Anda di halaman 1dari 9

Tujuan

Menguji sterilitas suatu bahan, alat atau ruangan secara aseptik.

Prinsip

Tidak adanya pertumbuhan mikrob pada suatu alat atau bahan atau ruangan yang
dapat menunjukan kondisi yang steril.

Dasar Teori

Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan kompleks. Beratus-ratus
spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita,
termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit.
Uji sterilitas pada suatu bahan , alat atau ruangan mempunyai fungsi penting untuk
mengetahui adanya tehnik aseptik. Uji sterilitas dapat dilakukan pula untuk ruangan
seperti ruang operasi juga pada sediaan farmasi misal : cairan infus , obat tetes
mata dll.
Ruang steril sangat penting dalam bidang kesehatan, contoh ruang steril antara lain
ruang bedah, ruang pasca operasi, termasuk dalam industri farmasi, khususnya
sediaan steril (injeksi dan lain-lain). Ruang-ruang tersebut dibutuhkan adanya
pengujian sterilisasi yang baku. Untuk pengujian tersebut dibutuhkan adanya
kesterilannya sebab diharapkan tidak adanya kontak bakteri dengan bahan atau
alat yang digunakan yang pada akhirnya akan merugikan bagi manusia.
Sterilisasi dalam mikrobiologi berarti membebaskan tiap benda atau substansi dari
semua kehidupan dalam bentuk apapun. Untuk tujuan mikrobiologi dalam usaha
mendapatkan keadaan steril, mikroorganisme dapat dimatikan setempat (in situ)
oleh panas (kalor), gas-gas seperti formaldehide, etilenoksida atau betapriolakton
oleh bermacam-macam larutan kimia, oleh sinar lembayung ultra atau sinar
gamma. Mikroorganisme juga daapat disingkirkansecara mekanik oleh sentrifugasi
kecepatan tingggi atau oleh filtrasi
Sterilisasi dan densifektan sering digunakan di rumah sakit dan laboratorium
berbatas atau mengontrol pertumbuhan dari mikroorganisme yang berpotensi
pathogen untuk perlindungan dari pasien dan staf. Dua prosedur ini tidak
terhindarkan dan sebaiknya tidak dihindari. Sterilisasi digunakan ketika inaktivasi
dari semua mikrooorganisme yang bersifat absolute. Sterilisasi dimaksudkan aktif
secara fisika, kimia mekanik. Umumnya metode pengeringan dan pemanasan
digunakan dirumah sakit dan laboratorium
Untuk bekerja dalam ruang lingkup kecil disarankan menggunakan kamar steril
(books steril, kapel steril). Ukuran dan konstruksinya sanagt bervariasi. Lemari yang
terbuat dari logam ringan atau bahan sintesis yang dilengkapi dengan dinding gelas

atau pleksigelas lebar ini menjamin kondisi yang kedap udara, sehingga tidak ada
mikroorganisme dan ruang kerja yang dapat masuk kedalam kamar
Ruang steril merupakan suatu keadaan ruang yang bebas dari semua bentuk
kehidupan mikroba yang patogen maupun yang non-patogen termasuk sporanya.
Ruang steril sangat penting dalam bidang kesehatan. Seperti pada ruang steril
antara lain ruang bedah, ruang pascaoperasi termasuk dalam bidang industri
farmasi, yang terkhusus pada sediaan steril contohnya injeksi. Ruang-ruang
tersebut dibutuhkan pengujian sterilisasi yang baku .
Bahan ataupun peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi, harus dalam
keadaan steril. Artinya pada bahan tersebut tidak didapatkan mikroba lain yang
tidak diharapkan, baik yang akan menggangggu/merusak media ataupun
mengganggu kehidupan dan proses yang sedang berlangsung.
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target
suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganismenya, yaitu
tergantung dari asam nukleat, protein, atau membrane mikroorganisme tersebut.
Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant .

Alat dan Bahan

1.

Gunting steril

2.

Cawan petri steril

3.

Pinset steril

4.

Kapas lidi steril

5.

Alkohol 70%

6.

Rodac plate

7.

Ampul

8.

Vial/Flakon

9.

Tetes mata

10.

Infus

11.

Kassa serap

12.

Media BHI

13.

Media Thioglikolat

14.

Media Sabaraud Glukosa Agar

15.

Media Nutrien Agar

Cara Kerja

:
1.

1)

Cara Kerja Uji Sterilitas Ruangan

Bersihkan mea dengan alkohol.

2)
Ambil cawan petri steril tuangi dengan media NA dan SDA biarkan terbuka
selama 15 menit , tututp kembali dan bungkus dengan kertas koran.
3)
NA di inkubasi pada incubator pada suhu 37 o dan SDA di inkubasi pada enkast
pada suhu kamar selama 4 jam.
4)
Setelah di inkubasi amati ada atau tidaknya bakteri atau jamur. jika ada
lakukan pengecatan gram.

2.

Cara Kerja Uji Sterilitas Rodac

1)

Siapkan alat dan bahan.

2)

Siapkan rodac plate berupa kertas tebal/manila berukuran 5x5cm

3)
Letakan kertas pada lantai (meja) lakukan usapan kapas lidi steril yang sudah
dibasahi media BHI cair, lalu kapas dibuang.
4)
Ulangi dengan kapas lidi steril yang lain dengan cara yang sama, peras kapas
pada dinding tabung yang mengandung BHI , ketuk gojog 50x.
5)

Pipet media tersebut bagi menjadi 4 (2 untuk media NA, 2 untuk mdia SGA)

6)
Tuangkan media media NA dan SGA yang sudah terdapat media BHI pada
cawan petri masing masing.
7)

Inkubasi media NA pada inkubator, SGA di entkast.

8)
Buat pewarnaan sederhana untuk media SGA dan pewarnaan gram untuk
media NA, amati dengan mikroskop.

3.

Cara Kerja Uji Sterilitas Ampul

1)
Siapkan ampul , media BHI , media Thioglikolat , media SGA dan cawan petri
steril.
2)
Ambil sampel ampul 2 ml masukan kedalam media BHI , media Thioglikolat
dan cawan petri steril.
3)
Masukan media SGA ke dalam cawan petri yang berisi sampel ampul, sambil
digoyang goyangkan hingga merata dan tunggu sampai medianya memadat.
4)
Bungkus tabung yang berisi media BHI , media Thioglikolat dan cawan petri
steril dengan kertas koran.
5)
Inkubasi media BHI , media Thioglikolat pada inkubator dan cawan petri dalam
entkast.
6)
Amati pertumbuhan bakteri dan jamur yang terbentuk , jika terbentuk buat
pengecatan gram dan amati dibawah mikroskop.

4.

Cara Kerja Uji Sterilitas Vial

1)
Siapkan 2 tabung reaksi, satu berisi BHI satu berisi thioglikolat serta cawan
petri steril.
2)

Ambil flacon dengan spuit steril sebanyak 2ml.

3)

Bagi 2ml flacon kedalam tabung reaksi 1 & 2 serta cawan petri steril.

4)

Tutup tabung reaksi dengan kapas dan bungkus dengan kertas koran.

5)

Masukkan tabung reaksi ke dalam inkubator.

6)
Ratakan flacon yang ada di cawan petri lalu masukan media SGA dalam
cawan petri .
7)

Ratakan dan tunggu hingga memadat.

8)

Bungkus petri dengan kertas koran lalu masukan dalam entkast.

9)
Amati pertumbuhan bakteri dan jamur yang terbentuk , jika terbentuk buat
pengecatan gram dan amati dibawah mikroskop.

5.

Cara Kerja Uji Sterilitas Tetes Mata :

1)

Ambil 2 ml sampel tetes mata dengan spuit.

2)

Inokulasi dalam 3 tabung yang berisi BHI, thioglikolat dan dalam cawan petri

3)
Cawan petri tuangi media SGA , homogenkan dengan sampel, ratakan
diamkan sampai dingin memadat.
4)

Bungkus dengan kertas koran.

5)

Inkubasi media Thio dan BHI dalam suhu 37 0 selama 48 jam.

6)

Inkubasi media SGA dalam suhu ruangan selama 48 jam.

7)
Media Thio dan BHI diamati kekeruhannya, lakukan pengecatan gram , amati
dengan perbesaran kuat dengan menggunakan minyak imersi.
8)
Media SGA diamati pertumbuhan koloni jamur, lakukan pengecatan gram
dengan perbesaran maximal 40x10.

6.

Cara Kerja Uji Sterilitas Infus

1)

Ambil cawan petri steril , media BHI dan Thioglikolat.

2)

Ambil 2 ml sampel infus.

3)
Bagi dalam cawan petri steril , media BHI dan Thioglikolat tuangi media SGA
dalam cawan petri tunggu sampai dingin memadat .
4)

inkubasi media BHI dan Thioglikolat dalam incubator dalam suhu 37oC

5)
Inkubasi cawan petri dalam suhu kamar. Amati pertumbuhan mikro lalu
lakukan pengecatan gram.

7.
1)

Cara Kerja Uji Sterilitas Kassa Serap :

Ambil cawan petri steril, media BHI dan Thioglikolat.

2)
Masukan 2 potongan kassa steril yang telah disiapkan pada masing masing
media BHI dan thioglikolat dalam tabung reaksi kocok perlahan ad homogen.
3)
Masukan kassa secara aseptik ke dalam cawan petri kemudian tuangi media
SGA, goyangkan ad campur merata, biarkan media sampai mengeras.

4)
Bungkus dengan koran dan inkubasi media BHI dan thioglikolatdidalam
inkubator pada suhu 370 selama 24 jam, dan inkubasi media SGA dalam entkast
pada suhu kamar.
5)
Amati pertumbuhan bakteri pada media BHI dan Thioglikolat pada tabung
reaksi setelah kassa diambil dari masing masing tabung. Dan amati adanya
pertumbuhan jamur pada cawan petri dari media SGA.
6)
Hasil biakan mikroba pada masing masing media dilanjutkan dengan
pengecatan gram, kemudia amati hasil dibawah mikroskop dengan perbesaran kuat
(pakai minyak imersi)

Catatan :
1.

Untuk ruang operasi, dibutuhkan minimal 15 lempeng

agar (plate agar)


Derajat kontaminasi dapat diketahui bila

a)

Terdapat 25 koloni tiap plate

baik

b)

Terdapat 26-50 koloni tiap plate

cukup

c)

Terdapat lebih 50 koloni tiap plate

jelek

2.

Jumlah sampel yang diuji diusahakan representative

3.
Jumlah volume sampel yang dikultur pada media
tergantung kemasannya bila:
a)

Kurang dari 1ml /50 mg

b)

1-4ml / 50-200mg

dipakai setengahnya

c)

4-20ml / 200-500mg

dipakai 2ml / 100mg

d)

Lebih atau sama 20ml


Pembahasan

dipakai semuanya

dipakai 10% nya


:

Tujuan uji sterilisasi adalah menguji sterilitas suatu bahan, alat atau ruangan secara
aseptik. Uji sterilitas ini menggunakan media BHI, media Thioglikolat, media SGA,
media nutrien agar. Masing-masing media mempunyai fungsi yang berbeda , media
BHI dan thioglikolat digunakan untuk mengamati adanya pertumbuhan bakteri pada
sampel media uji sedangkan media SGA digunakan untuk mengetahui adanya
pertumbuhan jamur/cendawan pada sampel media uji. Uji sterilitas kali ini
digunakan untuk menguji kesterilan ruangan, uji sanitasi ruangan secara rodac,

ampul, vial/flakon, tetes mata, infus dan kassa. Sterilisasi adalah proses yang
dirancang untuk menciptakan keadaan steril. Ruang steril adalah keadaan ruang
yang bebas dari semua bentuk kehidupan mikroba yang patogen maupun nonpatogen termasuk sporanya. Sterilitas ruangan sangat penting dalam dunia
kesehatan. Ruang yang steril menjamin kontaminasi yang minimal terhadap
mikroorganisme. Uji sterilitas ruangan adalah salah satu percobaan dimana
dilakukan uji mikroba dalam suatu ruangan apakah memenuhi syarat atau tidak, hal
ini biasanya digunakan dalam ruang operasi. Pada uji sterilitas ruangan cawan petri
setelah dituang dan diberi taburan maka dibuka selama kurang lebih 15 menit hal
ini dilakukan karena pada umumnya mikroba akan berpindah tempat dari media
sterilatornya . Uji sanitasi ruangan secara rodac biasanya digunakan untuk menguji
sterilitas suatu permukaan pada ruangan dengan menggunakan rodac plate. Rodac
plate yang digunakan terbuat dari kertas tebal / kertas manila , lubang pada rodac
plate di olesi dengan BHI cair, agar membasahi bagian yang dilubangi tersebut
untuk selanjutnya membasahi kapas lidi steril lainnya, sehingga pada saat di peras
pada dinding tabung BHI cair dapat di ketahui ada atau tidaknya mikroba tumbuh
pada bagian rodac plate tersebut ( setelah diinkubasikan ) dengan cara dipipet 1 ml
kemudian diinokulasi secara taburan dalam 2 media NA dan 2 media SGA. Inkubasi
media NA pada inkubator, SGA di entkast. Inkubasi media SGA di entkast hal ini
dilakukan karena pada kondisi terbuka jamur akan lebih optimal dalam tumbuh dan
berkembang. Dalam mengetahui sterilitas suatu ruang operasi dibutuhkan 15
lempeng agar, dan derajat kontaminasi suatu ruangan dapat diketahui apabila
terdapat 25 koloni bakteri baik , 26-50 koloni bakteri cukup , lebih dari 50 koloni
bakteri jelek.
Pada pengujian sterilitas ampul sampel yang diambil 2ml kemudian diinokulasi
secara taburan dalam 3 media uji yaitu BHI , Thioglikolat dan SGA. BHI dan Thio
digunakan untuk mengetahui adanya bakteri yang ditunjukan melalui kekeruhan,
sedangkan SGA digunakan untuk mengetahui adanya pertumbuhan jamur. Pada
praktikum kali ini sampel ampul pada media SGA tidak menunjukan adanya
pertumbuhan koloni, ini berarti ampul bebas dari mikroba cendawan atau jamur.
Pada pengujian sterilisasi sampel vial yang diambil melalui spuit steril , prosedur
pengujian sterilitas sama dengan prosedur pada ampul hasil yang didapatkan pada
media BHI dan thioglikolat tidak ada kekeruhan ini berarti cairan yang terdapat
dalam ampul tidak terkontaminasi oleh bakteri (steril). Sedangkan pada media SGA
didalam cawan petri juga tidak menunjukan adanya pertumbuhan koloni jamur atau
cendawan ini berarti cairan yang terdapat dalam ampul bebas dari jamur (steril).
Uji sterilitas tetes mata menggunakan 2ml sampel dan media yang digunakan yaitu
media BHI, Thioglikolat dan SGA, setelah sampel diinokulasi ke masing masing
media , media BHI dan Thioglikolat diinkubasi pada suhu 37 0C selama 48 jam , pada
saat inkubasi bakteri pada masing masing media berkembang , ditunjukan dengan
adanya kekeruhan . sedangkan media SGA diinkubasi pada entkast suhu ruangan
hal ini dikarenakan jamur akan tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Hasil

inkubasi ketiga media menunjukan bahwa tetes mata tidak steril karena terjadi
pertumbuhan bakteri pada media BHI yang ditunjukan dengan adanya kekeruhan ,
dan pada cawan petri media SGA terbentuk koloni cendawan.
Parameter kualitas untuk sediaan cairan infus yang harus dipenuhi adalah
steril, bebas partikel dan bebas pirogen disamping pemenuhan persyaratan yang
lain. Pada sterilisasi cairan intravena selain pengujian sterilisasi menggunakan
media BHI , thioglikolat dan SGA juga menggunakan metoda sterilisasi uap panas,
ada dua pendekatan yang banyak digunakan, yaitu :
Overkill: Pendekatan Overkill dilakukan untuk membunuh semua mikroba, dengan
prosedur sterilisasi akhir pada suhu tinggi yaitu 121oC selama 15 menit. Dengan
cara ini, hanya cairan infus yang mengandung elektrolit tidak akan mengalami
perubahan. Namun cara ini sangat berisiko dilakukan pada cairan infus yang
mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino karena bisa jadi nutrisi
tersebut pecah dan pecahannya menjadi racun.
Non-overkill (bioburden-based) : sesuai dengan perkembangan kedokteran yang
membutuhkan jenis cairan yang lebih beragam contohnya cairan infus yang
mengandung nutrisi seperti karbohidrat dan asam amino serta obat-obatan yang
berasal dari bioteknologi, maka berkembang juga teknologi sterilisasi yang lebih
mutakhir yaitu metoda Non-Overkill atau disebut juga Bioburden, dimana
pemanasan akhir yang digunakan tidak lagi harus mencapai 121 derajat, sehingga
produk-produk yang dihasilkan dengan metoda ini selain dijamin steril, bebas
pirogen, bebas partikel namun kandungannya tetap stabil serta tidak terurai yang
diakibatkan pemanasan yang terlampau tinggi. Dengan demikian infus tetap
bermanfaat dan aman untuk diberikan.
Uji sterilitas kassa digunakan untuk mengetahui steril atau tidaknya kassa
sehubungan pemakaiannya yang dapat berkontak langsung dengan luka. Pada
percoban ini membuktikan bahwa kassa tidak steril karena dalam cawan petri
terbentuk koloni cendawan.

Kesimpulan

Dari hasil uji sterilisasi dapat disimpulkan bahwa


Uji sterilisasi ruangan menunjukan ruangan dalam keadaan steril dari cendawan.
Uji sterilisasi rodac menunjukan ruangan (meja) dalam keadaan tidak steril.
Uji sterilisasi ampul menunjukan sampel didalam ampul dalam keadaan steril
sehingga memenuhi persyaratan sebagai obat suntik.

Uji sterilisasi vial / flakon menunjukan larutan didalamnya tidak steril karena terjadi
pertumbuhan mikroba.
Uji sterilisasi tetes mata menunjukan bahwa tetes mata dalam kondisi tidak steril
maka sebaiknya tidak lagi digunakan.
Uji sterilisasi infus menunjukan bahwa larutan didalamnya tidak steril.
Uji sterilisasi kassa serap menunjukan bahwa kassa serap tersebut sudah
terkotaminasi dengan bakteri dan cendawan sehingga sudah tidak layak digunakan.

Daftar Pustaka

Dwidjoseputro,
D. 1998.Dasar-Dasar Mikrobiologi . Djambatan : Malang.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1639454-pengantar-mikrobiologiumum
Volk, W.A. dan Wheeler, M.F. 1990.Mikrobiologi Dasar . Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai