Anda di halaman 1dari 32

PEMBUATAN MEDIA DAN STERILISASI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

Oleh:

Nadia Rahmah M. 122210101002


Ninda Titis A. 122210101010
Dhita Oktavia W. 122210101092
Syafira Nur Hayati 142210101001
Fitri Valentina S. 142210101003
Yuliana Ayu Puspita S. 142210101007
Siti Nurrosyidah 142210101011
Ain Rahmania 142210101013
Erika Dwi Rahmawati 142210101017
Laili Wafa N.K 142210101019
Erlinda Dwi Jayanti 142210101021
Leny Rizkiana 142210101023

BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI


UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahluk hidup yang ada di bumi tidak hanya terdiri dari makhluk hidup yang dapat dilihat
oleh mata telanjang, tetapi ada juga mikroorganisme yang berukuran kecil dan hanya dapat
dilihat dengan menggunakan teknik dan peralatan khusus. Mikroorganisme (jasad
renik) merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil
(Kusnadi,dkk,2003). Mikroorganisme mempengaruhi kehidupan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung yang bisa berperan sebagai kawan maupun lawan bagi kehidupan
manusia.
Mikroorganisme dapat berkembang biak secara alami atau dengan campur
tangan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia diantaranya
melalui pertumbuhan menggunakan media. Pada pembuatan media ini, haruslah dimengerti jenis-
jenis nutrien yang diperlukan oleh bakteri dan juga keadaan lingkungan fisik
yang dapat menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya.
Nutrien dan vitamin dalam media pertumbuhan berfungsi untuk membentuk substansi
yang mengaktivasi enzim pada media. Kebutuhan akan nutrien dan vitamin berbeda-beda pada
masing-masing mikroorganisme. Mikroorganisme memperlihatkan gejala yang berlainan
dalam pola pengambilan nutrisi, meskipun semua mikroorganisme membutuhkan vitamin dalam
proses metabolismenya, namun beberapa jenis mikroorganisme mampu mensintesis kebutuhan
vitaminnya sendiri dari senyawa-senyawa lain di dalam medium (Hadioetomo, 1986).
Pembiakan mikroba secara buatan memerlukan media pertumbuhan untuk menjadi tempat
tumbuh dan penyedia nutrien bagi mikroba. Media pertumbuhan terdiri dari garam organik,
sumber energi (karbon), vitamin dan zat pengatur tumbuh (ZPT). Pembuatan media ini dapat
pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya
(Soeryowinoto, 1985).
Media berfungsi untuk tempat tumbuhnya mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah,
menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi
pada media itu sendiri (Fuad, 2011).
Media juga berperan sebagai wadah atau tempat zat hara yang digunakan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan energi dalam metabolisme, dan
pergerakan. Umumnya, media pertumbuhan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber
karbon, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen, hidrogen, serta unsur-unsur lainnya. Variasi dalam tipe
nutrisi, diimbangi oleh tersedianya berbagai macam media yang banyak macamnya untuk
kultivasinya, oleh sebab itu dalam laporan ini akan membahas lebih lanjut kebutuhan dasar
mikroorganisme, macam-macam media pertumbuhan, dan prosedur umum pembuatan media
pertumbuhan guna menunjang kegiatan pembelajaran mikrobiologi.

Secara umum sterilisasi merupakan proses pemusnahan kehidupan khususnya mikrobia


dalam suatu wadah ataupun peralatan laboratorium. Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu
proses untuk mematikan semua mikroorgansime yang terdapat pada atau didalam suatu benda.
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan
bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Apabila panas digunakan bersama-sama dengan uap air
maka disebut sterilisasi basah, bila tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi kering. Medium
merupakan bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau didalamnya.
Sebelum menumbuhkan mikroorganisme, maka dilakukan percobaan untuk menambah
pengetahuan tentang cara pembuatan media dan mensterilisasi media.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang tertera di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini, dirumuskan sebagai berikut:
a. Apa pengertian media pertumbuhan mikroorganisme?
b. Apa fungsi media pertumbuhan mikroorganisme?
c. Apa jenis-jenis media pertumbuhan mikroorganisme?
d. Apa persyaratan media pertumbuhan mikroorganisme?
e. Apa komponen penyusun media pertumbuhan mikroorganisme?
f. Apa pengertian sterilisasi?
g. Apa saja metode sterilisasi?
h. Apa saja cara yang dapat dilakukan untuk melakukan sterilisasi?
1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini antara lain :


a. Untuk mengetahui pengertian media pertumbuhan mikroorganisme
b. Untuk mengetahui fungsi media pertumbuhan mikroorganisme
c. Untuk mengetahui jenis-jenis media pertumbuhan mikroorganisme
d. Untuk mengetahui persyaratan media pertumbuhan mikroorganisme
e. Untuk mengetahui komponen penyusun media pertumbuhan mikroorganisme
f. Untuk mengetahui pengertian sterilisasi
g. Untuk mengetahui metode sterilisasi
h. Untuk mengetahui cara yang dapat dilakukan untuk melakukan sterilisasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Media Pertumbuhan Mikroorganisme


Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran
nutrisi (nutrient) yang digunakan oleh suatu mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak
pada media tersebut. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi pada media berupa molekul-molekul
kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel-nya. Dengan media pertumbuhan juga bisa digunakan
untuk mengisolasi mikroorganisme, identifikasi dan membuat kultur murni. Komposisi media
pertumbuhan dapat dimanipulasi untuk tujuan isolasi dan identifikasi mikroorganisme tertentu
sesuai dengan tujuan masing-masing pembuatan suatu media. Media adalah suatu bahan yang
terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Dengan
mempergunakan bermacam-macam media dapat dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-
sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba (Sutedjo,1996).

2.2 Fungsi Media Pertumbuhan


Media berfungsi sebagai tempat tinggal, sumber makanan, dan penyedia nutrisi bagi
mikroorganisme yang akan dibiakan pada media, selain itu media juga berfungsi untuk
membiakkan, mengasingkan, mengirimkan dan meyimpan mikroorganisme dalam waktu yang
lama di laboratorium. Media juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat
koloni/pertumbuhan mikroorganisme, serta sifat-sifat biokimiawinya. Di dalam laboratorium
mikrobiologi kedokteran media juga dapat digunakan untuk pembuatan antigen, toksin dan untuk
pasasi kuman dengan tujuan perubahan virulensi dan lain-lain.

2.3 Jenis-jenis Media Perumbuhan


Media untuk kultur bakteri dalam mikrobiologi ada banyak jenisnya dan dapat menjadi
tiga kelompok besar berdasarkan bentuk, komposisi atau susunannya, dan fungsinya:
a. Berdasarkan Bentuknya
Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan dari ada atau tidaknya bahan
tambahan berupa bahan pemadat seperti agar-agar atau gelatin. Bentuk media tersebut yaitu:
1. Media padat merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat pemadat kurang
lebih 15% agar sehingga media menjadi padat. Media ini dapat dibedakan menjadi tiga
jenis menurut bentuk dan wadahnya yaitu, media tegak, media miring, dan media
lempeng. Media tegak menggunakan tabung reaksi yang ditegakkan sebagai wadahnya,
media miring menggunakan tabung reaksi yang dimiringkan, sedangkan media lempeng
menggunakan petridish (plate) sebagai wadahnya. Media ini umumnya digunakan untuk
pertumbuhan koloni bakteri atau kapang.
2. Media semi padat atau semi cair merupakan media yang mengandung agar kurang dari
yang seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga media menjadi kenyal, tidak padat
dan tidak begitu cair. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan mikroba yang banyak
memerlukan air dan hidup anerobik dan untuk melihat pergerakan mikroba.
3. Media cair merupakan media yang tidak ditambahi bahan pemadat, umumnya digunakan
untuk pertumbuhan mikroalga.

b. Berdasarkan Komposisi/susunannya
Berdasarkan komposisinya media di bagi atas :
1. Media alami/non sintetis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dimana
komposisinya yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak
dari bahan dasarnya seperti: kentang, tepung, daging, telur, ikan sayur, dsb. Contohnya:
Tomato juice agar.
2. Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari bahan-bahan alami dan bahan-
bahan sintesis. Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari :Pepton 10,0 g, Ekstrak daging
10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000 ml.
3. Media sintesis, yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis dan takarannya
diketahui secara pasti. Contohnya : Mac Conkey Agar.

c. Berdasarkan fungsinya
Berdasarkan fungsinya, media dapat dibedakan menjadi enam yaitu:
1. Media Basal (media dasar) adalah media yang digunakan sebagai bahan dasar untuk
membuat media lain yang lebih kompleks. Media ini dapat mendukung pertumbuhan
hampir semua jenis mikrobia, contohnya adalah nutrient broth, kaldu pepton, dsb.
2. Media diferensial adalah media yang bila ditumbuhi oleh mikroba yang berbeda,
mikroba tersebut akan tumbuh dengan ciri khusus sehingga dapat dibedakan.
Contohnya: Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), Media Sulfit Indol Motility (SIM),
dsb.
3. Media selektif adalah media yang memungkinkan suatu jenis mikroba tumbuh dengan
pesat, sementara jenis mikroba yang lain terhambat. Contohnya: Media Salmonella
Shigella Agar (SSA), Thiosulphate Citrate Bile Salt (TCBS), dsb.
4. Media diperkaya (enrichment) adalah media yang dirancang untuk mendukung
pertumbuhan mikroorganisme. Media tersebut memiliki konstituen nutrisi yang
mendorong pertumbuhan mikroba tertentu. Contohnya: kaldu selenit, atau kaldu
tetrationat untuk memisahkan bakteri Salmonella thyposa dari tinja.
5. Media uji adalah media yang digunakan untuk identifikasi mikroba, umumnya
ditambah dengan substansi tertentu yang menjadi indikator, misalnya medium litmus
milk.

2.4 Persyaratan Media Pertumbuhan Mikroorganisme


1. Tingkat keasaman (pH)
Kebanyakan mikroba tumbuh baik pada pH sekitar netral dan pH 4,6 – 7,0
merupakan kondisi optimum untuk pertumbuhan bakteri, sedangkan kapang dan khamir
tumbuh pada pH yang lebih rendah.

2. Suhu
Suhu merupakan salah satu factor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu optimum
tertentu untuk pertumbuhannya. Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba
dibedakan atas tiga kelompok sebagai berikut:

1. Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan pada suhu 0-20o
C.
2. Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20- 45o C.
3. Termofil, yaitu mikroba yang suhu pertumbuhannya diatas 45 o C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu tumbuh
baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri pathogen umumnya mempunyai suhu
optimum pertumbuhan sekitar 37o C, yang juga adalah suhu tubuh manusia. Oleh karena
itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk pertumbuhan beberapa bakteri
pathogen. Mikroba perusak dan pathogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu 4–
66oC.

3. Nutrient
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai
sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon,
nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya.
Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian.Kondisi tidak bersih dan
higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti
ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah
untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya
terkendali.

4. Oksigen
Mikroba mempunyai kebutuhan oksigen yang berbeda-beda untuk
pertumbuhannya. Berdasarkan kebutuhannya akan oksigen, mikroba dibedakan atas 4
kelompok sebagai berikut:
1. Aerob, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.
2. Anaerob, yaitu mikroba yang tumbuh tanpa membutuhkan oksigen.
3. Anaerob fakultatif, yaitu mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen.
4. Mikroaerofil, yaitu mikroba yang membutuhkan oksigen pada konsentrasi
yang lebih rendah daripada konsentrasi oksigen yang normal di udara.
Mikroba perusak pangan sebagian besar tergolong aerob, yaitu membutuhkan
oksigen untuk pertumbuhannya, kecuali bakteri yang dapat tumbuh pada
saluran pencernaan manusia yang tergolong anaerob fakultatif.

5. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose
lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis. Sebaliknya tekanan
osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat
mengakibatkan rusaknya sel. Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel
bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri
memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh
terlalu besar.

6. Sterilitas
Media harus dalam keadaan steril, artinya sebelum ditanami bakteri yang
dimaksud tidak ditumbuhi oleh mikroba lain.

2.5 Komponen Penyusun Media Pertumbuhan Mikroorganisme


1. Bahan Dasar
a. Air (H2O) sebagai pelarut
b. Agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit
didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu
45oC.
c. Gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer
asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih
banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar.
d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga
sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media
bagi mikroorganisme autotrof obligat.
2. Nutrisi atau Zat Makanan
Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel
yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur
pelikan/trace element.
a. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau
anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber
karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik.
b. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain.
Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea.
c. Vitamin-vitamin.

3. Bahan Tambahan
Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan
tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator
perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme.
Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
nontarget/kontaminan

4. Bahan yang Sering Digunakan dalam Pembuatan Media


a. Agar
Agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari
beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang pertama
kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan
air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk dan dipanasi,
pencairan dan pemadatan berkali-kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan
kekuatan agar, terutama pada pH yang asam.
b. Peptone
Peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver,
darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada
bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya.
d. Meat extract.
Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta dan
daging sapi.
c. Yeast extract
Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast
extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex).
d. Karbohidrat.
Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas
dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan dalam amilum, glukosa,
fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk
analisis fermentasi adalah 0,5-1%.

2.6 Pengertian sterilisasi


Sterilisasi merupakan proses membunuh semua mikroorganisme termasuk spora bakteri
pada benda yang telah didekontaminasi dengan tepat. Tujuan sterilisasi yaitu untuk
memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk spora, yang mungkin
telah ada pada peralatan kedokteran dan perawatan yang dipakai. Hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan yang akan disterilkan

2.7 Metode sterilisasi


Metode sterilisasi ada 3, yaitu :
a. Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama sterilisasi dengtan bahan kimia tidak
akan berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh
mikroorganisme tersebut adalah dengan panas. Panas kering membunuh bakteri karena
oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas basah.
Pemanasan basah dapat memakai otoklaf, tyndalisasi dan pasteurisasi. Otoklaf adalah alat
serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap air. Tyndalisasi merupakan metode
dengan mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja. Pasteurisasi adalah suatu
cara disinfeksi dengan pemanasan untuk mengurangi jumlah mikrooranisme tanpa
merusak fisik suatu bahan. Pemanasan kering dapat memakai oven dan pembakaran.
Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan sinar gelombang pendek (Waluyo, 2005).
b. Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi secara kimia dapat memakai antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik
terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki.
Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit
sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain halogen
(senyawa klorin, yodium), alkohol, fenol, hidrogen peroksida, zat warna ungu kristal,
derivat akridin, rosalin, deterjen, logam-logam berat, aldehida, ETO, uap formaldehid
ataupun beta-propilakton (Volk, 1993).
c. Sterilisasi secara mekanik.
Sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan dengan penyaringan. Penyaringan
dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring

2.8 Cara untuk melakukan sterilisasi


Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering
a. Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya,
namun penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya: benda-benda dari
logam (instrument), benda-benda dari kaca, benda-benda dari porselen.
Caranya yaitu:
1. Siapkan bahan yang disterilkan, baskom besar yang bersih, brand spritus, korek api.
2. Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam waskom tersebut.
Selanjutnya dinyalakan dengan api.
3. Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.

b. Dengan cara udara panas kering


Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini
memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi pemanasan
basah. Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini yaitu benda-benda dari logam,
zat-zat seperti bubuk, talk, vaselin, dan kaca.
Caranya yaitu:
1. Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu
2. Dikeringkan dengan lap dan diset menurut kegunaannya
3. Berilah indikator pada setiap set
4. Bila menggunakan pembungkus, dapat memakai aluminium foil.
5. Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan.
6. Kemudian alat dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya.

2. Sterilisasi dengan pemanasan basah


Ada beberapa cara sterilisasi ini, yaitu:
a. Dimasak dalam air biasa.
Suhu tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan tetapi
bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh spora maka
dapat ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.
Caranya yaitu:
1. Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.
2. Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
3. Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
4. Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope –Rusia).
5. Seluruh permukaan harus terendam.

b. Dengan uap air.


Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dandang/panci
dengan penangas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir
bagian alat yang akan disterilkan.waktu sterilisasi 30 menit.
Caranya yaitu:
1. Alat-alat yang akan disterilkan dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
2. Kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan dimasukkan dalam dandang

e. Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.


Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan
dalam setiap rumah sakit dengan menggunakan alat yang disebut autoclave.
Caranya yaitu:
1. Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan didesinfeksi
2. Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.
3. Kemudian dibungkus kain/kertas.
4. Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.

3. Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia


Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering.
Cara ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak
bisa dilaksanakan karena keadaan. Contoh zat kimia : Formaldehyda, hibitane, Cidex.

4. Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet


Karena disemua tempat itu terdapat kuman, maka dilakukan sterilisasi udara dan
biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus.Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi,
dsb. dan udaranya harus steril. Hal ini dapat dilakukan dengan sterilisasi udara (air
sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.

5. Sterilisasi dengan filtrasi


Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara
disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya adalah untuk filtrasi cairan
secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam
ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan
steril. Jenis filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman.
Pori-pori filter ukurannya minimal 0,22 micron.
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan tempat praktikum

Praktikum “Pembuatan Media dan Sterilisasi” dilaksanakan pada hari Kamis, 22


Oktober 2015 di Laboratorium Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jember.

3.2 Pembuatan media dan sterilisasi

3.2.1 Alat dan Bahan

Alat : tabung reaksi, erlenmeyer, beaker glass, pipet tetes, cawan petri, pH
meter, autoklaf, gelas ukur.

Bahan : agar, berbagai macam media, aquades.

3.2.2 Cara kerja

1. Penyiapan alat
Alat-alat yang digunakan untuk kerja mikrobiologi (teknik steril dan
aseptis) disiapkan sebagai berikut : tabung reaksi, erlenmeyer ditutup
dengn kapas berbalut kassa dan alumunium foil atau kertas payung;
cawan petri, pinset, blue tip, yellow tip dibungkus dengan kertas paying.

2. Pembuatan media

Media ditimbang sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang tertera


pada setiap label media

Media tersebut dilarutkan dalam sebagian aquades di dalam beaker glass

pH media diatur dengan penambahan HCL atau NaOH


Sisa aquades ditambahkan hingga memenuhi volume yang diinginkan

Media dipanaskan diatas kompor atau hotplate hingga larutan homogen


(digunakan magnetic stirrer atau pengadukan manual untuk mempercepat
homogenisasi)

Disiapkan tabung reaksi yang sudah bersih

Media dituangkan ke dalam tabung reaksi sebanyak sejumlah kebutuhan.


Penuangan media dilakukan sebelum media mengental

Tabung reaksi ditutup dengan sumbat kapas berbalut kassa dan


alumunium foil

Media disterilisasi di dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit

Media dibuat miring dengan cara memiringkan tabung reaksi pada papan
miring dengan sudut kemiringan yang sesuai dan dibiarkan hingga
memadat

Media agar cawan dibuat, disterilisasi secara aseptis ke dalam cawan


petri. Jika media agar terlanjur memadat, tabung reaksi yang berisi media
yang sudah steril diletakkan di dalam penangas air bersuhu 50oC selama
5 menit hingga mencair dan dapat dituang. media yang sudah dituang
dalam cawan petri dibiarkan hingga memadat

Media cair tidak memerlukan perlakuan khusus setelah disterilisasi


cukup disimpan hingga saat akan digunakan

Ditunggu hingga 24 jam. Apabila media tetap bersih dan tidak ditumbuhi
oleh bakteri maupun jamur, maka media tersebut dapat digunakan untuk
kerja mikrobiologi
Jika media tidak terkontaminasi, maka harus dimusnahkan dan tidak
dapat digunakan

Media yang tidak langsung digunakan dapat disimpan di dalam lemari


pendingin

3. Sterilisasi alat dan media

a. Sterilisasi dengan panas basah

Sterilisasi panas basah dilakukan dengan menggunakan autoklaf suhu


121oC selama 15 menit

Bagian-bagian dari autoklaf dan fungsinya dikenali dan dipelajari

Alat yang telah disiapkan, dibersihkan dan dibungkus sesuai prosedur

Disiapkan juga tabung reaksi berisi media yang telah ditutup sesuai
prosedur. Tabung reaksi dikemas sedemikian rupa sehingga dapat
berdiri tegak dan media tidak tumpah

Aquadest dituang ke dalam autoklaf hingga batas yang ditetapkan.


Aquades tidak boleh melebihi batas agar tidak menggenangi alat yang
akan disterilisasi

Alat dan media ditata sedemikian rupa sehingga tidak ada ruang yang
kosong, namun masih memungkinkan untuk terjadi pergerakan uap air
saat sterilisasi berlangsung

Autoklaf ditutup dengan rapat dan dipastikan semua knop sudah


terpasang dengan rapat dan benar agar tidak terbuka saat tekanan
meningkat
Autoklaf dijalankan dan ditunggu hingga autoklaf berhenti dengan
sendirinya

Ketika autoklaf sudah berhenti beroperasi, ditunggu hingga tekanan


dalam autoklaf mencapai titik nol, baru dapat dibuka tutup autoklaf .
Autoklaf dimatikan dan dicabut saklar listrik. Alat dan media yang
sudah disterilisasi dikeluarkan

Alat yang masih basah selanjutnya dikeringkan dalam oven. Alat yang
sudah kering dapat disimpan selama kemasan tidak rusak

Proses sterilisasi diamati dengan menggunakan autoklaf mulai dari


menjalankan alat hingga pendinginan.

b. Sterilisasi dengan panas kering

Sterilisasi panas kering dilakukan dengan menggunakan oven suhu


170oC selama 1 jam

Bagian-bagian oven dan fungsinya dikenali dan dipelajari dengan baik

Disiapkan peralatan gelas yang akan disterilisasi sesuai prosedur


disiapkan. dan dipastikan bahwa alat gelas tersebut sudah benar-benar
bersih dan dibungkus sesuai dengan prosedur yang ada

Alat dimasukkan ke dalam oven. diapastikan bahwa alat sudah


tersebar secara merata dan memungkinkan udara panas terdistribusi
secara merata di dalam oven

Oven ditutup dengan rapat

Oven disambungkan ke aliran listrik


Oven dihidupkan, diatur suhu dan waktu untuk sterilisasi (170oC
selama 1 jam)

Oven dijalankan (waktu sterilisasi dihitung 1 jam setelah suhu ove


mencapai 170oC)

Jika sterilisasi telah selesai, oven dimatikan dan dicabut aliran


listriknya. Ditunggu hingga dingin dan alat dapat diambil

Alat yang sudah steril disimpan selama kemasan tidak rusak

Proses sterilisasi diamati dengan menggunalan oven (mulai dari


menjalankan alat hingga pendinginan).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. MACAM MACAM MEDIA


1. Media Cair
Digunakan sebagai media yang diperkaya sebelum disebarkan pada media padat.
Tujuan penggunaan media ini untuk memperbanyak jumlah sel mikroba yang ingin
dibiakkan. Media ini tidak cocok digunakan sebagai media untuk isolasi mikroba untuk
memperoleh biakan murni, juga tidak dapat menunjukkan karakter koloni kuman. Contoh
media cair adalah kaldu gizi (Nutrient Broth), air pepton (Pepton Water), dan lain-lain.

 Jenis-jenis media cair:

Kaldu: cairan bening tembus cahaya dan berwarna kuning jerami, dibuat dari ekstrak
daging atau pepton. Beberapa jenis kaldu yang biasa dipakai adalah:

a. Kaldu infuse : daging sapi cincang bebas lemak dimasukkan ke dalam lemari es
semalaman. Cairan yang didapat sesudah dipisahkan dengan dengan dagingnya
didihkan selama 18 menit. Tambahkan pepton dan sodium klorida 0,5%.
b. Kaldu ekstrak daging : tersedia dipasaran dalam bentuk bubuk diproduksi oleh
berbagai perusahaan seperti Merkc, Bacto dan lain-lain.
c. Kaldu cerna : dibuat dari daging dengan cara enzimatik. Zat-zat gizi disini lebih
banyak daripada di dalam kaldu infuse atau kaldu ekstrak. Tidak perlu penambahan
pepton, maka kaldu cerna lebih ekonomis. Enzim-enzim yang digunakan untuk
pembuatannnya adalah tripsin, pepsin dan lain-lain.
Pepton: merupakan protein yang dicernakan sebagian dengan menggunakan enzim
hidrolitik, misalnya pepsin, tripsin, papain, dan lain-lain. Pepton memberikan zat-zat yang
mengandung nitrogen dan bekerja sebagai larutan penyangga (buffer). Beberapa kuman
dapat tumbuh dalam larutan pepton 1%. Zat-zata yang terkandung dalam pepton adalah
proteosa, polipeptida, dan asam-asam amino.
Ekstrak ragi, dibuat dengan mengekstraksikan ragi yang diotolisiskan dengan air.
Mempunyai kandungan vitamin B yang tinggi. Contoh lain media cair adalah media gula-
gula (gula 1% dalam air pepton), kaldu glukosa (glukosa 1% dalam kaldu gizi), kaldu
empedu (garam empedu 0,5% dalam kaldu gizi), dan lain-lain.

2. Media Padat
Media padat digunakan untuk mempelajari karakter pertumbuhan mikroba seperti
bentuk koloni. Media padat dipergunakan mengisolasi mikroba untuk mendapatkan isolat
murni. Pada prinsipnya media padat juga harus mengandung nutrisi untuk pertumbuhan
mikroba sebagaimana pada media cair, yang membedakan adalah adanya penambahan
bahan yang membuat media ini menjadi padat, untuk itu berikut bahan tambahan yang
dapat digunakan untuk memadatkan media:

a. Agar-Agar, adalah komponen penting media padat. Agar-agar merupakan senyawa


polisakarida rumit yang diperoleh dari rumput laut (alga lebih tepatnya). Mencair pada
suhu 80oC sampai 100oC dan membeku pada suhu 35oC sampai 42oC. Agar tidak
menyediakan zat-zat gizi untuk mikroba. Hanya bekerja sebagai pemadat. Tidak
dimetabolisme oleh mikroba patogen apapun. Sehingga agar-agar sangat ideal sebagai
bahan tambahan atau pemadat karena tidak mempengaruhi komponen nutrisi dari media
yang dibuat.
b. Gelatin, merupakan protein yang dibuat dengan hidrilisis kolagen menggunakan air
mendidih. Mencair pada 37oC, membentuk gel yang tembus cahaya pada suhu di bawah
25oC. Karena titik cair yang mendekati suhu kamar sehingga gelatin kurang baik sebagai
pemadat media, selain itu gelatin juga dapat dihidrolisis oleh beberapa jenis mikroba.
Penggunaan utama gelatin adalah untuk identifikasi dan klasifikasi kuman. Jika media
berubah warna menjadi hitam, artinya ada pembentukan hydrogen sulfida.
1. Komposisi setiap media

 PLATE COUNT AGAR(PCA)


Plate Count Agar (PCA) atau yang juga sering disebut Standard Methods
Agar merupakan sebuah media pertumbuhan mikroorganisme yang umum
digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme total yang terdapat pada
setiap sample makanan, produk susu, air limbah dan sample-sample lainnya yang
biasanya menggunakan metode Total Plate Count. Media PCA ini baik untuk
pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya
mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam
amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai
vitamin B kompleks (Ruly. 2008)

Plate Count Agar (PCA) terdiri dari casein, yeast extract, dextrose dan juga
agar. Komposisi PCA untuk setiap liter yaitu :

Casein…………………………………. 5 gram

Yeast extract……………………….. .2.5 gram

Dextrose……………………………… 1 gram

Agar…………………………………….. 15 gram

 NUTRIENT AGAR (NA)


Nutrient Agar merupakan suatu medium yang mengandung sumber
nitrogen dalam jumlah cukup yang dapat digunakan untuk budidaya bakteri dan
untuk penghitungan organisme dalam air, limbah, kotoran dan bahan lainnya. NA
juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak
selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Selain itu untuk pertumbuhan
sample pada uji bakteri dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.di
dalam Nutrient Agar tidak mengandung sumber karbohidrat sehingga baik
digunakan untuk pertumbuhan bakteri, namun kapang tidak dapat tumbuh dengan
baik. Untuk pengembangan dengan sedikit pilih-pilih terhadap bakteri.
Dibuat dengan cara mensuspensikan 28 gram dalam 1000 ml air suling.
Memanaskan sampai mendidih untuk melarutkannya. Mensterilisasi dengan
autoklaf pada suhu 121° C selama 15 menit. Campur dengan baik dan tuang dalam
cawan petri steril

Komposisi dari nutrient agar adalah:

1) 1,5 gram ekstrak daging sapi

2) 5 gram peptone

3) 5 gram NaCl

4) 1,5 gram ekstrak ragi

5) 1 liter air destilat

6) 15 gram/L Agar

 Nutrient Broth (NB)


Merupakan media selektif yang digunakan oleh mikroorganisme yang
berbentuk cair. Namun sebenarnya nutient broth ini intinya sama saja dengan
nutrient agar.Untuk pengembangan secara umum dengan sedikit pemilihan
mikroorganisme. Komposisi dari nutrient broth antara lain:

5 gram pepton

5 gram NaCl
1,5 gram ekstrak daging sapi

1,5 gram ekstrak ragi

Dibuat dengan cara membuat suspensi dengan mencampurkan bahan 13


gram pada 1000 ml air suling. Dipanaskan jika diperlukan untuk melarutkannya.
Mensterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit dengan suhu 121°C
 MULLER HINTON AGAR
Mueller-Hinton Agar adalah media untuk pertumbuhan mikroba,agar ini biasanya
digunakan untuk tes sensitivitas antibiotik. Digunakan untuk penentuan
kertentanan terhadap mikroorganisme untuk agen antimikrobial.

Campuran ini juga biasa digunakan untuk tes sensitivitas Campylobacter.

Komposisi Mueller-Hinton Agar:

300 gram infuse daging sapi,

17,5 gram casein acid hydrolysate,

1,50 gram kanji,

17,00 gram agar.

Dibuat dengan cara membuat sampai suspensi dengan 38 gram dalam 100
ml air suling. Memanaskan sampai mendidik untuk melarutkannya. Mensterilisasi
dengan autoklaf pada suhu 121° C selama 15 menit. Campur merata sebelum
dituang.

 Tujuan penggunaan media agar cawan dan miring


Sebenarnya ada 3 bentuk media agar, yakni media agar cawan petri, media agar
miring dan media agar tegak.

Media agar tegak dibuat dengan tujuan untuk menumbuhkan bakteri, pengujian
sifat-sifat fisiologis, serta untuk mengisolasi bakteri. Selain itu, media ini juga berguna
untuk menentukan bakteri, apakah aerob atau anaerob. Cara mengokulasikannya
adalah dengan pipet Pasteur atau dengan jarum ose.

 Penggunaan media agar miring bertujuan untuk memperkecil kemungkinan


kontaminasi karena luas permukaannya yang kecil terhadap mulut tabung..
Dan dapat memperluas bidang untuk strain murni (indukan murni). Media agar
miring juga digunakan Agar terbentuk ruangan atau tempat yang lebih luas
untuk penanaman biakan bakteri. Media agar miring digunakan pula untuk
analisis kuantitatif yaitu menghitung koloni.
 Media agar cawan digunakan untuk membiakkan bakteri pada medium datar
sehingga mudah dan jelas untuk diamati. Juga merupakan media untuk
penanaman mikroba dan mengisolasi mikroba.

2. Proses Sterilisasi
Mikrobiologi adalah yang membutuhkan volume kecil. Kemudian, salah satu
aktivitas di dalamnya yaitu sterilisasi. Adapun Sterilisasi itu sendiri adalah proses atau
kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kegiatan. Pada
prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain
1. Sterilisasi secara spesifik, bisa dalam dua kondisi yaitu:
a. Lembab, dengan menggunakan autoklaf
b. Kering, dengan menggunakan oven.
2. Penyaringan, dengan pori- pori 2 mikrometer.
3. Radiasi, dengan sinar UV.
Sterilisasi aseptis dapat dilakukan dengan menggunakan autoklaf. Berikut akan
dijelaskan cara kerja autoklaf. Buka lip,isi aquades sampai tanda batas lalu masukkan alat
seperti alat penanak atau seperti ada saringannya. Kemudian setting waktu dan suhu,lalu
ditutup. Penutup autoklaf dapat dibuka kembali setelah suhu dibawah 80 C. Setelah
autoklaf basah, untuk bisa digunakan maka digunakan petri oven sehingga bisa lebih
cepat dan mencapai suhu 170 selama 1 jam. Adapun perhitungan 1 jam, dimulai setelah
suhu 170 C. Langkah selanjutnya adalah menuangkan media, pada praktikum ini kami
menggunakan 2 cawan petri dan 1 tabung reaksi yang dimiringkan. Jangan lupa untuk
bekerja dengan menggunakan handscone dan masker agar selalu dalam kondisi steril.
Kemudian meja dibersihkan dengan serbet ,disemprot alkohol 70 % dan dibersihkan
dengan tissue. Tangan yang telah dibungkus dengan handscone, semprot dengan alkohol
70 %.
Panaskan mulut tabung ke spiritus dengan menggunakan tangan kanan, sementara
tangan kiri memegang cawan petri. Cawan petripun dipanaskan pinggir- pinggirnya.
Apabila media sudah terlanjur mengendap, dapat dipanaskan dengan Water bath. Adapun
cawan petri yang digunakan biasanya berdiameter 6 cm, atau dapat juga sesuai kondisi,
apabila sediaan banyak maka diameter cawan petri bisa lebih lebar. Lalu, tabung reaksi
yang sudah dituang, dibersihkan lagi kecuali 2 petri dan 1 tabung. Dalam bekerja, semua
harus diberi label. Tabung reaksi yang ada medianya sebelum dicuci harus dibuang dulu.
Setelah mulut cawan bagian tepi dibakar, pijarkan jarum inokulum dan dinginkan.
Buka mulut cawan, ambil koloni tunggal dengan menempelkan jarum inokulum loop.
Lalu, media ditanam dengan jarum inokulum yang bulat dengan digesek- gesekkan pada
permukaannya.
Sterilisasi dengan pembungkusan cawan dengan menggunakan plastik wrap, dan
masukkan ke dalam kulkas dalam waktu 24 jam, serta amati apakah ada mikroorganisme
atau tidak. Apabila tidak, dapat digunakan untuk langkah selanjutnya.
3. Jenis-jenis metode sterilisasi, yaitu :
1. Metode sterilisasi fisik
Metode ini meliputi :
a. Metode sterilisasi panas kering/sterilisasi kering
b. Metode sterilisasi panas lembab/sterilisasi basah
c. Metode sterilisasi dengan penyaringan.
Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang sensitif terhadap panas, misalnya
enzim. Pada proses ini digunakan membran filter yangterbuat dari selulosa asetat.
Kerugiannya adalah biaya yang yang mahal. Dalam kerjanya filter mudah mampat
akibat filtrat tertinggal pada saringan, sehingga harus sering diganti dan membran
filternya tidak dapat digunakan untung menyaring virus.
d. Metode sterilisasi dengan menggunakan radiasi
Metode sterilisasi ini menggunakan radiasi sinar UV atau dapat juga dengan
metode ionisasi. Sinar UV dengan panjang gelombang 260nm memiliki daya penetrasi
yang rendah sehingga tidak dapat mematikan mikroorganisme namun dapat
mempenetrasi gelas, air, dan substansi lainnya. Sinar UV ini bereaksi dengan asam
nukleat sel mikroorganisme dan menyebabkan ikatan antara molekul timin yang
bersebelahan dan menyebabkan terbentuknya dimer timin, yang nantinya dapat
menghalangi replikasi DNA normal dengan menutup jalan enzim replikasi.

e. Metode sterilisasi dengan pengeringan atau desikasi


Metode sterilisasi ini menggunakan metode sterilisasi dengan menghilangkan
kandungan air. Karena mikroorganisme harus tumbuh dalam lingkungan yang lembab,
maka ketiadaan air dapat menghambat pertumbuhannya. Endospora bakteri sangat
tahan terhadap kekeringan, sehingga proses pengeringan (desikasi) tidak dapat
diaplikasikan pada endospora bakteri.
2. Metode sterilisasi kimia
Metode sterilisasi kimia adalah metode sterilisasi yang dilakukan untuk bahan-bahan
yang rusak apabila disterilkan dalam suhu tinggi, misalnya bahan dari plastik. Kekuatan
anti mikroba kimiawi diklasifikasikan atas dasar efisiensinya dalam membunuh
mikroorganisme.
- Agen anti mikroba ada 3, yaitu :
o Tinggi
- Dikategorikan tinggi karena efektif terhadap seluruh bentuk kehidupan termasuk
endospora bakteri. Contoh : germisida
o Rendah
- Dikategorikan rendah karena tidak efektif terhadap endospora bakteri, berbagai spora
fungi dan virus yang tidak memiliki amplop.
o Sedang
- Dikategorikan sedang karena bersifat mampu membunuh mikrobakterium
tuberkolosis dan efektif dalam berbagai virus (virus hepatitis dan rhinovirus), serta
tidak efektif dalam endospora bakteri.
Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau radiasi. Adapun
bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas, antara lain :
o Etilen oksida
Digunakan untuk sterilisasi ruang tertutup, yaitu dengan mendenaturasi protein
mikroorganisme.
o Gas formaldehid
o Asam parasetat
Asam parasetat merupakan sterilan yang bersifat sporisidal yaitu membunuh
bagian endospora dan virus dalam waktu 30 menit.
o Glutaraldehid alkalin
Glutaraldehid bersifat bakterisidal tuberkuloisidal dan virusidal dalam waktu
10 menit dan bersifat sporisida dalam waktu 3 sampai 10 jam. Glutaraldehid
berfungsi untuk pengawetan mayat.
o Cairan desinfektan, seperti : aldehid, alkohol, fenolit, hipoklorit.
Alkohol : efektif membunuh bakteri dan fungi tetapi tidak dapat endospora dan
virus yang tidak beramplop. Kerjanya dengan mendenaturasi protein
mikroorganisme dan melarutkan lipid baik pada virus beramplop ataupun
tidak.
Hipoklorit : digunakan untuk desinfektan peralatan makan di restoran.
Aldehid : bersifat mutagenik dan karsinogenik, yaitu menginaktivasi protein
dengan membentuk ikatan silang kovalen dengan beberapa gugus organik
fungsional pada protein.
4. Perbedaan Sterilisasi Panas Basah dan Sterilisasi Panas Kering
Ada tiga cara yang umum digunakan dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas,
penggunaan bahan kimia dan penyaringan (Filtrasi). Bila panas digunakan bersama –
sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas lembut atau sterilisasi basah, bila
tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering
(Hadioetomo, 1993).
Metode sterilisasi panas merupakan metode yang paling banyak dipercaya dan
digunakan. Ada dua metode sterilisasi panas :
1. Metode sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah dengan menggunakan
penggunaan uap air.
2. Metode sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering
Proses sterilisasi panas :

 Sterilisasi panas kering berfungsi untuk mematikan organisme dengan cara mengoksidasi
komponen sel atau mendenaturasi enzim. Metode ini tidak dapat digunakan untuk bahan
yang terbuat dari karer atau plastik. Waktu sterilisasinya sekitar dua sampai tiga jam dan
berdaya penetrasi rendah. Metode ini tidak memerlukaair sehingga tidak ada uap air yang
membasahi alat atau bahan yang disterilkan.
 Sterilisasi panas basah dengan perebusan menggunakan air mendidih 100°C selama 10
menit efekfif untuk sel-sel vegetatif dan spora eukariot, namun tidak efektif untuk
edospora bakteri. Tingkat sterilisasi pada temperatur kurang dari 100°C tergantung pada
temperatur dan waktu sterilisasi. Sterilisasi panas basah digunakan untuk bahan yang
sensitif panas menggunakan autoklaf yang telah dilakukan pada praktikum kali ini.
5. Tahapan kritis sterilisasi panas basah dan sterilisasi panas kering
NO Tahapan Kritis Sterilisasi Panas Basah Sterilisasi Panas Kering

1 Waktu 15 menit 1 Jam

2 Suhu 1210 C 1700C


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


DAFTAR PUSTAKA

Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : Gramedia Pustaka, 1993.

Pratiwi, Sylvia. 2004. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga, 2004.

Waluyo. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UM Press, 2007.

Waluyo, Lud. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang : UMM Press,
2008.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai