KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makala ini dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan
beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan
hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
C. Tujuan ......................................................................................................
D. Manfaat ....................................................................................................
A. Latar Belakang
perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di
karenakan penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang
membutuhkan perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih
dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et
al., 2014).
Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua Pasifik
Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22% (WHO,2014). Benua
Asia terdiri dari Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia
Tenggara.Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam benua Asia
Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia termasuk dalam Negara yang membutuhkan
perawatan paliatif. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang,
diabete melitus 2.1%, jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi pada
kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016)
mengatakan kasus HIV sekitar 30.935, kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar
1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar 1,5%
(KEMENKES, 2014).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola komplikasi
penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan
psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka (Matzo
& Sherman, 2015).
Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak
dapat disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup
(WHO,2016). Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan
psikososial, emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan
yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan
paliatif dilakukan sejak awal perjalanan
penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim multidisiplin
untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka (Canadian Cancer Society, 2016).
Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwa kebutuhan pasien paliatif
tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan
terhadap kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan yang
dikenal sebagai perawatan paliatif. Ramdani (2015) menyatakan bahwa kebutuhan
spiritual merupakan kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasih sayang
tehadap sesama maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan
pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang keyakinan dan kepercayaan pasien (Margaret &
Sanchia, 2016). Spiritual merupakan bagian penting dalam perawatan, ruang lingkup dari
pemberian dukungan spiritual adalah meliputi kejiwaan, kerohanian dan juga
keagamaan. Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang
harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian
dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010).
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah adalah agar pembaca mengetahui tentang peran
dukungan Spiritual terhadap pemenuhan kebutuhan spiriual pasien paliatif.
D. Manfaat Penulisan
pada dirinya. Spitualitas didasarkan pada perilaku yang didapat yaitu melalui
interaksi dengan orang lain sepert keluarga. Pada masa ini, anak-anak belum
mempunyai pemahaman salah atau
benar. Kepercayaan atau keyakinan mengikuti ritual atau meniru orang lain.
2. Pada masa remaja, spiritualitas pada masa ini sudah mulai pada keinginan
akan pencapaian kebutuhan spiritualitas seperti keinginan melalui berdoa
kepada Tuhan, yang berarti sudah mulai membutuhkan pertolongan melalui
keyakinan atau kepercayaan. Bila pemenuhan kebutuhan spiritualitas tidak
terpenuhi, akan menimbulkan kekecewaan.
3. Pada masa dewasa awal, spiritualitas pada masa ini adanya
4. Pada masa dewasa pertengahan dan lansia, spiritualitas pada masa ini yaitu
semakin kuatnya kepercayaan diri yang dimiliki dipertahankan walaupun
menghadapi perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan
kepercayaan dirinya. Perkembangan spiritualitas pada tahap ini lebih matang
sehingga membuat individu mampu untuk mengatasi masalah dan
menghadapi kenyataan.
b. Keluarga
d. Agama
Agama sangat mempengaruhi spiritualitas individu. Agama merupakan suatu
sistem keyakinan dan ibadah yang dipraktikkan individu dalam pemenuhan
spiritualitas individu. Agama merupakan cara dalam pemeliharaan hidup terhadap
segala aspek kehidupan. Agama berperan sebagai sumber kekuatan dan
kesejahteraan pada individu. Konsep spiritualitas dalam agama Islam
berhubungan langsung dengan Al Quran dan Sunnah Nabi.59 Al Quran maupun
sunnah Nabi mengajarkan beragam cara untuk meraih kehidupan spiritual.
Pengalaman ibadah sebagai bentuk keintiman antara hamba dan Tuhannya.
Menurut Rasulullah SAW, setiap muslim hendaklah selalu menjalin hubungan
yang intim dengan Tuhannya setiap saat. Sebab, bagi muslim, setiap gerak
anggota badan, panca indera dan bahkan hati, adalah rangkaian pemenuhan
kewajiban ibadah kepadaNya 60 Manusia diajarkan untuk terus sadar bahwa ada
kehidupan lain setelah kematian. Manusia seharusnya terus meningkatkan
spiritualitas selama hidup di dunia.
e. Pengalaman Hidup
PENUTUP
A. Kesimpulan
pengelolaan keluhan nyeri, pengelolaan keluhan fisik lain, maupun pemberian intervensi
pada asuhan keperawatan, dukungan psikologis, dukungan social saja tetapi kita tahu
fungsi perawat sebelumya yaitu salah satunya adalah holistic care pada keperawatan
palliative yaitu kultural dan spiritual, serta dukungan persiapan dan selama masa duka cita
(bereavement).
B. Saran
Kami menyarankan bahwa kegiatan terapi menggunakan metode holistic keagamaan atau
mendekatkan kepada Tuhan sangatlah berdampak positif bagi kualitas hidup pada pasien
terminal, karena dengan rasa bersyukur, pasrah, menyadari bahwa kehidupan ini tidaklah
semua abadi pastilah semua mahluk hidup akan wafat pada akhirnya. Akan lebih
meringankan beban bagi pasien terminal baik secara psikologis dan fisiknya siap menerima
keadaanya sampai dengan akhir hayatnya.