Kelompok 03
Mariati 16304241017
2019
A. Judul
Sterilisasi dan Pembuatan Medium
B. Latar Belakang
Sterilisasi merupakan teknik membersihkan dan membebaskan suatu benda
dari segala kehidupan mikroorganisme. Sterilisasi ini meliputi sterilisasi ruangan,
sterilisasi alat tanam, dan sterilisasi media tanam (Zulkarnain, 2009). Sterilisasi
memiliki nilai vital yang tinggi pada kegiatan praktikum, karena sukses tidaknya
suatu kegiatan yang berkaitan dengan penanganan mikroorganisme bergantung pada
steril tidaknya komponen yang mendukung kegiatan tersebut.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dalam kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangan tanaman dengan metode kultur jaringan
secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media yang digunakan dalam
pengembangan eksplan serta bibit biasanya adalah Murashige % Skoog (MS), dimana
media ini digunakan untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman
herbasius (Siregar, 2013).
Sebelum membuat media, terlebih dahulu pembuatan larutan stok. Larutan
stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan bahan-bahan kimia
khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, tak perlu sering menimbang karena
hal ini kurang praktis. Larutan stok disimpan dalam lemari pendingin agar tidak
mudah rusak dan mencegah terdegradasinya bahan-bahan kimia oleh mikroba
penyebab kontaminasi. Hendaryono, dkk (2002) menyatakan bahwa pembuatan
larutan stok harus dilakukan dengan cermat, karena larutan stok yang terlalu pekat
akan mengalami pengendapan di lemari es, dan larutan stok yang telah kontam tidak
boleh digunakan lagi.
Media kultur adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan
(nutrisi) yang diperlukan eksplan untuk pertumbuhannya. Media juga merupakan
faktor utama dalam perbanyakan dalam kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan
dan perkembangan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat
tergantung pada jenis media. (Siregar, 2013). Media yang digunakan pada praktikum
ini adalah media MS (Murashige Skoog) dan NP (new phalaenopsis) dengan
penambahan air kepala. Media ini mempunyai konsentrasi yang tepat untuk semua
jenis eksplan seperti biji kacang, biji anggrek, kalus & tunas serta eksplan lainnya.
Biasanya wadah untuk media NP dan MS ini bisa menggunakan petridish atau botol
jam.
C. Tujuan Praktikum
1. Mengetahui cara sterilisasi alat-alat kultur jaringan
2. Mengetahui cara pembuatan larutan stock
3. Mengetahui cara pembuatan medium kultur jaringan tanaman
D. Dasar Teori
1. Sterilisasi
Sterilisasi merupakan teknik membersihkan dan membebaskan suatu benda
dari segala kehidupan mikroorganisme. Sterilisasi ini meliputi sterilisasi ruangan,
sterilisasi alat tanam, dan sterilisasi media tanam (Zulkarnain, 2009). Sterilisasi
memiliki nilai vital yang tinggi pada kegiatan praktikum, karena sukses tidaknya
suatu kegiatan yang berkaitan dengan penanganan mikroorganisme bergantung
pada steril tidaknya komponen yang mendukung kegiatan tersebut.
Bagi para pekerja, sebelum melakukan aktivitas di dalam laboratorium seluruh
permukaan tubuhnya disemprot dengan alkohol 70% (Yuliarti, 2010). Meskipun
peralatan medium dan bahan tanaman yang digunakan telah diusahakan steril
adalah suatu tindakan yang baik bila semua orang yang hendak menanam dengan
teknik kultur jaringan dan tangannya relatif aseptik selama bekerja.
2. Pembuatan Medium
Sebelum membuat media, terlebih dahulu dilakukan pembuatan larutan stok.
Larutan stok dibuat dengan tujuan untuk memudahkan pengambilan bahan- bahan
kimia khususnya yang dibutuhkan dalam jumlah kecil, tak perlu sering
menimbang karena hal ini kurang praktis. Larutan stok disimpan di dalam lemari
pendingin agar tidak mudah rusak dan mencegah terdegradasinya bahan-bahan
kimia oleh mikroba penyebab kontaminasi. Pembuatan larutan stok harus
dilakukan dengan cennat, sebab larutan stok yang terlalu pekat akan mengalami
pengendapan di lemari es, dan larutan stok yang terkontaminasi tidak boleh
digunakan lagi (Hendaryono dan Wijayani, 2002).
Menurut Siregar (2013) medium yang digunakan untuk kultur jaringan
tanaman dapat berupa medium padat maupun medium cair. Medium padat
digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutnya diinduksi membentuk
tanaman yang lengkap, sedangkan medium cair biasanya di gunakan untuk kultur
sel. Teknik kultur jaringan membutuhkan medium buatan yang terdiri dari
komponen gula, air, unsur hara makro dan mikro, vitamin, asam amino, dan zat
pengatur tumbuh.
Keberhasilan kultur in viro ditentukan oleh media dan macam tanaman. Media
mempunyai 2 fungsi utama, yaitu untuk menyuplai nutrisi dan untuk mengarahkan
pertumbuhan melalui zat pengatur tumbuh. Adanya variasi media untuk tanaman
menimbulkan beberapa macam media yang digunakan yaitu Murashige dan
Skoog(MS), New Phalaenopsis (NP) ,Gamborg (B5), Linsmaier, Nitsch dan
Woody Plant Medium (WPM). Selain media, zat pengatur tumbuuh juga
memegang peranan penting dalam melakukan teknik kultur. Zat pengatur tumbuh
adalah kelompok hormon, baik hormon tumbuhan alamiah maupun sintetis
(Elimasni, 2006).
Sitokinin dan auksin merupakan dua golongan zat pengatur tumbuh yang
sangat penting dalam budidaya jaringan tanaman. Golongan auksin yang lebih
sering digunakan adalah 2,4-D, IAA, NAA, IBA. Auksin yang paling efektif
untuk menginduksi pembelahan sel dan pembentukan kalus adalah 2,4-D dengan
konsentrasi antara 0,2-2 mg/l untuk sebagian jaringan tanaman (Harahap, 2011 :
64). Pada umumnya auksin digunakan dalam kultur jaringan untuk merangsang
pertumbuhan kalus, suspensi sel, dan organ. Auksin berfungsi untuk
pembentukan akar dan kuncup samping dalam konsentrasi tertentu (Karjadi,
2008 : 2).
Sitokinin berperan penting dalam pengaturan pembelahan sel dan
morfogenesis. Didapat sejumlah senyawa-senyawa substitusi adenine yang
mempunyai aktivitas seperti sitokinin. 6-benzylaminopurine mempunyai struktur
yang serupa dengan kinetin. (Harahap, 2011 : 73). Sitokinin memiliki fungsi
utama untuk menginduksi pembentukan tunas dan proliferasi tunas aksiler. Salah
satu jenis sitokinin yang termasuk dalam golongan tersebut adalah BAP (6-
benzylaminopurine). BAP dipilih karena merupakan senyawa sintetis yang umum
digunakan dan lebih aktif (Wulandari, 2013 : 752).
Sitokinin juga berpengaruh di dalam perkembangan embrio. Bahan organic
yang dikandung air kelapa hampir sama seperti pada media MS, yaitu gula, gula
alcohol, asam amino, asam organic, vitamin, dan fitohormon (Inkiriwang, 2016 :
16). Air kelapa (coconut milk) telah lama diketahui sebagai sumber yang kaya
akan zat-zat aktif yang diperlukan untuk perkembangan embrio. Diantara zat-zat
aktif terdapat sitokinin endogen. Pada air kelapa ini dapat dilihat suatu interaksi
antara sitokinin dengan fitohormon lainnya dalam proses perkembangan embrio.
Pengaruh sitokinin pada berbagai proses itu semua diduga pada tingkat pembuatan
protein, mengingat kesamaan struktur sitokinin dengan adenine yang merupakan
komponen dari DNA dan RNA (Wulandari, 2013 : 73). Air kelapa mengandung
komponen-komponen yang diperlukan dalam pertumbuhan tanaman kultur.
Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan.
Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur
jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada
kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap partum-buhan dan
perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya (Tuhuteru, 2008).Menurut
Siregar (2013), media yang biasa adalah media Murashige & Skoog (MS). Media
MS digunakan untuk hampir semua macam tanaman, terutama tanaman herbasius.
Media dasar Murashige dan Skoog (1962) dapat digunakan untuk hampir
semua jenis kultur (Widyastuti, 2001). Keistimewaan medium MS adalah
kandungan nitrat, kalium dan ammoniumnya yang tinggi, dan jumlah hara
anorganiknya yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak sel tanaman
dalam kultur (Wetter dan Constabel, 1991). Media MS mengandung hara
makro dan mikro seperti NH4NO3; KNO3; CaCl2.2H2O; MgSO4.7H2O; KH2PO4;
FeSO4.7H2O; Na2EDTA; MnSO4.4H2O; ZnSO4.7H2O; Na2EDTA; MnSO4.4H2O;
ZnSO4.7H2O; H3BO3; KI; Na2MoO4.2H2O; CuSO4.5H2O; dan CoCl2.6H2O
(Murashige & Skoog, 1962 dalam Shintiavira, 2012 : 335).
Medium New Phalaenopsis (NP) adalah suatu formulasi medium yang
dikhususkan untuk kultur in vitro anggrek, terutama anggrek Phalaenopsis
sp(Islam,et al.,1998) Beberapa jenis jaringan dapat tumbuh pada medium
sederhana yang hanya mengandung nutrien organik dan sumber karbon. Namun,
kebanyakan dari jaringan tersebut memerlukan suplemen esensial seperti vitamin,
asam amino, dan substansi pertumbuhan (Razdan,2003).
Tiap tanaman memerlukan setidaknya 6 elemen makronutrien, yaitu unsur
yang diperlukan dalam jumlah besar meliputi N, K, Mg, Ca, S, P dan 7 elemen
mikronutrien, yaitu unsur yang diperlukan dalam jumlah kecil meliputi Fe, Mn, B,
Mo, Cl. Unsur-unsur makro biasanya diberikan dalam bentuk NH4NO3, KNO3,
CaCl2.2H2O, MgSO4.7H2O dan KH2PO4, sedangkan unsur mikro biasanya
diberikan dalam bentuk MnSO4.4H2O, ZnSO4.4H2O, H3BO3, KI, Na2MoO4.
2H2O5,CuSO4.5H2O dan CoCl2.6H2O. Vitamin adalah bahan yang perlu
ditambahkan dalam medium kultur in vitro, sebab sel bagian tanaman yang
dikulturkan secara in vitro belum mampu membuat vitamin sendiri untuk
kehidupannya. Vitamin yang sering ditambahkan ke dalam medium adalah tiamin
(vitamin B1), asam nikotinat (niasin), piridoksin (vitamin B6) (Hendaryono,
1994).
Menurut Sutarni (1989), unsur-unsur yang ada dalam suatu medium memiliki
kegunaan bagi pertumbuhan tanaman atau jaringan tanaman, kegunaan tiap-tiap
unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nitrogen (N), digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman secara
umum, terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan
klorofil, asam amino, lemak, enzim dan persenyawaan lain.
2. Fosfor (P), dibutuhkan tanaman untuk pembentukan karbohidrat. Fosfor
dibutuhkan pada waktu pertumbuhan benih, pembungaan, pemasakan buah
dan biji.
3. Kalium (K), berfungsi memperkuat tubuh tanaman, karena dapat
menguatkan serabut-serabut akar. Unsur K juga dapat berfungsi sebagai
hidratasi karena membantu pembentukan misel dalam dinding sel,
sehingga lebih mudah menyerap air.
4. Sulfur (S), sebagai pembentuk beberapa jenis protein, seperti asam amino
dan vitamin B1. Selain itu membantu pembentukan bintil akar dan
pertumbuhan tunas baru.
5. Kalsium (Ca), berfungsi merangsang pembentukan bulu-bulu akar,
mengeraskan batang dan merasang pembentukan biji karena unsur Ca
bersama Mg akan memproduksi cadangan makanan.
6. Magnesium (Mg), Kegunaan fosfat sebagai bahan mentah untuk
pembentukan sejumlah protein, lemak serta minyak. Dengan
menambahkan unsur Mg maka kandungan fosfat dalam tanaman
meningkat. Unsur Mg juga merupakan unsur penting dalam pembentukan
klorofil karena unsur Mg merupakan inti dari klorofil.
7. Besi (Fe), berfungsi sebagai penyangga yang penting untuk menyangga
kestabilan pH media saat digunakan menumbuhkan jaringan tanaman,
pernafasan dan pembentukan hijau daun.
8. Sukrosa, ditambahkan pada medium kultur jaringan sebagai sumber energi
yang diperlukan untuk induksi kalus. Sukrosa dengan konsentrasi 2%-5%
merupakan sumber karbon. Penggunaaan sukrosa di atas kadar 3%
menyebabkan terjadinya penebalan dinding sel.
9. Glukosa dan Fruktosa, digunakan untuk mengganti sukrosa dan pemilihan
yang akan digunakan tergantung dari jaringan tumbuhan yang akan di
kulturkan dan tujuan yang ingin dicapai.
10. Mioinositol, membantu diferensiasi dan pertumbuhan sejumlah jaringan.
Bila mio-inositol diberikan bersama dengan auksin, kinetin dan vitamin,
maka dapat mendorong pertumbuhan jaringan kalus.
11. Vitamin, digunakan dalam media kultur jaringan antara lain Tiamin,
Piridoksin, dan asam nikotonat. Fungsi tiamin untuk mempercepat
pembelahan sel pada meristem akar, juga berperan sebagai koenzim
daalam reaksi yang menghasilkan energi. Asam nikotinat penting dalam
reaksi-reaksi enzimatik, sebagai prekursor dari beberapa alkaloid.
12. Air kelapa adalah salah satu bahan alami yang mampu menstimulir
pembelahan sel epidermis dan mengarah pada pembentukan protocorm
jaringan supaya bergenerasi lebih lanjut dan lebih cepat, di dalamnya
terkandung hormon seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan
giberelin sedikit sekali serta senyawa lain yang dapat menstimulasi
perkecambahan dan pertumbuhan.
E. Alat dan Bahan
1. Sterilisasi
Botol jam
Autoclave
Botol saos
Keranjang
Petridish
Aquades
Pinset
2. Pembuatan larutan stock
(CuSO4.5H2O)
Aquades
Alcohol 70%
Laminar air flow (LAF)
Air Kelapa
Scalpel
Manganese Sulfat (MnSO4.4H2O)
Cobalt Chloride (CoCl2.6H2O)
Erlenmeyer
Hot plate
Zinc sulfate (ZnSO4.7H2O)
Boric acid (H3BO3)
Potasium Iodide (KI)
Sodium molubdate (Na2MoO4.2H2O)
Copper sulfate
Alumunium foil
Kertas paying
Karet gelang
Label
3. Pembuatan Medium NP-AK
Autoclaf
Aquades
Erlenmeyer
Timbangan analitik
Larutan mikronutrient
Larutan makronutrient
Pengaduk magnetic
Pengaduk
Alumunium foil
Larutan stok besi
Pipet
Micropipette
Vitamin NP
Air kelapa
Myoinositol
Sukrosa
Indicator pH
Larutan NaOH
Botol jam
Petridish
4. Pembuatan Medium MS
Autoclaf
Botol jam
Petridish
Erlenmeyer
Aquades
Timbangan analitik
Gelas ukur
Pengaduk
Pengaduk magnetic
Stok micronutrient
Stok macronutrient
Pipet
Micropipette
Indikator pH
Alumunium foil
Vitamin
Iron
Hormone BAP dan 2.4 D
Myoinositol
Air kelapa
Agar-agar powder
Akuades
F. Cara Kerja
1. Sterilisasi Alat
a. Sterilisasi botol jam
Sterilisasi botol jam di mulai dengan mempersiapkan alat dan bahan yang di
gunakan. Kemudian setiap kelompok mengambil botol jam sebanyak 4 botol
beserta tutupnya. Tutup botol jam diambil sejumlah botol yang di ambil.
Sebelum di sterilsiasi, botol jam di tutup dengan menggunakan penutup.
Kemudian, masing-masing botol jam di beri label seseuai dengan nomor
kelompok. Setelah di beri label dan di tutup, botol jam diletakkan pada
keranjang autoclave. Sebelum di masukkan ke autoclave, autoclave diisi
dengan air terlebih dahulu dengan memperhatikan tutup katup agar air tidak
keluar. Kemudian, keranjang berisi botol jam dimasukkan ke autoclave.
Setelah itu, autoclave di tutup dan proses sterilisasi dimulai dengan suhu
121oC tekanan 1 atm. Sterilisasi dapat selesaikan kurang lebih dalam waktu 30
menit saat sirine berbunyi. Setelah sirine berbunyi, autovlave dapat di buka,
dan keranjang dikeluarkan. Botol jam yang telah di autoclave di letakkan pada
rak penyimpanan untuk selanjutnya di gunakan.
b. Sterilisasi botol saos
Sterilisasi di awali dengan mengambil botol saos sebanyak 1 untuk setiap
kelompok. Kemud2ian, botol saos diisi dengan aquadest. Botol yang telah
berisi aquades steril di tutup dengan menggunakan alumunium foil dan karet.
Kemudian, masing-masing botol saos diletakkan pada keranjang autoclave.
Sebelum di masukkan ke autoclave, autoclave diisi dengan air terlebih dahulu
dengan memperhatikan tutup katup agar air tidak keluar. Kemudian, keranjang
berisi botol saos dimasukkan ke autoclave. Setelah itu, autoclave di tutup dan
proses sterilisasi dimulai dengan suhu 121oC tekanan 1 atm. Sterilisasi dapat
selesaikan kurang lebih dalam waktu 30 menit saat sirine berbunyi. Setelah
sirine berbunyi, autoclave dapat di buka, dan keranjang dikeluarkan. Botol
saos yang telah di autoclave di letakkan pada rak penyimpanan untuk
selanjutnya di gunakan.
c. Sterilisasi petridish, pinset, dan scalpel
Sterilisasi petridish, pinset, dan scalpel diawali dengan membungkus petridish,
pinset, dan scalpel dengan menggunakan kertas payung. Alat yang telah di
bungkus dengan menggunakan kertas payung. Proses pembungkusan dapat di
lengkapi dengan menggunakan karet atau isolasi bila perlu, agar bungkus tidak
lepas ataupun rusak. Alat yang telah di bungkus kemudian dimasukkan
kedalam keranjang autoclave. Sebelumnya autoclave diisi terlebih dahulu
dengan air dengan memperhatikan tutup katup agar air tidak keluar. Keranjang
berisi pertisidh, pinset, dan scalpel kemudian dimaskkan ke dalam autoclave.
Setelah itu, autoclave di tutup dan proses sterilisasi dimulai dengan suhu
121oC tekanan 1 atm. Sterilisasi dapat selesaikan kurang lebih dalam waktu 30
menit saat sirine berbunyi. Setelah sirine berbunyi, autovlave dapat di buka,
dan keranjang dikeluarkan. Petridish, pinset, dan scalpel yang telah di
autoclave di letakkan pada rak penyimpanan untuk selanjutnya di gunakan.
d. Membuat larutan stock unsure mikronutrien
Pembuatan larutan stock dimulai dengan mempersiapkan alat dan bahan yang
digunakan. Kemudian, untuk mempermudah proses penimbangan, alumunium
foil diletakkan pada timbangan digital agar bahan mudah di ambil dan
melakukan kalibrasi. Setelah itu, untuk membuat laruta stock mikro 4X
konsentrasi sebanyak 500ml, menimbang Manganese sulfate (MnSO4.4H2O)
11,5 mg di kali 4 sehingga dibutuhkan bahan sebanyak 44,6 mg, menimbang
Zinc sulfate (ZnSO4.7H2O) 4,3 mg di kali 4 sehingga dibutuhkan bahan
sebanyak 17,20 mg, menimbang Boric acid (H 3BO3) 3,1 mg di kali 4 sehingga
dibutuhkan bahan sebanyak 12,40 mg, menimbang Potasium Iodide (KI)
sebanyak 0.415 mg di kali 4 sehingga dibutuhkan bahan 1,660 mg,
menimbang Sodium molubdate (Na2MoO4.2H2O) 0,125 mg di kali 4 sehingga
dibutuhkan bahan sebanyak 0,500 mg, menimbang cobalt chloride
(CoCl2.6H2O) 0,0125 di kali 4 sehingga dibutuhkan bahan sebanyak 0,050 mg,
menimbang Copper sulfate (CuSO4.5H2O) 0,0125 mg di kali 4 sehingga
dibutuhkan bahan sebanyak 0,050 mg. Satu persatu bahan tersebut dilarutkan
kedalam aquades 300ml yang ditempatkan pada gelas Erlenmeyer. Setiap
bahan yang dimasukkan dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
stirrer, kemudian setelah bahan tersebut larut, bahan lain baru di masukkan
bahan lain sesuai dengan urutan bahan yang tertera pada resep. Setelah semua
bahan telah larut, campuran larutan tersebut ditambah aquades hingga volume
500ml. Larutan kemudian di tutup dan diberi label “Larutan Stock Micro 400x
1,25ml/L”.
e. Membuat larutan stock myoionsitol
Mengukur aquades sebanyak 200 ml. di tuangkan apda gelas Erlenmeyer dan
di letakkan pada stirrer yang heaternya tidak di nyalakan. Menimbang bubuk
mioinositol sebanyak 100mg dikali 5 kemudian di masukkan kedalam 200 ml
aquades yang telah berada pada stirrer. Larutan kemudian di stirer selama
kurang lebih 5 menit hingga homogen dan ditutup dengan menggunakan
aluminium foil. Setelah larutan dirasa sudah tercampur, stock mioinositol di
pidahkan kedalam gelas Erlenmeyer 500ml, kemudian gelas erlemeyer di beri
label Stock mioinositol 200ml/5X, 40ml/liter. Setelah itu larutan disimpan
dalam kulkas.
f. Pembuatan media NPAK
Menyiapkan Erlenmeyer ukuran 1 liter,kemudian memasukkan 400 ml
aquades steril didalamnya. Lalu dipanaskan dan distirer sembari menuangkan
larutan makro 40 ml/L sedikit demi sedikit sampai homogen,tutup dengan
alumunium foil. Selanjutnya tambahkan larutan stok besi 5 ml/L dan tutup
dengan alumunium foil. Kemudian menambahkan stok mikro 1.25 ml/L
dengan menggunakan micropipette (1000 ditambah 250 micro) ke dalam
erlenmeyer. Lalu menambahkan vitamin NP sebanyak 10 ml/L. kemudian
menambahkan air kelapa 150 ml/L yang sudah disaring. Selanjutnya
menambahkan menimbang myoinositol sebanyak 100 mg/L dan ditambahkan
ke Erlenmeyer. Lalu tambahkan sukrosa sebanyak 20 gram/L. Kemudian
menambahkan aquades sampai volume total larutan 800 ml. Setelah itu,
matikan pemanas pada bagian alat stirrer, lalu ukur pH larutan 5,7-5,8.
Kemudian tambahkan 24 tetes larutan NaOH (karena pH terlalu asam).
Sebaliknya apabila pH terlalu basa tambahkan HCL. Selanjutnya dipanaskan
dan di stirrer kembali. Lalu tambahkan aquades sampai volume larutan 1000
ml dan tambahkan agar 7 gram/L, aduk sampai homogen. Dan terakhir, angkat
Erlenmeyer lalu membagi larutan menjadi 250 ml untuk petri NP-AK dan 750
ml untuk botol jam NP-AK, masing-masing petri sebanyak 10 ml dan masing-
masing botol jam 30 ml.
g. Pembuatan media MS
- Pembuatan MS petri
Menyiapkan Erlenmeyer ukuran 1 liter, lalu memasukkan 300 ml akuades
steril. Kemudian memasukkan 24 ml larutan makro sambil dipanaskan dan
diaduk dengan magnetic stirrer sampai larut. Setelah tercampur,
tambahkan 3,75 ml besi aduk sampai homogen. Lalu ditambahkan larutan
mikro 3,75 ml aduk sampai homogen. Ditambahkan vitamin sebanyak 12
ml, aduk sampai homogen. Lalu ditambahkan myoinositol 24 ml aduk
sampai homogen. Kemudian ditambahkan sukrosa sebanyak 12 gr dan
diaduk sampai larut. Setelah larut tambahkan akuades steril sampai 600
ml, diaduk sampai tercampur rata. Setelah itu larutan dibagi menjadi 2
bagian, masing-masing 300 ml. Kemudian memasukkan hormone BAP
sebanyak 600 µl pada salah satu bagian media lalu diaduk sampai
homogen. Pada satu bagian lainnya dimasukkan hormone 2,4-D sebanyak
300 µl lalu diaduk sampai homogen. Setelah itu tiap bagian media, pH
diatur antara 5,6-5,8 dengan pH indicator. Jika terlalu basa tambahkan
HCL dan jika terlalu asam tambahkan NaOH. Selanjutnya tambahkan
agar-agar powder sebanyak 2,1 gram untuk tiap bagian, diaduk sampai
larut dan mendidih. Lalu erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil.
Setelah itu media disterilkan dalam autoclave dengan temperature 121oC
selama 15 menit. Kemudian media dituang ke dalam petri steril sebanyak
±10 ml tiap petri. Dan terakhir petri ditutup dengan plastic wrap dan diberi
label.
- Pembuatan MS AK
Menyiapkan Erlenmeyer ukuran 1 liter, lalu memasukkan 300 ml akuades
steril. Kemudian memasukkan 30 ml larutan makro sambil dipanaskan dan
diaduk dengan magnetic stirrer sampai larut. Setelah tercampur
ditambahkan 5 ml besi aduk sampai homogen. Lalu tambahkan larutan
mikro 3,75 ml aduk sampai homogen. Kemudian tambahkan vitamin
sebanyak 20 ml, aduk sampai homogen. Setelah itu, tambahkan
myoinositol 30 ml aduk sampai homogen. Lalu ditambahkan sukrosa
sebanyak 15 gr dan diaduk sampai larut. Kemudian ditambahkan air
kelapa sebanyak 112,5 ml diaduk sampai tercampur. Setelah itu, pH media
diatur antara 5,6-5,8 dengan pH indicator. Jika terlalu basa tambahkan
HCL dan jika terlalu asam tambahkan NaOH. Lalu tambahkan akuades
steril sampai 750 ml. Selanjutnya tambahkan 5,25 gr agar-agar powder dan
diaduk sampai larut dan mendidih. Kemudian tuangkan media ke botol
jam sebanyak ±40 ml tiap botol lalu tutup botol jam dengan rapat. Dan
terakhir media disterilkan dengan cara botol jam yang berisi media di
autoclave dengan temperature 121oC selama 15 menit. Setelah itu botol
diberi label.
5. Pembuatan media MS
Media Murashige & Skoog (MS) merupakan media yang paling sering
digunakan hampir untuk semua jenis tanaman dan semua jenis kultur terutama
untuk tanaman herbasius(Siregar,2013). Keistimewaan medium MS adalah
kandungan nitrat, kalium dan ammoniumnya yang tinggi, dan jumlah hara
anorganiknya yang layak untuk memenuhi kebutuhan banyak sel tanaman
dalam kultur (Wetter dan Constabel, 1991). Media MS mengandung hara
makro dan mikro seperti NH4NO3; KNO3; CaCl2.2H2O; MgSO4.7H2O; KH2PO4;
FeSO4.7H2O; Na2EDTA; MnSO4.4H2O; ZnSO4.7H2O; Na2EDTA; MnSO4.4H2O;
ZnSO4.7H2O; H3BO3; KI; Na2MoO4.2H2O; CuSO4.5H2O; dan CoCl2.6H2O
(Murashige & Skoog, 1962 dalam Shintiavira, 2012 : 335).
Selain itu, media MS mengandung vitamin,myoinositol,gula, air
kelapa ,hormon BAP dan hormon 24-D.Menurut Hendaryono (1994) penambahan
vitamin dilakukan karena sel bagian tanaman yang dikulturkan secara in vitro
belum mampu membuat vitamin sendiri untuk kehidupannya. Vitamin yang sering
ditambahkan ke dalam medium adalah tiamin (vitamin B1), asam nikotinat
(niasin), piridoksin (vitamin B6). Myoinositol ditambahkan agar membantu
diferensiasi dan pertumbuhan sejumlah jaringan. Bila mio-inositol diberikan
bersama dengan auksin, kinetin dan vitamin, maka dapat mendorong pertumbuhan
jaringan kalus. Gula ditambahkan untuk mengganti sukrosa dan pemilihan yang
akan digunakan tergantung dari jaringan tumbuhan yang akan di kulturkan dan
tujuan yang ingin dicapai. Ditambahkan air kelapa sebab air kelapa mampu
menstimulir pembelahan sel epidermis dan mengarah pada pembentukan
protocorm jaringan supaya bergenerasi lebih lanjut(Sutarni,1989). Hormon BAP
dipilih karena merupakan senyawa sintetis yang umum digunakan dan lebih aktif
(Wulandari, 2013 : 752). Dan untuk penambahan hormone Auksin yang paling
efektif untuk menginduksi pembelahan sel dan pembentukan kalus adalah 2,4-
D(Harahap, 2011 : 64).
Pada pembuatan media MS,kami membagi menjadi dua yaitu MS pentri dan
MS-AK. MS petri merupakan media MS yang sebagian ditambah dengan
hormone 2,4-D dan sebagian lagi ditambahkan dengan hormone BAP sedangkan
untuk media botol jam ditambahkan air kelapa . untuk media MS-AK dan edia
MS+ hormone BAP tidak ditemukan media yang terkontaminasi.Sedangkan pada
media MS+2,4-D terdapat 2 petri yang terkontaminasi. Kontaminasi ditandai
dengan munculnya bintik coklat pada media. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan
saat menuang media mulut tabung Erlenmeyer menyentuh permukaan petridish
atau saat penuangan terlalu banyak sehingga terdapat media yang keluar dari
petridish.
H. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
Sterilisasi alat-alat yang digunakan dalam praktikum kultur jaringan yaitu
menggunakan autoclave. Alat- alat seperti petridish, pinset, dan scalpel ini
dibugkus menggunakan kertas payung kemudian dikaret atau isolasi bila perlu,
setelah itu dimasukan ke keranjang alumunium dan dimasukan ke dalam
autoclave selama 30 menit dengan suhu 121oC tekanan 1 atm. Sedangkan
sterilisasi alat-alat seperti botol jam itu ditutup atasnya dengan rapat
menggunakan tutup plastik, untuk botol saos terlebih dahulu diisi aquadest
steril kemudian ditutup rapat menggunakan plasik kemudian dikaretin
kemudian di tata dalam keranjang alumunium dan dimasukan ke dalam
autoclave selama 30 menit dengan suhu 121oC tekanan 1 atm.
Larutan stock yang dibuat dalam parktikum kultur jaringan ini adalah larutan
stock unsure mikronutrien dan larutan stock myoionsitol. Untuk cara
pembuatan larutan stock unsure mikronutrien adalah dengan mempersiapkan
alat dan bahan, setelah itu untuk membuat laruta stock mikro 4X konsentrasi
sebanyak 500ml, menimbang Manganese sulfate (MnSO 4.4H2O) 11,5 mg di
kali 4 sehingga dibutuhkan bahan sebanyak 44,6 mg, menimbang Zinc sulfate
(ZnSO4.7H2O) 4,3 mg di kali 4 sehingga dibutuhkan bahan sebanyak 17,20
mg, menimbang Boric acid (H3BO3) 3,1 mg di kali 4 sehingga dibutuhkan
bahan sebanyak 12,40 mg, menimbang Potasium Iodide (KI) sebanyak 0.415
mg di kali 4 sehingga dibutuhkan bahan 1,660 mg, menimbang Sodium
molubdate (Na2MoO4.2H2O) 0,125 mg di kali 4 sehingga dibutuhkan bahan
sebanyak 0,500 mg, menimbang cobalt chloride (CoCl2.6H2O) 0,0125 di kali 4
sehingga dibutuhkan bahan sebanyak 0,050 mg, menimbang Copper sulfate
(CuSO4.5H2O) 0,0125 mg di kali 4 sehingga dibutuhkan bahan sebanyak 0,050
mg. Satu persatu bahan tersebut dilarutkan kedalam aquades 300ml
dimasukkan ke Erlenmeyer diatas stirrer. Setelah semua bahan telah larut,
campuran larutan tersebut ditambah aquades hingga volume 500ml kemudian
ditutup.
Sedangkan cara untuk pembuatan larutan stock myoionsitol yaitu
mengukur aquades sebanyak 200 ml. di tuangkan apda gelas Erlenmeyer dan
di letakkan pada stirrer yang heaternya tidak di nyalakan. Menimbang bubuk
mioinositol sebanyak 100mg dikali 5 kemudian di masukkan kedalam 200 ml
aquades yang telah berada pada stirrer. Larutan kemudian di stirer selama
kurang lebih 5 menit hingga homogen dan ditutup dengan menggunakan
aluminium foil. Setelah larutan dirasa sudah tercampur, stock mioinositol di
pidahkan kedalam gelas Erlenmeyer 500ml, kemudian gelas erlemeyer di beri
label Stock mioinositol 200ml/5X, 40ml/liter. Setelah itu larutan disimpan
dalam kulkas.
Media yang dibuat dalam praktikum kultur jaringan ini adalah media NP AK
dan Media MS yaitu MS petri dan MS AK. Untuk cara pembuatan media
NPAK yaitu menimbang sukrosa, aquades sebanyak 400 ml dituangkan ke
dalam erlenmeyer dan ditaruh atas hot plate. Bahan-bahan dimasukkan secara
berurutan yaitu larutan makro, stock besi, larutan mikro, vitamin NP, air
kelapa yang sudah disaring dituangkan ke dalam erlenmeye. Setelah itu,
masukkan bahan-bahan yaitu mioinositol, sukrosa, ditambahkan aquades
sampai 800 ml dan diukur Ph, jika terlalu basa, maka ditambahkan HCL, jika
terlalu asam ditambahkan NAOH. Kemudian aquades ditambahkan sampai
volume 1000ml dan ditambahkan bubuk agar dengan 7gr/l. Setelah mendidih
labu erlenmeyer dilangkat dan dibagi menjadi dua bagian yaitu 250 ml pada
labu erlenmeyer A untuk mengisi 24 petri NP AK dan 250 ml pada erlenmeyer
B untuk mengisi botol jam
Sedangkan untuk pembuatan media MS petri yaitu dengan memasukan
300 ml aquades steril ke dalam erlenmeyer setelah itu ditaruh diatas hot plate
dan stirrer. Bahan-bahan dimasukkan secara berurutan, yaitu larutan makro,
stock iron, larutan mikro, vitamin, mioinositol, sukrosa, setlah semuanya lart
tambahkan aquades sampai volume 600 ml. Larutan dibagi menjadi dua
bagian; erlenmeyer A diberi nomor BAP sebanyak 600 µl dan pada
erlenmeyer B ditambahkan hormone 2,4 D sebanyak 300 µl diukur pH dan
dimasukkan bubuk agar, diaduk sampai larut dan mendidih. Erlenmeyer
ditutup dengan menggunakan alumunium foil dan diikat menggunakan karet
gelang kemudian di autoclave untuk sterilisasi. Setelah itu media di tuang ke
dalama perti sebanyak 10 ml per perti dan petri ditutup menggunakan palstic
wrap
Untuk cara pembuatan media MS AK yaitu memasukan 300 ml
aquades ke dalam erlenmeyer dan diletakkan diatas hot plate dan stirrer.
Dimasukkan larutan stock makro, stock iron, stock mikro vitamin, mioinositol,
dan air kelapa kemudian setelah homogen ditambahkan sukrosa dan aquades
sampai volume 750 ml, diukur pH mengunakan Ph stick, pH ideal untuk
media 5,6-5,8. Selanjutnya ditambahkan agar bubuk setelah mendidih, MS AK
dituangkan ke dalam botol jam sebanyak 30 ml.
I. Daftar Pustaka
Elimasni., I. Nurwahyuni., dan M. Z. Sofyan,. 2006. Inisiasi In Vitro Biji Muda Terong
Belanda (Solanum betaceum Cav.) Berastagi Sumatera Utara pada Komposisi
Media dan Zat Tumbuh yang Berbeda. Jurnal Biologi Sumatera. ISSN 1907-
5537. Vol (1) No.1.
Harahap, Fauziyah. 2011. Kultur Jaringan Tanaman. Medan : Unimed Press.
Hendaryono.D.P.S., dan Wijayani. 1994. Teknik Kultur Jaringan, Pengenalan dan
Petunjuk Perbanyakan Secara Vegetatif Modern. Kansius : Yogyakarta.
Inkiriwang, A. E., Mandang, J., & Runtunuwu, S. (2016). Substitusi Media Murashige
dan Skoog/MS dengan Air Kelapa dan Pupuk Daun Majemuk pada Pertumbuhan
Anggrek Dendrobium secara in vitro (In Vitro Growth of Dendrobium Orchids
under Substitution Murashige dan Skoog/MS Medium With Coconut Water and
Compound Leaf Fertilizer). BIOSLOGOS, 6(1) : 15-19.
Islam, M.O., Ichihashi, S., Matsui, S. 1998. Control of Growth and Development of
Protocorm Like Body Derived From Callus by Carbon Sources in Phalaenopsis.
Plant Biotechnology Journal. 15: 183 187
Karjadi, A.K. dan Buchori, A. 2008. Pengaruh Komposisi Media Dasar, Penambahan
BAP, dan Pilokram terhadap Induksi Tunas Baeang Merah. Jurnal Holtikultura.
18(1) : 1-9. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Razdan, M. K. 2002. Intoduction to Plant Tissue Culture. Science Publisher, Inc.,
Enfield
Shantiavira, H et al. 2012. Studi Pengaruh Substitusi Hara Makro dan Mikro Media MS
dengan pupuk Majemuk dalam Kultur In Vitro Krisan. Jurnal Holtikultura 21(4) :
334-341. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Siregar, Lili Herawati, et.al. 2013. “Pengaruh alfa Benzil Amino Purina dan alfa Asam
Asetat Naftalena Terhadap Pertumbuhan Akar Bosenbergia flava Secara In
Vitro”. Jurnal Online Agroteknologi. Vol 1. No 3.
Sutarni, M.S. 1989. Merawat Anggrek. Kanisius. Yogyakarta.
Widyastuti, N., dan Donowati T. 2001. Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) Tanaman Pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia.
3(5) : 55-63.
Wulandari, Dyah Retno. 2013. Pengaruh Konsentrasi BAP pada Media yang
Mengandung Vitamin Tinggi Terhadap Pertumbuhan Kultur Tunas Pucuk Jeruk.
Prosiding Seminar Nasional XVI Kimia dalam Pembangunan.
Wetter, L. R., dan F. Constabel. 1991. Metode Kultur Jaringan Tanaman. ITB.
Bandung.
Yuliarti, Nurheti. 2010. Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. Yogyakarta: Andi.
Yuwono, T. 2008. Biologi Pertanian. Yogyakarta : UGM Press.
Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.
LAMPIRAN
Hasil sterilisasi botol jam Hasil sterilisasi botol jam Hasil sterilisasi botol saos
PBioA 16 (1) PBioA 16 (2) dan aquades
Pembungkusan Petridish Sterilisasi alat, bahan dan Botol jam di tutup sebelum
media dengan autoclave dilakukan sterilisasi
Pembuatan Media