Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF

“ KONSEP KEPERAWATAN PALIATIF ”

Dosen Pembimbing :
Dr. Supriyanto, S.Kp,M.Kes

Disusun Oleh :

1. Chumairotun N P27820720056
2. Dini Essa Kantini P27820720057
3. Dwi Eny Aprilia P27820720059
4. Hana Marshadita Y S P27820720093
5. Sinta Dewi Ratu Aninda P27820720095

TINGKAT 3 SEMESTER 6 SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah : Konsep Keperawatan Paliatif


Disusun Oleh :
1. Chumairotun N P27820720056
2. Dini Essa Kantini P27820720057
3. Dwi Eny Aprilia P27820720059
4. Hana Marshadita Y S P27820720093
5. Sinta Dewi Ratu Aninda P27820720095

Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah yang kami selesaikan
adalah benar. Dengan ini kami menyatakan penulisan makalah dengan topik konsep
perawatan paliatif mata kuliah keperawatan menjelang ajal dan paliatif telah memenuhi
semua syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh bapak guru/dosen.
Surabaya, 12 Januari 2023

Yang Membuat Pernyataan Yang Memberi Pengesahan

Kelompok 1 Regular B Dr. Supriyanto, S.Kp,M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan hidayah-Nya saya dapat me
nyelesaikan makalah ini dengan baik.

Makalah ini disusun dengan berbagai sumber yaitu media cetak , media elektronik dan berba
gi media pendukung lainnya. Makalah ini dibuat dengan berbagai tujuan yaitu sebagai tugas
kuliah, menanbah pengetahuan dibidang keperawatan khususnya keperawatan menjelang
ajal dan paliatif dengan mengambil judul makalah “Konsep Keperawatan Paliatif ”. Penyusu
nan makalah ini berusaha merangkum semua yang berhubungan dan memberikan gambaran
bahan kuliah serta tugas kuliah.

Penyusun menyadari bahwa dalam proses makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik m
ateri maupun dalam penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala ke
mampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikan dengan baik dan ole
h karenanya, kami dengan rendah hati menerima masukan, saran dan usul guna penyempurn
aan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pe
mbaca.

Surabaya, 12 Januari 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan untuk


meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga
dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna,
dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial
atau spiritual (World Health Organization (WHO), 2016).
Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam
perawatan paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%,
kanker 34%, penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes
4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%.Pada tahun 2011
terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang membutuhkan
perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif
berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa
(usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014).

Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua


Pasifik Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22%
(WHO,2014). Benua Asia terdiri dari Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah,
Asia Timur dan Asia Tenggara.Indonesia merupakan salah satu negara yang
termasuk dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia
termasuk dalam Negara yang membutuhkan perawatan paliatif.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi
tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar
330.000 orang, diabete melitus 2.1%, jantung koroner (PJK) dengan
bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu
3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016) mengatakan kasus HIV
sekitar 30.935, kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan
883.447 kasus penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar 1,5%
(KEMENKES, 2014).
Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola
komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain,
memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat
saat sekarat dan berduka (Matzo & Sherman, 2015).Penyakit dengan
perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat
disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup
(WHO,2016). Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala;
dukungan psikososial, emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup
nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat
lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif dilakukan sejak awal perjalanan
penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim
multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka
(Canadian Cancer Society, 2016).

Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwa


kebutuhan pasien paliatif tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala
fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologi, sosial
dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan yang dikenal sebagai
perawatan paliatif. Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual
merupakan kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang
tehadap sesama maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk
memberikan pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang keyakinan dan
kepercayaan pasien (Margaret & Sanchia, 2016). Spiritual merupakan bagian
penting dalam perawatan, ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual
adalah meliputi kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan.

Kebutuhan spiritual tidak hanya dapat diberikan oleh perawat, melainkan


dapat juga diberikan oleh kelompok agama ataupun keluarga (Balboni dkk,
2013). Hidayat (2009) mengatakan keluarga memiliki peran yang cukup
strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki
ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-
hari. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang
meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga
anggota keluarga yang sakit merasa ada yang memperhatikan (Friedman,
2010). Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit.
Susilawati (2015) mengatakan anggota keluarga memandang bahwa
orang yang bersifat mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan
bantuan yang diperlukan (Susilawati, 2015). Adanya dukungan keluarga
mempermudah penderita dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan
persoalan-persoalan yang dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi
beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam
menghadapi permasalahan yang sedang terjadi serta adanya dukungan
keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percayadiri pada penderita
dalam menghadapi proses penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Morris dkk (2015) menyatakan lebih dari 200.000 orang setiap tahun tidak
mati di tempat yang mereka inginkan. Selain itu terdapat 63% pasien paliatif
menyatakan ingin di rawat oleh keluarganya.
Aoun dkk (2015) mengatakan jika dukungan yang diberikan keluarga
terhadap pasien paliatif tidak terpenuhi pasien akan merasa kesepian, tidak
berharga dan merasa tidak dicintai maka dari itu peran dari keluarga sangat
dibutuhkan bagi pasien sehingga pasien merasa diperhatikan, nyaman dan
damai. Harrop dkk (2014) mengatakan pasien paliatif lebih nyaman
mendapatkan perawatan ataupun bantuan dari keluarganya. Dimana bantuan
ataupun dukungan yang didapatkan dari keluarga dapat mengurangi beban
psikososial dan spiritual pada pasien dengan perawatan paliatif (Hudson dkk,
2014)
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi penyakit kanker?


2. Apa etiologi penyakit kanker?
3. Bagaimana klasifikasi kanker?
4. Bagaimana patofisiolgi kanker?
5. Bagaimana manajemen medis kanker?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi penyakit kanker


2. Untuk mengetahui etiologi penyakit kanker
3. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi kanker
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi kanker
5. Untuk mengetahui bagaimana manajemen kanker

1.4 Manfaat

Sebagai sumber informasi dan masukan untuk memberikan asuhan keperawatan


terkait dukungan keluarga terutama pemenuhan kebutuhan spiritual pasien
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori


A. Definisi Kanker
Penyakit kanker merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan
adanya sel/jaringan abnormal yang bersifat ganas, tumbuh cepat tidak
terkendali dan dapat menyebar ke tempat lain dalam tubuh penderita. Sel
kanker bersifat ganas dan dapat menginvasi serta merusak fungsi jaringan
tersebut. Penyebaran (metastasis) sel kanker dapat melalui pembuluh darah
maupun pembuluh getah bening. Sel penyakit kanker dapat berasal dari semua
unsur yang membentuk suatu organ, dalam perjalanan selanjutnya tumbuh dan
menggandakan diri sehingga membentuk massa tumor.

B. Etiologi Kanker
Penyebab kanker sangat kompleks, melibatkan sel dan faktor lingkungan.
Banyak kemajuan telah dibuat dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab
kanker, termasuk :
1) Kimia dan zat lainnya
Bahan kimia tertentu, logam, atau pestisida dapat meningkatkan risiko
kanker apabila masuk kedalam tubuh. Contoh karsinogen yang terkenal
antara lain : asbes, nikel, dan benzena.
2) Tembakau
Karsinogen yang paling umum dalam masyarakat kita adalah rokok (asap
rokok). Asap rokok diketahui mengandung setidaknya 60% karsinogen
dan racun. Selain menyebabkan 80 sampai 90% dari kanker paru-paru,
merokok juga dapat menyebabkan kanker mulut, faring, laring, esofagus,
pankreas, ginjal, dan kandung kemih.
3) Radiasi
Beberapa jenis radiasi, seperti sinar-x, sinar dari zat radioaktif, dan sinar
ultraviolet dari paparan sinar matahari, dapat menghasilkan kerusakan
pada DNA sel, yang mungkin menyebabkan kanker.
4) Keturunan
Beberapa jenis kanker lebih sering terjadi penderita yang anggota
keluarga sebelumnya menderita kanker pula. Hal ini menunjukkan bahwa
faktor keturunan juga dapat menyebabkan terjadinya penyakit kanker.
C. Klasifikasi Kanker
Kanker berdasarkan etiologi Cancer and Noncoding RNAs (2018) dibagi
menjadi 19 jenis, yaitu :
a) Kanker Kandung Kemih (bladder cancer)
Kanker kandung kemih yaitu suatu jenis kanker yang dimulai pada
kandung kemih, organ berbentuk balon (a balloon shaped) di panggul,
area yang menyimpan urin. Jenis kanker kandung kemih yang paling
umum yaitu karsinoma sel transisional (transitional cell carcinoma), yang
dimulai di urothelial sel disebut dengan karsinoma urothelial, yang
melapisi bagian dalam pada kandung kemih. Tanda paling umum dari
kanker kandung kemih adalah adanya darah dalam urin. Faktor yang
membuat beberapa orang berisiko tinggi yaitu orang yang merokok,
orang dengan paparan bahan kimia tertentu yang digunakan di industri
tekstil, petrokimia dan karet, kemudian penggunaan obat kemoterapi
siklofosfamid, seseorang dengan riwayat diabetes, keturunan dan
peradangan kronis dari kandung kemih. Cancer and Noncoding RNAs
(2018)
b) Kanker Otak dan Sistem Saraf Pusat (Brain and central nervous system
cancer)
Jenis kanker ini merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal di jaringan
otak atau sumsum tulang belakang. Otak dan sumsum tulang belakang
menyusun sistem saraf pusat. Tumor yang dimulai di otak disebut juga
dengan tumor otak primer. Tumor yang dimulai di bagian tubuh lain dan
menyebar ke otak disebut juga dengan tumor otak metastatik. Tumor otak
dan sumsum tulang belakang bisa jinak (bukan kanker) atau ganas
(kanker). Ada banyak jenis tumor otak dan sumsum tulang belakang,
perbedaannya yaitu dalam tipe sel yang berbeda dan berbeda area otak
dan sumsum tulang belakang. Tanda dan gejala tumor otak dan sumsum
tulang belakang, antara lain kejang (seizures), kantuk, kebingungan dan
perubahan perilaku. Beberapa faktor risiko termasuk kondisi bawaan atau
genetik tertentu dan paparan radiasi yang sangat tinggi ke kepala. Cancer
and Noncoding RNAs (2018)
c) Kanker Payudara (Breast cancer)
Kanker payudara adalah pertumbuhan sel payudara yang tidak terkendali.
Kanker jenis ini merupakan kanker paling umum yang terjadi pada
wanita. Jenis kanker payudara yang paling umum yaitu karsinoma duktal.
Tanda gejala yang paling sering yaitu berupa benjolan baru atau
penebalan di payudara atau di bawah ketiak, luka pada puting dan
bengkak merah pada payudara. Faktor risiko terjadinya kanker payudara
yaitu, riwayat keluarga, obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, dan
bertambahnya usia. Cancer and Noncoding RNAs (2018)
d) Kanker Serviks (Cervical cancer)
Kanker ini terjadi apabila sel abnormal pada leher rahim, bagian bawah
uterus (womb), tumbuh dan berkembang di luar kendali. Tanda gejala
yang paling umum pada kanker serviks adalah adanya pendarahan pada
vagina, pendarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih berat daripada
biasanya, pendarahan setelah senggama, nyeri pada saat senggama,
pendarahan vagina setelah menopause, kelelahan yang berlebihan, nyeri
kaki atau bengkak, dan nyeri punggung bagian bawah. Faktor risiko
utama untuk kanker serviks yaitu terjadinya infeksi jangka panjang
berjenis human papillomavirus yang menyebabkan terjadinya kanker
serviks, kemudian faktor risiko lain yaitu merokok.
e) Kanker Kolorektal (Colorectal cancer)
Kanker kolorektal adalah kanker yang dimulai di usus besar atau rektum.
Pekembangan ini dari lapisan dalam dari usus dan didahului oleh
pertumbuhan yang disebut polip. Gejala pada kanker kolorektal antara
lain perubahan kebiasaan buang air besar, diare, sembelit, ada darah pada
tinja, perut kembung atau kram, penurunan berat badan, kelelahan dan
anemia. Faktor risiko pada kanker ini yaitu risiko genetik yang
diturunkan dan riwayat keluarga, adanya infeksi radang usus, obesitas,
konsumsi alkohol yang tinggi dan merokok.
f) Kanker Lambung (Gastric cancer)
Kanker ini merupakan penyakit dimana sel kanker terbentuk pada lapisan
perut. Kanker lambung cenderung berkembang perlahan selama
bertahuntahun. Kanker lambung dapat bermetastasis dengan berbagai
cara, sel kanker dapat tumbuh menembus dinding perut dan menyerang
organ yang berada disekitarnya. Infeksi bakteri yang disebut Helicobacter
Pylori adalah penyebab umum kanker lambung. Tanda gejala pada
kanker ini mulas, sakit pada bagian atas abdomen, nausea, kehilangan
nafsu makan, penurunan berat badan, menguningnya kulit dan bagian
putih pada mata (Sklera), muntah, dan kesulitan menelan.
g) Kanker Esofagus (Esophageal cancer)
Sel-sel kanker pada jenis ini terbentuk pada jaringan kerongkongan.
Kanker ini paling sering ditemukan pada bagian atas dan tengah esofagus
atau biasa disebut dengan Karsinoma Epidermoid. Tanda dan gejala
kanker esofagus adalah penurunan berat badan, suara serak dan batuk,
nyeri atau kesulitan menelan. Kanker esofagus ini seringkali terdiagnosis
pada stadium lanjut karena tidak ada tanda-tanda awal atau gejala.
h) Kanker Kepala dan Leher (Head and Neck Cancer)
Kanker ini secara kolektif mengacu pada sekelompok kanker yang serupa
secara biologis mulut, hidung, sinus, kelenjar ludah, tenggorokan, dan
kelenjar getah bening di leher. Faktor risiko yang terkait dengan kanker
jenis ini yang paling banyak di teliti yaitu karena penggunaan tembakau
(merokok) dan konsumsi alkohol. Gejala dapat berupa benjolan atau
nyeri yang tidak kunjung sembuh, sakit/radang tenggorokan yang tidak
kunjung sembuh, kesulitan menelan, perubahan atau suara serak.
i) Sarkoma (Sarcoma)
Jenis kanker ini adalah berupa jaringan yang menghubungkan struktur di
sekelilng tubuh. Sarkoma tulang dan jaringan lunak adalah jenis utama
sarkoma. Sarkoma merupakan jenis kanker langka (1% dari semua jenis
kanker) dan kanker ini lebih umum terjadi pada anak-anak. Sarkoma sulit
dikenali, karena dapat tumbuh di mana saja. Tanda pertama adalah
terdapat benjolan namun tidak terasa nyeri. Saat benjolan ini membesar,
akan menekan saraf atau otot pasien dan membuat tubuh merespons
(tidak nyaman), bisa terjadi kesulitan bernafas juga secara bersamaan.
Faktor risiko Sarkoma belum banyak diketahui meskipun sudah banyak
dilakukan penelitian, namun beberapa peneliti menyebutkan mungkin
karena faktor keturunan, kelainan tulang, kelainan genetik, atau paparan
radiasi selama pengobatan untuk kanker yang sebelumnya telah terjadi.
j) Kanker Ginjal (Kidney cancer)
Kanker ini adalah kanker yang paling umum baik pada pria maupun
wanita. Hampir pada semua kasus kanker ginjal pertama kali muncul
pada lapisan tabung kecil (Tubulus) di ginjal. Faktor risiko kanker ini
antara lain merokok, kondisi genetik, dan penyalahgunaaan obat pereda
nyeri untuk waktu yang lama. Tanda dan gejala pada kanker jenis ini
antara lain terdapat darah di dalam urine, nyeri tepat di bawah tulang
rusuk, benjolan atau bengkak pada area ginjal, penurunan berat badan,
kehilangan nafsu makan dan lain sebagainya.
k) Kanker Hati (Liver cancer)
Nama lain dari kanker ini yaitu hepatic cancer atau hepatocellular
carcinoma merupakan kanker yang terjadi pada jaringan hati. Tanda dan
gejala pada kanker ini cenderung tidak dirasakan atau disadari oleh
pasien, kondisi terkait seperti penurunan berat badan, kehilangan selera
makan, mual dan muntah, nyeri atau bengkak di perut, merasa sangat
kenyang meskipun makanannya dalam porsi yang kecil, kekuningan pada
kulit dan kulit terasa gatal.
l) Leukimia
Leukimia merupakan penyakit heterogen yang dimulai dari sel puncak
hematopoietik yang mengarah ke abnormal proliferasi sel darah di
sumsum tulang dan darah tepi. Gejala umum leukimia antara lain berupa
nyeri pada tulang atau persendian, pembengkakan kelenjar getah bening,
demam, merasa lelah, mudah berdarah dan memar, sering infeksi,
ketidaknyamanan atau pembengkakan di perut, penurunan berat badan,
atau kehilangan nafsu makan.
m) Kanker Paru (Lung cancer)
Kanker paru-paru merupakan jenis kanker yang dimulai di tenggorokan
(trakea), saluran nafas utama (bronkus), atau jaringan paru-paru. Faktor
risiko paling utama yaitu merokok. Eksposur pasif asap tembakau juga
dapat menyebabkan kanker paru-paru. Tanda gejala yang terjadi yaitu
batuk terusmenerus, batuk darah, sesak nafas, kelelahan, penurunan berat
badan, lendir berdarahm mengi dan nyeri atau sakit saat bernafas.
n) Limfoma (Lymphoma)
Limfoma merupakan kanker sistem limfatik. Sistem limfatik merupakan
jaringan yang komplek dari pembuluh limfatik, kelenjar getah bening dan
organ lain termasuk limpa dan kelenjar timus. Tanda dan gejala antara
lain pembengkakan tanpa rasa sakit pada kelenjar getah bening,
seringkali di leher atau ketiak. Pembengkakakn juga bisa terjadi di
selangkangan dan perut.
o) Melanoma
Melanoma juga dikenal sebagai melanoma maligna, merupakan jenis
kanker kulit yang berkembang di dalam sel (melanosit) yang
menghasilkan melanin (pigmen yang memberi warna pada kulit). Tanda
gejala melanoma yang paling umum yaitu munculnya nevus pigmentosus
(tahi lalat) baru atau perubahan nevus pigmentosus yang sudah ada.
p) Mieloma (Myeloma)
Kanker ini merupakan sebuah kanker yang timbul dari sel plasma, sejenis
sel darah putih yang dibuat di sumsum tulang. Penyakit ini termasuk
dalam spektru kelainan disebut sebagai “diskrasia sel plasma”. Tanda dan
gejala berupa nyeri tulang dan tulang mudah patah, sering infeksi dan
demam, haus berlebuhan, peningkatan buang air kecil, mual dan
penurunan berat badan, dan sembelit.
q) Kanker Ovarium (Ovarian cancer)
Kanker ovarium merupakan kanker yang pertumbuhannya terjadi di
ovarium. Tanda dan gejala kanker ovarium antara lain, mual muntah,
penurunan berat badan, sesak nafas, kelelahan, dan kehilangan nafsu
makan.
r) Kanker Pankreas (Pancreatic Cancer)
Kanker ini disebabkan oleh pertumbuhan sel yang abnormal dan tidak
terkendali di pankreas. Tanda dan gejala pada kanker ini antara lain sakit
pada abdomen, penurunan berat badan, diare, dan penyakit kuning.
Faktor risiko paling utama yaitu Merokok. Kelebihan berat badan
(Obesitas) juga merupakan salah satu faktor risikonya.
s) Kanker Prostat (Prostate Cancer)
Kanker ini merupakan penyakit yang hanya menyerang pria. Kanker
mulai tumbuh secara tidak normal di prostat (yaitu sebuah kelenjar dalam
sistem reproduksi pria). Tanda dan gejala kanker prostat yaitu, sering
buang air kecil, nyeri atau sensasi terbakar saat buang air kecil atau
ejakulasi, darah dalam urin, dan nyeri atau kekakuan di punggung bawah.
Faktor risiko antara lain pria di atas usia 65 tahun.

D. Patofisiologi Kanker
Menurut (Fariha Ramadhaniah, Desy Khairina, Dian Triana Sinulingga,
Evlina Suzanna, 2018) Karsinogenesis (proses perubahan sel-sel normal
menjadi abnormal diawali dengan terjadinya kerusakan yang disebut kanker).
Terjadinya karsinogenesis mencakup 3 tingkatan sbb :
1. Tahapan Inisiasi (initiation)
Tahap ini merupakan tahap awal munculnya kanker yang terjadi
dikarenakan oleh kerusakan genetik ireversibel (pertumbuhan atau
perkembangan) pada sel normal. Ditahap ini akan terjadi mutasi dan
perubahan struktur pada Deoxyribonucleic Acid (DNA) yang
menyebabkan kelainan. Gangguan dan atau perubahan pada struktur
DNA akan menyebabkan proses aktivasi gen (protooncogene) yang
merupakan gen pertumbuhan akan membuat sel tumbuh lebih cepat dan
menghambat gen (suppresor gene) yang berfungsi sebagai gen penahan.
2. Tahapan Promosi (tumor promotion)
Tahap ini merupakan tahapan proliferasi (siklus pembelahan sel) awal
pada sebuah klon (clonal expansion). Ketika sel semakin sering terjadi
pembelahan, maka terjadinya mutasi semakin meningkat dan sel tersebut
menjadi sel yang ganas. Proses ini menurut beberapa penelitian
membutuhkan waktu beberapa tahun.
3. Tahapan Perkembangan (Progression)
Tahapan terakhir pada karsinogenesis yaitu progression, tahapan ini
ditandai dengan mulai terjadi proses angiogenesis (pembentukan
pembuluh darah baru dari pembuluh yang sebelumnya), proses invasi dan
infiltrasi dari jaringan sekitar kemudian bermetastasis ke jaringan lain.

E. Manajemen Medis Kanker


Penatalaksanaan pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup untuk pasien dengan diagnosa kanker. Terdapat beberapa cara untuk
pengobatan pasien dengan diagnosa kanker antara lain :
1. Radioterapi
Terapi ini merupakan salah satu terapi kanker dengan penggunaan
radioaktif untuk menghancurkan sel tumor maligna. Jenis terapi kanker
yang ada di Indonesia yaitu dengan menggunakan jenis sinar radiasi
antara lain Kobalt-60, Sinar Gamma dan Sinar-X.
2. Pembedahan
Terapi ini bertujuan untu menghilangkan dan mengambil sel tumor.
Pembedahan ini umumnya akan berhasil jika sel kanker belum terjadi
metastasis.
3. Kemoterapi
Terapi ini merupakan terapi dengan menggunakan obat anti kanker. Obat
ini bekerja dengan membuat sel apoptosis (programed cell death).
4. Imunoterapi
Secara umum, imunoterapi merupakan suatu terapi yang memanfaatkan
bagian tertentu dari sistem kekebalan tubuh untuk mengatasi masalah
kanker.

F. Pemeriksaan Penunjang Kanker


Menurut American Cancer Society, tes pemeriksaan penyakit kanker
terbagi menjadi 3, di antaranya:
1. Tes pencitraan (imaging test)
Imaging test (tes pencitraan) berfungsi membantu dokter melihat kondisi
dalam tubuh dengan bantuan energi sinar X, gelombang suara, partikel
radioaktif, dan magnet. Jaringan tubuh akan mengubah energi tersebut
menjadi pola gambar. Hasil gambar tes ini akan membantu dokter untuk
melihat perubahan yang mungkin terjadi pada tubuh tersebut adalah
tumor ganas atau jinak. Pada penyakit kanker, pemeriksaan radiologi ini
berguna untuk membantu mendeteksi kanker tahap awal, menemukan
lokasi tumor dan ukurannya, serta melihat seberapa jauh penyebarannya.
Prosedur ini sangat mungkin pasien jalani beberapa kali karena dokter
perlu melihat bagaiman perkembangan tumornya selama masa perawatan
dan menentukan apakah pengobatan kanker yang dijalani efektif atau
tidak. Nah, imaging test untuk kanker ini terbagi lagi menjadi beberapa
jenis, di antaranya:
a. CT scan untuk kanker

Computed tomography scan atau CT scan membantu dokter untuk


menemukan lokasi, bentuk, dan ukuran kanker. Biasanya, tes ini dokter
rekomendasikan sebagai prosedur rawat jalan, tidak menimbulkan rasa
sakit, dan butuh waktu sekitar 10-30 menit. Tes pemindaian ini
menunjukkan penampang tubuh, mulai dari tulang, organ, dan jaringan
lunak yang lebih jelas daripada rontgen standar. Bahkan, bisa
menampilkan pembuluh darah yang memberi makan tumor tanpa harus
melakukan prosedur pembedahan. CT scan menggunakan sinar setipis
pensil untuk membuat serangkaian gambar yang kemudian ditampilkan
ke dalam layar komputer. Efek samping yang mungkin terjadi setelah tes
pemeriksaan antara lain: ruam pada kulit, mual, napas jadi pendek dan
mengi, serta gatal maupun pembengkakan pada wajah yang bisa
berlangsung lebih dari 1 jam.
b. MRI
Magnetic resonance imaging atau MRI adalah tes yang berfungsi untuk
menemukan lokasi dan penyebaran kanker dalam tubuh. Selain itu, tes ini
juga membantu dokter mempertimbangkan rencana pengobatan, seperti
operasi atau radioterapi. Tes kanker ini menggunakan energi magnet dan
gelombang frekuensi radio yang akan menangkap gambar dari bahan
kontras yang dimasukkan ke tubuh melalui pembuluh darah. Proses
pemeriksaan pada tes ini memakan waktu sekitar 45-60 menit, tapi bisa
juga berlangsung selama 2 jam. Ada satu jenis khusus pada tes ini, yakni
MRI pada payudara untuk pemeriksaan kanker payudara. Efek samping
MRI yang mungkin terjadi adalah: mual, nyeri pada area suntikan, sakit
kepala yang muncul beberapa jam setelah tes, dan pusing karena tekanan
darah menurun.
c. Rontgen (pemeriksaan X-ray)

Pemeriksaan X-ray membantu dokter untuk menemukan sel kanker pada


tulang, organ perut, dan ginjal. Meski CT scan atau MRI menampilkan
hasil yang lebih detail, rontgen tidak kalah cepat, mudah, dan lebih
terjangkau biayanya sehingga masih sering digunakan sebagai tes kanker.
Pada prosedur ini, penggunaan bahan kontras berbasis yodium, seperti
barium, bermanfaat untuk membuat tampilan organ pada sinar X menjadi
lebih jelas. Salah satu jenis pemeriksaan X-ray adalah mammografi
sebagai tes cek kanker payudara. Tergantung dengan metode kontras,
durasi pemeriksaan bisa memakan waktu 5 menit hingga 1 jam. Efek
samping dari pemeriksaan kanker ini adalah sensasi terbakar pada area
bekas penyuntikan zat kontras, mual, muntah, dan perubahan pada indera
perasa.
d. Pemindaian Nuklir
Pencitraan nuklir dapat membantu dokter menemukan lokasi dan luas
penyebaran kanker. Ada beberapa jenis pemindaian nuklir yang biasanya
digunakan utnuk mendeteksi kanker, yakni bone scan (pemindaian
tulang), PET scan, pemindaian tiroid untuk kanker tiroid, pemindaian
MUGA (multigated acquisition), dan pemindaian Gallium. Tes kanker ini
membuat gambar berdasarkan kimiawi tubuh, bukan pada bentuk fisik,
seperti tes pencitraan lainnya, dengan menggunakan zat cair
radionuklida. Jaringan tubuh yang terkena penyakit tertentu, seperti
kanker, dapat menyerap lebih banyak atau lebih sedikit pelacak daripada
jaringan normal. Kamera khusus akan menangkap area yang menyerap
cairan radionuklida lebih banyak. Sayangnya, pemeriksaan ini kerap kali
tidak bisa mendeteksi tumor yang ukurannya sangat kecil. Durasi
pemeriksaan memakan 20 menit hingga 3 jam, dengan efek samping
meliputi bengkak dan nyeri pada bekas penyuntikan serta reaksi alergi.
e. USG

Jika hasil pencitraan rontgen tidak tampak jelas, dokter akan


merekomendasikan USG untuk menemukan lokasi kanker. Pemindaian
ini menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi yang melewati
tubuh untuk menghasilkan gambar. Pada beberapa kasus, ultrasonografi
juga berguna untuk membedakan kista atau kanker pada ovarium.
Sayangnya, hasil gambar pemindaian tidak sedetail CT scan atau MRI,
dan gelombang suara juga tidak dapat menembus paru-paru dan tulang.
Proses pemeriksaannya adalah dokter akan mengoleskan cairan khusus
pada permukaan kulit dan menempelkan transduser. Alat ini bisa dapat
masuk ke dalam kerongkongan, rektum, dan vagina. USG termasuk tes
yang aman dan sangat kecil risikonya menimbulkan efek samping.

2. Pemeriksaan Endoskopi
Endoskopi adalah prosedur medis yang akan memasukkan alat berbentuk
tabung ke dalam tubuh untuk melihat kondisi pada bagian dalamnya. Ada
beberapa jenis endoskopi sesuai dengan area tubuh pemeriksaan,
contohnya:
a. Bronkoskopi yang bertujuan untuk mencari tahu penyumbatan pada
saluran udara, seperti tumor, dengan menggunakan bronkoskop yang
dilengkapi dengan laser kecil.
b. Kolonoskopi berguna untuk mencari tahu penyebab berat badan menurun
drastis, perdarahan pada rektum, atau perubahan kebiasaan buang air
yang menjadi ciri khas kanker kolorektal.
c. Laparoskopi bertujuan untuk mengetahui penyebab nyeri pinggul dan
mengambil sampel jaringan pada tumor untuk kanker serviks, kanker
ovarium, dan kanker rahim. Tidak hanya sebagai tes kanker, prosedur ini
juga bisa digunakan sebagai pengobatan untuk kanker pada sistem
reproduksi dan kanker ginjal stadium awal.
d. Sistoskopi untuk mengetahui adanya kanker pada kandung kemih dan
uretra sekaligus mengangkat tumor berukuran kecil di area tersebut.

3. Biopsi

Biopsi adalah prosedur untuk mengangkat sepotong jaringan sebagai


sampel sel dari tubuh. Kemudian, akan dilakukan pengamatan terhadap
sampel tersebut di laboratorium; apakah sel/jaringan kanker atau bukan.
Tes ini sangat akurat dan hasilnya menjadi diagnosis pasti dari penyakit
kanker. Oleh karena itu, biopsi sering kali menjadi kombinasi dari tes
pemeriksaan kanker yang lain.
2.2 Jurnal
Penulis &
Judul Desain
No. Tahun Variabel Hasil
Penelitian Penelitian
Penelitian
1. Gambaran Putu Variabel Kuantitatif Seluruh jenis
Bermain Santya independen dengan desain bermain
Terapeutik Novita meliputi penelitian terapeutik
Sebagai Lestari, pengukuran deskriptif, dapat
Pengalihan Kadek skala nyeri rancangan dimainkan
Nyeri Pada Cahya dan penelitian oleh anak
Pasien Anak Utami, pemberian crosssectional dalam waktu
Kanker Post Komang terapi efektif selama
Kemoterapi Di Menik Sri bermain, 15 menit
Rumah Krisnawati variabel hingga 1 jam,
Singgah tahun dependen sehingga efek
Yayasan 2020 skala nyeri terapeutik
Peduli Kanker setelah didapat secara
Anak Bali melakukan maksimal yaitu
terapi meningkatkan
bermain rasa bahagia,
mengurangi
stres dan
mengurangi
nyeri post
kemoterapi.
2. Manajemen Labora Variabel Kualitatif Terapi musik
Nyeri Pada Sitinjak, independen dengan dapat
Pasien Kanker Leo skala nyeri, wawancara membantu
Payudara Rulino, variabel terstruktur, mengatasi
Dengan Regina dependen studi dokumen, stress,
Menggunakan Masliah respon dan observasi mencegah
Tehnik tahun setelah menggunakan penyakit dan
Distraksi 2018 pemberian instrumen meringankan
Terapi Musik terapi yang sudah rasa sakit.
Di RSUD Koja distraksi ditetapkan.
3. Manajemen Siti Variabel Kualitatif Penanganan
Nyeri Pada Aisyah independen dengan studi nyeri pada
Lansia Dengan tahun meliputi dokumen dan lansia dengan
Pendekatan 2017 pengukuran observasi metode non
Non skala nyeri farmakologi
Farmakologi dan dampak dapat
nyeri. membantu
Variabel lansia dalam
dependen menurunkan
keefektifan nyeri
terapi
nonfarmako
logi

2.3 Analisa Jurnal


Pada jurnal penelitian “Gambaran Bermain Terapeutik Sebagai Pengalihan
Nyeri Pada Pasien Anak Kanker Post Kemoterapi Di Rumah Singgah Yayasan
Peduli Kanker Anak Bali” menggunakan metode kuantitatif dengan desain
penelitian deskriptif, rancangan penelitian crosssectional. Pemilihan media
dengan berbagai jenis permainan seperti sangat cocok digunakan dalam teknik
terapeutik pengalihan nyeri pada anak-anak. Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebagian besar responden berusia dibawah usia 11 tahun. Hasil penelitian ini
sejalan dengan beberapa data dari NCI (2019) yang menyatakan bhwa anak-anak
sejak lahir hingga berumur 14 tahun sangat rentan terkena kanker dan terdapat
11.060 kematian akibat kanker sampai tahun 2019. Hal tersebut disebabkan
karena anak memiliki faktor risiko sebagai penyebab kanker yaitu, kelainan
genetik, imunodefisiensi, paparan radiasi, konsumsi obat karsinogenik, terapi
immunosupressive, dan infeksi virus.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden memilki
kanker leukemia. Seluruh jenis bermain terapeutik dapat dimainkan oleh anak
dalam waktu efektif selama 15 menit hingga 1 jam, sehingga efek terapeutik
didapat secara maksimal yaitu meningkatkan rasa bahagia, mengurangi stres dan
mengurangi nyeri post kemoterapi. Salah satu bermain terapeutik, yaitu puzzle
memiliki banyak manfaat untuk anak dengan kanker salah satunya sebagai teknik
distraksi terhadap nyeri. Puzzle merupakan permainan yang mampu
mengembangkan cara berpikir anak, meningkatkan kemampuan anak dalam
mengkoordinasikan motorik kasar dan halus. Memasang kembali potongan puzzle
akan membantu anak bagaimana mengingat gambar, warna, dan bentuk
sebelumnya sehingga hal inilah yang membuat anak mengalihkan fokus nyeri
menuju fokus lainnya yang lebih menarik.
Pada jurnal penelitian “Manajemen Nyeri Pada Pasien Kanker Payudara
Dengan Menggunakan Tehnik Distraksi Terapi Musik Di RSUD Koja”
menggunakan pendekatan studi kasus, dengan wawancara terstruktur, studi
dokumen, dan observasi menggunakan instrumen yang sudah ditetapkan.
Partisipan dalam penelitian adalah dua orang pasien kanker payudara yang
mengalami nyeri di RSUD Koja. Penyajian data kualitatif dalam bentuk narasi
dan disertai ringkasan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan
data pendukungnya. Pada penderita Kanker payudara akan timbul rasa nyeri
apabila sel kanker sudah membesar, sudah timbul luka, atau bila sudah muncul
metastase ke tulang. Nyeri pada kanker merupakan satu fenomena yang subjektif.
Yang merupakan gabungan antara fisik dan non fisik. Nyeri berasal dari berbagai
bagian tubuh ataupun sebagai akibat dari terapi dan prosedur yang dilakukan
termasuk operasi kemoterapi, dan radioterapi. Nyeri yang dialami oleh penderita
kanker payudara diakibatkan oleh pengaruh langsung terhadap organ yang terkena
dan pengaruh langsung terhadap jaringan lunak yang terkena. (Fadilah, Astuti, &
Santy, 2016).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan keperawatan yang telah
dilakukan selama 2 kali 24 jam diperoleh respon membaik ditandai dengan adanya
penurunan skala nyeri pada kedua klien saat evaluasi. Kondisi skala nyeri tercatat
di evaluasi Ny.M dengan skala nyeri 2 dan Ny.S dengan skala nyeri 0. Klien Ny.S
menunjukan peningkatan kondisi yang lebih cepat daripada Ny.M. Hal ini
disebabkan selama perawatan 2 kali 24 jam di Rumah Sakit Ny.S lebih mengikuti
program pemberian terapi daripada Ny.M yang saat terapi kadang tertidur.
Evaluasi keberhasilan penerapan prosedur pemberian terapi musik pada kedua
klien menunjukan bahwa kondisi Ny.S lebih cepat membaik dibandingkan dengan
kondisi Ny.M. hal tersebut disebabkan Ny.S lebih mematuhi program pemberian
terapi musik, karena, pada saat pemberian terapi musik Ny.M malah tertidur,
sedangkan Ny.S meresapi dan menghayati pemberian terapi musik sampai benar-
benar masuk ke dalam otak, sehingga saat di hayati gelombang musik klasik
dengan ketukan 4/4 masuk ke dalam otak, sehingga gelombang otak sampai di
gelombang alfa, terjadi relaksasi dari otak, ke jantung menurunkan detak jantung,
hasilya seluruh tubuh menjadi lebih rileks dan pikiran menjadi lebih tenang. Hal
ini di tandai dengan respon klien yang mengatakan langsung pikirannya menjadi
lebih tenang dan tubuhnya lebih rileks. Sedangkan Ny.M responnya tertidur,
Sehingga terapi yang dilakukan hasilnya kurang maksimal.
Pada jurnal ke-3 yaitu “Manajemen Nyeri Pada Lansia Dengan Pendekatan
Non Farmakologi” menggunakan pendekatan secara farmakologik pada lansia.
Tehnik distraksi adalah tehnik yang dilakukan untuk mengalihkan perhatian klien
dari nyeri seperti: melakukan hal yang sangat disukai, bernafas lembut dan
berirama secara teratur. Terapy music adalah proses interpersonal untuk
digunakan untuk mempengaruhi keadaan fisik, emosional, mental, estetik dan
spiritual, untuk mendukung proses belajar dan membangun rasa percaya diri.
Masage atau pijatan merupakan manipulasi yang dilakukan pada jaringan lunak
yang bertujuan untuk mengatasi masalah fisik, fungsional atau terkadang
psikologi. Guide Imaginary yaitu upaya yang dilakukan untuk mengalihkan
persepsi rasa nyeri dengan mendorong pasien untuk mengkhayal dengan
bimbingan. Relaksasi adalah keadaan dimana klien membayangkan dirinya dalam
keadaan damai dan tenang. Akupuntur yaitu tehnik pengobatan cina untuk
memblok chi dengan jarum dan menusuknya ke titik-titik tubuh tertentu yang
bertujuan untuk menciptakan keseimbangan yin dan yang. Termal terapi yaitu
terapi dengan memanasi bagian tubuh tertentu yang nyeri, memanasi bagian tubuh
yang nyeri, otot yang lelah akan membuka pembuluh darah sehingga
meningkatkan aliran oksigen dan menghilangkan iritasi kimia yang terjadi.
Hasil penelitian membuktikan tentang keefektifan terapi non farmakologis.
Pada penelitian yang dilakukan Dina Dewi tentang pengaruh teknik relaksasi
nafas dalam terhadap penurunan persepsi nyeri menunjukkan adanya pengaruh
yang signifikan antara pemberian teknik relaksasi nafas dalam dengan uji analisis
Wilcoxon Test menunjukkan nilai ρ = 0,005 < α = 0,05. Pada penelitian (Ani,
2014) tentang adanya pengaruh terapi kompres hangat dalam menurunkan nyeri
persendian osteoartritis pada lanjut usia dengan analisis uji paired T Test
menunjukkan ρ = 0,000 dan nilai rata-rata 2,83. Pada penelitian Theresia (2015),
tentang efektifitas latihan lutut terhadap penurunan intensitas nyeri pasien
osteoarthritis lutut menunjukkan efektif menurunkan nyeri lutut dengan nilai ρ =
0,004.

2.4 Saran
Disarankan untuk menggunakan teknik ini sebagai intervensi keperawatan
mandiri pada pasien dengan masalah keperawatan nyeri baik pada anak, dewasa,
ataupun lansia. Dan disarankan juga terdapat penambahan jenis terapi non
farmakologi seperti Masase, relaksasi dan guide imagery, stimulasi saraf dengan
listrik transkutan, penggunaan kompres panas dan dingin, sentuhan terapeutik,
meditasi, hipnotis dan akupresur, TENS (Transcutaneus Electrical Nerve
stimulation), hal ini dilakukan sebagai upaya pengurangan atau pengalihan nyeri.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki
kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui
pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik,
psikososial dan spiritual (World Health Organization, 2011). Perawatan
paliatif bukan untuk mempercepat proses kematian namun bukan pula
untuk menunda kematian, karena kematian merupakan proses alamiah
mahluk hidup. Sehingga dalam perawatan paliatif, kematian akan
berlangsung secara alamiah pada pasien. Tujuan dari perawatan paliatif
adalah untuk mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang umurnya,
meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada
keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting
sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak
stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

Anda mungkin juga menyukai