Oleh:
Mahluk hidup yang ada di bumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang dapat dilihat
oleh mata telanjang, tetapi ada juga mikroorganisme yang berukuran kecil dan hanya dapat
dilihat dengan menggunakan teknik dan peralatan khusus. Mikroorganisme (jasad
renik) merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil
(Kusnadi,dkk,2003). Mikroorganisme mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung yang bisa berperan sebagai kawan maupun lawan bagi kehidupan
manusia.
Mikroorganisme dapat berkembang biak secara alami atau dengan campur
tangan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya
melalui pertumbuhan menggunakan media. Pada pembuatan media ini, haruslah dimengerti jenis-
jenis nutrien yang diperlukan oleh bakteri dan juga keadaan lingkungan fisik
yang dapat menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Nutrien dan vitamin dalam media pertumbuhan berfungsi untuk membentuk substansi
yang mengaktivasi enzim pada media. Kebutuhan akan nutrien dan vitamin berbeda-beda pada
masing-masing mikroorganisme. Mikroorganisme memperlihatkan gejala yang berlainan
dalam pola pengambilan nutrisi, meskipun semua mikroorganisme membutuhkan vitamin dalam
proses metabolismenya, namun beberapa jenis mikroorganisme mampu mensintesis kebutuhan
vitaminnya sendiri dari senyawa-senyawa lain di dalam medium (Hadioetomo, 1986).
Pembiakan mikroba secara buatan memerlukan media pertumbuhan untuk menjadi tempat
tumbuh dan penyedia nutrien bagi mikroba. Media pertumbuhan terdiri dari garam organik,
sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Pembuatan media ini dapat
pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya
(Soeryowinoto, 1985).
Media berfungsi untuk tempat tumbuhnya mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,
menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi
pada media itu sendiri (Fuad, 2011).
Media juga berperan sebagai wadah atau tempat zat hara yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan
pergerakan. Umumnya, media pertumbuhan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber
karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, serta unsur-unsur lainnya. Variasi dalam tipe
nutrisi, diimbangi oleh tersedianya berbagai macam media yang banyak macamnya untuk
kultivasinya, oleh sebab itu dalam laporan ini akan membahas lebih lanjut kebutuhan dasar
mikroorganisme, macam-macam media pertumbuhan, dan prosedur umum pembuatan media
pertumbuhan guna menunjang kegiatan pembelajaran mikrobiologi.
b. Berdasarkan Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisinya media di bagi atas :
1. Media alami/non sintetis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dimana
komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak
dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur, dsb. Contohnya:
Tomato juice agar.
2. Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dan bahan-
bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari :Pepton 10,0 g, Ekstrak daging
10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000 ml.
3. Media sintesis, yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis dan takarannya
diketahui secara pasti. Contohnya : Mac Conkey Agar.
c. Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya, media dapat dibedakan menjadi enam yaitu:
1. Media Basal (media dasar) adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung pertumbuhan
hampir semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth, kaldu pepton, dsb.
2. Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang berbeda,
mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat dibedakan.
Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Media Sulfit Indol Motility (SIM),
dsb.
3. Media selektif adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba tumbuh dengan
pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat. Contohnya: Media Salmonella
Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS), dsb.
4. Media diperkaya (enrichment) adalah media yang dirancang untuk mendukung
pertumbuhan mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi yang
mendorong pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya: kaldu selenit, atau kaldu
tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja.
5. Media uji adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba, umumnya
ditambah dengan substansi tertentu yang menjadi indikator, misalnya medium litmus
milk.
2. Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum
tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba
dibedakan atas tiga kelompok sebagai berikut:
1. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada suhu 0-20o
C.
2. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C.
3. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh
baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu
optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena
itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri
pathogen. Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–
66oC.
3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon,
nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya.
Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan
higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti
ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah
untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya
terkendali.
4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4
kelompok sebagai berikut:
1. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
2. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
3. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen.
4. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi
yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara.
Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu membutuhkan
oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat tumbuh pada
saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob fakultatif.
5. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose
lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis. Sebaliknya tekanan
osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat
mengakibatkan rusaknya sel. Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel
bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri
memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh
terlalu besar.
6. Sterilitas
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang
dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.
3. Bahan Tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan
tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator
perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme.
Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
nontarget/kontaminan
METODE PRAKTIKUM
Alat : tabung reaksi, erlenmeyer, beaker glass, pipet tetes, cawan petri, pH
meter, autoklaf, gelas ukur.
1. Penyiapan alat
Alat-alat yang digunakan untuk kerja mikrobiologi (teknik steril dan
aseptis) disiapkan sebagai berikut : tabung reaksi, erlenmeyer ditutup
dengn kapas berbalut kassa dan alumunium foil atau kertas payung;
cawan petri, pinset, blue tip, yellow tip dibungkus dengan kertas paying.
2. Pembuatan media
Media dibuat miring dengan cara memiringkan tabung reaksi pada papan
miring dengan sudut kemiringan yang sesuai dan dibiarkan hingga
memadat
Ditunggu hingga 24 jam. Apabila media tetap bersih dan tidak ditumbuhi
oleh bakteri maupun jamur, maka media tersebut dapat digunakan untuk
kerja mikrobiologi
Jika media tidak terkontaminasi, maka harus dimusnahkan dan tidak
dapat digunakan
Disiapkan juga tabung reaksi berisi media yang telah ditutup sesuai
prosedur. Tabung reaksi dikemas sedemikian rupa sehingga dapat
berdiri tegak dan media tidak tumpah
Alat dan media ditata sedemikian rupa sehingga tidak ada ruang yang
kosong, namun masih memungkinkan untuk terjadi pergerakan uap air
saat sterilisasi berlangsung
Alat yang masih basah selanjutnya dikeringkan dalam oven. Alat yang
sudah kering dapat disimpan selama kemasan tidak rusak
Kaldu: cairan bening tembus cahaya dan berwarna kuning jerami, dibuat dari ekstrak
daging atau pepton. Beberapa jenis kaldu yang biasa dipakai adalah:
a. Kaldu infuse : daging sapi cincang bebas lemak dimasukkan ke dalam lemari es
semalaman. Cairan yang didapat sesudah dipisahkan dengan dengan dagingnya
didihkan selama 18 menit. Tambahkan pepton dan sodium klorida 0,5%.
b. Kaldu ekstrak daging : tersedia dipasaran dalam bentuk bubuk diproduksi oleh
berbagai perusahaan seperti Merkc, Bacto dan lain-lain.
c. Kaldu cerna : dibuat dari daging dengan cara enzimatik. Zat-zat gizi disini lebih
banyak daripada di dalam kaldu infuse atau kaldu ekstrak. Tidak perlu penambahan
pepton, maka kaldu cerna lebih ekonomis. Enzim-enzim yang digunakan untuk
pembuatannnya adalah tripsin, pepsin dan lain-lain.
Pepton: merupakan protein yang dicernakan sebagian dengan menggunakan enzim
hidrolitik, misalnya pepsin, tripsin, papain, dan lain-lain. Pepton memberikan zat-zat yang
mengandung nitrogen dan bekerja sebagai larutan penyangga (buffer). Beberapa kuman
dapat tumbuh dalam larutan pepton 1%. Zat-zata yang terkandung dalam pepton adalah
proteosa, polipeptida, dan asam-asam amino.
Ekstrak ragi, dibuat dengan mengekstraksikan ragi yang diotolisiskan dengan air.
Mempunyai kandungan vitamin B yang tinggi. Contoh lain media cair adalah media gula-
gula (gula 1% dalam air pepton), kaldu glukosa (glukosa 1% dalam kaldu gizi), kaldu
empedu (garam empedu 0,5% dalam kaldu gizi), dan lain-lain.
2. Media Padat
Media padat digunakan untuk mempelajari karakter pertumbuhan mikroba seperti
bentuk koloni. Media padat dipergunakan mengisolasi mikroba untuk mendapatkan isolat
murni. Pada prinsipnya media padat juga harus mengandung nutrisi untuk pertumbuhan
mikroba sebagaimana pada media cair, yang membedakan adalah adanya penambahan
bahan yang membuat media ini menjadi padat, untuk itu berikut bahan tambahan yang
dapat digunakan untuk memadatkan media:
Plate Count Agar (PCA) terdiri dari casein, yeast extract, dextrose dan juga
agar. Komposisi PCA untuk setiap liter yaitu :
Casein…………………………………. 5 gram
Dextrose……………………………… 1 gram
Agar…………………………………….. 15 gram
2) 5 gram peptone
3) 5 gram NaCl
6) 15 gram/L Agar
5 gram pepton
5 gram NaCl
1,5 gram ekstrak daging sapi
Dibuat dengan cara membuat sampai suspensi dengan 38 gram dalam 100
ml air suling. Memanaskan sampai mendidik untuk melarutkannya. Mensterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 121° C selama 15 menit. Campur merata sebelum
dituang.
Media agar tegak dibuat dengan tujuan untuk menumbuhkan bakteri, pengujian
sifat-sifat fisiologis, serta untuk mengisolasi bakteri. Selain itu, media ini juga berguna
untuk menentukan bakteri, apakah aerob atau anaerob. Cara mengokulasikannya
adalah dengan pipet Pasteur atau dengan jarum ose.
2. Proses Sterilisasi
Mikrobiologi adalah yang membutuhkan volume kecil. Kemudian, salah satu
aktivitas di dalamnya yaitu sterilisasi. Adapun Sterilisasi itu sendiri adalah proses atau
kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kegiatan. Pada
prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain
1. Sterilisasi secara spesifik, bisa dalam dua kondisi yaitu:
a. Lembab, dengan menggunakan autoklaf
b. Kering, dengan menggunakan oven.
2. Penyaringan, dengan pori- pori 2 mikrometer.
3. Radiasi, dengan sinar UV.
Sterilisasi aseptis dapat dilakukan dengan menggunakan autoklaf. Berikut akan
dijelaskan cara kerja autoklaf. Buka lip,isi aquades sampai tanda batas lalu masukkan alat
seperti alat penanak atau seperti ada saringannya. Kemudian setting waktu dan suhu,lalu
ditutup. Penutup autoklaf dapat dibuka kembali setelah suhu dibawah 80 C. Setelah
autoklaf basah, untuk bisa digunakan maka digunakan petri oven sehingga bisa lebih
cepat dan mencapai suhu 170 selama 1 jam. Adapun perhitungan 1 jam, dimulai setelah
suhu 170 C. Langkah selanjutnya adalah menuangkan media, pada praktikum ini kami
menggunakan 2 cawan petri dan 1 tabung reaksi yang dimiringkan. Jangan lupa untuk
bekerja dengan menggunakan handscone dan masker agar selalu dalam kondisi steril.
Kemudian meja dibersihkan dengan serbet ,disemprot alkohol 70 % dan dibersihkan
dengan tissue. Tangan yang telah dibungkus dengan handscone, semprot dengan alkohol
70 %.
Panaskan mulut tabung ke spiritus dengan menggunakan tangan kanan, sementara
tangan kiri memegang cawan petri. Cawan petripun dipanaskan pinggir- pinggirnya.
Apabila media sudah terlanjur mengendap, dapat dipanaskan dengan Water bath. Adapun
cawan petri yang digunakan biasanya berdiameter 6 cm, atau dapat juga sesuai kondisi,
apabila sediaan banyak maka diameter cawan petri bisa lebih lebar. Lalu, tabung reaksi
yang sudah dituang, dibersihkan lagi kecuali 2 petri dan 1 tabung. Dalam bekerja, semua
harus diberi label. Tabung reaksi yang ada medianya sebelum dicuci harus dibuang dulu.
Setelah mulut cawan bagian tepi dibakar, pijarkan jarum inokulum dan dinginkan.
Buka mulut cawan, ambil koloni tunggal dengan menempelkan jarum inokulum loop.
Lalu, media ditanam dengan jarum inokulum yang bulat dengan digesek- gesekkan pada
permukaannya.
Sterilisasi dengan pembungkusan cawan dengan menggunakan plastik wrap, dan
masukkan ke dalam kulkas dalam waktu 24 jam, serta amati apakah ada mikroorganisme
atau tidak. Apabila tidak, dapat digunakan untuk langkah selanjutnya.
3. Jenis-jenis metode sterilisasi, yaitu :
1. Metode sterilisasi fisik
Metode ini meliputi :
a. Metode sterilisasi panas kering/sterilisasi kering
b. Metode sterilisasi panas lembab/sterilisasi basah
c. Metode sterilisasi dengan penyaringan.
Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang sensitif terhadap panas, misalnya
enzim. Pada proses ini digunakan membran filter yangterbuat dari selulosa asetat.
Kerugiannya adalah biaya yang yang mahal. Dalam kerjanya filter mudah mampat
akibat filtrat tertinggal pada saringan, sehingga harus sering diganti dan membran
filternya tidak dapat digunakan untung menyaring virus.
d. Metode sterilisasi dengan menggunakan radiasi
Metode sterilisasi ini menggunakan radiasi sinar UV atau dapat juga dengan
metode ionisasi. Sinar UV dengan panjang gelombang 260nm memiliki daya penetrasi
yang rendah sehingga tidak dapat mematikan mikroorganisme namun dapat
mempenetrasi gelas, air, dan substansi lainnya. Sinar UV ini bereaksi dengan asam
nukleat sel mikroorganisme dan menyebabkan ikatan antara molekul timin yang
bersebelahan dan menyebabkan terbentuknya dimer timin, yang nantinya dapat
menghalangi replikasi DNA normal dengan menutup jalan enzim replikasi.
Sterilisasi panas kering berfungsi untuk mematikan organisme dengan cara mengoksidasi
komponen sel atau mendenaturasi enzim. Metode ini tidak dapat digunakan untuk bahan
yang terbuat dari karer atau plastik. Waktu sterilisasinya sekitar dua sampai tiga jam dan
berdaya penetrasi rendah. Metode ini tidak memerlukaair sehingga tidak ada uap air yang
membasahi alat atau bahan yang disterilkan.
Sterilisasi panas basah dengan perebusan menggunakan air mendidih 100°C selama 10
menit efekfif untuk sel-sel vegetatif dan spora eukariot, namun tidak efektif untuk
edospora bakteri. Tingkat sterilisasi pada temperatur kurang dari 100°C tergantung pada
temperatur dan waktu sterilisasi. Sterilisasi panas basah digunakan untuk bahan yang
sensitif panas menggunakan autoklaf yang telah dilakukan pada praktikum kali ini.
5. Tahapan kritis sterilisasi panas basah dan sterilisasi panas kering
NO Tahapan Kritis Sterilisasi Panas Basah Sterilisasi Panas Kering
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : Gramedia Pustaka, 1993.
Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang : UMM Press,
2008.
LAMPIRAN