Anda di halaman 1dari 14

A.

Judul : Cara Pewarnaan Lactophenol Cotton Blue pada Fungi Candida Albicana

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pembuatan sediaan.
2. Untuk mengetahui cara pewarnaan Lactophenol Cotton Blue pada fungi.
3. Untuk mengetahui jenis jamur yang diamati.

C. Prinsip Kerja
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel jamur sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya melalui serangkaian pengecatan
dengan menggunakan Lactophenol cotton blue dan Tinta Parker. Namun dalam
praktikum kali ini akan dilaksanakan teknik pewarnaan menggunkan Lactophenol
Cotton Blue.

D. Dasar Teori
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel
tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau
aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara
mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu
melalui absorpsi (Gandjar. 1999).
Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang – benang yang disebut hifa,
yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat
dibedakan atas miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari
lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi (Gandjar. 1999).
Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu
berupa benang tunggal atau bercabang – cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan
menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang
berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel
tunggal da tidak berfilamen. Fungi merupakan organisme menyerupai tanaman , tetapi
mempunyai beberapa perbedaan yaitu :
a. Tidak mempunyai kolorofil
b. Mempunyai dinding sel dengan komposisi berbeda
c. Berkembang biak dengan spora
d. Tidak mempunyai batang , cabang, akas dan daun
e. Tidak mempunyai system vesicular seperti pada tanaman
f. Bersifat multiseluler tidak mempunyai pembagian fungi masing- masing
bagian seperti pada tanaman.
Fungi ada yang bersifat parasit dan ada pula yang bersifat saprofit. Parasit
apabila dalam memenuhi kebutuhan makanannya dengan mengambil dari benda
hidup yang ditumpanginya, sedangkan bersifat saprofit apabila memperoleh makanan
dari benda mati dan tidak merugikan benda itu sendiri. Fungi dapat mensintesis
protein dengan mengambil sumber karbon dari karbohidrat (misalnya
glukosa,sukrosa,atau maltose), sumber nitrogen dari bahan organic atau anorganik,
dan mineral dari substratnya. Ada juga beberapa fungi yang dapat
mensintesis vitamin – vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan biakan sendiri,
tetapi ada juga yang tidak dapat mensintesis sendiri sehingga harus mendapatkan dari
substrat, misalkan tiamin dan biotin (Dwidjoseputro,2005).
Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang tingkat tinggi tubuhnya
mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang – cabang yang
disebut miselium, atau berupa kumpulan benang – benang yang padat menjadi satu.
Hanya golongan ragi (sacharomycetes) itu tubuhnya berupa sel – sel tunggal ciri
kedua adalah jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof.
Sifat ini menguatkan pendapat, bahwa jamur itu merupakan kelanjutan bakteri di
dalam evolusi (Waluyo,2005).
Golongan jamur mencakup lebih daripada 55.000 spesies, jumlah ini jauh
melebihi jumlah spesies bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada ketentuan
pendapat yang menyeluruh diantara para sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur
merupakan golongan tumbuh-tumbuhan yang tubuhnya tidak mempunyai
diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan talus (thallophyta), lengkapnya
thallophyta yang tidak berklorofil. Ganggang adalah thallophyta yang berklorofil
(Waluyo,2005).
Jamur berbiak secara vegetative dan generative dengan berbagai macam
spora. Macam spora yang terjadi dengan tiada perkawinan adalah :
a. Spora biasanya yang terjadi karena protoplasma dalam suatu sel
tertentu berkelompok – kelompok kecil, masing – masing mempunyai
membran serta inti sendiri. Sel tempat terjadinya spora ini disebut
sporangium, dan sporanya disebut sporangiospora.
b. Konidiospora yaitu spora yang terjadi karena ujung suatu hifa
berbelah – belah seperti tasbih. Didalam hal ini tidak ada sporangium,
tiap spora disebut konidiospora atau konidia saja, sedang tangkai
pembawa konidia disebut konidiosfor.
c. Pada beberapa spesies, bagian – bagian miselium dapat membesar
serta berdinding tebal, bagian itu merupakan alat membesar serta
berdinding tebal, bagian itu merupakan alat pembiak yang
disebut klamidiospora (spora yang berkulit tebal)
d. Jika bagian – bagian miselium itu tidak menjadi lebih besar
daripada aslinya, maka bagian – bagian itu disebut artospora (serupa batu
bata), oidiospora atau oidia (serupa telur) saja (Waluyo,2005).

