, dan kebiasaan adalah aspek cultural atau budaya yang
mempengaruhi reaksi klien menjelang ajal. Latar belakang budaya mempengaruhi
individu dan keluarga mengekspresikan berduka dan menghadapi kematian atau
menjelang ajal. Perawat tidak boleh menyamaratakan setiap kondisi pasien terminal
berdasarkan etika, norma, dan budaya, sehingga reaksi menghakimi harus dihindari.
Keyakinan spiritual mencakup praktek ibadah, ritual harus diberi
dukungan.Perawat harus mampu memberikan ketenangan melalui keyakinan-
keyakinan spiritual. Perawat harus sensitive terhadap kebutuhan ritual pasien yang
akan menghadapi kematian, sehingga kebutuhan spiritual klien menjelang kematian
dapat terpenuhi.

17
2.6 Pengkajian fisik dan psikologis dalam perawatan paliatif
2.6.1 Mengkaji Kondisi Kesehatan Fisik
1) Nyeri :Ketika mengkaji pasien sangat penting untuk mendengarkan pasien,
memperhatikan pada bahaa yang digunakan untuk mendeskripsikan nyeri
akan membantu diagnosanya. Tipe nyeri dapat ditentukan dari obat apa yang
harus digunakan.

2.6.2 Mengkaji Kondisi Psikologis


1) Kondisi pikiran dan suasana hati (mood).
Meliputi : Apakah dalam bulan terakhir anda merasakan:Merasa putus asa
atau merasa tidak berdaya? kehilangan minat? Apakah anda merasa
depresi?Apakah anda merasa tegang atau cemas?Apakah anda pernah
mengalami serangan panic?Apakah ada hal spesifik yang anda harapkan?
2) Penyesuaian terhadap sakit.
Meliputi : Apa pemahaman anda terhadap sakit saat ini? Gali dengan hati-
hati ekspektasi pasien.
3) Sumber – sumber dan hal yang menguatkan.
Meliputi : Apakah sumber dukungan anda? Misalnya: orang-orang, hobi,
iman dan kepercayaan
4) Total Pain (nyeri multidimensi yang tidak terkontrol)
Meliputi : Adakah masalah psikologis, sosial, spiritual yang dialami yang
berkontribusi terhadap gejala yang dialami?
5) Sakit sebelumnya (dapat dikaji langsung atau pada keluarga): Adakah risiko
stress psikologikal dan riwayat masalah kesehatan mental?

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam
mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan menghilangkan
penderitaan.Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-
kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang seringkali di keluhkan pasien
yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual. Dalam
perawatan paliatif peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal
untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan seoptimal mungkin.Perawat harus
memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan
dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan
akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai.
3.2 Saran
Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang terjadi pada
klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi
kematian.Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal
tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.

19

Anda mungkin juga menyukai