Anda di halaman 1dari 20

Paraf Dosen Nilai

Pengampu

MAKALAH
SUSPENSI EKSTRAK KENCUR SEBAGAI ANTIINFLAMASI

Disusun Oleh:
Nama/NPM : Kania Cahyati / A 202 005
Kelas : Reguler Sore 2020

Dosen Pengampu :

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN HAZANAH
BANDUNG
2022
ABSTRAK
Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak berbentuk atau dalam
konsistensi cair dengan frekuensi yang meningkat. Menurut data Badan Kesehatan
Dunia (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh
dunia. Diare merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan bertambahnya
frekuensi Buang Air Besar lebih dari 3 kali dalam satu hari disertai dengan
konsistensi tinja cair dan disertai ada atau tidaknya darah atau lender. Lingkungan
yang tidak sehat dan perilaku tidak higienis sangat erat kaitannya dengan penyakit
diare. Diare adalah Buang Air Besar (BAB) encer atau bahkan dapat berupa air
saja biasanya lebih dari 3 kali dalam sehari. Diare atau penyakit diare (Diarrhead
Disease) berasal dari bahasa yunani yaitu Diarroi yang artinya mengalir terus,
adalah keadaan abnormal dari pengeluaran tinja yang frekuen. Penyakit Diare
merupakan penyakit endemis potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering
disertai dengan kematian di Indonesia

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Diare dan
Gastroenteritis”. Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada……. selaku dosen mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah
Tinggi Farmasi Indonesia yang sudah memberikan kepercayaan kepada penulis
untuk menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka
menambah pengetahuan juga wawasan menyangkut materi mengenai penyediaan
bahan baku obat dalam bentuk simplisia yang berkualitas. Penulis pun menyadari
bahwa di dalam modul ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan Penulis buat di masa yang akan dating.
Mudah-mudahan modul ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca. Penulis mohon maaf jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Gastroenteritis merupakan peradangan pada lambung dan usus yang ditandai
dengan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai
peningkatan suhu tubuh (Suratun, 2010). Menurut WHO (1980) gastroenteritis
adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Gastroenteritis
dapat dibagi dalam gastroenteritis akut dan kronis (Setiawan, 2006; Talley,1998).
World gastroenterologi organisation global guidelines 2005, mendefinisikan
gastroenteritis akut adalah konsistensi tinja yang cair atau lembek dengan jumlah
lebih banyak dari normal, dan berlangsungnya kurang dari 14 hari. Gastroenteritis
bisa disebabkan karena infeksi dan non-infeksi. Penyebab gastroenteritis terbesar
adalah karena infeksi. Gastroenteritis infeksi bisa disebabkan oleh organisme
bakteri, virus, dan atau parasit. Gastroenteritis akut disebabkan oleh 90 % adanya
infeksi bakteri dan penyebab lainnya antara lain obat-obatan, bahan-bahan toksik,
iskemik dan sebagainya. Bakteri penyebab diare antara lain Escheria coli,
Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Salmonella spp, Shigella dysentriae,
Shigella flexneri, Vibrio cholerae, Vibrio cholera non-01, Vibrio
parachemolyticus, Clostridium perfringens, Campylobacter (Helicobacter) jejuni,
Staphylococcus spp, Streptococcus spp, Yersinia intestinalis, dan Coccidosi
(Noerasid, 1988).
Gastroenteritis saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan, jutaan
kasus dilaporkan setiap tahun dan diperkirakan sekitar 4-5 juta orang meninggal
karena gastroenteritis akut. World Health Organization (WHO) memperkirakan
empat milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya
meninggal, sebagian besar anak-anak di bawah umur 5 tahun (Adisasmito, 2007).
Indonesia mencatat angka kejadian gastroenteritis atau diare yaitu sekitar 120-130
kejadian per 1000 penduduk, dan sekitar 60% kejadian tersebut terjadi pada balita.
Kejadian luar biasa setiap tahun terjadi sekitar 150 kejadian dengan jumlah kasus
sekitar 20.000 orang dan angka kematian sekitar 2% (Irianto et al., 1994).
Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit endemik di Indonesia 2 terutama
gastroenteritis akut. Angka kejadian gastroenteritis akut di sebagian besar wilayah
Indonesia hingga saat ini masih tinggi termasuk angka morbiditas dan
mortalitasnya. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI),
WHO menyebutkan angka kematian karena diare di Indonesia sudah menurun,
tapi angka penderitanya tetap tinggi, terutama di negara berkembang. Penyebaran
penyakit gastroenteritis ini juga tersebar ke semua wilayah di Indonesia dengan
penderita terbanyak adalah bayi dan balita. Pada umumnya gastroenteritis akut di
Indonesia disebabkan oleh masalah kebersihan lingkungan, kebersihan makanan,
dan juga infeksi mikroorganisme (bakteri, virus, dan jamur) (Diastyrini, 2009).
Obat-obat diare yang diberikan dapat memberikan efek samping yang tidak
dikehendaki misalnya memiliki efek samping mual muntah atau menambah
frekuensi diare itu sendiri. Dengan demikian perlu pemahaman yang baik
mengenai obat yang relatif aman untuk pasien diare akut, agar tidak merugikan
pasien.

1.2. Identifikasi Masalah


1. Bagaiman tatalaksana terapi diare dan gastroenteritis?
2. Bagaimana regimen obat dan efek samping papa terapi diare dan
gastroenteritis?

1.3. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui tatalaksana terapi diare dan gastroenteritis
2. Mengetahui regimen obat, regimen obat beserta efek samping dan
interaksi obat pada terapi diare dan gastroenteritis
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.
2.
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian Diare
Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan
dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali
atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011). Diare adalah buang air besar
pada balita lebih dari 3 kali sehari disertai perubahan konsistensi tinja
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang
dari satu minggu (Juffrie dan Soenarto, 2012).
Diare adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari) dengan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari (Tanto dan Liwang, 2014). Diare
menyebabkan hilangnya air dan mineral (elektrolit, seperti kalium) dan dapat
menyebabkan dehidrasi. Anakanak, dan terutama bayi bisa mengalami
dehidrasi jauh lebih cepat dibandingkan orang dewasa, sehingga sangat
penting bahwa cairan diganti. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa diare adalah buang air besar dengan bertambahnya frekuensi yang
lebih dari biasanya 3 kali sehari atau lebih dengan konsistensi cair.

2.1.2. Klasifikasi Diare


Menurut Dwienda (2014), klasifikasi diare dibedakan menjadi 3 yaitu
sebagai berikut:
a. Diare akut: keluarnya tinja cair tanpa darah selama 7-14 hari. Diare akut
adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare ini dapat
menyebabkan seringnya pengeluaran feses cair tanpa disertai darah yang
terlihat, kondisi diare akut dapat disertai dengan muntah dan demam
(Atika, 2016).
b. Diare persisten atau diare kronis: keluarnya tinja cair selama 14 hari atau
lebih dan dapat disertai darah atau tidak. Diare persisten atau diare kronis
dalam waktu lama akan mengakibatkan dehidrasi. Diare ini biasanya
dimulai dengan disentri dan ditandai dengan penurunan berat badan
c. Diare disentri: keluarnya tinja sedikit-sedikit dan sering dan mengeluh
sakit perut saat BAB. Diare disentri dapat mengakibatkan anoreksia,
kehilangan berat badan yang cepat, dan kerusakan mukosa usus karena
bakteri.
2.1.3. Patofisiologi Diare
Diare dapat terjadi dengan mekanisme dasar sebagai berikut :
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat,
sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus.
Selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan SekresiAkibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada
dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke
dalam rongga usus selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan. Selanjutnya timbul diare pula (Susilaningrum, R.,
Nursalam dan Utami, Sri., 2013).
2.1.4. Manisfestasi Klinis Diare
Gejala diare mula-mula anak menjadi gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare.
Tinja cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin
lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu.
Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin
lama makin asam sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal
dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus selama diare (Indiasari 2009
dalam Winanti, 2016).
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak
kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat
badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar
menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan, sedang, dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat
dibagi menjadi Dehidrasi hipotonik, Isotonik, dan Hipertonik (Indiasari 2009
dalam Winanti, 2016).
2.1.5. Penyebab Diare
Menurut World Health Organization (2017) ada 4 garis besar penyebab
diare :

1. Infeksi
Diare adalah gejala infeksi yang disebabkan oleh sejumlah organisme
bakteri, virus dan parasit yang sebagian besar disebabkan oleh air yang
tercemar feses. Infeksi lebih sering terjadi ketika ada kekurangan sanitasi
dan kebersihan yang memadai dan air yang aman untuk minum, memasak
dan membersihkan. Rotavirus dan Escherichia coli adalah dua agen
etiologi paling umum dari diare sedang hingga berat di negara-negara
berpeghasilan rendah. Patogen lainnya seperti spesies cryptosporidium dan
shigella mungkin juga penting. Pola etiologi spesifik lokasi juga perlu
dipertimbanggkan
2. Malnutrisi
Anak-anak yang meninggal akibat diare sering menderita kekurangan gizi,
yang membuat mereka lebih rentan terhadap diare. Setiap episode diare,
pada gilirannya, membuat malnutrisi mereka menjadi buruk. Diare adalah
penyebab utama kekurangan gizi pada anak-anak di bawah lima tahun.
3. Sumber
Air yang terkontaminasi dengan kotoran manusia, misalnya dari limbah,
tengki septik dan kakus, menjadi perhatian khusus. Kotoran hewan juga
mengandung mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare.
4. Penyebab lain
Penyakit diare juga bisa menyebar dari orang ke orang, diperburuk oleh
kebersihan pribadi yang buruk. Makanan adalah penyebab utama diare
ketika disiapkan atau disimpan dalam kondisi tidak higienis. Penyimpanan
dan penanganan air domestik yang tidak aman juga merupakan faktor
resiko penting. Ikan dan makanan laut dari air yang tercemar juga dapat
berkontribusi terhadap penyakit ini.
2.2. Gastroenteritis
2.2.1. Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang
melibatkan fungsi pencernaan, penyerapan dan sekresi.
Gastroenteritisdisebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang
abnormal dalam usus. Di seluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak
yang menderita gastroenteritis setiap tahunnya, dari 20% dari seluruh
kematian pada anak yang hidup di negara berkembang berhubungan
dengan gastroenteritis serta dehidrasi (Wong,2009).
2.2.2. Klasifikasi Gastroenteritis
1. Gastroenteritis akut adalah gastroenteritis yang serangannya tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 14 hari. Gastroenteritis akut
diklasifikasikan :
a. Gastroenteritis non inflamasi, gastroenteritis ini disebabkan
oleh enterotoksin dan menyebabkan gastroenteritis cair dengan
volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen
jarang atau bahkan tidak sama sekali.
b. Gastroenteritisinflamasi, gastroenteritis ini disebabkan invasi
bakteri dan pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis di
tandai dengan mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah,
demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi. Secara
makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feses
rutin, dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit
polimorfonuklear. 10
2. Gastroenteritis kronik yaitu gastroenteritis yang berlangsung selama
lebih dari 14 hari. Mekanisme terjadinya gastroenteritis yang akut
maupun yang kronik dapat dibagi menjadi gastroenteritis sekresi,
gastroenteritis osmotrik, gastroenteritis eksudatif, dan gangguan
motilitas.
a. Gastroenteritis sekresi, gastroenteritis dengan volume feses
banyak biasanya disebabkan oleh gangguan transport elektrolit
akibat peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit namun
kemampuan absorbsi mukosa ke usus ke dalam lumen usus
menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin
kolera), pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, dan
hormon intestinal.
b. Gastroenteritis osmotik, terjadi bila terdapat partikel yang tidak
dapat diabsorbsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air
tertarik dari plasma ke lumen usus sehingga terjadilah
gastroenteritis.
c. Gastroenteritis eksudatif, inflamassi akan mengakibatkan
kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi
dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau non infeksi
atau akibat radiasi.
d. Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu transit makanan/minuman di usus menjadi
lebih cepat. Pada kondisi tirotoksin, sindroma usus iritabel atau
diabetes melitus bisa muncul gastroenteritis ini.
2.2.3. Patofisiologi Gastroenteritis
Menurut Hidayat (2008), bahwa proses terjadinya gastroenteritis dapat
disebabkan oleh berbagai kemungkinan factor diantaranya pertama factor
infeksi, proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan system transport aktif
dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi
cairan dan elektrolit akan meningkat. Kedua, faktor malabsorbsi merupakan
kegagalan yang dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan
osmotic meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kerongga
usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah
gastroenteritis. Ketiga, factor makanan, ini dapat terjadi apabila toksik yang
ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga terjadi peningkatan
peristaltic usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap
makananan yang kemudian menyebabkan gastroenteritis. Keempat, factor
psikologi dapat mempengaruhi terjadinya penyerapan makanan yang dapat
mengakibatkan gastroenteritis.
2.2.4. Manifestasi Klinis Gastroenteritis
Ditandai dengan meningkatnya kandungan cairan dalam feses , pasien
terlihat sangat lemas, kesadaran menurun, kram perut, demam, muntah,
gemuruh usus (borborigimus), anoreksia, dan haus. Kontraksi spasmodik
yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif pada anus, dapat terjadi setiap
defekasi. Perubahan tanda-tanda vital seperti nadi dan respirasi cepat, tekanan
darah turun, serta denyut jantung cepat. Pada kondisi lanjut akan didapatkan
tanda dan gejala dehidrasi, meliputi: Turgor kulit menurun.
2.2.5. Penyebab Gastroenteritis
Menurut Warman (2008) gastroenteritis disebabkan oleh:
1. Faktor infeksi Jenis-jenis infeksi virus dan bakteri sebagai berikut :
A. Infeksi virus
a. Rotavirus
• penyebab tersering gastroenteritis akut pada bayi, sering
didahului atau disertai dengan muntah.
• timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin.
• dapat di temukan demam atau muntah.
• didapatkan penurunan HCC.
b. Enterovirus
Biasanya tmbul pada musim panas.
c. Adenovirus
• Timbul sepanjang tahun.
• Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernapasaan.
d. Norwalk
 Epidemic.
 Dapat sembuh sendiri dalam 24-48 jam.
B. Infeksi bakteri
a. Shingella
• Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September.
• Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun.
• Dapat dihubungkan dengan kejang demam.
• Muntah yang tidak menonjol.
• Sel polos dalam feses.
b. Salmonella
• Semua umur tetapi lebih tinggi dibawah umur 1 tahun.
• Menembus dinding usus, feses berdarh, mukoid.
• Mungkin ada peningkatan temperature.
• Muntah tidak menonjol.
• Sel polos dalam feses.
• Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
• Organisme dapat ditemukan pada feses selama
berbulanbulan.
c. Escherichia coli
• Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang
menghasilkan entenoksin.
• Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d. Campylobacter
• Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur
mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa
manifestasi klinik lain.
• Kram abdomen yang hebat.
• Muntah/dehidrasi jarang terjadi.
e. Yersinia enterecolitica
• Feses mukosa.
• Sering didapatkan sel polos pada feses.
• Mungkin ada nyeri abdomen yang berat. d) Diare selama 1-
2 minggu.
• Sering menyerupai ependicitis.
C. Faktor makanan Makanan yang menyebabkan gastroenteritis
adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak
lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Astuti, dkk (2011) perilaku ibu masih banyak
yang merugikan kesehatan salah satunya kurang memperhatikan
kebersihan makanan seperti pengelolaan makanan terhadap
fasilitas pencucian, penyimpanan makanan, penyimpanan bahan
mentah dan perlindungan bahan makanan terhadap debu.
D. Faktor lingkungan Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus,
dkk (2009) gastroenteritis dapat disebabkan dari faktor lingkungan
diantaranya adalah kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek
penyakit mudah menular, penggunaan sarana air yang sudah
tercemar, pembuangan tinja dan tidak mencuci tangan dengan
bersih setelah buang air besar, 14 kondisi lingkungan sekitar yang
kotor dan tidak terjaga kebersihannya.
2.3. Terapi Diare dan Gastroenteritis
2.3.1. Regimen Obat
Dosis
Jenis Obat Umur Dosis Standar
Pemberian
< 1 tahun ¼ - ½ gelas setiap
Garam Oralit kali anak mencret 200ml (1
(Kemenkes RI, 2011) Gelas)
(Serbuk) ½ - 1 gelas setiap kali
1-5 tahun anak mencret 200ml (1
(Kemenkes RI, 2011) Gelas)
1 - 1½ gelas
setiap kali anak 200ml (1
Gelas)
>5 tahun mencret
(Kemenkes RI, 2011)
120mg
Tiap 12 jam 192mg
6 bulan-
240mg (IAI, 240mg
Kotrimoxazol 6 tahun
2015)
Tiap 12 jam 240mg
> 6 - 12
480mg (IAI, 480mg
tahun
2015)
Tiap 6-8 jam 62,5mg
<2 tahun 100mg
(IAI, 2015)
Amoxicillin
2-12 Tiap 6-8 jam 125mg
tahun (IAI, 2015) 100mg
Tidak dianjurkan, 60mg
kecuali atas 120mg
1-6 tahun
petunjuk dokter 180mg
(IAI, 2015) 240mg
New Antides 180mg
(Attapulgite) Tiap diare /
240mg
> 6 - 12 mencret 600mg
tahun (IAI, 2015) 300mg
600mg
1 x 20mg 10mg
Zinc
> 6 bulan (Kemenkes RI, 20mg
2011)

2.3.2. Efek Samping dan Interaksi Obat


Golongan
Interaksi Obat Efek samping
Obat

Antiemetik • Penurunan kadar Sakit kepala,


domperidone dalam kantuk,cemas,
darah jika digunakan diare, nyeri
bersama antasida payudara ,kelua
r susu dari
• Penurunan efektivitas dari
domperidone jika
digunakan bersama
dengan agen
antikolinergik,

• Peningkatan risiko
terjadinya aritmia atau he
nti jantung mendadak jika payudara, lemas
digunakan dengan
clarithromycin, ketocona
zole,
amiodarone, haloperidol,
erythromycin,
atau cisapride

Obat dengan kandungan P-


glycoprotein transport,
kembung, mual,
meningkatkan kadar plasma
muntah,
Antimotalitas loperamide yang menyebabkan
konstipasi,
peningkatan risiko efek samping
mulut kering
kardiovaskular dan susunan saraf
pusat.

Adsorbent merupakan obat yang


menurunkan penyerapan banyak
Sembelit, mual,
obat lain, misalnya digoksin,
perut kembung,
klindamisin dan agen
Adsorben sering buang
hipoglikemik. Adsorben
angin, sakit
menyebabkan peningkatan
perut
pendarahan saat diberikan
dengan antikoagulan

Terdapat potensi interaksi Mual dan


Antisectory
dengan zinc adalah: muntah
Amoxicillin, aspirin,
biotin,copper sulfate, CoQ10
(ubiquinone), warfarin,
Doxycycline, asam lemak omega
3 (minyak ikan), asam folat,
ibuprofen selenium, vitamin
B12, vitamin C, vitamin D,
vitamin D3, vitamin E

Penggunaan probiotik bersama


antibiotik dapat menurunkan Nyeri perut dan
Probiotik
kemampuan probiotik dan perut kembung
membunuh bakteri baik

Contoh Azitrhromycin
Peningkatan risiko terjadinya
aritmia yang dapat
Sakit kepla,
membahayakan nyawa jika
Antibiotik mual, muntah,
digunakan dengan pimozide,
kelelahan
cisapride, terfenadine, atau
obat antiaritmia, seperti
amiodarone dan quinidine

2.4. Studi Kasus


2.4.1 Subjek
Laura usia 7 th mengalami mual, muntah, kram, diare 2 hari yang lalu. Dia
menderita muntah selama 4 jam. Dia meminum Pepcid AC 2 tab. Suhu tubuhnya
39,2˚C. Dia terus mengalami mual muntah dengan demam. Besoknya dia
mengalami diare hingga 8 kali sehingga pasien menjadi lemas dan susah untuk
berdiri. Dia belum mengkonsumsi antibiotik dan laksatif.
2.4.2 Objek
o Vital sign
a. Tekanan darah 110/70  Normal
b. Laju respirasi 16  Normal
c. Suhu 39,2˚C  Demam
d. Tinggi badan 5’9”  IMT = 24,4172  BB
e. Berat badan 75 kg berlebih
o HEENT (head, eyes, ear, nose, and throat)
Membran mukosa kering, tidak eritema (Tanda dehidrasi hanya
ada 1)  tanpa dehidrasi
o Genit/Rect
o Heme(-) feses
o Hasil Lab
Pemeriksaan Hasil lab Penilaian
Natrium (Na+) 138 mmol/L Normal
Kalium (K+) 3,5 mmol/L Normal
Klorida (Cl-) 100 mmol/L Normal
Calsium (Ca2+) 8,9 mg/dL Normal
Glukosa (Glu) 100 mg/dL Normal
Karbon Dioksida 25 mmol/L Normal
(CO2)
Serum Creatinin 1,1 mg/dL Normal
(SCr)
Blood Urea Nitrogen 20 mg/dL Normal
(BUN)
Hemoglogin (Hb) 12,5 g/dL Normal
Hematokrit (Hct) 43% Tinggi (↑)
Trombosit (platelet) 350 x 103 /mm3 Normal
White Blood Count 12,0 x 103 /mm3 Normal
(WBC)
Neutrophil (PMNs) 50% Rendah (↓)
Limfosit 48% Tinggi (↑)
Monosit 2% Normal
Aspartat 35 Normal
Aminotransferase
(AST)
Alanin 30 Normal
Aminotransferase
(ALT)
o Urinlisis
Berat jenis spesifik 1,033 Normal
Deskripsi Kuning gelap Normal (dehidrasi)
pH 6 Normal
Protein Negatif Normal
Glukosa Negatif Normal
Keton Negatif Normal
Darah Negatif Normal
Sedimen urin 0-2 WBC/hpf Normal
0-2 RBC/hpf
Pewarnaan Gram’s Negatif
2.4.3 Assesment
a. Diare karena infeksi bakteri atau virus
b. Diare < 14 hari  diare akut
c. Tanda dehidrasi hanya 1 dan pasien tidak mengalami gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit  diare tanpa dehidrasi
(dehidrasi terkontrol)
d. Pemberian oralit untuk mencegah dehidrasi.
e. Pemberian Zn tablet untuk meningkatkan imunitas pasien.
f. Pemberian antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh pasien.
g. Antiemetik tidak diberikan karena muntah merupakan
mekanisme alami tubuh untuk mengeluarkan racun, tetapi jika
telah terjadi hiper-emesis, maka antiemetik dapat diberikan.
h. Pemberian antibiotik tidak dilakukan karena perlu diketahui
dengan pasti penyebab dari diare tersebut.
2.4.4 Regimen Obat
a. Oralit  setiap selesai BAB
b. Zn tablet 20 mg  1 x sehari
c. Parasetamol 250 mg  3 x sehari
2.4.5 Tujuan Terapi
a. Mengatur diet
b. Mencegah pengeluaran air berlebihan, elektrolit, dan gangguan
asam-basa
c. Menyembuhkan gejala
d. Mengatasi penyebab diare
BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Dwienda, O. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish

Utami, P., & Puspaningtyas, D. E. (2013). The Miracle of Herbs. Jakarta: PT


AgroMedia Pustaka.

Adisasmito, W. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia,
Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.

Astuti, dkk, 2011. Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan Pangan
Menjadi Kelapa Sawit di Bengkulu : Kasus Petani di Desa Kungkai
Baru .Balai Pengkajian Pertanian Bengkulu.

Agus, S., Handoyo,. & Widiyantis, D.A.K. 2009. Analisis Faktor-Faktor Resiko
Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Ambal 1
Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan,

Anda mungkin juga menyukai