Fungi yang paling sering menyebabkan infeksi pada manusia adalah Candida
Albicans.
Candida albicans adalah spesies cendawan patogen dari golongan
deuteromycota. Spesies cendawan ini merupakan penyebab infeksi oportunistikyang
disebut kandidiasis pada kulit, mukosa, dan organ dalam manusia. Beberapa
karakteristik dari spesies ini adalah berbentuk seperti telur (ovoid) atau sferis
dengan diameter 3-5 µm dan dapat memproduksi pseudohifa. Spesies C.
albicans memiliki dua jenis morfologi, yaitu bentuk seperti khamir dan bentuk hifa.
Selain itu, fenotipe atau penampakan mikroorganisme ini juga dapat berubah dari
berwarna putih dan rata menjadi kerut tidak beraturan, berbentuk bintang, lingkaran,
bentuk seperti topi, dan tidak tembus cahaya. Jamur ini memiliki kemampuan untuk
menempel pada sel inang dan melakukan kolonisasi.
Di dalam tubuh, Candida akan dikontrol oleh bakteri baik agar tetap berada
dalam jumlah yang rendah dan seimbang. Bakteri baik dalam tubuh akan bekerja
dengan cara memakan Candida. Sayangnya, antibiotik, pil pengontrol kehamilan,
kortison, alkohol, sebagian besar makanan junk food, dan kemoterapi akan
membunuh bakteri menguntungkan dalam tubuh (probiotik) sehingga menyebabkan
jumlah Candida tidak terkendali. Saat pertumbuhannya berlebihan, Candida akan
mengkolonisasi saluran pencernaan, berubah menjadi jamur, dan membentuk struktur
seperti akar yang disebut rizoid. Struktur rizoid dapat menembus mukosa atau dinding
usus, membuat lubang berukuran mikroskopik, dan menyebabkan racun, partikel
makanan yang tidak tercerna, serta bakteri dan khamir dapat masuk ke alam aliran
darah. Kondisi tersebut disebut sebagai sindrom kebocoran usus (leaky gut
syndrome). Kebocoran pada dinding usus akan menyebabkan khamir seperti Candida
dapat menyebar ke berbagai bagian tubuh, seperti mulut, sinus, tenggorokan, saluran
reproduksi, jantung, dan kulit.
Jamur ini dapat memproduksi etanol (alkohol) yang memiliki efek
intoksifikasi dalam darah bila kadarnya terlalu tinggi. Etanol tersebut dihasilkan
dengan cepat ketika Candida memiliki sumber makanan berupa gula putih dan
beberapa produk tepung lainnya. Di dalam kondisi yang akut, etanol diproduksi
berlebihan hingga liver tidak dapat mengoksidasi dan mengeliminasinya. Selain
itu, Candida juga dapat menyebabkan masalah menstrual dan
hipotiroid. Candida dapat memproduksi hormon estrogen palsu sehingga tubuh
menangkap sinyal bahwa produksi estrogen sudah mencukupi dan harus produksi
hormon tersebut dihentikan. Masalah lainnya adalah pengiriman sinyal ke tiroid yang
membuat produksi tiroksin dihentikan.
Untuk mengatasi Candida, dapat dilakukan empat hal utama, yaitu
membunuh khamir tersebut, mengurangi atau membatasi penggunaan antibiotik dan
obat imunosupresif, diet atau pengurangan makanan yang dibutuhkanCandida untuk
berkembang, menyembingkan dan meningkatkan sistem imun tubuh dengan
penemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh secara tepat.
Salah satu cara terbaik untuk mengontrol Candida dalam tubuh melalui diet
makanan adalah menghindari konsumsi segala jenis gula, tepung putih (white flour),
minuman beralkohol, jamur, acar, makanan hasil fermentasi,kacang kering, keripik
kentang, pretzel, junk food, bacon, daging babi hasil penggaraman, daging dan segala
jenis keju.
E. Waktu dan Tempat
Praktikum mikrobiologi dan parasitologi mengenai Cara Pewarnaan
Lactophenol Cotton Blue pada Fungi Candida Albicana yang dilaksanakan hari
Kamis, 18 Mei 2017 pukul 08.00-13.00 WITA. Bertempat di Laboratorium
Bakteriologi Analis Kesehatan Politeknik Kesehatan Denpasar.

F. Alat dan Bahan

NO ALAT DAN BAHAN FUNGSI


1. Mikroskop Untuk mengamati apusan bakteri pada object
glass
2. Tissue Untuk membersihkan meja kerja dan object
glass
3. Tissue lensa Untuk membersihkan lensa mikroskop
4. Ose Untuk meratakan apusan bakteri pada object
glass
5. Cover Glass Untuk menutup object yang telah diletakkan
pada object glass
5. Api Bunsen Untuk proses fiksasi
6. Pipet Tetes Untuk meneteskan larutan Lactophenol Cotton
Blue
7. Object glass Untuk meletakkan apusan jamur yang akan
diamati
8. Alkohol 70% Untuk mendesinfeksi meja kerja dan
membersihkan lensa dari sisa minyak imersi
9. Lactophenol Cotton Blue Pewarna fungi
10. Jas Lab Sebagai alat pelindung diri
11. Handscoon Bersih Sebagai alat pelindung diri
12. Masker Sebagai alat pelindung diri
13. Alat Tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
G. Cara Kerja

No Langkah Kerja

1 Menggunakan alat pelindung diri (jas lab, masker, dan


handscoon)

Menyiapkan Alat Untuk Mewarnai Fungi


1. Sterilisasikan meja kerja dengan alkohol 70%
2. Bersihkan dengan tissu
3. Siapkan api bunsen di depan meja kerja
4. Siapkan korek api
5. Dekatkan object glass yang akan diisi fungi
6. Dekatkan ose di samping api bunsen
7. Dekatkan cawan petri yang berisi biakan ke dekat api
bunsen
8. Siapkan bahan pewarnaan yaitu Lactophenol Cotton Blue
9. Siapkan pipet tetes di areal kerja pewarnaan
10. Sediakan air mengalir
3 Pengambilan Fungi
1. Nyalakan api bunsen
2. Bersihkan object glass
3. Labeli bagian atas (bagian yang akan diisi apusan fungi)
object glass
4. Lalu Fiksasi dengan cara melewatkan object glass pada
lidah api bunsen sekali
5. Ambil Lactophenol Cotton Blue menggunakan pipet
tetes. Dan tetsi pada object glass.
6. Kemudian fiksasi ose dengan cara melewatkan ose pada
lidah api bunsen secara perlahahn. Biarkan ose terbakar
pada api bunsen hingga berwarna merah lalu lewatkan
hingga mencapai pangkal besi (diamkan sampai terlihat
menyala)
7. Ambil cawan petri yang berisi koloni fungi dan fiksasi
pada daerah tutup cawan sebelum membukanya
8. Buka cawan petri dan ambil fungi secukupnya dengan ose
lalu buat apusan pada object glass yang sudah terisi
Lactophenol cotton blue tadi. Ambil fungi sedikit.
9. Fiksasi kembali ose setelah mengambil koloni fungi.
10. Setelah dibuat apusan, kering anginkan object glass, lalu
tutup cawan petri dan fiksasi lagi, fiksasi juga ose
kembali
11. Setelah object glass kering tutup apusan fungi
menggunakan cover glass (jangan biarkan ada gelembung
dalam apusan)
12. Lalu siapkan mikroskop untuk proses pengamatan.

5 Menyiapkan mikroskop
1. Memutar lensa okuler sehingga menghadap mata
2. Mengalirkan listrik pada mikroskop
3. Menghidupkan mikroskop dengan menekan saklar mikroskop
4. Menyalakan lampu mikroskop dengan cahaya redup terlebih
dahulu
6 Menemukan lapang pandang
1. Meletakan object glass pada meja objek kemudian
menjepitnya dengan penjepit objek
2. Memutar lensa objektif pada perbesaran 10x dengan memutar
revolver
3. Menaikan meja objek dengan memutar makrometer untuk
dapat melihat lapang pandang
4. Mengatur diafragma agar sesuai dengan perbesaran 10x
dengan skala 4x 10x dan menurunkan diafragma dengan
memutar kondensor
5. Mencari lapang pandang dengan mengatur posisi objek
dengan memutar makrometer, mikrometer, pencahayaan, dan
sekrup penjepit object glass sampai lapang pandang tampak
7 Mengamati objek dengan perbesaran bayangan 40x setelah
lapang pandang terlihat

1. Memutar lensa objektif sampai perbesaran 40x dengan


revolver
2. Memutar diafragma agar sesuai dengan perbesaran 40x
3. Mengatur intensitas cahaya agar lebih terang
4. Menyesuaikan (menaikkan setengah lensa) diafragma dengan
memutar kondensor.
5. Mencari objek dengan mengatur posisi objek dengan
mikrometer
8 Bila objek yang diamati telah terlihat, gambar atau tulis
bagaimana bentuk atau rupa dari objek yang diamati

9 Setelah selesai, kembalikan semua posisi bagian-bagian


mikroskop ke keadaan semula dan membersihkan object glass
dengan menggunakan tissue
H. Hasil Pengamatan

Dari praktikum yang dilakukan didapat hasil pengamatan sebagai berikut:


Gambar hasil pengamatan Keterangan

Tahap pada
saat mencari
lapang
pandang
fungi dengan
pembesaran
lensa objektif
10X

Gambar 1
Sumber : Penulis
Tahap pada
saat mencari
objek yang
jelas dengan
pembesaran
lensa objektif
40X, fungi
yang
ditemukan
adalah jenis
Candidas
Albicana.
Yaitu jamur
penyebab
iritasi pada
mukosa dan
rongga
mulut.
Gambar 2
Sumber : Penulis

I. Pembahasan
Jamur merupakan organisme yang mirip tumbuhan tetapi tidak memiliki
klorofil. Dalam klasifikasi system tiga kingdom, jamur (fungi) dikelompokkan sendiri
terlepas dari kelompok plantae (tumbuhan) karena jamur tidak berfotosintesis dan
dinding selnya bukan dari selulosa (Anonim A.2009).
Jamur hidup tersebar dan terdapat ditanah, air vegetasi, badan hewan,
makanan, dibangunan, bahkan pada tubuh manusia. Jamur dapat tumbuh dan
berkembang pada kelembaban dan pada suhu yang tinggi. Saat ini di Indonesia
diperkirakan terdapat 4.250 sampai 12.000 jenis jamur. Dari jumlah tersebut dalam
kehidupan memiliki peran masing-masing dihabitatnya baik yang berkaitan langsung
maupun tidak langsung bagi manusia (Anonim A.2009).
Ciri – ciri jamur, organisme yang termasuk dalam kelompok jamur,
anggotanya mempunyai cirri – cirri umum yaitu uniseluler atau bersel satu atau multi
seluler (benang – benang halus), tubuhnya tersusun atas hifa (jalinan benang – benang
halus), eukariotik (mempunyai membrane inti), tidak mempunyai klorofil sehingga
bersifat heterotrof, yaitu secara saprofit, parasit dan simbiosis, dinding selnya
tersusun atas zat kitin, cadangan makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan
protein, pencernannya berlangsung secara ekstraseluler, dimana makanan sebelum
diserap disederhanakan terlebih dahulu oleh enzim ekstraseluler yang dikeluarkan
dari hifa jamur, memiliki keturunan yang bersifat haploid lebih singkat, reproduksi
jamur uniseluler dilakukan secara aseksual dengan membentuk spora. Jamur
multiseluler secara aseksual dengan cara memutuskan benang hifa (fragmentasi),
zoospore, endospora, dan konidia. Sedangkan secara seksual melalui peleburan inti
jantan dan inti betina sehingga dihasilkan spora askus atau basidium (Anonim
A.2009).
Klasifikasi jamur, berdasarkan cara reproduksi secara generative, jamur dapat
dibagi menjadi 4 kelas yaitu zygomycotina, ascomycotina, basidiomycotina, dan
duotromycotina.
1. Zygomycotina : Jamur kelompok ini namanyaZygomycotina karena dalam
reproduksi generatifnya menghasilkan zigot di dalam zigospora.
JamurZygomycotina mempunyai cirri – ciri yaitu dinding selnya tersusun
atas zat kitin, multiseluler, hifa tidak bersekat, mengandung inti haploid,
memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi generatife dengan
konjugasi yang menghasilkan zigospora.
2. Ascomycotina : Jamur kelompok ini namanyaAscomycotina karena dalam
reproduksi generatifnya menghasilkan askuspora. Jamur ini termasuk
kelasAscomycotina mempunyai cirri – cirri yaitu dinding selnya tersusun atas
zat kitin, uniseluler dan multiseluler, hifa bersekat, membentuk badan buah
yang disebut askospora, memiliki keturunan diploid lebih singkat, reproduksi
vegetatifnya dengan membentuk konidiospora, reproduksi generatifnya
dengan konjugasi yang menghasilkan askospora.
3. Basidiomycotina : Jamur kelompok ini disebut Basidiomycotina karena
dalam reproduksi generatifnya menghasilkan basidiospora. Jamur yang
termasuk kelas Basidiomycotina mempunyai ciri – ciri yaitu dinding selnya
tersusun atas zat kitin, multiseluler, hifa, bersekat, dibedakan hifa primer
(berinti satu) dan sekunder (berinti dua), mengamdung inti haploid, memiliki
keturunan diploid lebih singkat, membentuk badan buah yang disebut
basidikrop, reproduksi vegetatife dengan menghasilkan basidiospra.
4. Duotromycotina : Jamur kelompok ini disebut jamur imperfecti (jamur tidak
sempurna) atau Duotromycotina karena belum diketahui cara
perkembangbiakan seksualnya. Jamur yang termasuk
Duotromycotina mempunyai ciri –ciri yaitu dinding selnya tersusun atas zat
kitin, multiseluler, hifa bersekat, dibedakan tipe hifa lebih singkat, dan
reproduksi vegetatifnya dengan membentuk konidiospora (Anonim A.2009).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan jamur candidas albicana.
Dan setelah diamati jamur tersebut memiliki Ciri-ciri atau bentuk khusus yaitu:
5. Yeast (Ragi).
6. Blastospora.
7. Klomidiospora.
Hal tersebut membuktikan bahwa jamur yang diamati jelas merupakan
candidas albicana, jamur ini merupakan jamur penyebab Kandidiasis pada rongga
mulut.
Kandidiasis adalah suatu penyakit infeksi pada kulit dan mukosa yang
disebabkan oleh jamur candida. Candida adalah suatu spesies yang paling umum
ditemukan di rongga mulut dan merupakan flora normal. Spesies candida mencapai
40 – 60 % dari seluruh populasi mikroorganisme rongga mulut. Terdapat lima spesies
candida, yaitu candida albicana, candida tropikalis, candida glabarata, candida krusel,
dan candida parapsilosis. Dari kelima candida tersebut candida albicana merupakan
spesies yang paling umum menyebabkan infeksi di rongga mulut.
J. Kesimpulan
Dari praktikum tentang pengamatan jamur mikroskopis dapat disimpulkan
bahwa:
Ciri – ciri Fungi adalah uniseluler, atau multi seluler (benang haus), tersusun atas
hifa , eukariotik, tidak mempunyai klorofil, dinding selnya terdiri atas tet keton, cadangan
makanan tersimpan dalam bentuk glikogen dan protein
Perbedaan yeast dan mold yaitu yeast ( khamir ) sedangkan mold (kapang).
Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir
merupakan fungi yang bersel tunggal dan tidak berfilamen. Hasil yang didapat dari
suspensi jamur yang diambil adalah jenis Candidas Albicans atau jamur yang paling
sering menyebabkan iritasi pada mukosa dan rongga mulut dengan Klasifikasi sebagai
berikut:
1. Kingdom : Fungi
2. Phylum : Ascomycotina
3. SubPhylum : Saccharomycotina
4. Class : Saccharomycetes
5. Ordo : Saccharomycetales
6. Familia : Saccharomyecetaceae
7. Sub Familia : Candidoidea
8. Genus : Candida
9. Species : Candida Albicans
DAFTAR PUSTAKA

Cappuccino, J., G., & Natalie., S, 1983, Microbiology A Laboratory Manual, Addison-
Wesley Publishing Company : New York
Dwidjoseputro, D.1998.Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
Lay, Bibiana.W.1994.Analisis Mikroba di Laboratorium.Jakarta : Rajawali Sutedjo, Mul
Mulyani.1991.Mikrobiologi Tanah.Jakarta : Rineka Cipta
Purwoko, Tjahjadi. dkk. 2010. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium
Mikrobiologi UNS.
Waluyo, lud. 2004. Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press
http://itatrie.blogspot.co.id/2012/10/laporan-mikrobiologi-pengamatan-jamur.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Candida_albicans

Denpasar, 18 Mei 2017

Dosen Pembimbing

Burhannuddin,S.Si.,M.Biomed
NIP 198602282009121003

Anda mungkin juga menyukai