Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DIARE DI RUANG SHOFA 3 RSU HAJI


SURABAYA

Oleh :

HANA MARSHADITA YOWANDA SARI


NIM : P27820720093

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Pada Klien Diare di Ruang Shofa-3 RSUD Haji Surabaya yang
dilaksanakan pada tanggal 03 oktober 2022 s.d tanggal 15 Oktober 2022 telah
disahkan sebagai laporan Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah 2 Semester V
di Shofa-3 RSUD Haji Surabaya.

Nama Mahasiswa : Hana Marshadita Yowanda Sari

NIM : P27820720093

Surabaya, 03 Oktober 2022

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan, Pembimbing Ruangan,

Hepta Nur Anugrahini, S.Kep., Ns., M. Kep. Yani Asmiatin, S. Kep., Ns


NIP : 19800325 200501 2 004 NIP : 19750703 200701 2 010

Mengetahui

Kepela Ruangan Shofa 3

Susilowati, S. Kep., Ns

NIP : 19710611 199703 2 006


LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan
fungsi pencernaan, penyerapan, dan sekresi. Pengertian diare menurut Depkes
RI (2005), diare adalah suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan
bentuk dan konsistensi dari tinja yang melembek sampai mencair dan
bertambahnya frekuensi buang air besar biasanya tiga kali atau lebih dalam
sehari. Sedangkan menurut WHO (1999) secara klinis didefinisikan sebagai
bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya atau bisa
mencapai lebih dari tiga kali dalam sehari, disertai dengan perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair atau setengah cair) dengan atau tanpa disertai
lendir dan darah. Secara klinik dibedakan menjadi dua jenis sindroma diare
yaitu diare akut dan diare kronis. Diare merupakan penyakit yang ditandai
dengan berubahnya bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara
berlebihan lebih dari 3 kali dalam kurun waktu hasil (Haqi, 2019). Diare
adalah gangguan buang air besar (BAB) dengan konsistensi feses lebih cair
dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari serta dapat disertai dengan darah
atau lendir (Kemenkes RI, 2019). (5).
Diare akut adalah kejadian diare yang muncul secara tiba-tiba
selama kurang lebih 14 hari tanpa daiwali gejala sebelumnya. Hingga saat ini,
diare akut masih menjadi masalah kesehatan yang tidak hanya terjadi di
negara berkembang tetapi juga terjadi di negara maju. Biasanya, diare akut
terjadi karena infeksi saluran cerna yang diakibatkan oleh bakteri, virus,
maupun parasit yang dapat disebarkan melalui makanan atau minuman, air,
serta dari orang yang sedang terkena diare itu sendiri. Sedangkan diare kronis
adalah kejadian diare yang muncul secara tiba-tiba, didahuli dengan gejala
awal, dan berlangsung selama lebih dari 14 hari. Adapun diare kronis ini
dapat diklasifikan lagi berdasarkan penyebabnya menjadi tiga kelas yaitu
diare inflamasi, diare osmotik, dan diare sekretori. (KEMENKES RI, 2011).
(4).
Diare akut merupakan diare yang paling banyak dan paling sering
terjadi hampir di seluruh dunia. Hal ini merupakan masalah umum dalam
kasus diare. Diare akut tidak hanya terjadi di negara berkembang, tetapi juga
di negara maju yang bahkan tingkat perekonomian dan kualitas hidupnya
sudah baikpun diare akut yang disebabkan oleh infeksi masih banyak
menjangkiti masyarakat. Kejadian diare juga tidak melulu dialami oleh bayi
ataupun anak-anak, bahkan orang dewasa sekalipun memiliki kemungkinan
yang sama untuk terserang diare. Hal yang perlu diperhatikan dalam
mengobati pasien dengan diare akut adalah ditinjau dari segi apa yang ia
konsumsi serta bagaimana gaya hidupnya sehari-hari. (Soebagyo, 2008). (4).
Diare merupakan penyakit berbahaya yang derajat kesakitan dan
kematiannya tinggi secara global (mendunia) terutama di negara berkembang.
Berdasar data dari UNICEF (2013), diare merupakan salah satu dari 3
penyebab utama kematian anak secara mendunia. Di Indonesia sendiri, diare
merupakan salah satu masalah kesehatan yang cukup serius karena masih
acapkali terjadi dalam bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga perlu
pengendalian lebih lanjut. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar2 dari tahun ke tahun
diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di
Indonesia. . Menurut WHO, diare merupakan buang air besar dalam bentuk
cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari, dan biasanya berlangsung selama
dua hari atau lebih. Diare disebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang
abnormal dalam usus (Wong, 2013). (5).
B. Etiologi

Beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya kasus diare adalah


1. Menurunnya jumlah absorbsi larutan dalam air,
2. Sekresi elektrolit dalam jumlah yang melebihi batas normal ke dalam
lumen intestinal,
3. Buruknya absorbsi larutan secara osmosis aktif oleh lumen usus,
4. Terjadi peningkatan motilitas usus,
5. Adanya penyakit yang menyebabkan infeksi dan inflamasi di daerah
intestinal sehingga menghasilkan darah, pus, dan lendir,
6. Faktor kesehatan pikiran,
7. Kondisi keracunan,
8. Respon alergi,
9. Reaksi terhadap obat-obatan tertentu,
10. Kurangnya tingkat kebersihan pribadi,
11. Lingkungan yang kurang bersih,
12. Pengetahuan pribadi mengenai diare,
13. Adanya mikroorganisme seperti virus, bakteri, protozao, hingga cacing.
(Albert, 2014)
Diare menyebar dan menginfeksi baik pada anak maupun dewasa
melalui empat faktor, yaitu food (makanan), feces (tinja), fly (udara), dan
finger (tangan). Oleh karena itu, untuk mencegah agar penyakit ini tidak
menyebar dan menular, cara yang paling praktis adalah memutuskan rantai
penularan tersebut. Faktor kebersihan menjadi faktor yang penting untuk
menghindarkan seseorang dari penyakit diare. (4).
C. Patofisiologi
Pada dasarnya diare terjadi ketika terdapat gangguan transportasi air
dan elektrolit dalam lumen usus. Mekanisme patofisiologi dari diare dapat
berupa osmosis, sekretori, inflamasi, dan perubahan motilitas (Sweetser,
2012). Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama
gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit dalam rongga usus, isi rongga
usus yang berlebihan ini akan merangsang usus, isi rongga usus yang berlebih
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. (4).
Lalu akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus
akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan
selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga
gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri
timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu
diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup kedalam usus
setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin tersebut terjadi hipersekresi
yang selanjutnya akan menimbulkan diare (Lestari, 2016). (8).
Ada beberapa tahapan pada riwayat alamiah penyakit yaitu, tahap
prepatogenesis dan patogenesis. Dimana tahap patogenesis ini memiliki
tahapan lagi yaitu tahap inkubasi, tahap dini, tahap lanjut dan tahap akhir.
1. Tahap Pre-Patogenesis Penyakit Diare Pada tahap ini disebabkan oleh
mikroorganisme baik bakteri, parasit maupun virus, diantaranya rotavirus,
E.coli dan shigella. Penyebaran mikroorganisme ini dapat terjadi melalui
fecal dan oral. Pada tahap ini belum ditemukan tanda-tanda penyakit. Bila
daya tahan tubuh penjamu baik maka tubuh tidak terserang penyakit dan
apabila daya tahan tubuh penjamu lemah maka sangat mudah bagi virus
untuk masuk dalam tubuh.
2. Tahap Patogenesis Penyakit Diare
a. Tahap Inkubasi
Virus masuk ke dalam tubuh dengan menginfeksi usus baik pada
jeyenum, ileum dan colon. Setelah virus menginfeksi usus, virus
menembus sel dan mengadakan lisis kemudian virus berkembang dan
memproduksi enterotoksin. Masa inkubasi biasanya sekitar 2 – 4 hari,
pasien sudah buang air besar lebih dari 4 kali tetapi belum tampak
gejala-gejala lain.
b. Tahap Dini
Tahap dini penyakit diare antara lain tubuh kehilangan cairan 5% dari
berat badan, kesadaran baik (somnolen), mata agak cekung, turgor
kulit kurang dan kekenyalan kulit normal, berak cair 1 – 2 kali sehari,
lemah dan haus serta ubunubun besar agak cekung.
c. Tahap Lanjut
Tahap lanjut penyakit diare memiliki ciri-ciri antara lain tubuh
kehilangan cairan lebih dari 5-10% berat badan, keadaan umum
gelisah, perasaan haus lebih tinggi, denyut nadi cepat dan pernapasan
agak cepat, mata cekung, turgor dan tonus otot agak berkurang, ubun-
ubun besar cekung, kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas
kembali sekitar 1-2 detik serta selaput lendir agak kering.
d. Tahap Akhir
Tahap akhir penyakit diare memiliki ciri-ciri antara lain tubuh
kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan, keadaan umum dan
kesadaran koma atau apatis, denyut nadi sangat cepat, pernapasan
cepat dan dalam (kusmaull), ubun-ubun besar sangat cekung,
turgor/tonus sangat kurang serta selaput lendir kering (asidosis). (5).
D. Penatalaksanaan
Penalaksanaan pasien diare akut dimulai dengan terapi simptomatik,
seperti rehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi simptomatik dapat diteruskan
selama beberapahari sebelum dilakukan evaluasi lanjutan pada pasien tanpa
penyakit yang berat, terutama bila tidak dijumpai adanya darah samar dan
leukosit pada fesesnya (Medicinus, 2019). Penanganan diare akut ditujukan
untuk mencegah/ menanggulangi dehidrasi serta gangguan keseimbangan
elektrolit dan asam basa, kemungkinan terjadinya intoleransi, mengobati
kausa dari diare yang spesifik, mencegah dan menanggulangi gangguan gizi
serta mengobati penyakit penyerta. Untuk melaksanakan terapi diare secara
komprehensif, efisien dan efektif harus dilakukan secara rasional.
Penatalaksanaan diare akut pada orang dewasa antara lain meliputi:
a) Rehidrasi sebagai perioritas utama pengobatan, empat hal yang perlu
diperhatikan adalah.
1. Jenis cairan, pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit,
cairan Ringer Laktat, bila tidak tersedia dapat diberikan NaCl
isotonik ditambah satu ampul Na bikarbonat 7,5% 50 ml.
2. Jumlah cairan, jumlah cairan yang diberikan idealnya sesuai dengan
cairan yang dikeluarkan
3. Jalan masuk, rute pemberian cairan pada oarang dewasa dapat
dipilih oral atau IV
4. Jadwal pemberian cairan, rehidrasi diharapkan terpenuhi lengakap
pada akhir jam ke-3 setelah awal pemberian.
b) Terapi simptomatik, obat antidiare bersifat simptomatik dan diberikan
sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional. Beberapa golongan anti-
diare: Antimotilitas dan sekresi usus, turunan opiat, Difenoksilat,
Loperamid, Kodein HCl, Antiemetik: Metoklopramid, Domperidon
c) Terapi definitif, edukasi yang jelas sangat penting dalam upaya
pencegahan, higienitas, sanitasi lingkungan (Mansjoer dkk,). (5)
Pathway
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur (dapat terjadi pada usia berapapun, namun paling
sering terjadi pada usia anak-anak dan balita), jenis kelamin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis. (8).
2) Keluhan utama
Pada pasien diare ditandai dengan meningkatnya frekuensi BAB,
menurunya nafsu makan, lemas, turgor kulit jejas (elastisitas kulit
menurun), terkadang disertai demam, dan penurunan berat badan. (7).
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Kronologi terjadinya serangan, dan karakteristiknya serangan.
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman
dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah klien sebelumnya pernah mengalami diare akut atau
belum, serta riwayat penyakit yang pernah diderita oleh klien.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada penyakit keturunan, kebiasaan keluarga, paparan
penyakit menular yang menyerang anggota keluarga, pohon keluarga,
penyakit keturunan, kebiasaan keluarga, lokasi geografis. (7).
4) Pola-pola Kesehatan
a) Pola persepsi
Kaji persepsi klien atau keluarga terhadap konsep sehat sakit dan
upaya klien atau keluarga dalam bentuk pengetahuan, sikap dan
perilaku yang menjadi gaya hidup klien atau keluarga untuk
mempertahankan kondisi sehat.
b) Pola nutrisi atau metabolik
Kaji pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi pasien sebelum
dan sesudah di rawat dirumah sakit. Apakah ada keluhan ketika makan
atau setelah makan
c) Pola eliminasi
Kaji pola BAK dan BAB pasien sebelum dan sesudah dirawat di
rumah sakit. Apakah ada konstipasi atau bab cair.
d) Pola aktivitas dan latihan
Kaji aktifitas rutin yang dilakukan klien sebelum hingga selama sakit,
mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali.
e) Pola istirahat tidur
Kaji durasi, kualitas istirahat tidur pasien. Adakah gangguan ketika
tidur atau tidak.
f) Pola kognitif-perseptual
Kaji kemampuan klien berkomunikasi (berbicara dan mengerti
pembicaraan) status mental, orientasi, kemampuan penginderaan yang
meliputi penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan
pengecapan.
g) Pola persepsi konsep diri
Kaji perasaannya yang berhubungan dengan kesadaran akan dirinya
sendiri meliputi: gambaran diri atau citra tubuh, ideal diri, harga diri,
peran diri, identitas diri.
h) Pola hubungan peran
Kaji hubungan klien dengan anggota keluarga, masyarakat pada
umumnya, perawat, dan tim kesehatan yang lain, termasuk juga pola
komunikasi yang digunakan klien dalam berhubungan dengan orang
lain.
i) Pola seksualitas reproduksi
Pada anak usia 0 – 12 tahun diisi sesuai dengan tugas perkembangan
psikoseksual. Pada usia remaja-dewasa-lansia dikaji berdasarkan jenis
kelaminnya
j) Pola manajemen dan mekanisme koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan klien ketika menghadapi
masalah, konflik, stress, kecemasan. Bagaimana klien mengambil
keputusan sendiri/dibantu.
k) Pola nilai dan keyakinan
Kaji nilai-nilai dan keyakinan klien terhadap sesuatu dan menjadi
sugesti yang amat kuat sehingga mempengaruhi gaya hidup klien, dan
berdampak pada kesehatan klien. Termasuk juga praktik ibadah yang
dijalankan klien termasuk sebelum sakit dan selama sakit. (7).
5) Pemeriksaan fisik
Pada pasien dengan diare akan muncul kondisi sebagai berikut :
1. Keadaan umum : Tampak lemah
2. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, suhu tubuh, nadi lemah dan cepat
3. Tinggi badan atau berat badan : Sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan
4. Kulit : Sianosis dan biasanya turgor kulit jelek
5. Kepala : Anak dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, biasanya
ubun-ubunnya cekung
6. Mata : Mata cenderug cekung
7. Hidung : Tidak ada gangguan
8. Mulut : Mukosa bibir kering
9. Telinga : Kebersihan (tidak ada yang begitu spesifik)
10. Leher : Tidak ada pembesaran KGB dengan kelenjar tiroid
11. Jantung : Tidak ada gangguan
12. Paru-paru : Tidak ada gangguan
13. Abdomen : Bising usus meningkat, nyeri kram abdomen, fekuensi
peristaltik meningkat
14. Genitalia : Tidak ada gangguan
15. Anus : Terdapat tuka karena terlalu sering defekasi
16. Ekstremitas : Lemah, penurunan aktifitas
6) Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan tinja : makroskopi dan mikroskopi
2. Pemeriksaan elektrolit
7) Terapi medis
Berisi tentang terapi farmakologi apa yang didapatkan. (7)

Analisis Data
Data dasar adalah kumpulan data yang berisikan mengenai status, kesehatan
klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil
konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan terhadap klien
(Potter&Perry, 2005).
Tipe Data :
1. Data Subjektif
Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya.
Misalnya tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan, frustasi,
mual, perasaan malu (Nursalam, 2009).
2. Data objektif
Data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh menggunakan panca
indera (lihat, dengar, cium, raba) selama pemeriksaan fisik. Misalnya
frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran (Nursalam, 2009). (4).
2. Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Diare (D.0020) b.d malbsorpsi d.d defekasi lebih dari tiga kali dengan
konsistensi fases lembek.
2. Hipovolemi (D.0023) b.d kehilangan cairan aktif d.d turgor pada kulit
menurun.
3. Nyeri akut (D.0077) b.d agen pencedera fisiologi d.d pasien
mengeluhkan nyeri.
4. Defisit nutrisi (D.0019) b.d kurangnya asupan makanan d.d berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentan ideal.
5. Hipertermia (D.0130) b.d dehidrasi d.d suhu tubuh meningkat.
6. Nausea (D.0076) b.d adanya bakteri, parasit maupun virus dalam usus
sehingga menimbulkan respon imun d.d adanya mual.
7. Gangguan integritas kulit (D.0129) b.d kekurangan volume cairan d.d
kerusakan lapisan kulit. (1).
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1 : Diare (D.0020) berhubungan dengan malbsorpsi ditandai
dengan defekasi lebih dari tiga kali dengan konsistensi feses lembek.
Kriteria hasil : Eliminasi fekal membaik (L.04033)
Kontrol pengeluaran feses meningkat, konsistensi feses membaik, frekuensi
defekasi membaik, peristaltik usus membaik.
Rencana tindakan : Manajemen Diare (I.03101)
Observasi
- Identifikasi penyebab diare
- Identifikasi riwayat pemberian makanan
- Identifikasi gejala invaginasi
- Monitor warna,volume, frekuensi, dan konsistensi tinja
- Monitor tanda gejala hipovolemia
- Monitor isitasi dan ulserasi kulit di daerah perianal
- Monitor jumlah pengeluaran diare
- Monitor keamanan penyajian makanan
Terapeutik
- Berikan asupan cairan oral
- Berikan cairan intravena
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel fases untuk kultur, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas dan
mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas
- Kolaborasi pemberian obat antispasmodic / spasmolitik
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
Rencana Tindakan : Pemantauan Cairan (I.03121)
Observasi
- Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
- Monitor frekuensi napas
- Monitor tekanan darah
- Monitor berat badan
- Monitor waktu pengisian kapiler
- Monitor elastisitas dan turgor kulit
- Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
- Monitor kadar albumin dan protein total
- Monitor hasil pemeriksaan serum
- Monitor intake dan output cairan
- Identifikasi tandatanda hipovolemia
- Identifikasi faktor risiko ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informsikan hasil pemantauan, jika perlu
b. Diagnosa 2 : Hipovolemia (D.0023) berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif ditandai dengan turgor pada kulit menurun.
Kriteria hasil : Status Cairan membaik (L.03028)
Membran mukosa lembab, turgor kulit elastis, suhu normal (36,5 - 37,5°C),
dan balance cairan seimbang, oliguria membaik, intake cairan membaik.
Rencana tindakan : Manajemen Hipovolemia (I.03116)
Observasi
- Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun
hematokrit meningkat, haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis me. NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2 5%, NaCl
0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis albumin Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah
c. Diagnosa 3 : Nyeri akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera
biologis.
Kriteria Hasil : Tingkat Nyeri menurun (L.08066)
Keluhan nyeri menurun, meringis menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur
menurun.
Rencana Tindakan : Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
- Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
- Identifikasi skala nyeri
- Identifikasi respons nyeri non verbal
- Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
- Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis
TENS, hipnosis akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan).
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri.
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
d. Diagnosa 4 : Devisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan faktor psikologis
(keengganan untuk makan), kurangnya asupan makanan, anoreksia, intake in
adekuat.
Kriteria hasil : Status Nutrisi membaik (L.03030)
Porsi makan yang dihabiskan meningkat, perasaan cepat kenyang menurun,
nafsu makan meningkat, dan hb dalam batas normal (13,0-17,5 g/dL).
Rencana tindakan : Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
- Identifikasi status nutrisi
- Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
- Identifikasi makanan yang disukai
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika peru
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk, jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (ms. pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
e. Diagnosa 5 : Hipertermia (D.0130) berhubungan dengan dehidrasi ditandai
dengan suhu tubuh meningkat.
Kriteria hasil : Termoregulasi membaik (L.14134)
Tanda tanda vital dalam batas normal :
Suhu : 36,5 37,5°C,
HR : Anak 70-100x/menit, Remaja-dewasa 60 100x/menit,
TD : 110-130/70-80 mmHg, Klien tidak lemah.
Rencana tindakan: Manajemen Hipertermia (I.15506)
Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi, terpapar lingkungan
panas, penggunaan inkubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepas pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis
(keringat berlebih).
- Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres
pada dahi, leher, dada, abdomen dan aksila)
- Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan klien untuk tirah baring atau bedrest
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
f. Diagnosa 6 : Nausea (D.0076) berhubungan dengan adanya bakteri, parasit
maupun virus dalam usus sehingga menimbulkan respon imun.
Kriteria hasil : Tingkat Nausea menurun (L.08065)
Keluhan mual menurun, perasaan ingin muntah menurun, perasaan asam di
mulut menurun, pucat membaik.
Rencana tindakan : Manajemen Mual (I.03117)
Observasi
- Identifikasi pengalaman mual
- Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup (mis nafsu makan,
aktivitas, kinerja, tanggung jawab peran, dan tidur)
- Identifikasi faktor penyebab mual (mis pengobatan dan prosedur)
- Identifikasi antiemetik untuk mencegah mual (kecuali mual pada
kehamilan)
- Monitor mual (mis, frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan)
- Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik
- Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual (mis; bau tak sedap,
suara, dan rangsangan visual yang tidak menyenangkan)
- Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual (mis kecemasan,
ketakutan kelelahan)
- Berikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik
- Berikan makanan dingin, cairan bening, tidak berbau dan tidak
berwama, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
- Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual
- Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak
- Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi mual
(mis biofeedback hipnosis relaksasi, terapi musik akupresur)
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian antiemetik, jika perlu
g. Diagnosa 7 : Gangguan integritas kulit (D.0129) berhubungan dengan
kekurangan volume cairan ditandai dengan kerusakan lapisan kulit.
Kriteria hasil : Integritas kulit dan jaringan meningkat (L.14125)
Elastisitas meningkat, hidrasi meningkat, kerusakan jaringan menurun,
kerusakan lapisan kulit menurun, nyeri menurun, kemerahan menurun, suhu
kulit membaik, tekstur membaik, sensasi membaik.
Rencana tindakan : Perawatan integritas kulit (I.11353)
Observasi
- Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
- Bersihkan perineal dengan air hangat, terutama selama periode diare
- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik pada kulit
sensitif
- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit kering
Edukasi
- Anjurkan menggunakan pelembab
- Anjurkan minum secukupnya
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstream
- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya. (3).
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Kozier, Erb, Berman and Snyder (2011), Imlementasi keperawatan
adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap ini disebut juga tahap pelaksanaan tindakan yang dimulai dengan
menyusun rencana tindakan, lalu dilakukan sesuai perencanaan. Hal ini perlu
untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan serta memfasilitasi
koping). Pelaksanaan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun dan menyesuaikan dengan kondisi terkini pasien.
Pelaksanaan yang mengacu pada Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). (3)
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Kozier, Erb, Berman and Snyder (2011), evaluasi merupakan fase
akhir dari proses keperawatan, meliputi aktivitas yang direncanakan,
berkelanjutan dan terarah. Evaluasi menjadi penting dalam asuhan
keperawatan mengingat kesimpulan yang ditarik dari evaluasi akan
menentukan keberlanjutan dari perencanaan, apakah perlu dimodifikasi,
diakhiri, atau bahkan dilanjutkan.
a. Evaluasi proses (formatif): Tipe evaluasi ini adalah aktifitas dari proses
keperawatan dan hasil kualitas pelayanan tindakan keperawatan, evaluasi
proses harus dilakukan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan
untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.
b. Evaluasi hasil (sumatif): Evaluasi hasil adalah perubahan perilaku atau
status kesehatan klien pada akhir tindakan keperawatan secara sempurna.
c. Dokumentasi: Perawat mendokumentasikan hasil yang telah atau belum
dicapai pada “medicalrecord” pengunaan istilah yang tepat perlu ditekankan
pada penulisannya untuk menghindari salah persepsi penjelasan dalam
menyusun tindakan keperawatan lebih lanjut sudah tercapai / tidak evaluasi
dicatat bentuk SOAP. Pada saat akan melakukan pendokumentasian,
menggunakan SOAP, yaitu:
S : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien.
O : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa keperawatan.
A : Analisis dan diagnosa.
P : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan
datang dari intervensi.
Seluruh tindakan intervensi terlaksana dengan baik dan klien menunjukkan
perubahan dengan kriteria hasil meningkat, menurun, atau membaik
(Wijayaningsih, 2013).
Kondisi klien dapat menunjukkan perubahan :
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat,
2. Konsistensi feses membaik,
3. Frekuensi defekasi membaik,
4. Peristaltik usus membaik,
5. Membran mukosa lembab,
6. Turgor kulit elastis,
7. Suhu normal (36,5 - 37,5°C),
8. Balance cairan seimbang,
9. Oliguria membaik,
10. Intake cairan membaik,
11. Keluhan nyeri menurun,
12. Meringis menurun,
13. Gelisah menurun,
14. Kesulitan tidur menurun
15. Porsi makan yang dihabiskan meningkat,
16. perasaan cepat kenyang menurun,
17. Nafsu makan meningkat,
18. Hb dalam batas normal (13,0-17,5 g/dl)
19. Tanda tanda vital dalam batas normal
20. Keluhan mual menurun,
21. Perasaan ingin muntah menurun,
22. Perasaan asam di mulut menurun,
23. Pucat membaik. (2).
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. 2017: 328.
2. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. 2017: 193.
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia. 2017: 527.
4. Isma, Hardin, Djusmadi Rasyid. 2021. Studi Literatur Asuhan Keperawatan
Dengan Pemberian Terapi Cairan Pada Pasien Diare.
https://journal.akpersawerigading.ac.id/index.php/lontara/article/view/
33/21 . Jawa timur. Jurnal Lontara Kesehatan Volume 2 No. 1. p-ISSN 2721-8694
e-ISSN 2776-6837. Diakses pada 08 Oktober 2022.
5. Maria Mar’atusholikhah. 2019. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagai
Bentuk Pencegahan Diare Akut di PP Jamilurrahman Bantul.
https://osf.io/preprints/inarxiv/xgcrp/. Jawa Timur. Diakses pada 08
Oktober 2022.
6. Sab’ilah Julfa Khumairah. 2022. Makalah Penyakit Diare.
https://ideas.repec.org/p/osf/osfxxx/u98zc.html. Makasar. Diakses pada 08
Oktober 2022.
7. Vita Andriani. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diare Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Dan Cairan.
Http://Eprints.Ukh.Ac.Id/Id/Eprint/2150/1/Asuhan%20keperawatan
%20pada%20tn.S%20dengan%20diagnosa%20diare%20diruang
%20cendrawasih%20rsud%20simo%20boyolali.Pdf. Surakarta. Diakses
Pada 08 Oktober 2022.
8. Febriyanti, Dewi. 2021. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Diare Akut
Dehidrasi Sedang Di Bangsal Seruni Rsud Kabupaten Temanggung
Https://Ejr.Stikesmuhkudus.Ac.Id/Index.Php/Ijp/Article/View/857/837.
Volume 6 No. 1. Magelang, Jawa Tengah. Diakses Pada 08 Oktober 2022.

Anda mungkin juga menyukai