Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kultur Jaringan dengan judul “Pembuatan


Medium Kultur In Vitro” yang disusun oleh :
Nama : Sutrisno Nurhadi Ali
NIM : 220013301065
Kelompok : 2 (Dua)
Kelas : PPs Pendidikan Biologi 22 C
telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada asisten/koordinator asisten maka
dinyatakan diterima.

Makassar, Maret 2023


KoordinatorAsisten Asisten

Hikmanul Irfiany., S. Si. Yusnaeni Yusuf, S.Si., M.Si.


NIP 198206192009122003

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Alimuddin Ali, S.Si, M.Si


NIP. 19691231 199702 1 001
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kehidupan manusia senantiasa berkembang sejak jaman purbakala hingga
jaman modern saat ini. Perkembangan ini tidak hanya diikuti dengan
perkembangan teknologi tetapi informasi yang semakin cepat dalam berbagai
aspek kehidupan termasuk dalam bidang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ini
merupakan suatu upaya untuk menjembatani masa sekarang dan masa yang akan
datang, oleh karena itu manusia harus dapat menguasai ilmu pengetahuan. Salah
satunya ialah ilmu biologi. Biologi merupakan ilmu yang sangat penting di bumi
ini. Biologi adalah ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang kehidupan di
dunia dari segala aspek, baik itu tentang makhluk hidup, lingkungan, maupu
interakasi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Oleh karena itu, tidak
jarang ditemukan berbagai hal luar biasa yang disebut keajaiban saat mempelajari
ilmu biologi.
Pembelajaran dari ilmu biologi yang diterapkan di dunia saat ini
merupakan hasil penelitian dari para ilmuawan, dan hasil ini dapat dibuktikan
serta tidak melenceng dari faktanya. Saat ini perkembangan biologi yang
didukung oleh kemajuan teknologi telah melahirkan banyak cabang ilmu
pengetahuan lainnya. Salah satu ilmu yang perkembangannya pesat ialah Kultur
jaringan. Kultur jaringan merupakan salah satu kemajuan yang dilakukan oleh
para peneliti dalam mendapatkan suatu tanaman dalam waktu yang relatif lebih
singkat dari pada waktu yang dibutuhkan sebenarnya oleh tanaman agar dapat
membentuk suatu individu baru dengan cara yang vegetatif. Penerapan dari teknik
ini dilakukan pada suasana aseptik dimana berada dalam kondisi steril dari
patogen. Melalui kondisi ini, maka segala peralatan yang dibutuhkan dalam kultur
jaringan juga harus berada dalam kondisi yang aseptik.
Keberhasilan dari teknik kultur jaringan ini juga sangat bergantung pada
medium yang digunakan untuk mengkultur dimana media ini harus memiliki
semua zat yang dibutuhkan oleh eksplan tanaman demi menjamin
keberlangsungan pertumbuhan dari eksplan yang ditanam. Penyusun medium
sebagai sumber unsur hara seharusnya dapat memenuhi segala kebutuhan tanaman
dalam masa pertumbuhannya. Ada berbagai macam medium dengan komponen
penyusun yang berbeda-beda. Media buatan cukup sulit ditemukan secara luas,
maka terdapat media alternatif yaitu pupuk sintetik. Pupuk sintetik mudah
ditemukan dan memiliki harga terjangkau. Praktikum yang diakukan untuk
membuat medium menggunakan media buatan dan media alternatif. Media buatan
dan alternatif dari pupuk sintetik dengan konsentrasi yang berbeda. Atas dasar
inilah dilakukan praktikum ini
B. Tujuan praktikum
1. Mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan media Kultur Jaringan
Tumbuhan
2. Mengembangkan protokol pembuatan media alternatif dari pupuk sintetik
C. Manfaat praktikum
1. Mahasiswa mampu Mengetahui langkah-langkah dalam pembuatan media
Kultur Jaringan Tumbuhan
2. Mahasiswa mampu mengembangkan protokol pembuatan media alternatif
dari pupuk sintetik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam perbanyakan tanaman


melalui kultur in vitro adalah media yang digunakan. Media kultur jaringan tidak
hanya menyediakan unsur-unsur hara makro dan mikro tetapi juga gula, vitamin
dan zat pengatur tumbuh. Berbagai komposisi media kulturin vitro telah
diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang dikulturkan. Media kultur in vitro yang sering digunakan untuk perbanyakan
tanaman anggrek adalah media MS (Murashige dan Skoog). Media ini
mengandung unsur hara makro dan unsur mikro seperti myoinositol, niacin,
pyridoxin HCl, thiamin HCl,glycine dan glukosa (Inkiriwang dkk, 2016).
Hara makro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah
banyak oleh tanaman, yaitu nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg) dan sulfur (S). N merupakan komponen dalam pembentukan
protein dan asam amino di dalam tubuh tanaman. P merupakan komponen dalam
pembentukan asam nukleat (DNA dan RNA) serta dibutuhkan sebagai sumber
energi transfer. K dibutuhkan untuk mengatur potensial osmotik sel tanaman
(Dwiyani, 2015). Hara mikro adalah unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit oleh tanaman, yaitu ferum/zat besi (Fe), mangan (Mn), zinc (Zn),
cobalt (Co), copper (Cu) dan molybdenum (Mo). Baik hara makro maupun hara
mikro, keduanya diberikan dalam bentuk garam inorganic (Dwiyani, 2015).
Pupuk daun majemuk growmore mengandung unsur-unsur makro seperti
N 32 %, P2O5 10%, K20 10% dan unsur-unsur mikro seperti Ca 0,05%, Mg
0,10%, S 0,20%, B 0,03%, Cu 0,05%sehingga diharapkan dapat mensubstitusi
kebutuhan unsur hara makro dan mikro yang terkandung dalam media MS serta
air kelapa diharapkan dapat mensubstitusi kebutuhan vitamin dalam media MS
(Inkiriwang dkk, 2016). Air kelapa merupakan salah satu di antara beberapa
persenyawaan kompleks alamiah yang sering digunakan dalam kultur jaringan
untuk perbanyakan mikro anggrek. Penggunaan air kelapa sebagai bahan
organikmerupakan salah satu cara untuk menggantikan penggunaan bahan sintetis
yang dipakai dalam pembuatan mediakultur, seperti kinetin. Hal ini disebabkan
karena buah kelapa yang mudah diperoleh dan harganya terjangkau lebih murah
dibandingkan bahan sintetis yang sulit di dapatkan dan harganya yang relatif lebih
mahal. Selain itu, keunggulan air kelapa juga sepadan dengan bahan sintetis yang
mengandung sitokinin atau merupakan hormon pengganti sitokinin (Tuhuteru
dkk, 2012).
Air kelapa mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan tanaman kultur in vitro. Bahan organik yang dikandung air kelapa
hampir sama seperti pada media MS, yaitu gula, gula alkohol, asam amino, asam
organik, vitamin dan fito hormon. Modifikasi media kultur in vitro menggunakan
pupuk daun majemuk yaitu growmore sebagai media dasar dan air kelapa
digunakan (Inkiriwang dkk, 2016). Media dasar biasa juga dijual dalam bentuk
kemasan, tetapi harganya masih sangat mahal karena belum diproduksi sendiri di
Indonesia. Jepang adalah salah satu pengekspor medium kultur jaringan dan
hormon-hormon tumbuh yang dibutuhkan untuk keperluan isolasi dan fusi
protoplas, yaitu untuk pembuatan medium pencuci dan medium purifikasi. Karena
itulah para peneliti di laboratorium-laboratorium Indonesia lebih senang meramu
dan membuat medium sendiri (Hendaryono dan Ari, 1994).
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur
jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan
metode kulturjaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media
tumbuh pada kulturjaringan sangat besar pengaruhnya terhadappertumbuhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Tuhuteru dkk, 2012).
Media tersebut harus mengandung semua zat yang diperlukan eksplan untuk
menjamin pertumbuhan eksplan yang ditanam. Media dasar MS (Murashige dan
Skoog) yang merupakan salah media yang paling banyak digunakan dalam kultur
jaringan (Fauzi dkk, 2016).
Medium yang digunakan pada kultur in vitro tumbuhan ada bermacam-
macam. Pemilihan medium tergantung pada jenis tanaman yang digunakan, selera
ataupun untuk tujuan yang berbeda. Medium MS yang merupakan singkatan dari
nama penemunya Murashige dan Skoog serta medium LS yang merupakan
singkatan dari nama penemunya Linsmaier dan Skoog merupakan medium yang
sangat banyak digunakan untuk kultur kalus dan regenerasi berbagai tanaman
(Tim Penyusun, 2019). Menurut (Hendaryono dan Ari, 1994) ada beberapa
macam media dasar yang pada umumnya diberi nama sesuai dengan nama
penemunya, antara lain adalah :
1. Medium Dasar Murashige dan Skoog (MS) : digunakan untuk hampir semua
macam tanaman, terutama tanaman herbaceous. Media ini mempunyai
konsentrasi garam-garam mineral yang tinggi dan senyawa N dalam bentuk
−¿¿ +¿¿
NO 3 dan NH 4
2. Medium Dasar B5 atau Gamborg : digunakan untuk kultur suspensi sel
kedelai, alfafa dan legume lain
3. Medium Dasar White : digunakan untuk kultur akar. Medium ini merupakan
medium dasar dengan konsentrasi garam-garam mineral yang rendah
4. Medium Vacin Went (VW) : digunakan khusus untuk medium anggrek
5. Medium Dasar Nitsch dan Nitsch : digunakan untuk kultur tepungsari
(pollen) dan kultur sel
6. Medium Dasar Schenk dan Hildebrandt : digunakan untuk kultur jaringan
tanaman monokotil
7. Medium Dasar Woody Plant Medium (WPM) : digunakan untuk tanaman
yang berkayu
8. Medium Dasar N6 : digunakan untuk tanaman serelia terutama padi
Saat ini sudah banyak penelitian dengan menggunakan media MS yang
dimodifikasi. Modifikasi media dimaksudkan untuk mengetahui kebutuhan hara
yang tepat bagi eksplan untuk tumbuh dan berkembang pada media kultur
jaringan dan terbebas dari kontaminasi (Fauzi dkk, 2016). Medium MS dan LS
mengadung garam-garam mineral dengan konsentrasi tinggi dan senyawa N
dalam bentuk ammonium serta nitrat. Sementara medium B5 (Gamborg) banyak
digunakan untuk kultur suspensi sel tanaman Leguminosae. Nitch and Nitch atau
N6 (chu) banyak digunakan untuk serelia dan tanaman lain. Medium WPM
biasanya digunakan untuk kultur tanaman berkayu, medium Vacin dan Went
(VW) dan Knudson C banyak digunakan untuk anggrek (Tim Penyusun, 2019).
Jenis gula yang umum digunakan dalam kultur in vitro adalah sukrosa,
jumlahnya berkisar 2-3 % atau 20-30 gram/liter media. Selain sukrosa, beberapa
jenis gula lainnya adalah laktosa, galaktosa, maltosa , glukosa dan fruktosa. Gula
diberikan pada media kultur sebagai sumber karbohidrat untuk respirasi karena
tanaman kultur bersifat heterotroph, tidak dapat melakukan fotosintesis untuk
menghasilkan karbohidrat (Dwiyani, 2015).
Keasaman (pH) adalah nilai yang menyatakan derajat keasaman atau
kebasaan dari larutan dalam air. Keasaman (pH) suatu larutan menyatakan kadar
dari ion H dalam larutan. Sel-sel tanaman yang dikembangkan dengan teknik
kultur jaringan mempunyai toleransi pH yang relative sempit dengan titik optimal
antara pH 5,0-6,0. Bila eksplan sudah mulai tumbuh, pH dalam lingkungan
kulturjaringan umumnya akan naik apabila nutrien habis terpakai oleh tanaman
(Hendaryono dan Ari, 1994).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan tempat


Hari/tanggal : Selasa/21 Maret 2023
Waktu : Pukul 13.00 sd. 15.30 WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Lt. 2 FMIPA UNM
B. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas Beaker 250 ml 4 buah
b. Gelas Ukur 1000 ml 1 buah
c. Batang Pengaduk 4 buah
d. Botol Kultur 30 buah
e. Timbangan Analitik 1 buah
f. Erlenmeyer 3 buah
g. Saringan 1 buah
h. pH meter 3 buah
i. Tabung Ukur 1 buah
j. Autoklaf 1 buah
2. Bahan
a. MS ½ Konsentrasi 0,55 gr
b. MS 1 Konsentrasi 1,10 gr
c. Gandasil 3 gr
d. Growmore 3 gr
e. Agar 1,7 gr
f. Sukrosa 7,5 gr
g. Air Kelapa 25 ml
h. Aquades secukupnya
i. Kertas pH secukupnya
j. Karet secukupnya
k. Plastik Gula secukupnya
C. Prosedur kerja
1. Melarutkan pupuk yang akan digunakan sesuai takaran ke dalam ± 50 ml
aquades
2. Menambahkan sukrosa atau gula pasir sesuai takaran ke dalam larutan
pupuk
3. Menambahkan air kelapa sesuai takaran ke dalam larutan
4. Mencukupkan volume larutan hingga 250 ml
5. Mengukur pH larutan dengan menggunakan kertas pH
6. Menambahkan agar ke dalam larutan sesaat sebelum larutan dipanaskan
7. Memasak hingga larutan mendidih
8. Membagi larutan ke dalam botol-botol kultur
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

A. Hasil Pengamatan
No Medium Gambar

Murashige dan
1
Skoog (MS)

Medium
2 Murashige dan
Skoog (MS)
3 Medium gandasil

4 Medium Gandasil

Medium
5 Growmore
Medium
6
Growmore

B. Analisis data
1. Komposisi bahan (perliter):
a. Media MS = 4,43 g/L
b. Pupuk gandasil = 1 g dan 2 g
c. Pupuk growmore = 1 g dan 2 g
d. Sukrosa/gula pasir = 30 g
e. Air kelapa = 100 ml
f. Agar = 6,8 g
2. Murashige dan Skoog (MS) Konsentrasi ½ g dalam 250 ml larutan
a. Medium MS konsentrasi ½
MS konsentrasi ½ = (4,43 g / 2 ) / (1000 ml / 250 ml)
= (2,21 g) / 4
= 0,55 g
b. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
c. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
d. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
3. Murashige dan Skoog (MS) konsentrasi 1 dalam 250 ml
a. Medium MS konsentrasi 1
MS konsentrasi= 4,43 g / (1000 ml / 250 ml)
= 4,43 g / 4
= 1,11 g
b. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
c. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
d. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
4. Medium gandasil 1 g dalam 250 ml
a. Pupuk gandasil
Pupuk gandasil = 1 g / 1000 ml
= 1 g / (1000 ml / 250 ml)
=1g/4
= 0,25 g
a. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
b. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
c. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
5. Medium gandasil 2 g dalam 250 ml
a. Pupuk gandasil = 2 g / 1000 ml
= 2 g / (1000 ml / 250 ml)
=2g/4
= 0,5 g
b. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
c. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
d. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
6. Medium growmore konsentrasi 1 g dalam 250 ml
a. Pupuk growmore = 1 g / 1000 ml
= 1 g / (1000 ml / 250 ml)
=1g/4
= 0,25 g
b. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
c. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
d. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
7. Medium growmore konsentrasi 2 g dalam 250 ml
a. Pupuk growmore = 2 g / 1000 ml
= 2 g / (1000 ml / 250 ml)
=2g/4
= 0,5 g
a. Gula pasir
Gula pasir = 30 g / (1000 ml / 250 ml)
= 30 g / 4
= 7,5 g
b. Air kelapa
Air kelapa = 100 ml / (1000 ml / 250 ml)
= 100 ml / 4
= 25 ml
c. Agar
Agar = 6,8 g / (1000 ml / 250 ml)
= 6,8 g / 4
= 1,7 g
C. Pembahasan
Media kultur jaringan yang baik, selain dapat menyediakan semua
keperluan tanaman juga harus steril dari kontaminasi. Hal ini bertujuan agar
dapat diperoleh tanaman yang steril dari berbagai mikroorganisme penggangu.
Media MS (Murashige And Skoog) merupakan jenis media yang digunakan
untuk perbanyakan tanaman. Setiap jenis tanaman yang ditanam atau
dibiakkan dengan menggunakan jenis media MS (Murashige And Skoog)
mempunyai komposisi yang sedikit berbeda yaitu pada penggunaan bahan
hormon tumbuh. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis
tanaman yang akan diperbanyak. Media yang digunakan biasanya terdiri dari
garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan juga bahan
tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung
dengan tujuan dari kultur jaringan yang dilakukan. Zat pengatur tumbuh yang
diberikan dalam media MS adalah BAP. Hormon ini mempengaruhi
pertumbuhan akar, tunas, dan kalus berdasarkan keseimbangan konsentrasi
ZPT tersebut yang terkandung dalam media. Pada konsentrasi yang tepat akan
menghasilkan kalus.
Tanaman dalam kultur bersifat heterotrof, yaitu tidak dapat mensintesis
suatu senyawa untuk memenuhi kebutuhan karbonnya sendiri. Salah satu
komposisi dalam media adalah vitamin. Vitamin yang banyak digunakan
adalah thiamin, piridoxin, dan asam nikotinat. sedangkan suplemen organik
yang biasa digunakan adalah asam amino, peptone, ekstrak malt, dan ekstrak
khamir. Zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media tergantung
kebutuhan kultur. Hal-hal lain yang penting dalam media adalah komposisi
agar, pengaturan pH, dan air (Yuwono 2008). Dalam membuat media kultur
dari komposisi larutan baku MS dilakukan dengan hanya melarutkan dalam
sejumlah tertentu aquades yang kualitasnya memenuhi persyaratan, lalu pH-
nya diatur, dimasukkan dalam botol-botol kultur, kemudian disterilkan.
(Wetherell 1982). pH diatur dari kisaran 5,8 sampai 6 dengan 1N KOH atau
1N HCl. Pengaturan pH ini bertujuan agar menyediakan PH yang cocok untuk
pertumbuhan eksplan.Kalau pH kurang dari 5 atau lebih dari 7 akan
menghambat pertumbuhan dan perkembangan eksplan. Hal ini terkait dengan
pengaruhnya pada ketersediaan unsur hara yang terlarut.
Hasil media yang telah dituang ke dalam tabung atau botol kultur
selanjutnya disterilkan dengan menggunakan autoklaf, hal ini bertujuan untuk
bekerja secara aseptik dan media tidak terkontaminasi selama proses
pembuatannya. Sterilisasi sendiri dapat dilakukan dengan beberapa cara yang
umum digunakan adalah dengan autoklaf, pemanasan kering dalam oven,
penyaringan, dan sterilisasi dengan bahan kimia. Pemilihan cara sterilisasi
dipertimbangkan dari sifat bahan yang akan disetrilisasi. Media MS yang telah
dibuat diperoleh dalam keadaan steril artinya tidak terkontaminasi, dan
digunakan dalam inisiasi .
Penggunaan air kelapa sebagai bahan organik merupakan salah satu cara
untuk menggantikan penggunaan bahan sintetis yang dipakai dalam
pembuatan media kultur,seperti kinetin.Hal ini disebabkan karena buah kelapa
yang mudah diperoleh dan harganya terjangkaulebih
murahdibandingkanbahan sintetisyang sulit didapatkandan harganya yang
relatif lebih mahal.Selain itu, keunggulan air kelapa jugasepadandengan bahan
sintetis yang mengandung sitokinin atau merupakan hormon pengganti
sitokinin (Tuhuteru dkk, 2012).
Air kelapa mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan dalam
pertumbuhan tanaman kulturin vitro. Bahan organik yang dikandung air
kelapa hampir sama seperti pada media MS, yaitu gula, gula alkohol, asam
amino, asam organik, vitamin dan fitohormon. Modifikasi media kultur in
vitro menggunakan pupuk daun majemuk yaitu growmore sebagai media
dasar dan air kelapa digunakan (Inkiriwang dkk, 2016).
Dari praktikum tentang pembuatan medium MS, Grandasil, dan
Growmore sampai saat ini tidak terjadi kontaminasi. Hal ini terlihat dari
substrat yang bersih, bening dan tidak terlihat spora patogen. Ada
kemungkinan media terkontaminasi dari waktu ke waktu. Terutama ketika
penambahan eksplan ke media pertumbuhan. Oleh karena itu, pengamatan
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi media yang digunakan. 
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembuatan medium dilakukan dengan mencampurkan semua bahan yang
telah ditimbang dengan takaran yang telah ditentukan. Akan tetapi,
penambahan agar dilakukan sesaat sebelum medium akan dipanaskan.
2. Penggunaan pupuk sintetik dengan menggunakan pupuk Grow More dan
Gandasil dilakukan sebagai pembanding terhadap medium MS (Murashige
dan Skoog).
B. Saran
Sebaiknya pratikan selanjutnya agar lebih memahami prosedur kerja selain itu
hendaknya Pratikan memperhatikan kesterilan alat yang akan digunakan, untuk
menghindari terjadinya kontaminasi.
DAFTAR PUSTAKA

Dwiyani, Rindang. 2015. Kultur Jaringan Tanaman. Bali : Pelawa Sari.


Fauzy, Erizka., Mansyur., Ali Husni. 2016.Pengaruh Penggunaan Media
Murashige Dan Skoog (MS) Dan Vitamin Terhadap Tekstur, Warna Dan
Berat Kalus Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) CV. Hawaii Pasca
Radiasi Sinar Gamma Pada Dosis LD50 (In Vitro).
Hendaryono, Daisy P. S. dan Ari Wijayani.1994. Teknik Kultur
Jaringan.Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Inkiriwang, Annatje E.B., Jeany Mandang., Semuel Runtunuwu. 2016. Substitusi


Media Murashige dan Skoog/MS dengan Air Kelapa dan Pupuk Daun
Majemuk pada Pertumbuhan Anggrek Dendrobium secara in vitro (In Vitro
Growth of Dendrobium Orchidsunder Substitution Murashige dan Skoog/MS
Medium With Coconut Water and Compound Leaf Fertilizer). Jurnal
Bioslogos. Vol. 6 (1)

Tim Penyusun. 2019. Penuntun Praktikum Mata Kuliah Kultur Jaringan


Tumbuhan.Makassar : Universitas Negeri Makassar.
Triyastuti, N., E.S Rahayu., T. Widiatiningrum. 2018. Optimasi Pertumbuhan
Plantlet Krisan Melalui Peningkatan Permeabilitas Tutup Botol dan
Penurunan Sukrosa. Jurnal MIPA. Vol. 41 (1) : 21
Tuhuteru S., M. L. Hehanussa., S.H.T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan Dan
Perkembangan Anggrek Dendrobium anosmumpada Media Kultur In Vitro
Dengan Beberapa Konsentrasi Air Kelapa. Agrologia.Vol. 1 (1) : 2.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Tanaman Skala Rumah Tangga. Yogyakarta : Lily
Publisher

Anda mungkin juga menyukai