Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI II
Uji Batas Mikroba Pada Makanan dan Minuman




DISUSUN OLEH :
KELOMPOK G-1
ANGGOTA :
1. Ane Kartika Sari (2008 210018)
2. Ryanda Isramsyah (2010210238)
3. Annisa Rahmah Fajriah (2011210022)***




FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Sebagaimana kita ketahui bahwa sanitasi makanan, khususnya hygiene dan
sanitasi tempat pengelolaan makanan seperti restoran dan jasa boga, berperan penting
dalam mencegah faktor makanan sebagai media penularan penyakit dan masalah
kesehatan. Beberapa masalah terkait dengan hal tersebut diantaranya terjadinya
keracuanan makanan, yang angka dan kualitasnya cenderung makin meningkat seiring
mobilitas dan perkembangan industri makanan baik kemasan maupun jenis usaha
warung, restoran, dan catering/jasa boga.
Beberapa faktor determinan terjadinyakeracunanmakanandapatdiakibatkan
karenaaspek pengolahan makanan, peralatan,
bahanmakanandantempatpengelolaanmakanan.
Terkontaminasinyamakananterutamadisebabkanolehberbagaifaktorantara lain
pengetahuanpenjamahmakananmasihrendahtermasukperilakusehat,
kebersihanbadanpenjamahmakanan, kebersihanalatmakandansanitasimakanan.
Peranpenjamahmakanansangatpentingdanmerupakansalahsatufaktordalampenyediaan
makanan yang memenuhisyaratkesehatan.Makanandanminuman yang
terkontaminasiolehbakteridapatmenimbulkaninfeksimaupunkeracunanmakananjikadiko
nsumsidanmasukkedalamtubuh.
Agar dapat dilakukan evaluasi serta untuk mengetahui layak dan tidaknya
suatu makanan dapat dikonsumsi diperlukan alat ukur dan indikator yang valid.
Diantara parameter yang digunakan adalah parameter kimia dan bakteriologis.
Pemeriksaan terhadap mikroorganisme pada makanan perlu dilakukan untuk
mengevaluasi apakah makanan tersebut layak dikonsumsi atau tidak. Kegiatan ini
penting dilakukan untuk memastikan bahwa konsumen terhindar dari penyakit yang
ditimbulkan karena makanan yang terkontaminasi oleh bakteri maupun kimia.
Pengawasan mutu dan keamanan produk farmasi dan makanan sangat penting
dilakukan guna memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa produk- produk
yang mereka gunakan dan konsumsi memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Tingkat konsumsi masyarakat terhadap sediaan farmasi, yang meliputi obat, obat
tradisional, makanan, minuman, kosmetika, dan alat kesehatan, cenderung terus
bertambah seiiring dengan perubahan pola konsumsi masyarakat. Namun demikian,
masih banyak masyarakat yang belum menyadari risiko dan dampak mengkonsumsi
suatu produk yang tidak memenuhi kualitas secara mikrobiologis terhadap
kesehatan. Oleh sebab itu, tujuan pengawasan dan pemeriksaan mutu produk secara
mikrobiologis adalah menjamin keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat
dalam mengonsumsi suatu produk.
Semua produk non steril yang beredar di pasaran, baik itu obat, obat
tradisional, kosmetik, makanan dan minuman haruslah aman untuk digunakan atau
dikonsumsi. Produk-produk tersebut harus aman baik dari segi fisik, kimia maupun
mikrobiologi. Keamanan dalam hal mikrobiologi meliputi jaminan bahwa produk
tersebut tidak mengandung mikroba patogen yang berbahay bagi tubuh dan bahwa
produk tersebut tidak mnengandung jumlah mikroba yang melebihi batas yang
dipersyaratkan sebagaimana yang telah ditentukan oleg Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) maupun Standar Nasional Indonesia (SNI).

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah apakah sampel
dariminuman Treds Orange memenuhi uji batas mikroba yang meliputi uji jumlah
mikroba dan analisis cemaran mikroba patogen dan apakah sampel minuman ini
sudah memenuhi keamanan dan kelayakan produk makanan dan minuman yang
berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia.






C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan
a. Menganalisis keamanan produk-produk makanan dan minuman secara
mikrobiologi dengan prosedur uji
b. batas mikroba yang meliputi uji jumlah mikroba dan analisis cemaran
mikroba patogen
c. Menilai keamanan dan kelayakan produk makanan dan minuman yang diuji
berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia.
2. Manfaat
a. Mahasiswa mampu menganalisis keamanan produk-produk makanan dan
minuman secara mikrobiologi dengan prosedur uji batas mikroba yang
meliputi uji jumlah mikroba dan analisis cemaran mikroba patogen
b. Mahasiswa mampu menilai keamanan dan kelayakan produk makanan dan
minuman yang diuji berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku di
Indonesia.
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI DASAR
Keberadaan bakteri patogen dalam sediaan farmasi, makanan, minuman dan
alat kesehatan harus dihindari agar pengguna produk terlindung dari efek yang
merugikan yang disebabkan oleh produk-produk yang dikonsumsi. Pemeriksaan
bakteri patogen bertujuan untuk menentukan apakah suatu produk mengandung
bakteri patogen yang tidak diperbolehkan terdapat dalam suatu sediaan farmasi,
makanan dan minuman serta alat kesehatan. (Radji, 2010)
Beberapa mikroorganisme patogen yang harus diidentifikasi dalam suatu
produk adalah sebagai berikut :
a. Escherichia coli e. Vibrio parahaemolyticus
b. Staphylococcus aureus f. Clostridium perfringens
c. Salmonella typhi g. Bacillus cereus
d. Vibrio cholerae h. Pseudomonas aeruginosa
e. Vibrio parahaemolyticus i. Candida albicans
Uji batas mikroba dilakukan untuk memperkirakan jumlah mikroba aerob
viable di dalam semua jenis perbekalan farmasi, mulai dari bahan baku hingga
sediaan jadi dan untuk menyatakan perbekalan farmasi tersebut bebas dari spesies
mikroba tertentu. Otomatisasi dapat digunakan sebagai pengganti uji yang akan
disajikan dengan ketentuan bahwa cara tersebut sudah divalidasi sedemikian rupa
hingga menunjukkan hasil yang sama atau lebih baik. Selama menyiapkan dan
melaksanakan pengujian, spesimen harus ditangani secara aseptik. Jika tidak
dinyatakan lain, jika disebut inkubasi, maka yang dimaksud adalah menempatkan
wadah di dalam ruangan terkendali secara termostatik pada suhu antara 30 dan 35
selama 24 jam sampai 48 jam. Istilah tumubuh ditunjukkan untuk pengertian
adanya dan kemungkinan adanya perkembangan mikroba viabel (FI IV, 1995).
Uji batas mikroba meliputi uji batas jumlah mikroba dan uji batas jenis
mikroba patogen. Uji batas jumlah mikroba dapat dilakukan dengan teknik Angka
Lempeng Total/ALT [jumlah bakteri maupun jamur (angka kapang-khamir/AKK)]
atau dengan teknik angka paling mungkin (APM)/ Most Probable Number (MPN).
Analisis cemaran mikroba patogen untuk jenis-jenis sampel tertentu ditetapkan
sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam peraturan-peraturan yang berlaku.
Peraturan-peraturan yang mempersyaratkan batas mikroba untuk berbagai produk
obat, obat tradisional, kosmetik, makanan dan minuman ditetapkan dalam
Farmakope/Kodeks sera oleh Badan yang berwenang, dalam hal ini di Indonesia
adlah Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM), kementriankesehatan Republik
Indonesia serta peraturan yang disepakati bersama secara Nasional, yaitu Standar
Nasional Indonesia (SNI) (Penuntun Praktikum Mikrobiologi II, 2014).
Lempeng hitung sering digunakan dalam menghitung populasi mikroba dalam
suatu lempeng.Lempeng yang digunakan untuk membiakkan koloni bakteri dan
diamati serta dihitung jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Akan tetapi, cara ini tidak
sepenuhnya benar kadang-kadang sebuah koloni tidak berasal dari satu bakteri, tetapi
dari sebuah segmen rantai bakteri. Untuk itu, hasil perhitungan bakteri dengan cara
lempeng hitung sering dilaporkan sebagai unit pembentukan koloni (colony forming
unit). Bila menggunakan lempeng hitung, penting diperhatikan bahwa inokulum
yang dibiakkan di atas lempeng agar harus dalam jumlah yang terbatas supaya
jumlah koloni yang dihasilkan sesudah inkubasi dapat dihitung. Apabila terlalu
besar, sel akan tumbuh terlalu padat dan kurang berkembang sehingga perhitungan
koloni sulit dilakukan dan kurang akurat. Konvensi Badan Pengawas Obat dan
Makanan menyebutkan bahwa jumlah koloni yang paling baik untuk dihitung adlah
25-250 koloni dalam setiap cawan petri. Akan tetapi, beberapa ahli mikrobiologi
berpendapat bahwa angka 30-300 merupakan angka yang lebih disukai. Untuk tujuan
tersebut inokulum harus diencerkan secara berseri untuk mencapai jmlah koloni yang
diinginkan dalam setiap pengukuran (Radji, 2010).
Metode lain untuk mengetahui jumlah bakteri dalam sampel adalah
perhitungan nilai duga terdekat (most probable number/MPN). Teknik perhitungan
didasarkan pada fakta bahwa semakin besar jumlah bakteri dalam sampel semakin
besar pengenceran yang dibutukan untuk mengurangi densitas sampai titik ketika
tidak ada bakteri yang tumbuh dalam tabung reaksi pada suatu seri pengenceran.
Metode Nilai Duga sangat berguna apabila mikroba yang akan dihitung tidak dapat
tumbuh dalam media padat. Media ini juga berguna untuk mengidentifikasi bakteri
yang secara selektif memfermentasi laktosa dalam media cair (misalnya coliform).
Nilai Duga terdekat merupakan angka yang kemungkinan dalam menunjukkan 95%
jumlah populasi bakteri dan merupakan angka yang paling mungkin untuk
menyatakan jumlah populasi bakteri yang ada di dalam suatu sediaan (Radji, 2010).























