Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehidupan manusia senantiasa berkembang sejak jaman purbakala hingga
jaman modern saat ini. Perkembangan ini tidak hanya diikuti dengan
perkembangan teknologi tetapi informasi yang semakin cepat dalam berbagai
aspek kehidupan termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini
merupakan suatu upaya untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan
datang, oleh karena itu manusia harus dapat menguasai ilmu pengetahuan. Salah
satunya ialah ilmu biologi. Biologi merupakan ilmu yang sangat penting di bumi
ini. Biologi adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang kehidupan di
dunia dari segala aspek, baik itu tentang makhluk hidup, lingkungan, maupu
interakasi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Oleh karena itu, tidak
jarang ditemukan berbagai hal luar biasa yang disebut keajaiban saat mempelajari
ilmu biologi.
Pembelajaran dari ilmu biologi yang diterapkan di dunia saat ini
merupakan hasil penelitian dari para ilmuawan, dan hasil ini dapat dibuktikan
serta tidak melenceng dari faktanya. Saat ini perkembangan biologi yang
didukung oleh kemajuan teknologi telah melahirkan banyak cabang ilmu
pengetahuan lainnya. Salah satu ilmu yang perkembangannya pesat ialah Kultur
jaringan. Kultur jaringan merupakan salah satu kemajuan yang dilakukan oleh
para peneliti dalam mendapatkan suatu tanaman dalam waktu yang relatif lebih
singkat dari pada waktu yang dibutuhkan sebenarnya oleh tanaman agar dapat
membentuk suatu individu baru dengan cara yang vegetatif. Penerapan dari teknik
ini dilakukan pada suasana aseptik dimana berada dalam kondisi steril dari
patogen. Melalui kondisi ini, maka segala peralatan yang dibutuhkan dalam kultur
jaringan juga harus berada dalam kondisi yang aseptik.
Keberhasilan dari teknik kultur jaringan ini juga sangat bergantung pada
medium yang digunakan untuk mengkultur dimana media ini harus memiliki
semua zat yang dibutuhkan oleh eksplan tanaman demi menjamin
keberlangsungan pertumbuhan dari eksplan yang ditanam. Penyusun medium
sebagai sumber unsur hara seharusnya dapat memenuhi segala kebutuhan tanaman
dalam masa pertumbuhannya. Ada berbagai macam medium dengan komponen
penyusun yang berbeda-beda. Media buatan cukup sulit ditemukan secara luas,
maka terdapat media alternatif yaitu pupuk sintetik. Pupuk sintetik mudah
ditemukan dan memiliki harga terjangkau. Praktikum yang diakukan untuk
membuat medium menggunakan media buatan dan media alternatif. Media buatan
dan alternatif dari pupuk sintetik dengan konsentrasi yang berbeda. Atas dasar
inilah dilakukan praktikum ini
B. Tujuan praktikum
1. Mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan media Kultur Jaringan
Tumbuhan
2. Mengembangkan protokol pembuatan media alternatif dari pupuk sintetik
C. Manfaat praktikum
1. Mahasiswa mampu Mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan media
Kultur Jaringan Tumbuhan
2. Mahasiswa mampu mengembangkan protokol pembuatan media alternatif
dari pupuk sintetik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hasil Pengamatan
No Medium Gambar
Murashige dan
1
Skoog (MS)
Medium
2 Murashige dan
Skoog (MS)
3 Medium gandasil
4 Medium Gandasil
Medium
5 Growmore
Medium
6
Growmore
B. Analisis data
1. Komposisi bahan (perliter):
a. Media MS = 4,43 g/L
b. Pupuk gandasil = 1 g dan 2 g
c. Pupuk growmore = 1 g dan 2 g
d. Sukrosa/gula pasir = 30 g
e. Air kelapa = 100 ml
f. Agar = 6,8 g
2. Murashige dan Skoog (MS) Konsentrasi ½ g dalam 250 ml larutan
a. Medium MS konsentrasi ½
MS konsentrasi ½ = (4,43 g / 2 ) / (1000 ml / 250 ml)
= (2,21 g) / 4
= 0,55 g
b. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
c. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
d. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
3. Murashige dan Skoog (MS) konsentrasi 1 dalam 250 ml
a. Medium MS konsentrasi 1
MS konsentrasi= 4,43 g / (1000 ml / 250 ml)
= 4,43 g / 4
= 1,11 g
b. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
c. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
d. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
4. Medium gandasil 1 g dalam 250 ml
a. Pupuk gandasil
Pupuk gandasil = 1 g / 1000 ml
= 1 g / (1000 ml / 250 ml)
=1g/4
= 0,25 g
a. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
b. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
c. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
5. Medium gandasil 2 g dalam 250 ml
a. Pupuk gandasil = 2 g / 1000 ml
= 2 g / (1000 ml / 250 ml)
=2g/4
= 0,5 g
b. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
c. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
d. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
6. Medium growmore konsentrasi 1 g dalam 250 ml
a. Pupuk growmore = 1 g / 1000 ml
= 1 g / (1000 ml / 250 ml)
=1g/4
= 0,25 g
b. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
c. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
d. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
7. Medium growmore konsentrasi 2 g dalam 250 ml
a. Pupuk growmore = 2 g / 1000 ml
= 2 g / (1000 ml / 250 ml)
=2g/4
= 0,5 g
a. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
b. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
c. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
C. Pembahasan
Media kultur jaringan yang baik, selain dapat menyediakan semua
keperluan tanaman juga harus steril dari kontaminasi. Hal ini bertujuan agar
dapat diperoleh tanaman yang steril dari berbagai mikroorganisme penggangu.
Media MS (Murashige And Skoog) merupakan jenis media yang digunakan
untuk perbanyakan tanaman. Setiap jenis tanaman yang ditanam atau
dibiakkan dengan menggunakan jenis media MS (Murashige And Skoog)
mempunyai komposisi yang sedikit berbeda yaitu pada penggunaan bahan
hormon tumbuh. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari
garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan
tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung
dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Zat pengatur tumbuh yang
diberikan dalam media MS adalah BAP. Hormon ini mempengaruhi
pertumbuhan akar, tunas, dan kalus berdasarkan keseimbangan konsentrasi
ZPT tersebut yang terkandung dalam media. Pada konsentrasi yang tepat akan
menghasilkan kalus.
Tanaman dalam kultur bersifat heterotrof, yaitu tidak dapat mensintesis
suatu senyawa untuk memenuhi kebutuhan karbonnya sendiri. Salah satu
komposisi dalam media adalah vitamin. Vitamin yang banyak digunakan
adalah thiamin, piridoxin, dan asam nikotinat. sedangkan suplemen organik
yang biasa digunakan adalah asam amino, peptone, ekstrak malt, dan ekstrak
khamir. Zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media tergantung
kebutuhan kultur. Hal-hal lain yang penting dalam media adalah komposisi
agar, pengaturan pH, dan air (Yuwono 2008). Dalam membuat media kultur
dari komposisi larutan baku MS dilakukan dengan hanya melarutkan dalam
sejumlah tertentu aquades yang kualitasnya memenuhi persyaratan, lalu pH-
nya diatur, dimasukkan dalam botol-botol kultur, kemudian disterilkan.
(Wetherell 1982). pH diatur dari kisaran 5,8 sampai 6 dengan 1N KOH atau
1N HCl. Pengaturan pH ini bertujuan agar menyediakan PH yang cocok untuk
pertumbuhan eksplan.Kalau pH kurang dari 5 atau lebih dari 7 akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Hal ini terkait dengan
pengaruhnya pada ketersediaan unsur hara yang terlarut.
Hasil media yang telah dituang ke dalam tabung atau botol kultur
selanjutnya disterilkan dengan menggunakan autoklaf, hal ini bertujuan untuk
bekerja secara aseptik dan media tidak terkontaminasi selama proses
pembuatannya. Sterilisasi sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yang
umum digunakan adalah dengan autoklaf, pemanasan kering dalam oven,
penyaringan, dan sterilisasi dengan bahan kimia. Pemilihan cara sterilisasi
dipertimbangkan dari sifat bahan yang akan disetrilisasi. Media MS yang telah
dibuat diperoleh dalam keadaan steril artinya tidak terkontaminasi, dan
digunakan dalam inisiasi .
Penggunaan air kelapa sebagai bahan organik merupakan salah satu cara
untuk menggantikan penggunaan bahan sintetis yang dipakai dalam
pembuatan media kultur,seperti kinetin.Hal ini disebabkan karena buah kelapa
yang mudah diperoleh dan harganya terjangkaulebih
murahdibandingkanbahan sintetisyang sulit didapatkandan harganya yang
relatif lebih mahal.Selain itu, keunggulan air kelapa jugasepadandengan bahan
sintetis yang mengandung sitokinin atau merupakan hormon pengganti
sitokinin (Tuhuteru dkk, 2012).
Air kelapa mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan tanaman kulturin vitro. Bahan organik yang dikandung air
kelapa hampir sama seperti pada media MS, yaitu gula, gula alkohol, asam
amino, asam organik, vitamin dan fitohormon. Modifikasi media kultur in
vitro menggunakan pupuk daun majemuk yaitu growmore sebagai media
dasar dan air kelapa digunakan (Inkiriwang dkk, 2016).
Dari praktikum tentang pembuatan medium MS, Grandasil, dan
Growmore sampai saat ini tidak terjadi kontaminasi. Hal ini terlihat dari
substrat yang bersih, bening dan tidak terlihat spora patogen. Ada
kemungkinan media terkontaminasi dari waktu ke waktu. Terutama ketika
penambahan eksplan ke media pertumbuhan. Oleh karena itu, pengamatan
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi media yang digunakan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pembuatan medium dilakukan dengan mencampurkan semua bahan yang
telah ditimbang dengan takaran yang telah ditentukan. Akan tetapi,
penambahan agar dilakukan sesaat sebelum medium akan dipanaskan.
2. Penggunaan pupuk sintetik dengan menggunakan pupuk Grow More dan
Gandasil dilakukan sebagai pembanding terhadap medium MS (Murashige
dan Skoog).
B. Saran
Sebaiknya pratikan selanjutnya agar lebih memahami prosedur kerja selain itu
hendaknya Pratikan memperhatikan kesterilan alat yang akan digunakan, untuk
menghindari terjadinya kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA