Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOTEKNOLOGI PERTANIAN
“Preparasi Pembuatan Medium Sapih”

Disusun Oleh:

Nama : Muh. Wahyudin


NIM : D1B117016
Kelas : AGT-D
Kelompok : 1 (satu)
Sheet : 1 (satu)

LABORATORIUN AGROTEKNOLOGI

UNIT IN VITRO

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

2019
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kultur jaringan tanaman merupakan bagian suatu teknik perbanyakan

vegetatif nonkonvensional. Perbedaan teknik ini dibandingkan dengan teknik

perbanyakan vegetatif konvensional biasanya terletak dalam situasi dan lokasi

yang berbeda. Penerapan teknik kultur jaringan tanaman menyaratkan kondisi di

dalam ruangan (laboratorium) dan sifatnya aseptik (steril dari patogen). Bermuara

dalam kondisi yang aseptik, maka perlu dijelaskan bahwa segala aktifitas yang

berkaitan dengan jaringan harus dalam kondisi aseptik. Kondisi ini dimulai dari

cara penyiapan peralatan (alat tanam berbahan logam ataupun gelas), pembuatan

medium penanaman, penanaman (inisiasi dan pemilihan: a. perbanyakan;

b.perakaran). Selain peralatan kultur jaringan, medium merupakan salah satu

faktor utama dalam keberhasilan kultur jaringan. Medium kultur jaringan tanaman

harus berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan

yang ditanam. Medium kultur jaringan memiliki karakteristik masing-masing.

Artinya tidak semua medium dapat digunakan pada semua kultur tanaman. Karena

beberapa medium yang ada memiliki perbedaan kandungan dan konsentrasi zat-

zat yang diperlukan atau digunakan pada kultur jaringan.

Medium kultur jaringan merupakan salah satu faktor yang dapat

menentukan tingkat keberhasilan paebanyakan tanaman secara in vitro, dalam hal

ini adalah kultur jaringan. Berbagai formulasi atau komposisi medium tanam telah

banyak ditemukan untuk mmengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan

tanaman yang dikulturkan.


Peranan medium kultur berhubungan dengan penyediaan unsur hara dan

energi serta zat-zat lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan

bahan eksplan di dalam botol kultur sehingga sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan kultur jaringan Melihat peranan penting dari medium kultur, maka

melaui praktikum ini dilakukan pembuatan medium kultur secar baik dan benar

sesuai dengan prosedur yang ada.

Formulasi medium kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan

komposisi larutan yang digunakan untuk hidroponik, khususnya komposisi unsur-

unsur makronya. Komposisis medium dan perkembangan formulasinya

didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang digunakan serta

pendekatan dari masing-masing peneliti. Keberhasilan dalam penggunaan metode

kultur jaringan, sangat bergantung pada medium yang digunakan. Medium kultur

jaringan tanaman menyediakan tidak hanya unsur hara makro dan mikro,

tetapi sumber karbohidrat yang pada umumnya berupa gula menggantikan karbon

yang biasanya dihasilkan dari atmosfer melalui melalui proses fotosintesis.

Hasil yang lebih baik dapat dijangkau atau diperoleh, bila ke dalam

medium tersebut ditambahkan vitamin-vitamin, asam amino solid dan zat

pengatur tubuh. Walaupun sudah diusahakan untuk menghindarkan penggunaan

komponen-komponen yang tidak jelas (komponennya) seperti juice buah-buahan

dan tauge, air kelapa, yeast exstracts dan casein hydrolysate, tetapi kadang-kadang

kita bisa memperoleh hasil yang lebih tinggi dengan penambahan tersebut.

Sebagai contoh, air kelapa masih sering digunakan di laboratorium-laboratorium


penelitian, sedangkan pisang masih merupakan komponen tambahan yang sangat

populer pada medium anggrek.

Medium sapih merupakan medium yang berasal dari bahan organik seperti

air kelapa dan pisang. Air kelapa ini mempunyai unsur hara makro, mikro dan

vitamin pada pisang raja untuk pertumbuhan tanaman. Berdasarkan uraian

tersebut, maka sangat diperlukan praktikum mengenai pembuatan medium Sapih.

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui cara pembuatan

medium sapih serta komponen penyusun dengan fungsinya masing-masing yang

akan dipergunakan dalam membuat medium kultur jaringan sesuai komposisi

medium yang diinginkan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

Medium merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan

metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis medium.

Medium tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap

pertunbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Medium

yang biasa adalah medium Murashige dan Skoog (MS) (Tuhuteru, 2012).

Medium tanam memberikan pengaruh yang besar terhadap keberhasilan

kultur jaringan karena di dalam medium tersebut terdapat penambahan zat

pengatur tumbuh. Pada umumnya komposisi utama medium tanam kultur

jaringan, terdiri dari hormon (ZPT) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di

dalam tanah yang dikelompokkan ke dalam unsur makro dan unsur mikro. Hasil

yang lebih baik akan dapat kita peroleh apabila kedalam medium tersebut

ditambahkan vitamin, asam amino dan hormon, bahan pemadat medium (agar),

glukosa dalam bentuk gula maupun sukrosa, air destilate (aquades) dan bahan

organik tambahan (Gunawan, 2009).

Medium tanam sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, dimana untuk

mendapatkan hasil pertumbuhan maksimal haruslah menggunakan medium yang

sesuai dengan masing-masing tanaman. Bahan medium ini sangat mudah dan

harga relatif murah untuk mendapatkannya, medium-medium ini dapat ditemukan

dalam lingkungan hidup. Medium tanam tersebut misalnya arang dan pupuk daun

Growmore. Pupuk majemuk Growmore (20:20:20) berpotensi sebagai medium

subtitusi medium MS karena memiliki hara makro dan mikro yang berguna bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Keunggulan growmore, dapat

mempercepat pertumbuhan pada tanaman muda, mempercepat munculnya bunga

pada tanaman hias serta dapat meningkatakan produksi buah. Pupuk growmore

bisa digunakan pada semua jenis tanaman (Marlina et al,. 2019).

Medium sapih merupakan salah satu faktor eksternal yang memberikan

pengaruh strategis bagi pertumbuhan tanaman. Medium sapih yang baik adalah

medium yang mampu menyediakan air dan unsur hara yang dibutuhkan oleh

tanaman. Medium sapih merupakan salah satu faktor lingkungan yang berfungsi

sebagai medium tumbuh bagi akar tanaman, penopang tanaman agar tumbuh

dengan baik, dan penyedia unsur hara serta air bagi pertumbuhan tanaman

(Irawan, 2014).

Bahan-bahan alami atau zat nabati pada umumnya merupakan sumber

gula, vitamin, zat pengatur tumbuh dan asam amino. Salah satu kandungan

vitamin yang dimiliki oleh tomat dan pisang adalah tiamin. Vitamin penting yang

terkandung pada bahan organik kompleks dan merupakan vitamin yang penting

dalam kultur jaringan adalah thiamin. Secara umum kandungan yang terdapat

dalam 1 buah pisang matang yaitu protein 1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat

25,3 mg, serat 0,7 gram, kalsium 8 mg, fosfor 28 mg, dan besi 0,5 mg, zat yang

berupa fosfor tersebut baik bagi pertumbuhan tanaman anggrek (Djajanegara,

2010). Komponen utama dalam buah pisang adalah air, karbohidrat dan juga kaya

akan vitamin A, tianin, vitamin B2 dan vitamin C (Yatim, 2016). Tinggi tanaman

dipengaruhi dipengaruhi oleh unsur K. Tanaman yang mengalami defisiensi K

(Syekhfani, 2009).
Arang adalah barbagai bentuk karbon bersifat mempunyai daya serap

tinggi terhadap gas, uap air dan senyawa-senyawa koloidal padat. Arang

diproduksi dengan pembakaran dan destilasi kayu, gambut, lignit, kulit kacang-

kacangan, tulang, tumbuh-tumbuhan atau material karbon. Arang aktif untuk

penyerapan gas lebih keras dan padat dari pada untuk pemurnian senyawa dalam

bentuk cair. Arang aktif yang digunakan untuk kultur medium berasal dan kayu,

limbah kayu, bahan limbah dari kertas dan gambut. Arang aktif juga dapat

dihasilkan dari gas alam dan batu bara (Hutami, 2009).

Alternatif bahan penyusun medium dapat berasal dari pupuk daun, air

kelapa dan bubur pisang telah banyak dilakukan karena mudah didapatkan. Pupuk

daun mengandung hara makro dan mikro. Terdapat beberapa merk pupuk daun

sehingga perlu diuji tingkat efektivitas masing-masing sebagai penyusun medium

kultur jaringan. Air kelapa mengandung beberapa jenis hormon. Penambahan air

kelapa umur muda dan umur sedang sebanyak 150 ml/L medium dapat

mendorong pertumbuhan tinggi, panjang dan lebar daun serta panjang dan jumlah

akar plantlet anggrek Dendrobium. Ekstrak bubur pisang menurut mengandung

vitamin A, tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), piridoksin (vitamin B6)

dan asam askorbat (vitamin C) (Hasanah et al, 2014).

Jenis dari ZPT yang banyak digunakan dalam kultur jaringan tanaman

adalah auksin dan sitokinin. Umumnya auksin dan sitokinin berfungsi untuk

inisiasi kalus dan organogenesis serta meningkatkan produksi metabolit sekunder.

Salah satu jenis auksin yang sering digunakan dalam kultur jaringan adalah NAA

(Napthalen Acetid Acid) yang merupakan auksin sintetik yang sangat efektif untuk
induksi kalus, sedangkan BAP (Benzyl Amino Purin) merupakan sitokinin sintetik

yang sering dikombinasikan dengan auksin. Pemberian NAA dan BAP akan

merangsang pembelahan sel serta meningkatkan sintesis protein yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan kalus (Muliati et al, 2017). Harjadi (2009)

menyatakan bahwa sitokinin berfungsi untuk sitokinensis atau pembelahan sel,

yang salah satunya dapat memacu pertumbuhan kalus dan tunas.


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum kali ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 01 Oktober 2019 pukul

07.00 WITA sampai selesai, bertempat di Laboratorium Agroteknologi, Unit In

Vitro, Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo.

3.2. Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu air kelapa, pisang raja,

arang, growmore, tiamin, NAA, vitamin B1, gula pasir, agar-agar, tissue, aquades

steril, karet gelang, aluminium foil atau plastik bening dan kertas label.

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu botol kultur, botol

semprot, pipet mikro, erlenmeyer 250 ml, timbangan analitik, spatula, hot plate

dan magnetik stirrer.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur pelaksanaan dalam praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:

3.3.1 Pembuatan Sapih

 Menyediakan alat dan bahan dalam pembuatan medium sapih 500 ml.

 Menimbang air kelapa sebanyak 75 ml/liter.

 Menimbang pisang raja sebanyak 25 ml/liter.

 Menimbang arang sebanyak 1 gr/liter.

 Menimbang growmore sebanyak 0,75 gr/liter.

 Menimbang gula pasir sebanyak 10 gr/liter.


 Menimbang agar sebanyak 3,5 gr/liter.

 Memasukkan aquadest steril ± 250 ml/liter ke dalam erlenmeyer 1000 ml.

 Menambahkan arang 1 gr/liter, growmore 0,75 gr/liter, gula pasir 10

gr/liter, agar 3,5 gr/liter dan pisang raja sebanyak 25 ml/liter.

 Kemudian panaskan di atas hot plate.

 Menambahkan tiamin 500 µl, NAA 500 µl, Vit B1 500 µl dan air kelapa 75

ml/liter.

 Kemudian panaskan di atas hot plate dan diaduk menggunakan magnetik

stirrer.

 Menambahkan aquades hingga volume mencapai 250 ml dan mengaduk

serta panasi medium hingga mendidih menggunakan magnetik stirrer.

 Mengukur pH larutan dan sesuaikan pH nya sehingga berada pada pH 5,7-

5,8. Jika terlalu basa ditambahkan dengan HCL dan jika terlalu asam maka

tambahkan larutan NaOH.

3.3.2 Sterilisasi Botol

 Sementara menunggu medium mendidih, melakukan sterilisasi pada alat

dengan menyemprotkan larutan sterilisasi NaOCl 30% pada seluruh

bagian botol, plastik dan karet.

 Botol kultur yang sudah disemprotkan dengan larutan sterilisasi di

keringkan.

 Memasukan medium ke dalam 10 botol kultur secukupnya, yang berisi

sekitar 25 ml medium/botol.
 Menunggu larutan sampai dingin kemudian di tutup dengan plastik lalu

diikat dengan karet gelang.

 Menyimpan medium dalam ruang incubator untuk menjaga kesterilannya.

 Melakukan pengamatan selama 3 hari dan mendokumentasi setiap

kegiatan yang dilakukan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Hasil pada praktikum kali ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil pengamatan medium Sapih

kontaminan
Perlakuan Ulangan gambar
Bakteri jamur

1 - -

2 - -

Medium Sapih
3 - -

4 - -

5 - -
6 - -

7 - -

8 - -

9 - -

10 - -

4.2. Pembahasan

Medium merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur

jaringan. Komposisi medium yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman

yang akan diperbanyak. Medium kultur yang baik seharusnya menyediakan unsur

hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino, sumber

karbohidrat, zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air
kelapa, ekstrak buah, bahan pemadat, agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan

arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman.

Faktor utama yang menjadi kendala dalam kultur jaringan adalah

kontaminasi yang dapat menyebabkan medium perlakuan rusak dan planlet mati.

Kontaminasi yang terjadi disebabkan oleh cendawan atau fungi (jamur) dan

bakteri. Dari kedua faktor penyebab kontaminasi, jamur atau cendawan yang

menjadi penyebab paling dominan karena medium yang telah terkontaminasi

cendawan sangat sulit untuk dibersihkan atau disterilkan kembali. Kontaminasi

pada medium perlakuan sebelum proses penanaman tidak dapat digunakan untuk

menanam. Sehingga sebelumnya harus diganti dengan pembuatan medium yang

baru untuk selanjutnya dapat dilakukan proses penanaman.

Berdasarkan tabel hasil pengamatan diatas dapat kita lihat bahwa pada

medium yang telah di buat sebelumnya tidak ada yang terkontaminasi baik dari

bakteri maupun jamur. Keberhasilan dalam pembuatan medium ditentukan oleh

kondisi yang aseptik baik dari lingkungan, bahan yang akan digunakan maupun si

pemulia itu sendiri. Kontaminasi tersebut dapat berupa jamur maupun bakteri

yang dapat menyebabkan medium yang di buat tidak akan memberikan nutrisi

yang baik maupun eksplan yang akan di tanaman tidak akan bisa tumbuh dan

berkembang karena adanya bakteri maupun jamur pada medium.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa

Pembuatan medium harus berdasarkan perhitungan konsentrasi yang tepat karena

akan mempengaruhi keberhasilan tumbuh eksplan. Langkah awal dari pembuatan

medium adalah pembuatan larutan stok dan dilanjutkan dengan pembuatan

medium. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan medium ini adalah

ketelitian saat mengukur/ menimbang bahan-bahan yang akan dijadikan medium

serta yang paling penting ialah kondisi aseptik baik dari bahan yang digunakan,

alat maupun praktikan yang membuat medium itu sendiri.

5.2. Saran

Saran saya pada praktikum kali ini adalah alat-alat yang digunakan pada

saat praktikum harus dijaga dan dirawat dengan baik agar tidak terjadi kesalahan

dan kerusakan dalam penggunaan alat-alat di Laboratorium.


DAFTAR PUSTAKA

Djajanegara I. 2010. Pemanfaatan Limbah Buah Pisang dan Air Kelapa Sebagai
Bahan Medium Kultur Jaringan Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
Tipe 229. Jurnal Teknologi Lingkungan. 11 (3): 373-380

Gunawan. 2009. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Laboratorium Kultur


Jaringan Tumbuhan, Pusat Antar Universitas (PAU), Bogor. Institut
Pertanian Bogor.

Harjadi SS. 2009. Zat Pengatur Tumbuh Pengenalan dan Petunjuk Penggunaan
pada Tanaman. Jakarta. Penebar Swadaya.

Hasanah U, Enni SR dan Sumadi. 2014. Pemanfataan Pupuk Daun, Air Kelapa
dan Bubur Pisang sebagai Komponen Medium Pertumbuhan Plantlet
Anggrek Dendrobium Kelemense. Jurusan Biologi Biosaintifik. 6(2): 161-
168.
Hutami S. 2009. Penggunaan Arang Aktif dalam Kultur In Vitro (The Use of
Activated Charcoal in in vitro Culture). Jurnal Berila Biologi. 8(1): 83-89.

Irawan A danHanif NH. 2014. Kesesuaian Penggunaan Cocopeat Sebagai Media


Sapih pada Politube dalam Pembibitan Cempaka (Magnolia Elegans
(Blume.) H.Keng) Seedlings. Jurnal wasian. 1(2): 73-76.

Marlina G, Marlinda dan Heni R. 2019. Uji Penggunaan berbagai Medium


Tumbuh dan Pemberian Pupuk Growmore pada Aklimatisasi Tanaman
Anggrek Dendrobium. Jurnal Ilmiah Pertanian. 15(2): 105-114.

Muawanah. 2015. Penggunaan Pupuk Hyponex, Ekstrak Tomat, Dan Ekstrak


Pisang Dalam Perbanyakan dan Perbesaran Plantlet Anggrek
Dendrobium (Dendrobium canayo) Secara In Vitro. Bogor. Institut
Pertanian Bogor.

Muliati, Tengku N dan Nurbaiti. 2017. Pengaruh NAA, BAP dan Kombinasinya
pada Medium MS Terhadap Perkembangan Eksplan Sansevieria
Macrophylla Secara In Vitro. JOM FAPERTA. 4(1): 1-13.

Syekhfani. 2009. Hubungan Hara Tanah Air dan Tanaman. Surabaya. ITS Press.

Tuhuteru, S., M. L. Hehanussa dan S H Raharjo T. 2012. Pertumbuhan Dan


Perkembangan Anggrek Dendrobium Anosmum Pada Medium Kultur In
Vitro Dengan Beberpa Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal Ilmu Budaya
Tanaman. 1 (1).

Yatim H. 2016. Multiplikasi Pisang Raja Bulu (Musa paradisiaca L. AAB


GROUP) pada Beberapa Konsentrasi Benzyl Aminopurine (BAP) Secara
In Vitro. Jurnal Agroekoteknologi . 4(3): 1989 – 1995.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pembuatan Gambar 2. Penimbangan Gmbr 3. Pnimbangn


Bubur pisang arang gula pasir

Gambar 4. Penimbangan Gambar 5. Penimbangan Gmbr 6. Pnimbangn


Agar-agar Growmore bubur pisang

Gambar 7. Memasukkan Gambar 8. Memasukkan Gmbr 9. Memaskkn


Akuades agar-agar bubur pisang
Gambar 10. Memanaskan Gambar 11. Mensterilkan

Hingga mendidih medium alat-alat

Anda mungkin juga menyukai