BAB III
METODE PENELITIAN

A. ALAT BAHAN
Alat-alat yang digunakan : Bahan yang digunakan :
1. Labu erlenmeyer 1. Sampel minuman Treds Orange
2. Tabung reaksi 2. Lactose Broth (LB)
3. Jarum Ose 3. Trypticase Soy Broth (TSB)
4. Cawan petri 4. Selenite Cystine Broth
5. Pipet volume/mikropipet 5. Tethrationate Broth
6. Tip mikropipet 1 mL 6. Brilliant Green Agar (BGA)
7. Shaker 7. Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
8. Vortex 8. Lysine Iron Agar (LIA)
9. Inkubator 9. Mc Conkey Agar (MCA)
10. Tabung Durham 10. Cetrimide A (Cet-A)
12.Nutrient Agar
13.Vogel Jhonson Agar (VJA)

B. CARA KERJA
1. Uji Angka Lempeng Total dan Angka Kapang Khamir
a. Dari hasil persiapan dan homogenisasi contoh (konsentrasi 10), buatlah
beberapa seri pengenceran. Dari pengenceran 10, ambil 1 mL, masukkan ke
dalam tabung berisi 9 mL LDF steril, sehingga diperoleh pengenceran 10.
Dari pengenceran 10 ambil 1 mL, masukkan ke tabung berisi 9 mL LDF
steril, homogenkan sehingga didapat pengenceran 10. Dan seterusnya
sampai dengan pengenceran 10.
b. Untuk ALT, 1 mL pengenceran 10 dituangkan ke dalam cawan petri steril
yangkosong, kemudian dituangi NA cair bersuhu 45-50C sebanyak 15-20
mL. UntukAKK, media yang digunakan adalah PDA. Goyang-
goyangkancawan untuk menghomogenkan, biarkan memadatpada di suhu
ruang.
c. Lakukan hal yang sama untuk pengenceran 10 sampai dengan 10.
d. Setelah semua agar dalam cawan memadat, seluruh cawan
diinkubasikandengan posisi terbalik, di dalam inkubator pada suhu 37C
selama 24-48 jam untuk bakteri dan suhu 20-25C selama 3-5 hari untuk
kapang khamir.
e. Hitung ALT dan AKK dengan teknik angka lempeng total.

2. Uji Jumlah Mikroba dengan Teknik MPN
a. Siapkan 12 tabung masing-masing berisi 9 mL media TSB
b. Bagi tabung dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 3
tabung reaksi.
c. Pipet masing-masing 1 mL larutan zat yang diperiksa ke dalam masing-
masing tabung kelompok pertama sehingga diperoleh pengenceran sampel
10. Sisihkan 1 tabung.
d. Pipet 1 mL larutan yang telah disisihkan ke dalam masing-masing tabung
kelompok kedua sehingga diperoleh konsentrasi sampel 0,001 (pengenceran
10). Sisihkan 1 tabung.
e. Pipet 1 mL larutan yang telah disisihkan ke dalam masing-masing tabung
kelompok ketiga sehingga diperoleh konsentrasi sampel 0,001 (pengenceran
10).
f. Kelompok keempat digunakan sebagai blangko.
g. Seluruh tabung diinkubasikanpada inkubator bersuhu 35-37C selama 24-48
jam.
h. Amati adanya pertumbuhan pada masing-masing tabung. Blangko idealnya
tidak menunjukkan pertumbuhan.
i. Dengan menggunakan tabel MPN dapat dihitung jumlah bilangan duga
terdekat jasad renik tiap gram atau tiap mL sediaan yang diperiksa.

3. Analisis cemaran mikroba patogen Escherichia coli
a. Buka kemasan sampel secara aseptik
b. Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment)
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu
erlenmeyer berisi 100 mL media Lactose Broth (LB) steril, kemudian tutup
rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shacker untuk menghomogenkan suspensi.
Diamkan selama 1 jam di suhu kamar. Inkubasikan pada suhu 35C selama
24jam.
c. Menanam ke media agar selektif
Kocok/vortex suspensi dalam media LB yang telah diinkubasi, kemudian
dengan cara gores kuadran, inokulasikan 1 Ose uspensi ke media agar Mc
Conkey Agar (MCA). Inkubasikan pada suhu 35C selama 24-48 jam.
Jika terdapat koloni spesifik pada media MCA (merah bata, dapat dikelilingi
daerah yang terdiri dari endapan empedu), inokulasikan koloni tersebut
dengan teknik gores kuadran ke media agar selektif Eosin Methylene Blue
Agar (EMBA). Inkubasi pada suhu 35C selam 24-48 jam. Amati
ada/tidaknya pertumbuhan koloni spesifik (kilap logam).
d. Uji lanjutan terhadap koloni yang di duga Escherichia coli.
Jika terdapat koloni spesifik dengan warna kilap logam pada media EMBA,
lakukan uji lanjutan terhadap koloni tersebut. Inokulasikan koloni ke dalam
tabung berisi media LB steril dengan tabung Durham terbalik dan ke dalam
media agar miring NA. Inkubasi pada suhu 35C selam 24-48 jam. Dari hasil
inkubasi, lakukan pewarnaan gram dan uji IMVIC

Pada media LB dengan tabung Durham Terdapat pertumbuhan dan terbentuk gas di
dalam tabung Durham
Hasil pewarnaan Gram Basil pendek, Gram negatif
Hasil uji IMVIC Indol (+), MR (+), VP (-), SC (-)

4. Analisis cemaran mikroba patogen Salmonella typhi
a. Buka kemasan sampel secara aseptik
b. Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment)
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu
erlenmeyer berisi 100 mL media Lactose Broth (LB) steril, kemudian tutup
rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shacker untuk menghomogenkan suspensi.
Diamkan selama 1 jam di suhu kamar. Inkubasikan pada suhu 35C selama
24jam.
c. Pengkayaan selektif
Kocok uspensi sampel yng telah diinkubasi. Secara aseptik, pindahkan 1 mL
suspensi ke dalam tabung reaksi beriai 10 mL media Selenite Cystine Broth
dan 1 mL suspensi ke dalam 10 mL media Tetrathionate Broth. Inkubasi pada
suhu 35C selama 24 jam.
d. Menanam ke media agar selektif
Kocok/vortex suspensi dalam media Selenite dan Tetratinate yang telah
diinkubasi, kemudian dengan cara gores, inokulasikan masingmasing 1 Os
suspensi ke media agar Brilliant Green Agar (BGA). Inkubasi pada suhu
35C selama 24-48 jam. Selain BGA, dapat pula digunakan media XLDA
dan BSA sebagai media selektif.
Pertumbuhan spesifik Salmonella typhi Pada media agar selektif ditandai
dengan adanya koloni seperti :
Media Deskripsi koloni
Brilliant Green Agar (BGA) Kecil, transparan, tidak berwarna atau
merah muda hingga putih buram (sering
dikelilingi zona merah muda)
Xylosa Lysine Desoxycholate Agar (XLDA) Merah dengan atau tanpa pusat berwarna
hitam
Bismuth Sulfite Agar (BSA) Coklat, abu-abu atau hitam kadang disertai
dengan kilap metalik. Media sekitar
mulanya berwarna coklat, seiring dengan
waktu inkubasi berubah menjadi hitam

e. Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Salmonella typhii
Dengan menggunakan jarum Ose, ambil koloni yang diduga Salmonella typhi
Dari media agar selektif, inokulasikan dengan cara gores dan tusuk pada
media agar miring TSIA. Lakukan hal yang sama ke media miring LIA.
Inkubasi selam 24-48 jam pada suhu 35C.
TSIA LIA
Lereng (slant) Basa (merah) Basa (ungu)
Tusukan/dasar (butt) Asam (kuning) Basa (ungu)
Produksi HS (endapan hitam di daerah tusukan) + atau - +

5. Analisis cemaran mikroba patogen Staphylococcus aureus
a. Buka kemasan sampel secara aseptik
b. Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment)
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu
erlenmeyer berisi 100 mL media Tryptic Soy Broth (TSB) steril, kemudian
tutup rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shacker untuk menghomogenkan
suspensi. Diamkan selama 1 jam di suhu kamar. Inkubasikan pada suhu
35C selama 24jam.
c. Pengkayaan selektif
Kocok/vortex suspensi dalam media TSB yang telah diinkubasi, kemudian
dengan cara gores kuadran, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke
media agar Vogel Johnson Agar (VJA). Inkubasi pada suhu 35C selama 24
jam. Selain VJA, dapat pula digunakan media MSA dan BPA sebagai media
selektif.
Pertumbuhan spesifik Staphylococcus aureus pada media agar selektif
ditandai dengan adanya koloni seperti.
Media Deskripsi koloni
Vogel Johnson Agar (VJA) Hitam dikelilingi zona kuning
Mannitol Salt Agar (MSA) Kuning dikelilingi zona kuning
Baird Parker Agar (BPA) Hitam, berkilau, dikelilingi zona jernih (2-5 mm)

d. Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Staphylococcus aureus (uji
koagulase)
Ambil koloni tersangka dan pindahkan ke dalam tabung berisi 0,5 mL plasma
kelinci atau kuda. Inkubasi dalam penangas air bersuhu 37C, dan diamati
pada jam ke3, 6 dst, sampai 24 jam. Lakukan uji bersamaan dengan kontrol
positif dan negatif. Jika terjadi koagulasi, maka sampel diduga mengandung
Staphylococcus aureus.

6. Analisis cemaran mikroba patogen Pseudomonas aeruginosa
a. Buka kemasan sampel secara aseptik
b. Homogenisasi sampel dan pengkayaan (enrichment)
Secara aseptik, timbang 10 g sampel dan masukkan segera ke dalam labu
erlenmeyer berisi 100 mL media Tryptic Soy Broth (TSB) steril, kemudian
tutup rapat-rapat, kocok/gunakan orbital shacker untuk menghomogenkan
suspensi. Diamkan selama 1 jam di suhu kamar. Inkubasikan pada suhu
35C selama 24jam.
c. Pengkayaan selektif
Kocok/vortex suspensi dalam media TSB yang telah diinkubasi, kemudian
dengan cara gores kuadran, inokulasikan masing-masing 1 Ose suspensi ke
media agar Cetrimide Agar (CetA). Inkubasi pada suhu 35C selama 24
jam. Selain CetA, dapat pula digunakan media Pseudomonas Agar sebagai
media selektif.
Pertumbuhan spesifik Pseudomonas aeruginosa pada media agar selektif
ditandai dengan adanya koloni seperti :
Media Deskripsi koloni
Cetrimide Agar (CetA) Hitam berfluoresensi
Pseudomonas Agar untuk deteksi
fluoresin
Tidak berwarna hingga kekuningan dengan
fluoresensi kuning
Pseudomonas Agar untuk deteksi
piosianin
Kehijauan dengan fluoresensi biru
d. Uji lanjutan terhadap koloni yang diduga Pseudomonas aeruginosa
Letakkan diatas koloni tersebut atau pindahkan koloni ke kertas saring yang
telah diimpregnasi (dijenuhkan) dengan N,N-dimetil-p-fenilendiamina-
dihidroklorida. Jika terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi
lembayung, maka sampel diduga mengandung cemaran Pseudomonas
aeruginosa.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Waktu Inkubasi = 11.05 WIB
Sampel MPN danUji Batas Mikroba (G-1) = Minuman Treds Orange
Sampel ALT (G-2) = Makaroni
1. Uji Jumlah Mikroba
a. Angka Lempeng Total
Pengenceran Jumlah Mikroba Sebelum Inkubasi SetelahInkubasi
10
1


Cawan 1 = TNTC
Cawan 2= TNTC




10
2


Cawan 1= TNTC
Cawan 2= TNTC




10
3


Cawan 1= 139
Cawan 2= 129




Jumlah koloni yang dapat dihitung 30-300
ALT = 139+129 = 1,34 x 10
5
cfu/mL
(2x1) x10
-3



b. Most Probable Number (MPN)
Pengen I II III Jumlah
Gambar
Sebelum Sesudah
-ceran
10
+ - -

3,6
cfu/mL




10
- - -




10
- - -





2. Uji JenisMikroba
a. UjiJenisMikrobaEscherichia coli
Media Hasil Gambar
LB



(+) keruh

(sebelum) (sesudah)



MCA (-) merah bata



b. UjiJenisMikrobaSalmonella thypii
Media Hasil Gambar


LB





(+)keruh

(sebelum) (sesudah)
Selenite

(+) keruh di ataspermukaan



(sebelum) (sesudah)
Tetrationate (+) keruh di ataspermukaan,
danberwarnahijaukebiruan
BGA
(+)
putihdikelilingizonamerahmuda




Lereng Tusukan
Gas

H
2
S
Lereng Tusukan
Gas

H
2
S As Bs As Bs As Bs As Bs
(+)
kuning
- - (+)
merah
- - - (+)
ungu
- (+)
ungu
- +

c. Uji Batas MikrobaStaphylococcus aureus



TSB



(+)keruh

(sebelum) (sesudah)


Cet A
(-) tidak
terbentuk koloni
hijau
berflourosensi




d. Uji Batas MikrobaPseudomonas aeroginosa




TSB




(+)keruh

(sebelum) (sesudah)
VJA (-) tidak terbentuk
koloni
hitamdikelilingikuning










B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan Uji Jumlah Mikroba pada Most Probable Number
(MPN), nilai/bilangan duga terdekat jumlah koloni dalam tiap ml adalah 3,6 cfu/mL.
Berdasarkan hasil pengamatan Uji Jenis Mikroba Patogen Esherichia coli pada media
Mc Conkey Agar (MCA) menunjukkan hasil negatif adanya warna merah bata pada media,
makatidakdilanjutkanke media (Eosin Methylene Blue Agar) EMBA.
Pada Uji Jenis Mikroba Patogen Salmonella typhii Pada mediaSeleniteCystine Broth
(SCB) menunjukkanhasilpositifkeruh di ataspermukaan, sertapada media Tetrathionate
Broth (TB) menunjukkanhasilpositifkeruh di ataspermukaandanberwarnahijaukebiruan.
Selanjutnya, dilanjutkanke media Brilliant Green Agar (BGA) menunjukkan hasil
positifputihdikelilingizonamerahmuda.Selanjutnyadilanjutkaninokulasike media TSIA dan
LIA, pada TSIA dihasilkanpositif, yaitupadalerengmenunjukkanhasilwarnakuning (asam)
padalereng, warnamerah (basa), dantidakdisertaiendapanhitam (H
2
S) Dan pada LIA
menunjukkanhasilpositif, yaitupadalerengmenunjukkanhasilwarnaungu (basa),
tusukanwarnaungu (basa), disertaiendapanhitam (H
2
S),
dapatdisimpulkanbahwasampelmengandungbakteriSalmonella thypii.
Pada Uji Jenis Mikroba Patogen Staphylococcus aureus menunjukkan hasil negatif
karena tidak terbentukkoloni hitam dikelilingi kuning pada media Vogel Johnson Agar
(VJA).
Pada Uji Jenis Mikroba Patogen Pseudomonas aureginosamenunjukkan hasil negatif
karena tidakterbentukkoloni hijau berflourosensi pada media Cetrimide Agar (CetA).








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Uji Jumlah Mikroba pada Angka Lempeng Total adalah 1,34 x 10
5
cfu/mL
2. Uji Jumlah Mikroba pada Most Probable Number (MPN) adalah 3,6 cfu/mL.
3. Berdasarkan Uji Jenis Mikroba pada sampel tidak mengandung Esherichia coli.
4. BerdasarkanUjiJenisMikrobapadasampelmengandungSalmonella thypii.
5. BerdasarkanUjiJenisMikrobapadasampeltidakmengandungStaphylococcus aureus.
6. BerdasarkanUjiJenisMikrobapadasampeltidakmengandungPseudomonas
aeroginosa.

B. SARAN
1. Pada pengujian selanjutnya lakukan pengujian dengan mengikuti prosedur sesuai
dengan Farmakope Indonesia edisi IV yang pengamatannya dilakukan selama 14
hari agar didapat hasil yang lebih valid dan akurat.
2. Sampel berupa makanan atau minuman yang digunakan lebih baik tidak kadaluarsa.
3. Alat-alat yang digunakan untuk menginokulasikan sampel ke media harus disterilkan
terlebih dahulu dan tidak berkarat.









BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jilid 2. Jakarta:Depkes RI
Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi : Paduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai