Anda di halaman 1dari 12

Paraf Nilai

Asisten

LAPORAN
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
( Monitoring Dan Kualifikasi Ruangan Serta Growth Promotion Test)

Hari/Tangal Praktikum : Selasa, 08 Maret 2022


Tanggal Laporan : Selasa, 15 Maret 2022
Kelompok/Kelas : Kelompok 1 / Reguler Sore 2020
Praktikum Ke- :2
Nama/NPM : Andrey Septian Permana / A 202 001
Jessica Arifiani / A 202 003
Kania Cahyati / A 202 005
M.Zidane Mulia.A / A 202 006
Mia Aulia / A 202 007
Nama Mentor/Asisten : Anita Anggraeni, S. Farm.

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG
2022
MONITORING DAN KUALIFIKASI RUANGAN SERTA GROWTH
PROMOTION TEST

1. Tujuan :
1.1. Menentukan kualifikasi ruangan, ruang steril/ non steril, serta
memonitoring ruangan sesuai dengan kualifikasinya.
1.2. Melakukan uji fertilitas media dan menentukan kesesuaian media uji yang
digunakan.

2. Prinsip :
2.1. Melakukan kualifikasi ruangan berdasarkan persyaratan berdasarkan
CPOB.
2.2. Growth Promotion Test (GPT) merupakan cara untuk membuktikan
kesesuaian media uji terhadap penggunaannya.

3. Teori Dasar
3.1. Bakteri.
Bakteri merupakan salah satu golongan mikroorganisme
prokariotik (bersel tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mempunyai
selubung inti namun mampu hidup dimana saja (Jawetz et al., 2004).
Menurut klasifikasinya bakteri dibagi menjadi 2 yaitu bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif. Beberapa bakteri Gram positif dan
bakteri Gram negatif merupakan flora normal pada tubuh manusia. Flora
normal adalah mikroorganisme yang menempati suatu daerah tanpa
menimbulkan penyakit pada inang yang ditempati. Bakteri sebenarnya
makhluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup di dalam air.
Hanya di dalam air yang tertutup mereka tak dapat hidup subur, hal ini
disebabkan karena kurangnya udara bagi mereka. Tanah yang cukup
basah baik bagi kehidupam bakteri. (Jawetz et al., 2004).
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara
(nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan
mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi,
perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah
mikroba.

3.2. Jamur.
Jamur adalah organisme yang dapat bertahan hidup pada berbagai
lingkungan dengan media yang berbeda-beda, serta memperoleh
makanannya dari media tempat jamur tersebut tumbuh. Jamur juga dapat
hidup pada sisa tumbuhan atau hidup melekat pada organisme lain. Jamur
memiliki kemampuan dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan
lingkungan yang ditinggalinya. (Artiningsih. 2006).

3.3. Media
Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
yang dipakai untuk menumbuhkan mikroorganisme baik dalam
mengkultur bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain (Benson, 2002).
Suatu media dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan baik
diperlukan persyaratan antara lain: Media diinkubasikan pada suhu
tertentu, kelembapan harus cukup, pH sesuai, dan kadar oksigen cukup
baik, media pembenihan harus steril, media tidak mengandung zat-zat
penghambat, dan media harus mengandung semua nutrisi yang mudah
digunakan mikroorganisme (Jutono, 1980; Radji,2010).
Nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan
meliputi karbon, nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor,
unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan
energi (Cappucino, 2014). Media pertumbuhan dapat berupa media cair,
media kental (padat), media yang diperkaya, media yang kering dan
media yang sintetik (Dwidjoseputro, 2005), sedangkan menurut Benson
(2002) media pertumbuhan mikrooorganisme berupa media padat, media
cair dan media semi padat. (Dwidjoseputro, 2005),
3.4. Monitoring Dan Kualifikasi Ruangan
Kualifikasi dan monitoring ruangan steril maupun non steril
memiliki peran yang sangat penting dalam menjamin bahwa lingkungan
primer produksi dan pemastian mutu produk farmasi dan kosmetik
memenuhi persyaratan yang berlaku, sekaligus menjadi tools control
dalam melakukan tindakan perbaikan, pencegahan dan peningkatan
berkelanjutan.
Ruangan bersih atau clean room adalah suatu ruangan tertutup di
mana jumlah partikel dalam udara, temperatur, kelembaban, dan tekanan
dikontrol sesuai persyaratan dan dapat terdiri dari satu atau lebih area
bersih (White, 2001). Pada dasarnya ruangan bersih atau clean room
dibatasi hanya oleh jumlah partikel suatu ruangan namun demikian
banyak regulasi yang mengatur tentang parameter uji lain untuk
meyakinkan kualitas ruangan yang akan digunakan. Pedoman yang
digunakan untuk pembagian ruangan bersih di Indonesia diatur dalam
buku Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dibagi menjadi kelas
A, B, C, D, E, F dan G yang diadopsi sebagian pada klasifikasi ruangan
bersih versi EU GMP. Berikut adalah persyaratan ruangan bersih
berdasarkan CPOB di Indonesia. (Suplemen I CPOB, 2009)
Menurut CPOB, ruangan steril dikategorikan ruang kelas I dan II
atau sering disebut white area, yang harus memenuhi syarat jumlah
partikel dan mikroba. Kelas I sebenarnya berada dalam ruangan kelas II,
tetapi ruang kelas I memiliki alat LAF (Laminar Air Flow), yaitu alat
yang menjamin ruangan dalam kondisi steril dan bisa dipakai untuk
pembuatan secara aseptik. Sebaliknya, ruangan produksi steril harus
memenuhi syarat sebagai berikut, Ruangan produksi steril adalah tempat
yang disiapkan secara khusus dari bahan-bahan dan tat bentuk yang harus
sesuai dengan cara pembuatan obat yang baik (CPOB). Ruangan produksi
steril harus memenuhi syarat sebagai berikut: (Suplemen I CPOB, 2009)
1) Bebas mikroorganisme aktif
2) Untuk mendapatkannya, udara yang ada di dalam ruangan disaring
dengan HEPA filter agar mendapatkan udara yang bebas
mikroorganisme dan partikel.
3) Ada batasan kontaminasi dengan partikel
4) Tekanan positif, yakni tekanan udara di dalam ruangan lebih besar
daripada udara di luar, sehingga udara di dalam mengalir ke luar
(udara di luar yang lebih kotor tidak dapat masuk ke dalam ruangan
yang lebih bersih)
5) Minimal terbagi atas tiga area, yaitu area kotor (black area),
intermediate area (grey area), dan area bersih (white area)
6) Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000
partikel.
7) Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
8) Suhu 18 – 22°C, Kelembaban 35 – 50%. (Suplemen I CPOB, 2009)

3.5. Growth Promotion Test.


Definisi Growth Promotion Testing dalam farmakope Indonesia
dinyatakan sebagai uji fertilitas atau lebih jelasnya uji kesuburan media
untuk pertumbuhan mikro organisme. Tujuan dilakukan Growth
Promotion Testing untuk memastikan kesuburan suatu media atau
membuktikan bahwa suatu media mampu menjadi tempat pembenihan
mikroba dalam suatu pengujian pada laboratorium mikrobiologi.
4. Alat Dan Bahan
4.1. Alat
Cawan Petri Steril

Tabung Reaksi Steril

Rak Tabung Reaksi

Pipet Volume 10 mL

Batang Swab

Batang L

Pembakar Spiritus

Mikropipet

4.2. Bahan

Lap Tangan

Tissue

Media Trypticase Soy Agar

Media Sabourod Dextrose Agar

Media Mac Conkey Agar

Benang Kasur

Aquadest Steril

Korek Api

Bakteri Eschericia Coli

Pseudomonas Aeruginosa
5. Cara Kerja Percobaan.
5.1. Uji Cawan Papar.

Ditentukan jumlah titik pemantauan dengan rumus = √luas area (m2),


contoh: luas area 10 m2, maka jumlah titik pemantauan ada 3,3 dibulatkan
menjadi 4 titik pemantauan. Letak titik pemantauan ditetapkan
berdasarkan analisis risiko pada titik yang paling mungkin dan paling
berdampak pada hasil produksi ataupun pengujian.

Dibawa cawan Petri steril dan TSA steril ke dalam laminar air flow.
Didinginkan TSA sampai ± 50oC dan dituangkan ke cawan Petri
sebanyak 15 – 20 mL dan dibiarkan memadat.

Dinkubasi cawan Petri pada suhu 35 – 37oC selama 48 jam. Diperiksa


adanya pertumbuhan mikroorganisme pada setiap lempeng agar.
Lempeng yang ditumbuhi mikroorganisme sebelum diuji harus
disingkirkan.

Disetiap lempeng agar diberi label dengan keterangan tanggal uji, no


lempeng agar dan nama ruangan yang dipantau. Dimasukkan lempeng
agar ke dalam wadah plastik atau baja tahan karat yang sebelumnya
sudah didesinfeksi dengan larutan alkohol 70% dan dibawa ke ruangan
yang akan dipantau.

Petugas yang akan memapar media pembiakan harus berpakaian


laboratorium yang bersih, memakai masker dan sarung tangan. Dilakukan
pemaparan cawan Petri (90 mm) selama 4 jam ditempat dan lokasi yang
telah ditentukan. Diletakkan tutup cawan disamping media yang berisi
media pembiakan.

Diinkubasi pada 35-37oC selama 48 jam, dilanjutkan inkubasi pada 20 –


25oC selama 4 hari. Dihitung jumlah bakteri dan jamur yang tumbuh pada
setiap cawan dan dicatat dalam formulir yang telah disediakan.
5.2.
6. Data Pengamatan
6.1. Data Pengamatan Uji Cawan Papar.
Tabel 6.1 data hasil pengamatan pengujian cawan papar.

No Cawan Koloni Bakteri Koloni Jamur


1 Cawan 1 12 1
2 Cawan 2 2 0
3 Cawan 3 1 1
4 Cawan 4 6 1
5 Cawan 5 2 0

6.2. Data Pengamatan Uji Cawan Kontak.


Tabel 6.2 data hasil pengamatan pengujian.

No Cawan Koloni Bakteri Koloni Jamur


1 Cawan 1 0 1

6.3. Data Pengamatan Uji Fingerprint.


Tabel 6.3 data hasil pengamatan pengujian.

No Cawan Koloni Bakteri Koloni Jamur


1 Tangan Kanan 4 0
2 Tangan Kiri 10 0

6.4. Data Pengamatan Uji Growth Promotion Test Enumerasi Jamur


Tabel 6.4 data hasil pengamatan pengujian.

No Media Cawan Koloni Bakteri Koloni Jamur


1 Media TSA 1 0
2 Media SDA 0 Vertil
6.5. Data Pengamatan Uji Growth Promotion Test Spesifik.
Tabel 6.5 data hasil pengamatan pengujian.

No Media Cawan Koloni Bakteri


1 Cawan MCA 0

6.6.

7. Diskusi Dan Pembahasan


Pada praktikum ini, dilakukan pengujian dengan melakukan pengujian
dengan cawan papar, cawan kontak, uji fingerprint, pengujian Growth
Promotion Test Enumerasi Jamur, dan pengujian Growth Promotion Test
spesifik. Tujuan dilakukannya pengujian ini adalah untuk menentukan
kualifikasi ruangan, ruang steril/non steril, serta memonitoring ruangan sesuai
dengan kualifikasinya, juga melakukan uji fertilitas media dan menentukan
kesesuaian media uji yang digunakan. Sebelum dilakukan praktikum, mula-
mula harus disiapkan alat – alat yang akan digunakan dengan bahannya dan
harus dilakukan sterilisasi terlebih dahulu. Proses sterilisasi adalah salah satu
proses yang penting di laboratorium mikrobiologi. Pada laboratorium
mikrobiologi, proses ini dilakukan di dua tahap, yaitu sebelum analisa dan
sesudah analisa. Sebelum analisa, proses sterilisasi dilakukan untuk menjamin
bahwa alat – alat laboratorium dan media mikrobiologi yang akan digunakan
sudah steril dan tidak mengandung mikroorganisme lagi. Sedangkan setelah
analisa, proses sterilisasi digunakan untuk menjamin bahwa mikroorganisme
yang tumbuh sudah mati dan memastikan mereka tidak menjadi sumber
kontaminasi bagi analis dan lingkungannya. Dan untuk membersihkan
ruangan selalu menggunakan desinfektan agar tidak ada bakteri yang menjadi
kontaminasi di ruangan.
Pada pengujian cawan papar, dilakukan pengujian pada ruang steril,
dengan luas 16,20 m2 maka jumlah titik pemantauan ada 4,02 dibulatkan
menjadi 5 titik pemantauan. Dari hasil 5 titik pemantauan, ditemuka koloni
bakteri dan jamur, pada cawan 1 ditemukan sebanyak 12 koloni bakteri dan 1
koloni jamur, pada cawan 2 ditemukan 2 koloni bakteri dan tidak ditemukan
koloni jamur, pada cawan 3 ditemukan 1 koloni bakteri dan 1 koloni jamur,
pada cawan 4 ditumukan 6 koloni bakteri dan 1 koloni jamur, dan pada cawan
5 ditemukan 2 koloni bakteri dan tidak ditemukan adanya koloni jamur. Batas
Mikroba yang disarankan menurut CPOB halaman 133, maka dari hasil
tersebut dapat diketahui persyaratan untuk jumlah cemaran mikroba sesuai
dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pada ruang steril STFI
tergolong kelas C.
Selanjutnya pada pengujian cawan kontak, dilakukan pengujian
menggunakan sample dari hendle kulkas dengan metode swab, dengan
menggunakan 2 cawan, dimana 1 cawan digunakan untuk pengujian koloni
bakteri dan 1 cawan lainnya digunakan untuk pengujian koloni jamur, setelah
dlakukan pengujian dan inkubasi dengan suhu 37oC untuk bakteri selama 18-
24 jam dan suhu 25oC untuk jamur selama 3 hari, tidak ditemukan adanya
koloni bakteri pada cawan papar dan ditemukan 1 koloni jamur pada cawan
papar.
Pengujian selanjutnya adalah pengujian fingerprint yang menggunakan
sarung tangan 5 jari dengan menggunakan media TSA steril. Sarung tangan
yang digunakan di sentuhkan ke media TSA secara perlahan satu demi satu
jari di tempat yang berbeda, dengan tujuan supaya tidak merusak media yang
digunakan dan tidak terjadi penumpukan koloni, setelah dilakukan pengujian,
didapatkan jumlah koloni bakteri pada tangan kanan sebanyak 4 koloni, dan
tidak ditemukan adanya koloni jamur pada tangan kanan, selanjutnya pada
pengujian menggunakan tangan kiri, ditemukan sebanyak 10 koloni bakteri
dan tidak ditemukan adanya koloni jamur pada tangan kiri.
Selanjutnya dilakukan pengujian Growth Promotion Test (GPT)
Enumerasi jamur. Definisi Growth Promotion Testing dalam farmakope
Indonesia dinyatakan sebagai uji fertilitas atau lebih jelasnya uji kesuburan
media untuk pertumbuhan mikro organisme. Pengujian GPT enumerasi adalah
pengujian kuantitatif untuk bakteri mesofil dan kapang yang dapat tumbuh
pada kondisi aerob. Pada pengujian ini, digunakan sampel media TSA untuk
bakteri, sampel yang digunakan adalah bakteri Escherichia coli dan media
SDA untuk jamur, sampel yang digunakan adalah jamur Aspergillus niger .
Setelah dlakukan pengujian dan inkubasi dengan suhu 37oC untuk bakteri
selama 18-24 jam dan suhu 25oC untuk jamur selama 3 hari, ditemukan 1
koloni bakteri pada media TSA dan fertil pada koloni jamur, Tujuan dilakukan
Growth Promotion Testing untuk memastikan kesuburan suatu media atau
membuktikan bahwa suatu media mampu menjadi tempat pembenihan
mikroba dalam suatu pengujian pada laboratorium mikrobiologi. Pada
pengujian GPT Spesifik, media yang digunakan ada MCA sebagai media
untuk pertumbuhan bakteri. Pengujian GPT spesifik adalah uji batas mikroba
spesifik yang mungkin terdeteksi dengan kondisi dan metode yang sesuai.
Pada pengujian ini sampel yang digunakan adalah Bakteri Escherichia coli,
Media ini merupakan media penyubur untuk mikroba patogen. Setelah
dilakukan pengujian pada media ini ditandai tidak adanya pertumbuhan koloni
atau tidak ditemukan adanya koloni bakteri, yang artinya negatif E.coli. Jika
ada pertumbuhan koloni berarti positif E.coli.

8. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa pada saat pengujian
kualifikasi dan monitoring ruangan, pengujian yang dilakukan di ruang
sterilisasi dan ruangan yang dijadikan tempat uji termasuk kedalam kategori
kurang steril karena jumlah koloni bakteri >1 koloni, yang mana hasil tersebut
tidak memenuhi kategori A yang memiliki persyaratan <1 koloni, hal ini tidak
berlaku pada tempat hasil uji pada LAF, karena LAF merupakan tempat yang
steril atau memiliki kategori A.
Pada sampel uji bakteri dan fungi yang dilakukan pembiakan dapat
menghasilkan tambahan koloni, hal tersebut berarti pada media yang diuji
bersifat fertile, karena dapat berkembangbiak, dan juga kondisi pengujian
mendukung media sampel bakteri maupun fungi untuk berkembangbiak.

9. Daftar Pustaka
Jawetz, E., J, Melnick dan Adelberg. 2004. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23.
EGC. Jakarta

Jawetz, E., dan J, Melnick. 2010. Review of Medical Microbiology 15th


edition. Lange Me

Lestari, Sri Bintang, dkk. 2009. Pedoman Dasar Dispensing Sediaan Steril.
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai