Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

Media dan Reagensia

MATA KULIAH:
BAKTERIOLOGI
DOSEN PENGAJAR:
Dra.Ratih Dewi Dwiyanti M.Kes

DISUSUN OLEH:
ALMA SUPHIA DEVI P07134116216

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN
DIII ANALIS KESEHATAN
2016/2017
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Media dan Reagensia” tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan tersebut adalah untuk memeuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Bakteriologi di POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN BANJARMASIN tahun ajaran 2016/2017, sehingga kami dapat
melanjutkan kegiatan pembelajaran ke tahap selanjutnya. Selain itu, penulisan
kali ini menjadi sarana latihan agar kami dapat membuat makalah yang lebih
baik dimasa mendatang

sifat yang melekat pada hasil buatan tangan manusia. Begitu pula dengan
makalah yang terlahir dari penulis pemula seperti saya. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang sifatnya membangun, saya terima dengan tangan terbuka, serta
hati yang lapang. Kelak kritik dan saran tersebut dapat menjadi bahan
perbaikan bagi saya.
Akhir kata, saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Banjarbaru, 5 juli 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................7
2.1 Media dan Reagensia.........................................................................................7
2.2. Komponen Penyusun Media...................................................................................8
2.3. Jenis-Jenis Media...................................................................................................10
2.4. Persyaratan Media................................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................15
PEMBAHASAN..................................................................................................................15
3.1 Media dan Cara Pembuatannya.......................................................................15
3.2 Reagensia dan Cara Pembuatannya..................................................................31
BAB IV..............................................................................................................................32
PENUTUP..........................................................................................................................32
4.1. KESIMPULAN....................................................................................................32
4.2. SARAN..............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................34

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hampir semua proses kimia berlangsung dalam larutan sehingga penting


untuk memahami sifat-sifatnya. Larutan adalah sesuatu yang penting bagi
manusia Dan makhluk hidup pada umumnya. Reaksi-reaksi kimia biasanya
berlangsung antara dua campuran zat, bukannya antara zat murni. Banyak
reaksi kimia yang dikenal , baik di dalam laboratorium atau di industri terjadi
di dalam larutan. Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang
mengandung lebih dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam
jumlah besar disebut pelarut atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah
sedikit disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi dalam suatu larutan
didefinisikan sebagai jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau
pelarut. Konsentrasi dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Antara lain
molaritas, molalitas, normalitas dan sebagainya.
Larutan memainkan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Di alam
kebanyakan reaksi berlangsung di dalam larutan air. Tubuh manusia menyerap
mineral, vitamin dan makanan dalam bentuk larutan . Obat-obatan bisanya
merupakan larutan air atau alkohol dari senyawa fisiologis aktif. Larutan
biasanya terdiri dari dua zat atau lebih yang merupakan campuran homogen.
Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam larutan.
Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau
lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat
terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang
mengandung sebagian besar solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan
tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung
sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah atau encer.
Media tumbuh merupakan media yang dipersiapkan untuk digunakan
sebagai media penumbuh mikroba. Komposisi media tumbuh disesuaikan

4
dengan mikroba yang akan ditumbuhkan. Berdasarkan bentuknya, media
tumbuh dapat dibagi menjadi cair (broth) dan media padat (agar). Perbedaan
dari kedua media ini yaitu penambahan tepung adalah untuk memadatkan
media. Sedangkan media padat dibagi menjadi tiga macam, yaitu media agar
tegak (deep agar), agar miring (slants agar), danlempeng agar (plate agar).
Pada media cair prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba atau
biakan adalah menumbuhkan mikroba tersebut dan mengamati pola
pertumbuhannya. Media cair merupakan media yang tidak mengandung agar,
contohnya LB dan NB.
Pada media padat prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba atau
biakan adalah menumbuhkan mikroba yang sudah ditentukan dalam
praktikum dan mengamati karakteristik morfologisnya. Inokulasi pada media
padat dilakukan dengan teknik agar miring, teknik agar tegak, dan teknik
lempeng agar. Media padat merupakan media yang mengandung 15 % agar,
sehingga setelah dingin kemudian menjadi padat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu media media dan Reagensia ?


2. Apa sja komponen penyusun Media ?
3. Apa saja jenis-jenis Media ?
4. Apa persayaratan dalam membuat Media ?
5. Alat dan bahan apa saja yang di gunakan dalam pembuatan media ?
6. Prosedur kerja dalam pembuatan media ?
7. Jenis bakteri apa saja yang dapat tumbuh pada media tersebut ?
8. Apa saja jenis Reagen yang digunakan di Bakteriolohi dan bagaimana cara
pembuatannya ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa itu Media dan Reagensia


2. Untuk mengetahui apa saja komponen penyusun Media
3. Untuk mengetahui apa saja persyaratan dalam membuat Media

5
4. Untuk megetahui apa saja alat dan bahan yang digunakan dalam
pembuatan media
5. Untuk mengetahui prosedur kerja dalam pembuatan Media
6. Untuk mengetahui jenis bakteri apa saja yang dapat tumbuh pada media
tersebut
7. Untuk megetahui jenis cara pembuatan Reagensia yang ada di Baketiologi

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media dan Reagensia


Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri
atas campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme
untuk tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut. Mikroorganisme
memanfaatkan nutrisi pada media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit
untuk menyusun komponen sel-nya. Dengan media pertumbuhan juga bisa
digunakan untuk mengisolasi mikroorganisme, identifikasi dan membuat
kultur murni. Komposisi media pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan
isolasi dan identifikasi mikroorganisme tertentu sesuai dengan tujuan masing-
masing pembuatan suatu media. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari
campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba.
Dengan mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi,
perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba
(Sutedjo,1996).

Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia


nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan pada media, selain itu media
juga berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan
meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media
juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan
mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di  dalam laboratorium
mikrobiologi kedokteran media juga dapat digunakan untuk pembuatan
antigen, toksin dan untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi
dan lain-lain.

Reagensia adalah larutan zat dalam komposisi dan konsentrasi tertentu


yang digunakan untuk mengenali zat lain yang belum diketahui sehingga
diketahui isi zat lain tersebut. Reagensia yang baik harus memiliki sifat : mudah

7
didapat, bahan murni, mudah dimurnikan, mudah pembuatannya, stabil, tahan
lama, dapat membantu reaksi kimia, bereaksi sensitif dan spesifik dengan zat uji.
Reagensia merupakan pereaksi yang paling banyak digunakan dalam
Laboratorium Klinik untuk melaksanakan kegiatan analisa hingga didapatkan
hasil kegiatan uji. Untuk itu sebuah laboratorium selayaknya harus
mempersiapkan reagensia berupa larutan atau bubuk yang akan digunakan untuk
mereaksikan dengan bahan uji.
Beberapa Reagensia memiliki komposisi yang unik sehingga perlu teknik
atau proses pelarutan tertentu, ada juga dengan membagi larutan terlebih dahulu
kemudian dicampur larutannya, ada juga yang teknik pelarutan menggunakan
katalisator seperti pemanasan, pembentukan ikatan kompleks dan penggunaan
pelarut khusus.
Reagensia yang telah dibuat harus diberi label dalam botolnya supaya
tidak tertukar, disertai dengan pemberian konsentrasi pada label tersebut. Botol
yang umumnya digunakan terbuat dari borosilikat berwarna gelap atau coklat agar
terhindar dari kerusakan akibat cahaya matahari langsung. Konsentrasi yang
umum digunakan misal pada Indikator menggunakan persen (%), atau larutan
asam basa menggunakan normalitas (N) atau molaritas (M).
Apabila reagensia yang telah rusak atau telah lama dibuat, maka perlu
dibuang dan digantikan dengan yang baru. Ada beberapa reagensia yang stabil
hingga bertahun-tahun dan ada juga yang stabil hanya 1 bulan saja. Oleh sebab itu
perlu pengetahuan lebih dalam kestabilan tiap reagensia yang dibuat.

2.2. Komponen Penyusun Media


1. Bahan Dasar
a. Air (H2O) sebagai pelarut
b. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar
sulit didegradasi oleh   mikroorganisme pada umumnya dan mencair
pada suhu 45oC.
c. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah
polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya

8
adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya
dibanding agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya
juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk
memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau Zat Makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme
sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe,
Mg dan unsur pelikan/trace element.
a. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa
organik atau anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof
memerlukan sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat,
lemak, protein dan asam organik.
b. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa
bernitrogen lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N
anorganik seperti urea.
c. Vitamin-vitamin.
3. Bahan Tambahan
a. Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium
dengan tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa)
ditambahkan untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam
organik hasil metabolisme.
b. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
nontarget/kontaminan.
4. Bahan yang Sering Digunakan dalam Pembuatan Media
a. Agar
Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan
terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai
pemadat (gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther
Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan air dingin, agar
tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk dan dipanasi,

9
pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama
dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
b. Peptone
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti
otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai.
Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara
memperolehnya.
c. Meat extract.
Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa,
plasenta dan daging sapi.
d. Yeast extract
Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol.
Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B
complex).
e. Karbohidrat.
Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam
amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya
digunkan dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa,
manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis fermentasi
adalah 0,5-1%.

2.3. Jenis-Jenis Media


Media untuk kultur bakteri dalam mikrobiologi ada banyak jenisnya dan
dapat menjadi tiga kelompok besar berdasarkan bentuk,
komposisi/susunannya, dan fungsinya:

1. Berdasarkan Bentuknya
Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau
tidaknya bahan tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau
gelatin. Bentuk media tersebut yaitu :

a. Media padat

10
Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau
zat pemadat kurang lebih 15% agar sehingga media menjadi padat.
Media ini dapat dibedakan menjadi tiga jenis menurut bentuk dan
wadahnya yaitu, media tegak, media miring, dan media lempeng.
Media tegak menggunakan tabung reaksi yang ditegakkan sebagai
wadahnya, media miring menggunakan tabung reaksi yang
dimiringkan, sedangkan media lempeng menggunakan petridish
(plate) sebagai wadahnya. Media ini umumnya digunakan untuk
pertumbuhan koloni bakteri atau kapang.

b. Media semi padat atau semi cair


Media semi padat merupakan media yang mengandung agar kurang
dari yang seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga media
menjadi kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair. Umumnya
digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak memerlukan air
dan hidup anerobik dan untuk melihat pergerakan mikroba.

c. Media cair
Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat,
umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroalga.

2. Berdasarkan Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisinya media di bagi atas :

a. Media alami/non sintetis


Media alami merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami
dimana komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan
biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya seperti: kentang,
tepung, daging, telur, ikan sayur, dsb. Contohnya: Tomato juice agar.

b. Media semi sintesis


Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-
bahan alami dan bahan-bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi
disusun dari :Pepton  10,0 g, Ekstrak daging 10,0 g, NaCl 5,0 g, dan
Aquadest 1000 ml.

11
c. Media sintesis
Media sintesis yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang
jenis dan takarannya diketahui secara pasti. Contohnya : Mac
Conkey Agar.

3. Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya, media dapat dibedakan menjadi enam yaitu:
a. Media Basal (media dasar)
Media basal adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat
mendukung pertumbuhan hampir semua jenis mikrobia, contohnya
adalah nutrient broth, kaldu pepton, dsb.
b. Media diferensial
Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba
yang berbeda, mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus
sehingga dapat dibedakan. Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar
(TSIA), Media Sulfit Indol Motility (SIM), dsb.
c. Media selektif
Media selektif adalah adalah media yang memungkinkan suatu jenis
mikroba tumbuh dengan pesat, sementara jenis mikroba yang lain
terhambat. Contohnya: Media Salmonella Shigella Agar (SSA),
Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS), dsb.
d. Media diperkaya (enrichment)
Media diperkaya adalah media yang dirancang untuk mendukung
pertumbuhan mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen
nutrisi yang mendorong pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya:
kaldu selenit, atau kaldu tetrationat untuk memisahkan bakteri
Salmonella thyposa dari tinja
e. Media uji
Media uji adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba,
umumnya ditambah dengan substansi tertentu yang menjadi
indikator, misalnya medium litmus milk.

12
2.4. Persyaratan Media
1. Tingkat keasaman (pH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 –
7,0 merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan
kapang dan khamir tumbuh pada pH yang lebih rendah.
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu
optimum tertentu untuk pertumbuhannya.

Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga


kelompok sebagai berikut:

a. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu


pertumbuhan pada suhu 0-20o C.
b. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan
20- 45o C.
c. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu
tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen
umumnya mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang
juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena itu suhu tubuh manusia
merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri
pathogen. Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada
kisaran suhu 4–66oC.

3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi
sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar
tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat
besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan
sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba

13
hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih
dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber
nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh
berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada
menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir
dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya
terkendali.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba
dibedakan atas 4 kelompok sebagai berikut:
a. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk
pertumbuhannya.
b. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
c. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau
tanpa adanya oksigen.
d. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada
konsentrasi yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang
normal di udara. Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong
aerob, yaitu membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali
bakteri yang dapat tumbuh pada saluran pencernaan manusia yang
tergolong anaerob fakultatif.
5. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan
osmose lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami
plasmolisis.  Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang hipotonis akan
menyebabkan sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya
sel.  Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus
berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri
memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya
tidak boleh terlalu besar.
6. Sterilitas

14
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang
dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Media dan Cara Pembuatannya

1. Nutrien Agar (NA)

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak
selektif, dalam artian mikroorgsnisme heterotof. Media ini merupakan
media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar.
Komposisi :

 Bacto ekstar 3  NaCl 5 gram


gram  Aquadest 1 liter
 Bacto pepton 10
gram
 Bacto agar 15
gram
Perhitungan :
Na yang tersedia 20 Gram dalam 1 liter
Misalkan Na yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

15
v1 v2
=
m1 m 2

1000 200
=
20 m2

4000
m 2=
1000

m2=4 gram

Cara pembuatan :
 Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
(jangan sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas
kering dan diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15
menit.
 keluarkan dari autoclave kemudian tuang dalam cawan petri secara
aseptis.
 Biarkan dingin, isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.

2. Eosolin Methylene Blue Agar (EMBA)

Media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan mengandung


laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasikan
laktosa seperti S. aureus, P. aerugenosa, dan Salmonella. Mikroba yang

16
memfermentasi laktosa menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelap
dengan kilap logam. Sedangkan mikroba lain yang dapat tumbuh
koloninya tidak berwarna. Adanya eosin dan metilen blue membantu
mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian, jika media ini
digunakan pada tahap awal karena kuman lain juga tumbuh terutama P.
Aerugenosa dan Salmonella sp dapat menimbulkan keraguan.
Bagaiamanapun media ini sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa
kontaminan tersebut adalah E.coli.
Komposisi :

 Bacto pepton 10 gram  Bscto agar 13,5 gram


 Bacto lactosa 5 gram  Bacto eosin 04 gram
 Sukrosa 5 gram  Bacto methylene blue 0,065
 K2HPO4 2 gram gram
 Aquadest 1 liter
Perhitungan :
EMBA Agar yang tersedia sebanyak 36 gram dalam 1 liter
Misalkan EMBA Agar yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 v2
=
m1 m 2
1000 200
=
36 m2

7200
m 2=
1000

m2=7,2gram

Cara pembuatan :

 Timbang Emba Agar sebanyak 7,2 gram dan masukan dalam


erlenmeyer
 Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogenkan
 Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.

17
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas
kering dan diberi lebel.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210C selama 15 menit.
 Keluarkan dan isi dalam cawan petri secara aseptis.
 Bungkus dengan plastik dan masukan dalam lemari pendingin

3. Blood Agar Plate (BAP)

Media ini di gunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme yang sulit


untuk dibiakan dan juga untuk membedakan kelompok mikroorganisme
yang melisis atau tidak melisiskan butir darah merah. Lisis butir darah
merah terlihat sebagai wilayah jernih di sekitar koloni. Bila proses lisis
sempurna akan terlihat di wilayah yang benar-benar jernih dan jenis
hemalisisnya di sebut beta – hemolisis. Bila proses lisis tidak sempurna
dan media berwarna kehijauan maka jenis hemolisisnya di sebut Alpha
Hemolisis. Bakteri yang tidak mampu melisiskan butir darah dan tidak
menyebabkan perubahan nyata pada media tersebut di sebut gamma
hemolisis. Kelompok mikroorganisme yang sering di bedakan
berdasarkan kemampuan melisiskan butir darah merah adalah
sreptococcus dan staphylococcus, proses hemolisis di sebabkan oleh
enzim yang di lepas mikro organisme.

Komposisi :

 Ekstrak daging 3 gram  Basic fuchsin 10% 4 ml

18
 Bacto pepton 10 gram  Na2CO3 2,5 gram
 NaCl 5 gram  Aquadest 1 liter
 Laktosa 10 gram  Darah “O” 5%
 Bacto agar 15 gram
Perhitungan :

BAP menggunakan nutrient agar dan 5% darah “O”.

Misalkan BAP yang akan dibuat sebanyak 200 ml.

NA yang tersedia sebanyak 20 gram dalam 1 liter.

Akan dibuat 200 ml, maka :

v1 v2
=
m1 m 2

1000 200
=
20 m2

20 ×200
m 2=
1000

4000
m 2=
1000

m2=4 gram

Darah “O” yang dibutuhkan sebanyak 5%, maka :

5
V= × 200
100

V =10 ml

Cara pembuatan :

 Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.


 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.

19
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
(jangan sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas
kering dan diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15
menit.
 keluarkan dari autoclave kemudian campurkan dengan 10 ml darah
“O”.
 Homongenkan lalu tuangkan kedalam cawan petri secara aseptis.
 Isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.

4. Agar Coklat

Kegunaannya adalah untuk menumbuhkan bakteri yang sulit tumbuh


pada perbenihan sederhana dan biasanya di pakai untuk menumbuhkan
golongan Neisseriae dan Hemorhylus influenza. Prosedur kerjanya sama
dengan pembuatan Blood Agar, hanya setelah penambahan darah, di
panaskan kembali sampai 80-90% selama 5-15 menit sampai berwarna
coklat. Semua ini di kerjakan dalam water bath.
Bahan dari coklat agar sama dengan bahan pada media  Blood Agar.
Media ini berwarna coklat disebabkan oleh suhu yang lebih tinggi saat
pemanasan.
Komposisi :

 Proteose Peptone 15,0 gram  Corn Starch 1,0 gram


 Sodium Chloride 5,0 gram  Hemoglobin, Bovine 10,0

20
 Dipotassium Phosphate 4,0 gram
gram  KoEnzyme Enrichment 10,0
 Monopotassium Phosphate 1,0 ml
gram  Agar 10,0 gram

Perhitungan :

Agar coklat menggunakan nutrient agar dan 5% darah “O”.

Misalkan agar coklat yang akan dibuat sebanyak 200 ml.

NA yang tersedia sebanyak 20 gram dalam 1 liter.

Akan dibuat 200 ml, maka :

v1 v2
=
m1 m 2

1000 200
=
20 m2

20 ×200
m 2=
1000

4000
m 2=
1000

m2=4 gram

Darah “O” yang dibutuhkan sebanyak 5%, maka :

5
V= × 200
100

V =10 ml

Cara pembuatan :

 Timbang nutrien agar 4 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.


 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.

21
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
(jangan sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air, tutup mulut erlenmeyer dengan kapas
kering dan diberi label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15
menit.
 keluarkan dari autoclave kemudian campurkan dengan 10 ml darah
“O”.
 Homongenkan lalu panaskan kembali dengan penangas air selama
5-15 menit hingga larutan berwarna coklat.
 Tuangkan kedalam cawan petri secara aseptis dan dinginkan.
 Isolasi dan masukkan kedalam lemari pendingin.

5. SIM Medium

Kegunaannya yaitu untuk membedakan golongan kuman enteric


berdasarkan produksi sulfide, indol dan motilitas (gerak kuman).
Komposisi :

 Pepton from cassein 20 gram  Na2S2O3 0,3 gram


 Pepton from meat 6 gram  Agar 3 gram
 NH4 Iron (III) citrat 0,2 gram  Aquadest 1 liter
Perhitungan :

SIMM Medium yang tersedia sebanyak 30 gram dalam 1 lter

Misalkan SIMM Medium yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

22
v1 v2
=
m1 m 2
1000 200
=
30 m2

200 ×30
m 2=
1000

6000
m 2=
1000

m2=6 gram

Cara pembuatan :

 Timbang SIMM Medium sebanyak 6 gram dan masukkan


kedalam Erlenmeyer.
 Larutkan dalam 200 ml aquadest sambil dihomogenkan.
 Panaskan di penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
 Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi
masing-masing 5 ml menggunakan spuit.
 Tutup mulut tabung degan kapas kering lalu masukan kedalam
plastik bening, kemudian ikat sekuat mungkin dan diberi label.
 Sterilkan didalam autoclave selama 15 menit dengan suhu 1210C.
 Keluarkan dari autoklaf dan masukkan kedalam lemari
pendingin.

6. Simmons Citrat Agar (SCA)

23
SCA adalah media selektif yang berwarna hijau karena mengandung zat
warna brom thymol blue. Simmons citrate positif berwarna biru setelah
ditumbuhi kuman.
Kegunaannya yaitu untuk menderterminasi kemampuan bakteri yang
menggunakan sitrat sebagai sumber karbon dengan produk akhir basa.
Komposisi :

 MgSO4 0,2 gram  Bacto Agar 15 gram


 (NH4)3 PO4 1 gram  Bromtimol blue 0.08 gram
 K2HPO4 1 gram  Aquadest 1 liter
 C6H5Na3O7.2H2O 2 gram  NaCl 5 gram
Perhitungan :
SC yang tersedia 22,5 gram dalam 1 liter
Misalkan SC yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 v2
=
m1 m 2
1000 200
=
22,5 m2

200 ×22,5
m 2=
1000

m2=4,5gram

Cara pembuatan :

24
 Timbang SC sebanyak 4,5 gram dan masukkan kedalam
erlenmeyer.
 Larutkan dengan aquadest 200 ml dan homogenkan
 Panaskan diatas pemanas air sambil diaduk hingga larut sempurna
 Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi
masing masing 5 ml menggunakan spuit.
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering lalu masukan kedalam
pastik bening, kemudian ikat sekuat mungkin dan beri label.
 Sterilkan dalam autoclave selama 15 menit dengan suhu 1210C
 Keluarkan dari autoklaf dan masukkan kedalam lemari pendingin.

7. Tripple Sugar Iron Agar (TSIA)

Media TSIA memberikan informasi fermentasi mengenai glukosa,


pemanfaatan gula laktosa dan sukrosa, dan proses pernapasan anaerobik.
Proses pernapasan yang menggunakan belerang sebagai penerima
elektron terakhir untuk menghasilkan hidrogen sulfida. Informasi ini
berguna dalam identifikasi basil Gram negatif.
Komposisi :

 Bacto ekstrak daging 3  .Bacto dekstrosa 1 gram


gram  FeSO4 0,2 gram
 Bacto pepton 15  Na2S2O3 0,3 gram
gram  Bacto agar 12 gram
 Bacto ekstrak ragi 3  Bacto merah fenol 0,024
gram gram

25
 Preteosa pepton 5  Aquadest 1 liter
gram
 Bacto laktosa 10
gram
 Bacto sukrosa 10
gram
Perhitungan :
TSIA yang tersedia 65 gram dalam 1000 ml.
Misalkan TSIA yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :
v1 v2
=
m1 m2
1000 200
=
65 m2

200 ×65
m 2=
1000

13000
m 2=
1000

m2=3 gram

Cara pembuatan :
 Timbang TSIA 13 gram, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Larutkan dengan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan diatas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna.
 Turunkan dari penangas air dan masukan kedalam tabung reaksi
masing – masing 5 ml menggunakan spuit.
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering lalu masukkan kedalam
plastik bening, kemudian diikat sekuat mungkin.
 Berilah label pada luar plastik bening dan masukan pada autoclave
dan sterilkan selama 15 menit pada suhu 1210 C.
 Keluarkan dari autoklaf dan miringkan tabung.

26
8. Nutrient Broth

Nutrient Broth (NB) adalah medium yang berbentuk cair dengan bahan
dasar adalah ekstrak beef dan peptone. Perbedaan konsentris antara
Nutrient Agar dengan Nutrient Broth yaitu nutrient agar berbentuk padat
dan Nutrient Broth berbentuk cair. Susunan kimia sama-sama sintetik.
Fungsi kimia dari nutrient agar dan nutrient broth sebagai medium umum.
Medium Nutrient Broth (NB) merupakan medium yang berwarna coklat
yang memiliki konsistensi yang cair dimana medium ini berasal dari
sintetik dan memiliki kegunaan sebagai medium untuk menumbuhkan
bakteri sama seperti medium NA.
Komposisi :
 Bacto ekstar 3 gram
 Bacto pepton 10 gram
Perhitungan :
NB yang tersedia 8 Gram dalam 1 liter
Misalkan NB yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

v1 v2
=
m1 m 2

1000 200
=
8 m2

1600
m 2=
1000

m2=1,6 gram

27
Cara pembuatan :
 Timbang 1,6 gram nutrient broth, masukkan kedalam Erlenmeyer.
 Tambahkan aquades 200 ml dan homogenkan.
 Panaskan di atas penangas air sambil diaduk hingga larut sempurna
(jangan sampai mendidih) .
 Turunkan dari penangas air dan masukkan kedalam tabung reaksi.
 Tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan kedalam
plastic bening, lalu ikat dengan kuat dan beri label.
 Sterilkan dalam autoclave dengan suhu 1210 C dalam waktu 15
menit.
 keluarkan dari autoclave, biarkan dingin dan masukkan kedalam
lemari pendingin.

9. Media gula-gula

Media gula-gula termasuk media identifikasi. Media identifikasi adalah


perbenihan yang digunakan untuk menentukan jenis bakteri. Biasanya
digunakan beberapa media bersama-sama. Disebut media gula gula
karena terbuat dari beberapa gula seperti: glukosa, laktosa, mannosa,
maltosa, sakarosa. Media gula-gula adalah air pepton yang ditambah gula
tertentu. Tujuannya adalah untuk mengetahui bakteri memfermentasi
karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi perubahan warna pada
media gula-gula yang berubah menjadi warna kuning, Artinya bakteri ini
membentuk asam dari fermentasi glukosa. Pada media gula-gula juga
terbentuk gelembung pada tabung durham yang diletakkan terbalik
didalam tabung media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas.

28
Komposisi :

 Pepton 1 gram  Indikator fenol read 1 ml


 NaCl 0,5 gram  Karbohidrat 1 gram
 Aquadest 1 liter
Perhitungan :
a) Glukosa
100
mass a= ×1
100

massa= 1 gram

b) Lactosa
100
massa= ×1
100

massa = 1 gram

c) Sukrosa
100
massa= ×1
100

massa = 1 gram
d) Maltosa
100
massa= ×1
100

massa = 1 gram
e) Manitol
100
massa= ×1
100

massa = 1 gram

Cara pembuatan :
 Campurkan berbagai macam bahan pembuatan media Gula-gula .
 Dibuat dalam 200 ml aquadest ditambah pepton.
 Untuk pepton, ditimbang 6 gram dalam 100 ml aquadest

29
 NaCl ditimbang 3 gram dan dicampurkan dalam air pepton
 Fenol red ditimbang 0,2 gram lal digerus, larutkan dalam
100 ml aquadest.
 Untuk glukosa, laktosa, maltosa, sukrosa dan manitol, dibuat pada
plate yang
berbeda dengan cara yang sama. Setelah itu, disterilkan dalam
autoclave dan diisolisis dan disimpan dalam lemari pendingin.

10. Lactose Broth

Lactose broth digunakan sebagai media untuk mendeteksi kehadiran


koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya
(pre-enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari
fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya. Pepton dan ekstrak beef
menyediakan nutrien esensial untuk memetabolisme bakteri. Laktosa
menyediakan sumber karbohidrat yang dapat difermentasi untuk
organisme koliform.
Komposisi :
 peptone 5 gr/L
 ekstrak daging (sapi) 3 gr/L
 laktosa 5 gr/L
perhitungan :

Lactose broth yang tersedia sebanyak 13 gram dalam 1 liter


Misalkan lactose broth yang dibutuhkan sebanyak 200 ml, maka :

v1 v2
=
m1 m 2

30
1000 200
=
13 m2

13× 200
m 2=
1000

2600
m 2=
1000

m2=2,6 gram

Cara pembuatan :

 timbang 2,6 gram lactose broth dan masukkan kedalam Erlenmeyer


 larutkan dengan 200 ml aquades sambil dihomogenkan
 panaskan dengan penangas air sambil diaduk hingga larut
sempurna
 turunkan dari penangas air dan tuang larutan sebanyak 5 ml
kedalam tabung reaksi yang berisi tabung durham menggunakan
spuit
 tutup mulut tabung dengan kapas kering, masukkan tabung
kedalam plastik bening dan ikat plastik dengan kuat lemudian beri
label.
 sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 5 menit
 keluarkan dari autoklaf dan biarkan dingin lalu masukkan kedalam
kulkas.

3.2 Reagensia da Cara Pembuatanyya

Reagen Pengecatan Sederhana

Alat Bahan
Pipet volume Kristal violet oksalat
Pipet tetes Alcohol 96 %
Beaker glass Lugol 4 gr

31
Botol reagen Safranin 0,25 %
Corong

Cara kerja:

Cara Pembuatan Larutan:


1. a. Kristal violet 2 gram
alcohol 95 % 20 ml
b. ammonium oksalat 0,8 gram
aquades 80 ml
timbang masing-masing bahan lalu larutkan dengan pelarut
masing-masing, kemudian larutan a dan b dicampur dan disaring
setelah 24 jam dengan kertas saring.

2. Yodium Kristal 1 gram


KI 2 gram
Aquades 300 ml

Timbang bahan lalu gerus dan larutkan aquades sebanyak 300 ml.

3. Safranin 0,25 gram


Alcohol 95 % 10 ml
Aquades 90 ml
Timbang bahan lalu gerus dan larutkan dengan 10 ml alkohol dan
aquades sebanyak 90 ml, lalu saring setelah 24 jam.

1. Reagen pengecatan gram

Alat Bahan
Stamper dan mortar Gentian violet 1 gr
Spatula Phenol dalam air 90 ml
Batang pengaduk Carbolik acid kristal 2 gr
Gelas arloji Alkohol 96% 10 ml
Gelas ukur Aquades 100 ml
Botol reagen Iodium kristal 1 gr
Neraca aalitik KI 2 gr
Aquades 300 ml
Cat induk fuchsin 10 ml
Aquades 90 ml

Cara kerja:

32
Metode gram stain
Gentian violet
1. Timbang gentian violet sebyak 1 gram, haluskan dan masukan ke
beaker glass.
2. Masukan 90 ml phenol dalam air, aduk hingga homogen.
3. Masukan ke botol reagen dan beri label.
Lugol

1. Timbang 1 gr I2 dan 2 gr KI,haluskan dan masukan ke beaker glass.


2. Tambahkan 300 ml aquades, aduk hingga homogen.
3. Masukan ke botol reagen dan beri label.
Air Fuchin

1. Tuang 10 ml cat induk fuchsin ke beaker glass.


2. Masukan 90 ml aquades, aduk hingga homogen.
3. Masukan ke botol reagen dan beri label.
Metode Huccer

Kristal violet ammonium oksalat

1. Timbang 2 gr carbolic acid kristal, haluskan lalu masukan ke beaker


glass.
2. Masukan 10 ml alkohol 96%, lalu aduk hinga homogen.
3. Masukan 100 m aquades, aduk hingga homogen.
4. Masukan ke botol reagen dan beri label.

2. Reagen pengecatan BTA (Basil Tahan Asam) :

 Metode Zeihl neelsen

Alat Bahan
Pipet volume Fuchsin alkohol 3% 10 ml
Pipet tetes Phenol 5 % 90 ml
Beaker glass HCl 37% 3 ml
Botol reagen Alkohol 95% 97 ml
Corong Methylen biru 0,1 gr
Aquades 100 ml

Cara kerja:

33
Carbol Fuchsin
1. Pipet fuchsin alkohol 3% sebanyak 10 m, masukan di beaker
glass.
2. Kemudian tuang phenol 5% sebanyak 85 ml, lalu pipet secara
perlahan-lahan hingga bertambah 5 ml.
3. Aduk hingga homogen.
4. Masukan ke botol reagen dan beri label.

Asam Alkohol

1. Pipet HCl sebanyak 3 ml dan masukan ke beaker glass.


2. Masukan alkohol sebanyak 95 ml, aduk hingga homogen.
3. Masukan ke botol reagen dan beri label.
Methylen biru

1. Timbang methylen biru sebanyak 0,1 gr.


2. Haluskan dan masukan ke beaker glass.
3. Tambahkan 100 ml aquades, aduk hingga homogen.
4. Masukan ke botol reagen dan beri label.

 Metode Kinyon Gabbet

Alat Bahan
Neraca analitik Baskfuchins 8 gr
Gelas arloji Phenol pekat 16 ml
Spatula Alkohol 95% 60 ml
Stamper dan mortar Aquades 200 ml
Beaker glass Methylen blue 2 gr
Batang penaduk H2SO4 pekat 40 ml
Gelas ukur Aquades 100 ml
Pipetukur
Bola hisap
Botol reagen

Cara kerja :

Pembuatan kinyon
1. Menimbang basic fuchsin.
2. Gerus basic fuchin.

34
3. Masukan 20 ml alkohol 95% ke dalam mortor lalu aduk hingga
homogen dan masukan kedalam beaker glass, bilas stamper dan
mortir denngan alkohol 95% tadi ke beaker glass.
4. Aduk hingga homogen dan masukan ke botol reagen.
5. Pipet phanol sebanyak 16 ml dengan menggunakan pipet ukur dan
bola hisap.
6. Masukan ke dalam botol sampel, kocok botol dengan membolak-
balikn secara hati-hati.
7. Tambahkan aquades senyak 200 ml, kemudian kocok lagi dengan
botol secara hti-hai hingga homogen.

Pembuatan gabbet

1. Timbang methylen blue, kemudian gerus sampai halus dan larutkan


dengan alkohol.
2. Masukan larutan kedalam beaker gals lalu bilas dengan sisa alkohol
lalu masukan lagi ke beaker glass dan aduk dengan batang pengduk.
3. Pipet 40 ml H2SO4 pekat, lalu masukan k botol reagen, kemudian
beri label.

4. Reagen Pengecatan Granula:

 Metode Neiseer

Alat Bahan
Stamper dan mortar Methylen biru 0,1 gr
Spatula Alkohol 95 % 2 ml
Batang pengaduk Asam asetat pekat 5 ml
Gelas arloji Aquades 95 %
Gelas ukur Bismarck brown 0,2 ml
Botol reagen Aquades 100 ml
Neraca aalitik

Cara kerja:

Neiseer A
1. Timbang 0,1 gr methylen biru, haluskan dan masukan
ke beaker glass.
2. Tuang 2 ml alkohol 95% dan aduk hingga homogen.

35
3. Tambahkan 5 ml asam acetat pekat.
4. Dan tuang 95 ml aquades, kembali aduk hingga
homogen.
5. Masukan ke botol reagen dan ber label.
Neiseer B

1. Pipet bismarck brown masukan ke beaker glass.


2. Tambahkan 100 ml aquades, lalu aduk hingga
homogen.
3. Masukan ke botol reagen dan beri label.

 Metode Loeffler

Alat Bahan
Methylen blue)methylen :
Stamper dan mortar
0,3 gram.
Alcohol 95% )blue biasa :
Spatula
30 ml.
Kalium hidroksida (KOH)
Batang pengaduk
1% : 1 ml.
Aquadest
Gelas arloji
: 100 ml.
Gelas ukur
Botol reagen
Neraca aalitik

Cara Kerja:

Loeffler metylen biru.


1. Timbang 0,3 gr methylen biru, haluskan dan masukan ke beaker
glass.
2. Tuang 30 ml alkohol 95% sambil di aduk hingga homogen.
3. Tambahkan 0,1 ml KOH 10 % .
4. Dan masukan 100 aquades lalu aduk hingga homogen.
5. Masukna ke botol reaagen dan beri label.

 Albert dan Christensen

Alat Bahan
Beaker glass Safranin 1,125 gr
Kertas Alkohol 95 % 7,5 ml
Spatula Aquades 142, 5 ml
Batang pengaduk Methylen blue 0,2 gr

36
Botol reagen Aquades 200 ml
Neraca
Stamper dan mortar
Bola hisap
Gelas ukur
Gelas arloji

Cara kerja:
Safranin
1. Timbang safranin lalu gerus dan tambahkan sedikit demi sedikit
aquades ke dalam mortir sambil tetap menggerus.
2. Masukan larutkan ke beaker glass.
3. Tambah alkohol 96% ke dalam beaker glass lalu masukan ke
botol reagen dan beri label.
Methyl biru

1. Timbang methylen blue lalu gerus dan masukkan ke beaker glass.


2. Tambahkan 200 ml aquades ke dalam beaker glass, aduk hingga
homogen.
3. Masukan ke botol reagen dan beri label.

5. Reagen Pewarnaan Kapsul Burry Gins

Alat Bahan
Stamper dan mortar KI 0,45 gr
Spatula I2 0,9 GR
Batang pengaduk AQUADES 450 ml
Gelas arloji Safranin 0,79 gr
Gelas ukur
Botol reagen
Neraca aalitik

Cara kerja:
Yodium
1. Timbng KI lalu gerus.
2. Gram I2 lalu gerus sehingga tercampur dengan KI.
3. Tambahkan 150 ml aquades kemudian aduk hingga homogen.
4. Masukan dalam botol reagen dan beri label.

37
Safranin

1. Timbang safranin, lalu masukan ke beaker glass.


2. Masukan 300 ml aquades sambil diaduk hingga homogen.
3. Masukan dalam botol reagen da beri label.

6. Reagen pewarnaan spora:

 Metode Wirtz Conklin

Alat Bahan
Beaker glass Safranin
Spatula Malachite green 10 gr
Batang pengaduk Aquades 200 ml
Gelas arloji Aquades 250 ml
Botol reagen Koran
Label tissue
Corong
Neraca analitik
Botol reagen

Cara kerja:

Malachite green

1. Timbang malachite green, lalu gerus.


2. Masukan ke beaker glass.
3. Bilas mortir dengan aquades dan masukan ke beaker glass.
4. Tambahkan aquades hingga mencapai 200 ml sambil
diaduk hingga homogen.
5. Masukan ke botol reagen dan beri label.

Solotio safranin

1. Timbang safranin lalu gerus dan masukkan ke beaker


glass.
2. Bilas mortir dan masukan juga ke beaker glass.
3. Tambahkan aquades hingga 250 ml sambil diaduk hingga
homogen.
4. Masukan ke botol reagen dan beri label.

38
 Metode Klein

Alat Bahan
Stamper dan mortar Basic fuchsin 3 gr
Spatula Alkohol 95 % 100 ml
Batang pengaduk Phenol 5 gr
Gelas arloji Aquadest 100 ml
Gelas ukur M.blue 2 gr
Botol reagen Borax (Sodium tetra borax
Crystal ) 5 gr
Neraca analitik Aquades 100 ml
H2SO4 1 %

Cara membuatnya:

Carbol Fucshin
1. Larutkan basic fuchsin dengan alkohol.
2. Cairkan phenol dengan pemanasan tambahkan aquadest.
3. Reagen kerja 10 ml larutan 1 + 90 ml larutan 2.

H2SO4 1 %
M engencerkan 1 ml H2SO4 pekat dengan 100 ml aquades.

Methylen blue 1 %
1. Larutkan borax dalam aquadest.
2. Tambahkan M.blue dalam larutan borax sedikit demi
sedikit.
3. Masukkan dalam botol.
4. Saring setelah satu minggu.

7. Reagen untuk pewarnaan flagel:

Alat Bahan
5 % Potasium alum dalam
Pipet volume
aquades 10 ml
25 % Tanic acid dalam aquades
Pipet tetes
10 ml
1 % Basic fuchsin dalam alkohol
Beaker glass
9 % 10 ml
1,5 gr reagen pewarnaan Flagella
Botol reagen
(BBL)
Corong 35 ml alkohol 95 %

39
65 ml aquades

Cara kerja:

Formula 1

1. tambahkan 5 % Potasium alum dalam aqua 10 ml lalu


masukan ke dalam beaker glass.
2. Lalu tambahkan 25 % Tanic acid dalam aqua 10 ml.
3. Dan masukan lagi 1 % Basic fuchsin dalam alkohol 9 %
10 ml.
4. Aduk hingga homogen, masukan ke botol reagen dan beri
label.
Formula 2 (menggunakan reagen commercial dari BBL)

1. Timbang 1,5 gr reagen pewarnaan Flagella (BBL),


haluskan dan masukan ke beaker glass.
2. Tambahkan 35 ml alkohol 95 %.
3. Masukan 65 ml aquadest, aduk hingga homogen masukan
ke botol reagen beri label.
4. Biarkan selama 10 menit kocok beberapa kali tahan
beberapa minggu bila disimpan dalam botol rapat.
(Harmita, Radji, & Biomed, 2006)

40
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN
Reagen adalah suatu zat atau senyawa atau larutan dalam konsentrasi
tertentu yang digunakan untuk mengetahui penjelasan dari suatu analisa dari
laboratorium. Zat atau bahan-bahan yang dipakai tersebut kebanyakan
megandung bahaya. Oleh karena itu perlu untuk mengetahui bahan-bahan
kimia yang ada didalam laboratorium beserta sifat dari bahan-bahan tersebut.
Untuk membuat suatu reagen yang terlebih dahulu seorang praktikan harus
menghitung dulu gram dari zat yang akan dilarutkan atau diencerkan.
Kemudian harus bisa menggunakan neraca analitik sebaik dan seefisien
mungkin. Neraca analitik memiliki tingkat ketelitian yang sangat tinggi,
karena itu bekerja dengan neraca ini harus secara halus dan hati-hati.
Menggunakan neraca analitikpun harus selalu melakukan pemerikasaan
pendahuluan sebelum mulai menimbang. Setelah menimbang zat, seorang
praktikan harus tahu bagaimana cara melarutkan atau mengencerkan suatu zat.
Biasanya digunakan aquades sebagai pelarut, namun ada beberapa zat tertentu
yang tidak dapat dilarutkan dengan aquades sehingga harus dilarutkan
menggunakan pelarut tertentu.
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas
campuran nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk
tumbuh dan berkembangbiak pada media tersebut.
Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia
nutrisi bagi mikroorganisme yang akan dibiakan pada media, selain itu media
juga berfungsi untuk membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan
meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang lama di laboratorium. Media
juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat koloni/pertumbuhan
mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di  dalam laboratorium
mikrobiologi kedokteran media juga dapat digunakan untuk pembuatan

41
antigen, toksin dan untuk pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan
lain-lain.

Bahan dasar pembuatan media yaitu :

 Air (H2O) sebagai pelarut


 Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh   mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada
suhu 45oC.
 Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah
polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya
adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya
dibanding agar.
 Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga
sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan
media bagi mikroorganisme autotrof obligat.

4.2. SARAN

 Hendaknya mahasiswa dan dosen selalu menggunakan APD pada saat


praktikum sehingga dapat terhindar dari kecelakaan kerja di dalam
laboratorium.
 Dalam melakukan perhitungan maupun penimbangan harus dilakukan
dengan teliti sehingga didapat konsentrasi larutan yang dibutuhkan.
 Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media hendaknya
disterilkan dahulu sebelum digunakan sehingga media yang dibuat
tidak terkontaminasi.
 Reagen dan media harus disimpan pada tempat yang sesuai untuk
menghindari kerusakan media dan reagen yang telah dibuat.

42
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, 2008, Membuat Reagen Kimia di Laboratorium, Jakarta : Bumi Aksara

Laboratorium Patologi Klinik FK-UGM,Tuntunan Praktikumkimia klinik i,Bagian Patologi


Klinik FK-UGM, Yogyakarta, 1995.

R. Gandasoebrata,Penuntun Laboratorium Klinik , Dian Rakyat, Bandung,1992.

The Royal College of Pathologists of Australasia, Manual of Use and  Inte
rpretation of Pathology Tests, Griffin Press Ltd., Netley, Australia,1990

Bonang G. dan Koeswardono E.S. 1979. Mikrobiologi Kedokteran untuk


Laboratorium dan klinik. Jakarta : Gramedia

Misnadiarly., dan Husjain Djajaningrat. 2014. Mikrobiologi untuk Klinik dan


Laboratorium. Jakarta : Rineka Cipta

Gandasoebrata R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

43

Anda mungkin juga menyukai