Anda di halaman 1dari 15

KULTUR JARINGAN

TANAMAN PADI

(INDUKSI KALUS DAN OPTIMASI


REGENERASI VARIETAS PADI
MELALUI KULTUR IN VITRO)

OLEH:
KELOMPOK 3

FADILAH : 917312906201.004
HIZRAH : 917312906201.010
WAHYU : 917312906201.012
PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang
sangat penting karena sampai ysaat ini beras masih digunakan sebagai
makanan pokok bagi sebagian penduduk dunia terutama Asia.

Selain itu, di Indonesia beras masih dipandang sebagai produk


kunci bagi kestabilan perekonomian dan politik. Indonesia saat ini
menghadapi masalah pangan akibat peningkatan jumlah penduduk
Selain itu, pengaruh bencana alam berupa kemarau panjang atau banjir
yang terjadi hampir setiap tahun menyebabkan produksi beras
menurun dan berdampak terhadap melemahnya daya beli petani
terhadap sarana produksi yang harganya melambung tinggi, terutama
pupuk dan pestisida. Hal tersebut menyebabkan makin meningkatnya
serangan hama dan penyakit yang menyebabkan makin menurunnya
produksi padi.
 Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut adalah melalui penerapan teknik transformasi gen
yang menyandi sifat tertentu, antara lain sifat ketahanan terhadap
penyakit/hama tertentu ataupun gen untuk ketahanan terhadap faktor
abiotik, antara lain kekeringan. Dengan meningkatnya ketahanan
terhadap faktor biotik atau abiotik diharapkan dapat meningkatkan
produktivitas padi.

Untuk menghasilkan tanaman transgenik ada beberapa faktor yang


berperan, yaitu metode yang efisien dalam mengklon gen, ketersediaan
konstruksi gen-gen baru, teknik transformasi, sistem regenerasi
tanaman dan sistem vektor yang efisien serta promotor yang spesifik
(Aswidinnoor 1995).
Regenerasi Tanaman

Organogenesis
(melalui pembentukan Embriogenesis somatik
organ langsung dari (melalui pembentukan
eksplan) embrio somatik).

organogenesis mempunyai keunggulan, yaitu peluang


terjadinya mutasi lebih kecil, metodenya lebih mudah dan
tidak memerlukan subkultur berulang sehingga tidak
menurunkan daya regenerasi dari kalus

Namun demikian, untuk keperluan transformasi genetik, cara


embriogenesis lebih dianjurkan karena tanaman yang
diperoleh berasal dari satu sel somatik sehingga peluang
diperolehnya transforman lebih tinggi. Embrio somatik
biasanya berasal dari sel tunggal yang kompeten dan
berkembang membentuk fase globular, hati, torpedo dan
akhirnya menjadi embrio somatik dewasa yang siap
dikecambahkan membentuk planlet.
BAHAN

 Eksplan yang digunakan adalah benih padi subspesies


japonica yaituTaipei 309 (T-309)
 Media dasar yang digunakan adalah media Murashige Skoog
(1962), sedangkan zat pengatur tumbuh yang digunakan
adalah benzil adenine (BA), dichlorophenoxy acetic acid (2,4-
D), picloram, thidiazuron, casein hydrolysate (CH), dan indol
acetic acid (IAA). Sebagai sumber karbon digunakan sukrosa
30 g/l, sedangkan agar diberikan sebagai pemadat.
METODE

Kultur Jaringan

Induksi kalus

regenerasi kalus menjadi


planlet

multiplikasi tunas dan


pembentukan planlet

aklimatisasi planlet
Pada kegiatan pertama ( Induksi kalus)

digunakan 5 formulasi media dengan tujuan memperoleh kalus


yang bersifat embriogenik, yaitu kalus yang mudah diregenerasikan
menjadi planlet. Formulasi media yang digunakan adalah
 MS + 2,4-D 2 mg/l + CH 3000 mg/l

 MS + 2,4-D 0,5 mg/l + BA 0,5 mg/l

 MS + 2,4-D 20 mg/l

 MS + 2,4-D 0,5 mg/l + BA 0,5 mg/l + picloram 5 mg/l

 MS + picloram 10 mg/l + thidiazuron 0,4 mg/l.


Kegiatan kedua (Regenerasi kalus menjadi Plantet) bertujuan untuk
meregenerasikan kalus yang diperoleh sehingga menjadi planlet.
Kalus yang digunakan adalah kalus yang dihasilkan dari media
induksi kalus terbaik.
Formulasi media, yaitu (1)
 MS + BA 3 mg/l + thidiazuron 0,1 mg/l, (2)

 MS + BA 5 mg/l + thidiazuron 0,4 mg/l, (3)

 MS + BA 3 mg/l + IAA 0,8 mg/l, (4)

 MS + BA 3 mg/l + IAA 0,8 mg/l + zeatin 0,1 mg/l,

 MS + BA 3 mg/l + thidiazuron 0,1 mg/l + zeatin 0,1 mg/l.

Selanjutnya biakan ditanam pada media regenerasi terbaik selama 2


bulan masa inkubasi untuk melihat daya multiplikasinya. Untuk
menginduksi pembentukan akar digunakan media MS + IAA 1 mg/l.
INDUKSI KALUS

 Menurut Wattimena (1992), zat pengatur tumbuh


dari golongan auksin berperan antara lain dalam
pembentukan kalus, morfogenesis akar dan tunas
serta embriogenesis. Pemilihan konsentrasi dan jenis
auksin ditentukan antara lain oleh tipe pertumbuhan
dan perkembangan eksplan yang dikehendaki.
 Menurut Sellars et al. (1990) penggunaan auksin
dengan daya aktivitas kuat (antara lain 2,4-D, NAA
atau dikombinasikan dengan sitokinin dengan
konsentrasi rendah) umumnya digunakan untuk
induksi kalus embriogenik. Selain itu, jenis dan
konsentrasi hormon, jenis asam amino serta rasio
auksin dan sitokinin sangat menentukan dalam
menginduksi pembentukan kalus.
REGENERASI KALUS
 Struktur kalus dari berbagai varietas yang digunakan berbeda-beda
tergantung kepada formulasi yang digunakan. Biasanya struktur kalus
menggambarkan daya regenerasinya membentuk tunas dan akar. Kalus yang
berbentuk globular (nodul-nodul) dan berwarna bening biasanya mempunyai
kemampuan lebih tinggi untuk membentuk tunas daripada kalus yang bersifat
kompak dan berwarna coklat-kehitaman. Dalam hal ini media yang
digunakan untuk memacu regenerasi kalus akan sangat menentukan.
Keseimbangan nutrisi dalam media tumbuh sangat mempengaruhi
pertumbuhan kalus maupun diferensiasinya membentuk tunas. Morfogenesis
eksplan tergantung kepada keseimbangan auksin dan sitokinin didalam media
dan interaksi antara zat pengatur tumbuh endogen di dalam tanaman dan zat
pengatur tumbuh eksogen yang diserap dari media tumbuh (Wattimena 1992)

 Pemilihan zat pengatur tumbuh merupakan salah satu faktor yang


sangat menentukan diferensiasi jaringan tanaman yang dikulturkan.
Apabila eksplan telah membentuk akar yang sempurna, maka planlet
tersebut diaklimatisasi di rumah kaca.
MULTIPLIKASI TUNAS DAN
PERAKARAN

 Multiplikasi Tunas dan Perakaran Tunas yang


dihasilkan selanjutnya dipindahkan pada media
regenerasi terbaik untuk melihat daya
multiplikasinya. faktor yang sangat menentukan
adalah regenerasi eksplan menjadi tunas dan
apabila telah diperoleh tunas, maka
perbanyakan atau multiplikasi tunas dapat
dilakukan dengan mudah apabila telah diperoleh
formulasi media yang tepat.
AKLIMATISASI PLANTET DIRUMAH KACA

 Setelah diperoleh biakan yang berakar, selanjutnya dilakukan


pemindahan biakan dari botol kultur ke rumah kaca. Tujuan dari
proses aklimatisasi adalah untuk mengadaptasikan tanaman hasil
kultur jaringan dengan lingkungan tumbuhnya yang baru. Hal
ini disebabkan karena tanaman hasil kultur jaringan telah
terbiasa tumbuh pada kondisi lingkungan yang kondusif dengan
ketersediaan kandungan hara dan kelembaban yang cukup,
sehingga setelah dipindahkan ke rumah kaca tanaman harus
beradaptasi dengan lingkungan tumbuhnya yang baru.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai