Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM FARMASI KLINIK

DISUSUN OLEH :

1. TETUKO ADI NUGROHO (2104049)


2. ULFAH FAUZIYYAH P (2104050)
3. VINI ALIFIA P (2104051)
4. YUSHINTA JANU V (2104052)
5. FATIKHATUN NISSA’ K (2104054)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KLATEN

2023
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang


Maha Esa. dan atas segala Rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah untuk laporan akhir praktikum dengan kasus
"GASTROINTESTINAL" dengan sebaik- baiknya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat
kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran para
pembaca akan diterima penulis dengan senang hati demi penyempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang
Semoga makalah ini bermanfaat, khususnya bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Klaten, November 2023


Peny
usun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal adalah sistem


organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta mambuang bagian makanan yang tidak dicerna atau
merupakan sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan menjadi
gerbang utama masuknya zat gizi sumber pemenuhan kebutuhan tubuh
baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.
Lambung merupakan tempat yang paling utama untuk mencerna
makanan yang diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan lambung
menjadi hal yang sangat penting dalam optimalisasi pencernaan dan
penyerapan gizi. (Haryono, 2012).
Diare merupakan salah satu gejala dari penyakit pada system
gastrointestinal atau penyakit lain diluar saluran pencernaan, dikarenakan
keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih
dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah,
2014). Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang
melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan
oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus (Husein,
2016). Penyakit diare terutama pada bayi dan balita perlu mendapatkan
tindakan secepatnya karena dapat membawa bencana jika terlambat
(Ngastiyah, 2014).uharyono dalam Nursalam (2016), menyebutkan
penyakit diare yang tidak segera ditangani maka dapat menimbulkan
komplikasi diare akut maupun kronis seperti kehilangan air dan elektrolit
(terjadi dehidrasi), hipoglikemia, gangguan gizi, gangguan sirkulasi dan
hiponatremia sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan
pengkajian keperawatan. Wong (2008) dalam Paramita (2017),
mengatakan pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan
mengamati keadaan umum dan perilaku anak. Pengkajian selanjutnya
yang dilakukan pada pasien diare dengan gangguan keseimbangan cairan
yaitu pengkajian dehidrasi seperti berkurangnya keluaran urine, turgor
kulit yang jelek, ubun-ubun yang cekung. Nursalam (2016), mengatakan
dampak yang dapat ditimbulkan jika mengalami gangguan
keseimbangan cairan yaitu terjadi hal-hal seperti dehidrasi pada bayi dan
balita, hipoglikemia, mengalami gangguan gizi, gangguan sirkulasi,
hingga terjadi komplikasi pada anak.Selama anak diare terjadi
peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit (natrium, kalium dan
bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak. Dehidrasi terjadi bila
hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak diganti secara adekuat, sehingga
timbullah kekurangan cairan elektrolit, hipokalemia, dan hipoglikemia.
Diare juga dapat mengakibatkan penurunan asupan makanan yang
menyebabkan penurunan berat badan dan berlanjut ke gagal tumbuh.

B. Tujuan

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran studi

kasus pasien anak dengan diare akut dehidrasi ringan.

2. Mampu melakukan pengkajian dan analisa data Menjelaskan

tentang pengertian Diare

3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Diare
Diare atau gastroenteritis didefinisikan sebagai buang air

besar (BAB) encer lebih dari tiga kali sehari selama dua hari

berturut-turut, yang dapat terkait atau tidak terkait dengan

kondisi patologis. Diare dapat diakibatkan oleh penggunaan

antibiotik dan dapat berlangsung selama pengobatan dengan

antibiotik tersebut. Diare juga dapat disebabkan oleh

gastroenteritis virus, keracunan makanan, sindrom malabsorpsi,

yang meliputi intoleran laktosa, malabsorpsi gluten, penyakit

usus inflamatori atau penyakit Crohn, kolitis ulseratif dan

sindrom usus rengsa (Morris, 2014). Diare adalah buang air

besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari

biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk

cair/setengah padat, dan disertai dengan frekuensi yang

meningkat (lebih dari 3x sehari). Diare terbagi menjadi dua

berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare konis

(Wahyuningsih, 2013).

1. Klasifikasi Diare
Menurut Ariani, A.P (2016) jenis diare dibagi menjadi :

a. Berdasarkan lama waktu diare

1) Diare akut, yaitu BAB dengan frekuensi yang meningkat dan

konsistensi tinja yang lembek atau cair dan datang secara


mendadak, serta berlansung dalam waktu kurang dari 2

minggu.

2) Diare persisten, yaitu diare akut dengan atau tanpa disertai

darah dan berlanjut sampai 14 hari atau lebih. Jika terdapat

dehidrasi sedang atau berat, diare persisten di klasifikasikan

sebagi berat. Jadi, diare persisten adalah bagian dari diare

kronik yang disebabkan oleh penyabab lain.

3) Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 4

minggu, yang memiliki penyebab yang bervariasi dan tidak

seluruhnya diketahui.

b. Berdasarkan banyaknya kehilangan cairan dalam tubuh

Menurut Widoyono (2011), Hospital Care for Children (2010)

dan Hidayat (2005) Klasifikasi diae dikelompokan menjadi :

1) Diare dehidrasi berat Diare dehidrasi berat terdapat tanda

seperti letargis atau tidak sadar, mata cekung, tidak bisa

minum atau malas minum dan cubitan kulit perut kembali

sangat lambat (≥2 detik). Biaanya terjadi mencret secara terus

menerus, lebih dari 10 kali disertai muntah, dan kehilangan

cairan lebih dari 10% dari berat badan. Pengobatannya yaitu

dengan cara memberikan cairan 3 seperti infuse dan

pemberian ASI. Balita harus dalam keadaan hangat dan kadar

gula tidak turun.


2) Diare dehidrasi sedang atau ringan Diare dehidrasi sedang atau

ringan terdapat tanda seperti rewel, gelisah, mata cekung,

minum dengan lahap juga haus dan cubitan kulit kembali

lambat. Pada tingkat ini penderita mengalami diare 3 kali atau

lebih. Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya

cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare

sedang terjadi kehilangan cairan 6-10% dari berat badan.

Pengobatan yang bisa dilakukan di rumah yaitu dengan cara

memberi cairan dan makanan seperti pemberian ASI yang

lebih sering dan lebih lama yang disertai pemberian oralit.

a) Diare Akut
Diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi

dan anak yang sebelumnya sehat. Ditinjau dari segi

patofisiologis, penyebab diare akut dapat dibagi menjadi dua

golongan, yaitu diare sekresi dan diare osmotik. Diare sekresi

disebabkan oleh virus/kuman, hiperistaltik usus halus dan

defisiensi imun. Diare osmotik disebabkan oleh malabsorpsi

makanan, kurang energi protein, dan bayi berat badan lahir

rendah (Suandi, 2012). Diare akut pada anak sering diartikan

sebagai timbulnya diare tanpa adanya penyakit kronik, dengan

atau tanpa disertai nyeri perut, demam, mual ataupun muntah.

Secara umum, definisi diare adalah buang air besar cair atau

lunak lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Volume feses per hari

berkisar antara 5 ml/kgBB (normal) sampai 200 ml/kgBB atau


lebih. Kehilangan elektrolit dan dehidrasi merupakan

morbiditas utama pada diare akut. Diare akut umumnya

berlangsung kurang dari 7 hari dan tidak lebih dari 14 hari.

Penyebab diare tersering adalah virus, bakteri dan parasit. Diare

tanpa peradangan, biasanya feses bersifat cair, tanpa darah dan

lendir ataupun demam. Seringkali mengenai usus halus dan

tidak menyebabkan kerusakan mukosa usus. Sebaliknya, diare

disertai peradangan biasanya feses mengandung darah dan

banyak lekosit, mengenai usus besar dan dapat disertai demam,

muntah dan nyeri 9 perut (Asosiasi Dietesien Indonesia, Ikatan

Dokter Anak Indonesaia dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia,

2015).

b) Etiologi
Penyakit diare akut dapat disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Infeksi

a) Virus

Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 –

80%). Rotavirus serotype 1, 2, 8,dan 9 : pada manusia. Serotype

3 dan 4 didapati pada hewan dan manusia, dan serotype 5, 6,

dan 7 didapati hanya pada hewan. Norwalk virus :terdapat pada

semua usia, umumnya akibat fool borne atau water borne

transmisi,dan dapat juga terjadi penularan person to person.


b) Bakteri

Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi

yang penting yaitu faktor kolonisasi menyebabkan bakteri ini

melekat pada enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat

labile (HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi

cairan dan elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea. ETEC

tidak menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi

mukosa. Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme

terjadinya diare belum jelas. Didapatinya proses perlekatan

EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membran

mikro vili yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan

aktifitas disakaridase. Shigella menginvasi dan multiplikasi sel

epitel kolon, menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya

ulkus. Shigella jarang masuk ke dalam aliran darah. Faktor

virulensi termasuk: smooth lipopolysaccharide cell-wall antigen

yang mempunyai aktifitas endotoksin serta membantu proses

invasi dan toksin yang bersifat sitotoksik dan neurotoksik dan

mungkin menimbulkan watery diarrhea (Zeinª, 2004).

c) Protozoa

Entamoeba histolytica prevalensi. Disentri amoeba

ini bervariasi,namun penyebarannya di seluruh dunia.Insidennya

meningkat dengan bertambahnya umur, dan terutama pada laki-

laki dewasa.Kira-kira 90% infeksi asim tomatik yang


disebabkan oleh E.histolytica non patogenik.Amobiasis yang

simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan persisten sampai

disentri yangfulminant(Zeinb,2004).Cryptosporidium di negara

yang berkembang, cryptosporidiosis 5 –15% dari kasus diare

pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi dan

asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala

klinis berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan

biasanya selflimited. Pada penderita dengan gangguan sistim

kekebalan tubuh seperti pada penderita AIDS, cryptosporidiosis

merupakan reemerging disease dengan diare yang lebih berat

dan resisten terhadap beberapa jenis antibiotik (Zeinª, 2004).

2. Patofisiologi Diare
Wabah diare pada bayi, anak-anak dan dewasa biasanya

disebabkan oleh mikroorganisme yang menyebar melalui air atau

makanan yang sudah tercemar oleh tinja yang terinfeksi. Infeksi juga

dapat ditularkan dari orang ke orang, yaitu bila seorang penderita

diare tidak mencuci tangannya dengan bersih, setelah buang air

besar (Setiawan, 2005) Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi,

alergi, reaksi obat-obatan, dan juga faktor psikis. Klasifikasi dan

patofisologi diare akut yang disebabkan oleh proses infeksi pada

usus atau Enteric infection. Pendekatan klinis yang sederhana dan

mudah adalah pembagian diare akut berdasarkan proses patofisiologi

enteric infection, yaitu membagi diare akut atas mekanisme

Inflammatory, Non inflammatory, dan Penetrating (Zeina , 2004).


Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon

dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai

lendir dan darah (disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala

klinis yang menyertai adalah keluhan abdominal seperti mulas

sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, serta gejala dan

tanda dehidrasi (Zeina , 2004). Non Inflammatory diarrhea dengan

kelainan yang ditemukan di usus halus bagian proksimal. Keluhan

abdominal biasanya minimal atau tidak ada sama sekali, namun

gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang

tidak segera mendapat cairan pengganti.

B. Pengobatan
1. Tatalaksana Diare
Pengetahuan dan pemahaman mengenai proses yang

menyebabkan terjadinya diare memungkinkan klinis untuk

mengembangkan terapi obat yang paling efektif. Campuran yang

seimbang antara glukosa dan elektrolit dalam volume yang setara

dengan cairan yang hilang dapat mencegah terjadinya dehidrasi

(Goodman dan Gilman, 2003). Terapi diare didasarkan pada

diagnosa yang tepat dan penggantian cairan dan elektrolit yang

hilang dan juga penggunaan obat-obat antidiare yang spesifik, dan

juga menghindari makanan dan obat-obat yang dapat menyebabkan

timbulnya diare, seperti obat laksatif, antasida dan obat-obat yang

mempengaruhi motilitas usus (Watts, 1984). Diare akut pada orang


dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa komplikasi, dan kadang-

kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan. Tidak jarang

penderita mencari pengobatan sendiri atau mengobati sendiri dengan

obat-obatan anti diare yang dijual bebas. Biasanya penderita baru

mencari pertolongan medis bila diare akut sudah lebih dari 24 jam

belum ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun

jumlah feses yang dikeluarkan. Prinsip pengobatan adalah

menghilangkan kausa diare dengan memberikan antimikroba yang

sesuai dengan etiologi, terapi supportive atau fluid replacement

dengan intake cairan yang cukup atau dengan Oral Rehidration

Solution (ORS) yang dikenal sebagai oralit, dan tidak jarang pula

diperlukan obat simtomatik untuk menyetop atau mengurangi

frekwensi diare. Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab diare

akut dilakukan 13 pemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana

feses rutin tidak menunjukkan adanya mikroorganisme, maka

diperlukan pemeriksaan kultur feses dengan medium tertentu sesuai

dengan mikroorganisme yang dicurigai secara klinis dan

pemeriksaan laboratorium rutin. Indikasi pemeriksaan kultur feses

antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,5º C, adanya darah dan/atau

lendir pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan

diare persisten yang belum mendapat antibiotik (Zeinb , 2004).

2. Pengelompokan Usia
Umur diketahui juga sebagai salah satu faktor penentuan

terapi dengan menggunakan obat. Diare akut dapat menyerang pria


dan wanita pada berbagai kelompok umur dan kebiasaan sehari-

hari penderita. Pasien dengan penyakit diare akut dibagi dalam 3

kelompok umur, yaitu kelompok pediatri (anak dan remaja),

kelompok umur dewasa, serta kelompok umur geriatri (usia

lanjut). The British Paediatrics Association (BPA) membagi masa

anak-anak dalam beberapa kelompok, yaitu neonatus (awal

kelahiran sampai usia sebulan), bayi (1 bulan sampai 2 tahun),

anak (2 sampai 12 tahun), remaja (12 sampai 18 tahun). Oleh

karena itu, kelompok pediatri mencakup pasien yang berumur 0-2

tahun. Kelompok umur anak-anak yaitu pasien yang berusia 2-18

tahun. Kelompok umur dewasa yaitu pasien yang berusia 18

sampai 64 tahun. Pasien yang berumur 65 tahun ke atas termasuk

dalam kelompok umur geriatri (usia lanjut) (Shetty dan

Woodhouse, 2003).
BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tanggal dan Waktu Praktikum


Praktikum Farmasi Klinik dilaksanakan pada hari Senin 11
Desember 2023

B. Judul Praktikum
Judul praktikum farmasi klinik yaitu Block Gastrointestinal Scenario

C. Kasus
Pasien A dengan usia 5 tahun memiliki diare dan belum bisa makan
karena merasa tidak enak. Peremupuan itu datang ke apoteker di
sebuah poli klinik setelah melakukan pemeriksaan laboratorium
dengan ibunya. Keluhannya adalah mual, muntah, kram dan diare
disertai tinja berdarah dan lembek (8x/hari). ia juga merasa pusing,
lelah dan eksresi tugor kulit dan penurunan berat badan.
D. Diagnosa
Pasien di diagniosa menderita diare akut
E. Patient History
1. Age : 5th
2. Gender : female
3. PH : alergi penisilin dan sulfa, asma
4. DH : ventolin inhaler
5. VS : 100/70 mmHg T 38
6. Habits : kebiasaan memakan makanan pedas
F. Prescription Medication History
Name / strenght Directions
Norit 3x1
Imore 2x1
Ciproxin 3x1
G. Medical Problems
1. Kesulitan makan makanan tertentu
2. Mual/muntah
3. Sembelit/ diare
4. Buang air besar berdarah atau hitam
5. Sakit perut atau kram
6. Sering mulas atau gangguan pencernaan
7. Pusing
8. Perubahan nafsu makan atau rasa
H. Medical History
1. Asthma
I. Social History
1. Tidak pernah menggunakan nikotin
2. Tidak pernah konsumsi alkohol
3. Tidak pernah konsumsi asupan kafein
J. Clonclusion
1. Permasalahan klinik
Dari kasus yang ada terdapat pasien mempunyai riwayat asma,
pasien merasakan mual, muntah, kram, diare dengan feses
berdarah lembek, lemas, pusing, penurunan tugor kulit dan berat
badan berdasarkan pemeriksaan lab 13.000 cells/mm, HB 10g/dl
K 3,5 M Eq/L Na 120 M Eq/L berat badan sebelum diare 23 kg.
2. Permasalahan dalam peresepan
Resep tidak legal, karena tidak terdapat nama dokter, alamat
praktik dokter, nomor telepon, no.SIK, tanggal resep dan alamat
pasien.
3. Diagnosa asuhan kefarmasian
Diare Akut
K. Assesment With PAM Methode
1. Problem
Tanggal Problem Aksi/ intervensi
Mual, muntah Belum ada aksi
Lemes Belum ada aksi
Kram, Pusing Belum ada aksi
Diare dg feses
berdarah dan lembek
8xhari
2. Assesment 》DRP
No Kategori Ya Tidak Keterangan
1 Ada obat tidak 
ada indikasi
2 Ada indikasi 
tidak ada obat
3. Obat yang tidak 
tepat
4. Over dosis 
5. Under dosis 
6. Efek Samping 
obat
7. Interaksi obat 
8. Pasien gagal 
menerima obat

3. Monitoring
a) Penetapan prioritas masalah klinik dan rasionalisasi hasil
assesment : a. Rasa mual dan muntah > menghilangkan rasa
mual dan muntah
b. Kram dan pusing > menghilangkan kram dan
pusing
c. Diare dan feses berdarah > mengobati diare
dan feses yang berdarah
d. Pusing > menghilangkan pusing

b) Rencana penatalaksanaan terapi dan tujuannya


Active problem Therapeutics goals and it’s parameters
Mual Menghilangkan mual
Muntah Menghilangkan muntah
Kram Menghilangkan kram
Diare dan feses berdarah Tidak diare dan mengurangi feses
Tugor kulit Tidak tugor kulit
Lemas Tidak lemas
Suhu pasien 28o C tinggi Menurunkan suhu hingga normal
Hasil tes lab Na 120 mEq/ Menormalkan natrium
dl

c) Lembar rekomendasi
N Drugs Streng Total Frequency Patient
o ht Numb Inform
er ation
1. Paracetamol 120m 1 4x1/2 cth
syrup g/5ml
2. Flagyl syrup 25mg/ 1 3x1 cth
5 ml
3. Domperidon 5mg/ 1 3x1 cth
syrup 5ml

3. Oralit 1 bks 10 Dilarutkan


1 bungkus
dalam air
250 ml
4. Zink kid 20 1 1x1 cth
syrup mg/5
ml

d) Monitoring keberhasilan terapi obat

No Obat Parameter Monitoring Rekomendasi

1. Asam folat Tidak ada GIT Jika muncul keluhan,


konsul ke dokter

2. Digoksin Tidak mual, pusing

3. Simvastati Tidak mual, sakit perut


n

No Obat Parameter Monitoring


e)
1. Infus D5 lini

2. Asam folat Meningkatkan tekanan darah

3. digoksin Menormalkan irama jantung

1. Simvastatin Menurunkan Kolesterol

monitoring efek samping obat

BAB IV
PEMBAHASAN

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Pasien Ny. Ab 65 tahun dengan keluhan nyeri dada dan irama
jantung tidak beraturan.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai