Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MEDIA PENANAMAN BAKTERI

DISUSUN OLEH :

Nor Anisa
NIM : P07134120028

DOSEN PENGAMPU :
Dra. Ratih Dewi Dwiyanti, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANJARMASIN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
PROGRAM DIPLOMA III
TAHUN 2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
11. Latar Belakang......................................................................................1
12. Rumusan Masalah.................................................................................2
13. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1. Jenis-Jenis Media Penanaman Bakteri..................................................3
2.1.1. Berdasarkan Sifat Fisik.............................................................3
2.1.2. Berdasarkan Fungsi...................................................................4
2.2. Cara Pembuatan Media Penanaman Bakteri.........................................6
2.2.1. Pensterilan Alat & Bahan..........................................................6
2.2.2. Pembuatan Media NA, NB dan Agar Miring NA.....................7
2.3. Fungsi/Kegunaan Media Penanaman Bakteri.......................................7
2.4. Kandungan Media Penanaman Bakteri.................................................8
2.5. Cara Sterilisasi Media Penanaman Bakteri...........................................9
2.5.1. Sterilisasi Kering.......................................................................9
2.5.2. Sterilisasi Basah......................................................................10
BAB III PENUTUP...............................................................................................12
3.1. Kesimpulan.........................................................................................12
3.2. Saran....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT., karena atas rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul "Media Penanaman Bakteri"
dapat selesai tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, seorang Nabi yang telah membawa kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan
sekarang ini.
Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bakteriologi 1.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Ratih Dewi Dwiyanti, M.Kes
selaku dosen mata kuliah Bakteriologi 1 dan tak lupa juga saya mengucapkan
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Saya menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan
pengalaman yang saya miliki, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarbaru, 7 Mei 2021

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
11. Latar Belakang
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient)
yang digunakan untuk membiakkan mikroba. Media terdapat bermacam-macam
yang dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis
dan perhitungan jumlah mikroba maupun untuk transport specimen dari suatu
tempat ke tempat pemeriksaan mikrobiologi. Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel. Dalam pemeriksaan mikrobiologi, media menjadi suatu hal yang
penting agar mikroba yang dapat hidup dan menentukan bahwa mikroba yang
diperiksa adalah benar-benar mikroba yang dicari atau yang diharapkan.
Upaya pembiakan mikroorganisme memerlukan kondisi lingkungan yang
sesuai agar bakteri dapat berkembang dengan baik. Dalam pertumbuhannya,
mikroorganisme memerlukan bahan-bahan organik dan ion-ion pendukung
sebagai sumber energi dan katalis (Morse & Meitzner, 2010). Faktor-faktor yang
penting bagi proses pembiakan mikroorganisme yaitu nutrisi, oksigen dan gas
lain, kelembaban, pH media, suhu, serta kontaminan. Media yang baik untuk
pembiakan mikroorganisme harus mengandung unsur-unsur seperti karbon,
nitrogen, fosfat inorganic, sulfur, logam, air, dan mineral (Zimbro et al. 2009).
Media biakan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam
bentuk padat, semi-padat dan cair. Media padat diperoleh dengan penambahan
agar. Agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai pemadat karena
tidak dapat diuraikan oleh mikroba dan membeku pada suhu diatas 450C.
Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-2,0% (Waluyo,
2016).

1
12. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penulisan makalah berjudul Media Penanaman
Bakteri adalah:
1. Apa jenis-jenis media penanaman bakteri ?
2. Bagaimana cara pembuatan media penanaman bakteri ?
3. Apa saja fungsi/kegunaan media penanaman bakteri ?
4. Apa saja kandungan media penanaman bakteri ?
5. Bagaimana cara sterilisasi media penanaman bakteri ?

13. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah berjudul Media Penanaman Bakteri
adalah:
1. Mengetahui jenis-jenis media penanaman bakteri ?
2. Memahami cara pembuatan media penanaman bakteri ?
3. Mengetahu fungsi/kegunaan media penanaman bakteri ?
4. Mengetahui kandungan media penanaman bakteri ?
5. Memahami cara sterilisasi media penanaman bakteri ?

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Jenis-Jenis Media Penanaman Bakteri
2.1.1. Berdasarkan Sifat Fisik
1. Media Padat
Media padat adalah mmedia cair yang mengandung substansi pemadat
(misal : agar-agar, gelatin) dengan konsentrasi yang berbeda. Konsentrasi
bahan pemadat ini akan membuat media setelah dingin menjadi padat. Media
padat berguna untuk menjaga sel tidak berpindah tempat sehingga akan
mudah dihitung dan dipisahkan jenisnya keika tumbuh menjadi koloni. Media
padat juga menampakkan difusi hasil metabolit yang ditampakkan pada halo
disekitar koloni. Beberapa bentuk media padat berdasarkan bentuk dan
tempatnya diantaranya adalah :
 Media Agar Cawan
Media agar dalam cawan memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya
adalah untuk enumerasi, isolasi, karakterisasi dll. Mikroba pada meda ini
akan tumbuh terkumpul menjadi koloni pada permukaan agar dan hasil
metabolit dapat berdifusi disekelilingnya.
 Media Agar Miring
Media ini berfungsi utnuk menumbuhkan kultur yang umumnya akan
disimpan. Bentuk agar yang miring di dalam tabung memungkinkan
pembesaran luas permukaan untuk inokulasi kultur dan dapat
meminimalakan kontaminasi karena mulut tabung yang sempit.
2. Media Cair
Media cair yaitu media yang mengandung larutan cair dari satu atau lebih
konstituen. Terkadang partikel padat dapat ditambahkan pada medium cair
tersebut. Medium cair pada tabung, botol atau labu erlenmeyer umumnya
dinamakan broth. Contoh dari medium cair adalah NB (Nutrien Broth), LB
(Lactose Broth). Medium cair akan memberi kesempatan bakteri untuk
menyebar dan tercampur dengan seluruh nutrisi sehingga lebih cocok untuk
mengoptimumkan peertumbuhan mikroba. Dapat juga untuk mengetahui

3
karakter suatu mikroba berdasarkan kebutuhan oksigen atau untuk proses
fermentasi
3. Media Setengah Padat (semisolid)
Media setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4%
sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair. Media
semisolid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikrob dapat menyebar
ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika
tergoyang. Media ini juga bertujuan untuk mencegah/menekan difus oksigen.
Fungsi media semisolid lainnya adalah untuk uji motilitas. Konsentrasi agar
yang tidak begitu padat memungkinkan bakteri motil dapat bergerak dan
berpindah, sedangkan non-motil cenderung tetap ditempatnya.

2.1.2. Berdasarkan Fungsi

Ada banyak macam. Macam-macam media berdasarkan kegunaan atau


tujuannya. yaitu media untuk pembiakan secara umum, media yang diperkaya,
media pembiakan selektif, media pembiakan diferensiasi, serta media
kombinasi selektif dan diferensiasi. Penjabaran media tersebut sebagai berikut:

a. Media Umum
Media umum merupakan media padat yang mengandung bahan-bahan
semi alamiah, digunakan untuk pembiakan secara umum mengandung unsur-
unsur untuk pertumbuhan mikroorganisme secara umum tanpa mengandung
unsur penghambat tertentu. Dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri
dan jamur.
b. Media Transport

Media transport adalah media yang digunakan untuk membawa spesimen


dari suatu tempat ke tempat lain, agar mikroba yang ada di dalamnya (akan
diperiksa), tetap terjaga kehidupannya sehingga memudahkan untuk
mendiagnosis atau untuk keperluan lain. Macam-macam media transport di
antaranya Stuart, Amies, Carry and Blair, alkali pepton dan lain-lain.
Penggunaan masing-masing media adalah sebagai berikut:

4
 Media Stuart merupakan media yang digunakan untuk media transport
terutama kuman perut (gram negatif). Misal spesimen yang berasal dari
feses.

 Media Amies merupakan modifikasi dari media stuart, dapat untuk


spesimen dari sekret atau luka, bagus untuk membawa spesimen dengan
kecurigaan gonorrhea

 Media Carry and Blair merupakan media dengan konsistensi semi solid,
memiliki pH 7,2± 0,2 dengan standar pembuatan media, merupakan
transport umum

 Media Alkali pepton digunakan untuk kecurigaan bakteri vibrio.

c. Media Diperkaya
Media diperkaya/media kaya adalah media yang ditambahkan zat-zat
organik yang diperoleh dari makhluk hidup misal darah, telur dan lain-lain.
Media ini dipergunakan untuk pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh
pada media sederhana misal Gonococcus, Streptococcus dan Pneumococcus.

d. Media Selektif

Media pembiakan selektif mendukung pertumbuhan mikroorganisme jenis


tertentu dan menghambat pertumbuhan flora campuran lain. Selektifitas ini
diperoleh dengan menambahkan bahan kimia, pewarna, atau antibiotik pada
media. Contoh media ini adalah:

 Grup A Selective Strep Agar dengan 5% darah domba.


 Media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS) merupakan media
selektif untuk bakteri Vibrio colera.
 Media Salmonella & Shigella Agar (SSA), media ini digunakan untuk
menyeleksi bakteri Salmonella dan Shigella.
e. Media Diferensial

5
Sedangkan media diferensial adalah media yang mengandung unsur yang
memungkinkan untuk mengidentifikasi mikroorganisme jenis tertentu dari
kultur murni atau campuran. Identifikasi ini biasanya berdasarkan
penampakan dari mikroorganisme, seperti warna koloni atau adanya
presipitat. Contoh media ini adalah :

 Media Mac Conkey : pada media ini dapat dibedakan bakteri yang
memfermentasikan laktosa dan yang tidak memfermentasikan laktosa
 Media Klinger Iron Agar (KIA): pada media ini dapat diketahui bakteri
yang memfermentasikan laktosa dan glukosa serta pembentukan H2S
 Triple Sugar Iron Agar (Agar TSI) yang digunakan untuk mengidentifikasi
organisme intestinal gram negatif berdasarkan kemampuannya untuk
memfermentasikan dektrosa, laktosa, dan sukrosa, serta menghasilkan
sulfida (Zimbro et al. 2009).
f. Media Kombinasi

Media jenis ini dapat berupa media yang tidak diperkaya, seperti
Trypticase Soy Agar, maupun media yang diperkaya, misalnya Trypticase
Soy Agar dengan 5% darah domba.

2.2. Cara Pembuatan Media Penanaman Bakteri


2.2.1. Pensterilan Alat & Bahan
Pensterilan Alat menggunakan metode panas kering menggunakan
oven dengan suhu 1700C selama 2 jam. Peralatan yang disterilkan
menggunakan oven adalah cawan petri untuk wadah media, adapun untuk
peralatan segera pakai seperti jarum Ose dan batang kaca pengaduk L
disterilkan dengan alkohol 96% selanjutnya dibakar menggunakan bunsen.
Tip mikropipet, Nacl, Media NA, NB, dan media sumber substrat disterilkan
menggunakan autoklaf.
2.2.2. Pembuatan Media NA, NB dan Agar Miring NA
Media agar NA (20 g) dilarutkan dengan 1 liter aquades untuk
membuat 1 liter media. Media agar NA yang akan dibuat media dimasukkan

6
ke dalam erlenmeyer dan ditambah aquades sesuai kebutuhan, kemudian
dipanaskan dan diaduk menggunakan alat hotplate (magnetic stirrer) hingga
medium larut kelihatan kuning bening, kemudian medium disterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Media yang telah
disterilkan pada suhu ±500C dituangkan ke dalam cawan petri di laminar air
flow.
Pembuatan agar miring NA menggunakan komposisi yang sama
dengan media NA untuk kultur. Setelah media selesai dipanaskan dan diaduk
menggunakan hotplate (magnetic stirrer), media dimasukkan ke dalam
tabung reaksi tutup dengan kapas dan alumunium foil. Kemudian medium
disterilisasi menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit. Media
yang telah steril diletakkan di laminar air flow dengan posisi dimiringkan
agar terbentuk media agar miring.
Pembuatan media NB digunakan untuk starter. Media NB
mengandung komposisi vitabro 1 g/L, vitamineral 4 g/L, sukrosa 2 g/L, susu
skim 2 g/L. Media NB dilarutkan dengan aquades sebanyak 100 mL dalam
erlenmeyer kemudian dipanaskan dan diaduk menggunakan alat hotplate
(magnetic stirrer) hingga homogen, kemudian medium disterilisasi
menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
2.3. Fungsi/Kegunaan Media Penanaman Bakteri
Fungsi/kegunaan dari media penanaman bakteri, diantaranya :
1. Mengawetkan dan memelihara mikroorganisme tanpa adanya
pertumbuhan yang signifikan pada saat pengumpulan sampel sampai
pemrosesan sampel di laboratorium.Contoh : Stuart’s transport medium.
2. Media untuk memelihara viabilitas mikroorganisme dengan waktu yang
diperpanjang dan melindunginya dari pengaruh yang merugikan selama
waktu penyimpanan yang lama. Contoh : Nutrient agar miring.
3. Media suspensi yaitu media untuk memisahkan mikroorganisme dari
produk uji ke fase cair (pada saat pengenceran pertama) tanpa adanya
pertumbuhan atau penghambatan selama waktu kontak. Media suspensi
dapat disebut sebagai diluent. Contoh : Peptone saline solution.

7
4. Media penyegaran/penyadaran (resuscitaion). Media yang memungkinkan
terjadinya perbaikan dan pemulihan terhadap kapasitas mikroorganisme
yang stress dalam pertumbuhan normalnya tanpa mendukung adanya
perbanyakan yang diperlukan. Contoh : Buffered peptone water.
5. Media pengaya (enrichment) media yang mengandung komposisi untuk
penyediaan kondisi yang cocok dalam perkembangbiakan
mikroorganisme.
6. Media isolasi. Media padat atau semi-solid yang dapat menumbuhkan
mikroorganisme
7. Media diferensial yaitu media berfungsi untuk menguji satu atau lebih
karakteristik biokimia atau fisiologis mikroorganisme untuk identifikasi
8. Media sebagai bahan identifikasi, yaitu media dirancang untuk
mengidentifikasi reaksi spesifik yang umumnya tidak membutuhkan
konfirmasi lanjutan
2.4. Kandungan Media Penanaman Bakteri
Kandungan-kandungan yang diperlukan dalam media meliputi air, sumber
karbon, sumber nitrogen, vitamin, mineral dan gas. Bakteri peka terhadap
kekeringan sehingga perlu air yang cukup sehingga kondisi tetap selalu lembab.
Untuk sumberkarbon dapat digunakan senyawa karbon sederhana seperti CO2,
CH4 atau senyawa karbon kompleks seperti gula (misal: glukosa, laktosa, sukrosa
dan lain sebagainya). Senyawa Nitrogen dapat berasal dari senyawa nitrogen
sederhana seperti NH3 atau nitrogen yang lebih kompleks seperti pepton dan asam
amino. Mineral yang sering dibutuhkan dalam media adalah K, Mg, Na, Zn, P, S
dan Cl. Beberapa bakteri membutuhkan vitamin K (misal : Bacteriodes
melanogenicus) dan juga gas (misal:Gonococcus membutuhkan CO2), namun ada
juga bakteri tertentu justru mati jika ada oksigen (bakteri anaerob).

2.5. Cara Sterilisasi Media Penanaman Bakteri


2.5.1. Sterilisasi Kering
1. Pemijaran

8
Pemijaran merupakan suatu kegiatan membakar langsung alat-alat
seperti ujung ose, ujung pinset, ujung spatula yang berbahan logam.
Pemijaran dilakukan sampai alat-alat tersebut berwarna merah pijar.
2. Flaming (Jilatan Api)
Alat-alat seperti kaca objek, cawan petri yang telah berisi media,
mulut erlenmeyer yang berisi media dan jarum cukup dilakukan jilatan api
atau melewatkan alat tersebut pada nyala api bunsen. Artinya alat-alat
tersebut hanya mengalami jilatan api dan tidak sampai memijar.
3. Udara Panas
Umumnya sterilisasi kering dilakukan dengan cara ini, dimana alat
yang digunakan adalah oven. Suhu yang biasa digunakan 160-1800C
selama 1-2 jam. Sterilisasi kering dengan oven ini baik dilakukan terhadap
alat-alat kering yang terbuat dari kaca, seperti: cawan petri, tabung reaksi,
botol sampel, pipet, alat suntik, kaca, pinset, gunting, bahan-bahan yang
tidak tembus uap seperti gliserin, minyak, vaselin, bubuk, dan atau apa
saja yang tidak menjadi rusak, menyala, hangus atau menguap pada suhu
tinggi.
Penyusupan panas ke dalam bahan pada metode ini berlangsung
sangat lambat, oleh karena itu pada saat sterilisasi harus dalam lapisan
tipis dan jumlah yang sedikit, harus dilindungi dalam wadah tertutup
dengan cara membungkus atau menyumbat untuk mencegah kontaminasi
setelah dikeluarkan dari oven. Untuk menjamin efektivitas proses
sterilisasi perlu diperhatikan muatan (jumlah alat yang dimasukkan
kedalam oven) agar tersedia cukup ruangan untuk bergeraknya aliran
udara panas.

2.5.2. Sterilisasi Basah


1. Uap Mengalir
Merupakan sterilisasi dengan menggunakan uap pada suhu 1000C
yang dialirkan pada benda yang disterilkan secara berulang-ulang (tiga

9
sampai empat kali beberapa menit) dengan selang waktu 24 jam. Atau
sterilisasi dengan uap mengalir ini juga disebut dengan sterilisasi
bertingkat atau tyndalisasi. Cara ini dikenalkan oleh John Tyndall (1820-
1893). Keuntungan cara ini ialah tidak membutuhkan alat khusus. Namun
kerugiannya membutuhkan waktu yang lama, selain itu waktu selang
antara aliran uap mengalir tersebut memungkin spora yang resisten atau
dorman (non aktif) menjadi aktif kembali menjadi sel vegetatif. Cara ini
digunakan untuk media gelatin, susu, dan karbohidrat, karena bahan-bahan
tersebut akan mengalami hidrolisis bila dipakai suhu yang lebih tinggi atau
waktu yang lebih lama.
2. Penggodogan dalam Air
Penggodogan dilakukan untuk mematikan mikroorganisme yang
tidak berspora. Penggodogan dalam air mendidih atau mencapai suhu
1000C, hanya selama 5 menit biasanya sudah cukup mensterilkan untuk
peralatan rumah tangga, asalkan air benar-benar kontak secara langsung
dengan alat tersebut, tidak hanya bagian luar atau permukaan saja tetapi
sampai ke bagian dalam. Akan tetapi sterilisasi dengan cara ini dapat
dilakukan dengan waktu yang lebih lama, tergantung tingkat kontaminasi
alat yang disterilkan. Keadaan steril yang tidak dapat dicapai dengan
penggodogan dalam air panas selama 1 jam dapat dilanjutkan dengan uap
mengalir. Penggodogan dapat dilakukan dengan waterbath.

3. Uap Bertekanan
Autoklaf merupakan alat yang digunakan dalam sterilisasi
menggunakan uap dalam tekanan. Dalam autoklaf uap berada dalam
keadaan jenuh, dan peningkatan tekanan mengakibatkan suhu yang
tercapai menjadi lebih tinggi. Sterilisasi cara ini menggunakan suhu 1210C
selama 15-20 menit dengan tekanan 1 atm. Tekanan yang lebih besar akan
dibutuhkan pada tempat-tempat yang lebih tinggi dari permukaan laut.
Udara yang berada dalam autoklaf harus dikeluarkan semuanya
untuk memperoleh suhu yang diinginkan (1210C).

10
Alat dan bahan yang disterilkan dengan cara ini akan dilewati oleh
uap panas selama proses sterilisasi berlangsung. Sehingga bahan-bahan
yang disterilkan dengan cara ini harus yang bersifat permeabel terhadap
uap panas dan tidak rusak pada suhu 110-1210C. Panas lembab sangat
efektif untuk mensterilkan bahan dan alat meskipun pada suhu yang tidak
terlalu tinggi, karena ketika uap air berkondensasi pada bahan dan alat
yang disterilkan, dilepaskan panas sebanyak 686 kalori per gram uap air
pada suhu 1210C. Sterilisasi cara ini efektif untuk semua mikroorganisme,
baik vegetatif maupun spora. Beberapa hal yang menjadi prinsip pada
sterilisasi dengan autoklaf adalah:
1) Sterilisasi bergantung pada uap, sehingga udara harus benar-benar
dikosongkan dari sterilisator.
2) Semua bagian bahan yang disterilkan harus benar-benar dilalui oleh
uap panas, sehingga labu kosong dan tabung sebaiknya diletakkan
dengan posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya.
3) Bahan-bahan yang berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel
tehadap uap.
4) Suhu harus mencapai 1210C dan dipertahankan selama 15-20 menit.
4. Penyinaran
Sterilisasi secara fisis dapat juga dilakukan dengan penyinaran sinar UV
(ultra violet). Biasanya safety cabinet akan dilengkapi dengan lampu UV guna
mensterilkan permukaan interior safety cabinet tersebut, atau untuk mencegah
kontaminasi selama proses penurunan suhu media atau alat-alat yang baru
dikeluarkan dari oven atau autoklave sebelum digunakan. Selain itu lampu UV
juga bisa dipasang dalam sebuah ruangan untuk mensterilkan ruangan.

11
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient)
yang digunakan untuk membiakkan mikroba. Media terdapat bermacam-macam
yang dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis
dan perhitungan jumlah mikroba maupun untuk transport specimen dari suatu
tempat ke tempat pemeriksaan mikrobiologi. Mikroorganisme memanfaatkan
nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun
komponen sel. Dalam pemeriksaan mikrobiologi, media menjadi suatu hal yang
penting agar mikroba yang dapat hidup dan menentukan bahwa mikroba yang
diperiksa adalah benar-benar mikroba yang dicari atau yang diharapkan.

3.2. Saran
Setelah membaca makalah ini, diharapkan akan lebih mudah mengenal dan
memahami tentang media penanaman bakteri. Lebih khusus lagi dapat memahami
jenis-jenis, cara pembuatan, fungsi, kandungan dan cara sterilisasi media
penanaman bakteri.

12
DAFTAR PUSTAKA

APHA, AWWA & WEF Standard method for examination of water and
wastewater 9020: Quality Assuance / Quality Control. (2005).

Barrow, G. I. & Feltham, R. K. A. (1993). Cowan and steel’s, manual for the
identification of medical bacteria. New York : Cambridge University Press.

FDA-BAM Media M103 Motility Test Medium (Semisolid). (2001).


www.fda.gov/Food/FoodScienceResearch/LaboratoryMethods/ucm064059.htm

Prescott, L. M., Harley, J. P. & Klein, D. A. (2002). Microbiology (Edisi ke-5).


New York : McGraw-Hill Companies

iii

Anda mungkin juga menyukai