Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH BAHAN OBAT KELAUTAN

HEWAN INVERTEBRATA

OLEH:
KELOMPOK 3

FADILA (917312906201.004)

NUR ASNI H. ASAPA (917312906201.008)

RAHMAYUNINGSIH (917312906201.016)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

INSTITUT TEKHNOLOGI DAN KESEHATAN AVICENNA

KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatdan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyellesaikan makalah ini tepat waktu.
Sallawat dan salam tak lupa selalu tercura kepada Rasulullah SAW, yang telah
member keselamatan pada umat manusia dari lubang kebodohan, dan dosa.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi
dan Toksikologi. Adapun judul makalah ini adalah “Bahan Obat Kelautan Hewan
Vertebrata”. Oleh karena itu penulis juga berterima-kasih kepada segenap pihak
yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu,
masukan dari Dosen mata kuliah diharapkan oleh penulis agar tugas-tugas serupa
selanjutntnya bisa lebih baik.

Kendari, 22 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. NN

BAB III PENUTUP

B. Kesimpulan

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki garis pantai sepanjang


lebih kurang 81.000 km dengan wilayah laut yang sangat luas.Hal ini
menjadikan perairan Indonesia memiliki potensi kekayaan alam yang besar
dengan tingkat keragaman hayati yang tinggi, di dalamnya terdapat berbagai
jenis organisme laut.Pemanfaatan organisme laut tidak hanya terbatas sebagai
bahan makanan, tetapi juga sebagai sumber bahan kimia alam yang berpotensi
sebagai obat (Dahuri, 2003).

Bahan alam yang jumlahnya tidak terbatas ini menjadi potensi


tersendiri khususnya kimia bahan alam dalam bidang isolasi senyawa bahan
alam.Beberapa dekade belakangan ini, penelitian tentang hewan laut yang
memiliki senyawa metabolit sekunder telah banyak dimanfaatkan sebagai obat
dan bahan industri (Dahuri, 2003).

Dewasa ini pencarian dan pemanfaatan sumber bahan alam yang


berasal dari organisme laut secara intensif dilakukan.Kandungan metabolit
sekunder yang dimiliki oleh organisme laut tersebut menarik perhatian para
peneliti, karena senyawa-senyawa tersebut memiliki struktur kimia yang unik
dan aktivitas farmakologis yang sangat menarik, seperti antikanker,
antimikroba, antiinflamasi, dan lain-lain (Amir, 1996).
Hewan atau disebut juga dengan binatang adalah kelompok organisme
yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia atau metazoa, adalah salah
satu dari berbagai makhluk hidup di bumi. Sebutan lainnya adalah fauna dan
margasatwa (atau satwa saja). Hewan dIalam pengertian sistematika modern
mencakup hanya kelompok bersel banyak (multiselular) dan terorganisasi
dalam fungsi-fungsi yang berbeda (jaringan), sehingga kelompok ini disebut
juga histozoa. Semua binatang heterotrof, artinya tidak membuat energi
sendiri, tetapi harus mengambil dari lingkungan sekitarnya.

Dunia hewan, berdasarkan ada tidaknya tulang belakang


dikelompokkan menjadi hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tak
bertulang belakang (Avertebrata). Kelompok hewan avertebrata mempunyai
ciri-ciri tidak bertulang belakang, susunan syaraf terletak di bagian ventral
(perut) di bawah saluran pencernaan, umumnya memiliki rangka luar
(eksoskeleton) dan otak tidak dilindungi oleh tengkorak.

Vertebrata paling sempurna adalah dari kelas mamalia dimana tingkat


sel,jaringan maupun organ-organnya lebih komplek di banding kan dengan
kelas pisces, ampibia, reptile maupun aves, terkadang juga ada yang
megatakan bahwa asal mula mamalia adalah golongan reptile, hanya saja pada
mamalia sudah mengalami perkembangan yang sangat jauh. Oleh karena itu
di lakukan praktikum ini untuk mengetahui bagaimana morfologi maupun
anatomi yang dikatakan sudah mengalami perkembangan dari pada kelas-
kelas lainya. Adapun hewan yang kami gunakan dalam praktikum ini yaitu
hamster (mencit) dari ordo rodentia. Seperti telah dikatakan sebelumnya
bahwa mamalia merupakan tingkatan tertinggi pada kerajaan hewan. Hal ini
mengakibatkan segala proses yang dilakuakan oleh mamalia lebih tinggi
daripada jenis animalia lainnya. Mulai dari sistem pencernaan , pernafasan ,
peredaran darah , urogenital , hingga sistem sarafnya. Karena itulah , untuk
lebih mengetahui segala proses pada tubuh mamalia kita perlu menggunakan
ilmu anatomi. Artinya kita perlu membuka bagian tubuh mamalia dengan
jalan memotong (membedah). Pembedahan dapat dilakukan misalnya pada

2
hamster atau lebih dikenal dengan nama mencit(tikus kecil). Dengan begitu,
kita dapat mengetahui dengan jelas isi tubuh dari binatang mamalia.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagain berikut:


1. Apa pengertian dari hewan vertebrata?
2. Apa saja senyawa bioaktif dari masing-masing biota vertebrat?
3. Apa saja jenis-jenis biota invertebrate yang bias digunakan
sebagai bahan obat kelautan?
4. Bagaimana metabolisme sekunder dan metabolisme primer
hewan vertebrata?
5. Bagaimana cara Pengumpulan(Collecting) dari vertebrata laut?
6. Bagaimana proses formulasi dari vertebrata laut yang masuk
dalam bahan obat kelautan?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian dari hewan vertebrata?


2. Untuk mengetahui senyawa bioaktif dari masing-masing biota
vertebrat?
3. Untuk mengetahui jenis-jenis biota invertebrate yang bias
digunakan sebagai bahan obat kelautan?
4. Untuk mengetahui metabolisme sekunder dan metabolisme
primer hewan vertebrata?
5. Untuk mengetahui cara Pengumpulan(Collecting) dari
vertebrata laut?
6. Untuk mengetahui proses formulasi dari vertebrata laut yang
masuk dalam bahan obat kelautan?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Vertebrata

Hewan vertebrata yaitu hewan yang bertulang belakang atau punggung.


Memiliki struktur tubuh yang jauh lebih sempurna dibandingkan dengan hewan
Invertebrata. Hewan vertebrata memiliki tali yang merupakan susunan tempat
terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki perpanjangan kumpulan saraf dari otak.
Tali ini tidak di memiliki oleh yang tidak bertulang punggung. Dalam memenuhi
kebutuhannya, hewan vertebrata telah memiliki system kerja sempurna peredaran
darah berpusat organ jantung dengan pembuluh-pembuluh menjadi salurannya.

Vertebrata adalah golongan hewan yang memiliki tulang belakang. Tulang


belakang berasal dari perkembangan sumbu penyokong tubuh primer atau
notokorda (korda dorsalis). Notokorda vertebrata hanya ada pada masa embrionik,
setelah dewasa akan mengalami penulangan menjadi sistem penyokong tubuh
sekunder, yaitu tulang belakang (vertebrae). ubuh vertebrata mempunyai tipe
simetri bilateral dan bagian organ dalam dilindungi oleh rangka dalam atau
endoskeleton, khusus bagian otak dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak
(kranium). Bagian terluar tubuh vertebrata berupa kulit yang tersusun atas
epidermis (lapisan luar) dan dermis (lapisan dalam). Kulit vertebrata ada yang
tertutup dengan bulu ada juga yang tertutup dengan rambut.

Vertebrata juga merupakan hewan amfibi yang dapat hidup di dua habitat
yang berbeda yaitu air dan darat. Karena keunikannya itulah, hewan amfibi
banyak diteliti oleh para ilmuan terutama mengenai sistem organ yang ada di
dalam tubuhnya. Untuk mengamati sistem organ yang ada pada amfibi, biasanya

4
para ilmuan mengambil contoh kata karena katak merupakan hewan yang mudah
didapat dan ditemukan di sekitar lingkungan kita. Selain itu, katak juga dianggap
memiliki organ yang mewakili hewan vertebrata.

Vertebrata juga merupakan anggota ( subfilum ) dari filum chordata. Ciri khas
dari filum chordata adalah:
1. Memiliki Notokord ( Notochord ) batang longitudinal yang
fleksibel yang terletak diantara saluran pencernaan dan
batang saraf. Notocord berperan sebagai penguat rangka di
sepanjang tubuh Chordata.
2. Memiliki batang saraf dorsal yang berongga yang terletak
dorsal terhadap notokord prgerakan.
3. Ekor ini membentang posterior terhadap anus, tetapi pada
sebagian besar spesies ekor ini telah tereduksi selama
perkembangan embriotik.

Selain itu Chordata juga memiliki rongga tubuh ( selom ) yang


tumbuh dengan baik, sistem organ yang kompleks, bilateral simetris,
segmentasi tubuh yang jelas, dan memiliki otak yang di lindungi oleh
tulang tengkorak. Sub filum vertebrata juga terbagi menjadi lima kelas
yaitu ikan (Pisces), Amphibi (Amphibia), Reptilia (Reptilia), dan
mamalia (Mammalia).

B. Jenis - Jenis Biota Laut Vertebrata


1. Pisces (Ikan)
Menurut Campbell (2004) Pisces disebut hewan poikiloterm
karena suhu tubuh tidak tetap (berdarah dingin), yaitu terpengaruh
suhu disekelilingnya. Ikan bernafas dengan insang (operculum) dan
dibantu oleh kulit, tubuh ditutupi oleh sisik dan memiliki gurat sisi

5
untuk menentukan arah dan posisi berenang. Pada ikan jantung terdiri
atas satu serambi dan satu bilik, dan tubuh terdiri atas kepala dan
badan. Ikan berenang dengan bantuan sirip. Jumlah sirip pada berbagi
jenis ikan berbeda-beda.
Ikan dapat ditemukan di hampir semua perairan baik air tawar,
air payau maupun air asin dan juga pada kedalaman bervariasi, dari
dekat permukaan air hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan
air. Namun, danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake tidak bisa
menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan dan
dipelihara untuk hiasan dalam akuarium, yang dikenal sebagai ikan
hias. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu
sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis
ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat
dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut
dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar (Affandi,1992)
Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang
hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Berdasarkan tulang
penyusunnya, kelas pisces dibedakan atas Agnatha, Chonrichtyes, dan
Osteichtyes. Ciri- ciri kelas Agnatha adalah mulut tanpa rahang
( bentuk bulat ) ,tubuh gilig/ silindris tubuh halus tanpa sisik, rangka
tubuh dari tulang rawan, tidak memiliki sirip berpasangan, cekung
hidung hanya satu, terdapat pada bagian medial, dan insang terletak
dalam kantong insang dengan celah insang di sisi lateral tubuh
(Brotowidjoyo,1995).

2. Klasifikasi Pisces
a. Kelas Agnatha

6
Kata Agnatha berasal dari kata (A = tidak, Gnathos = rahang).
Hewan yang termasuk agnatha merupakan ikan primitive yang tidak
memiliki rahang. Ciri-Ciri kelas Agnatha adalah:

 Badannya memanjang berbebtuk silinder, sedangkan ekornya


pipih. kulitnya licin tanpa sisik , diliengkapi kelenjar lendir
(Mucus). Sirip tengah dorsal disokong oleh tulang -tulang sirip
bertulang rawan, memiliki sepasang mata.
 Tidak mempunyai rahang.
 Mulutnya ventro anterior dan merupakan mulut pengisap,
dipinggirnya terdapat Tentakel.
 Kantong hidung terdapat disebelah tengah atas dan jumlahnya
hanya satu.
 Tengkorak kepala dan lengkung insang (Viceral) terdiri dari
tulang rawan dan Notocord masih didapati /dilengkapi Archus
neuralis yang tidak sempurna.
 Jantung terdiri dari 2 ruang (Serambi & Bilik) .darah merah
berbentuk bulat-bulat dan berinti juga memiliki butir-butir
darah putih.
 Insang terdiri dari 6-14 pasang terdapat di sisi Pharynx
berbentuk kantong.
 Ginjalnya sepasang bermuara di Papilurogenitalis.
 Suhu tubuh tidak tetap (Poililoterm).
 Alat kelamin (Gonad) dan tidak memiliki saluran kepapila
urogenitalis . Pembuahan terjadi di Luar tubuh .telur yang
sudah dibuahi menetas menjadi Larva (Ammocoete = Pride)
dan ada yang langsung menjadi hewan (anak) dewasa.

7
 Otaknya berkembang baik ,dengan 8 atau 10 pasang saraf
Cranial,mempunyai alt pendengaran denagn 1atau 2 bentuk
saluran setengah lingkaran dan Mempunyai Indra pembau.

Djuhanda, 1983 memabagi kelas Agnatha menjadi beberapa subkelas:

 Subkelas Ostracodermi.
Tubuhnya kecil, hidup didalam aliran air dibeberapa benua.
Tidak berahang dan tubuh ditutupi sisik yang kuat atau pelat-pelat
tulang(ostracodermi = cangkang kulit).Ostracodermi dibagi menjadi beberapa
ordo yaitu:
1. Ordo Cephalasidomorpha, merupakan vertebrata yang tidak
berahang yang kepalanya gepeng dan mempunyai mata dorsal.
2. Ordo Anaspida, adalah vertebrata tanpa rahang, bentuk badannya
ramping, dan hanyaostracodermi inilah yang mempunyai pelat sisik
dan perisai kepala yang kecil-kecil (Anaspida = Tanpa perisai).
3. Ordo Pteraspidomorpha, mempunyai perisai-perisai besar dari tulang
yang melindungikepala dan bagian anterior tubuhnya. Moncongnya
selalu menonjol kedepan dari mulut,dan sering sekali mempunyai duri-
duri ganjil pada perisainya atau sepanjang punggungnya ( pterospid =
sayap + perisai).
 Subkelas Cyclostomata.
Bersifat semiparasit terhadap ikan-ikan berangka tulang. Mulut
berfungsi sebgai penghisap, pada pinggir mulut terdapat tentakel dan
Lidahnya di sesuaikan untuk melekat pada tubuh dan memarut daging
mangsanya, tulang tempurung kepala adalah tulang rawan, tubuhnya bulat
panjang atau slinders, bagian ekornya pipih, pada daerah kanan kiri terdapat
6-14 pasang insang, memiliki dua ren yang mempunyai saluran papieae

8
urogenitalis, otak telah berkembang dengan baik dengan 8-10 pasang
syarafcranialis, suhu tubuhnya tergantung dengan lingkungan, memiliki gonad
yang besar. Dibagi menjadi beberapa ordo yaitu:
1. Mixiniformes (hagfish, Lamprey), Merupakan vertebrata yang tidak
mempunyai sirip punggung ,sirip daging kecil disekitar ekor.mulut
diujung moncong dilengkapi dengan 4 pasang Tantakel ,tidak mempunyai
Boucal Funnel,ada beberapa gizi ,kantong hidung dekat ujung kepala
.Punya saluran ke Pharyncx,kantong insang ada 10-14 pasang.tidak
mempunyai larva.telur langsung menetas menyerupai binatang dewasa
(Anak) .dapat menghasilkan banyak lendir dalam waktu yang relatif
singkat .Ada 1 Famili,3 Genus dan 25 spesies terdapat di laut beriklim
dingin pada kedalaman 20-650 meter.
2. Petromizontiformes (belut laut).
Tubuh berupa kombinasi antar kepala dan badan, berbentuk silinder. Ekor
pipih lateral. Sirip median. Ada corong bukal (buccal funnel/corong
mulut) di sebelah ventral kepala dan bergigi. Satu lubang hidung. Dua
buah mata, tertutup dengan kulit tembus cahaya (bukan kelopak mata).
Dibelakang tiap mata ada 7 celah insang. Di sepanjang sisi tubuh terdapat
titik-titik perasa. Anus pada dasar ekor, di dekatnya ada papilla urogenital.
Tidak ada sisik. Seluruh tubuh tertutup dengan epitel berlendir.

9
b. Kelas Chondrichthyes
Chondrichthyes (Gr. Chondros = tulang rawan: ichthyes= ikan). Kelas
ini diberi nama Chondrichthyes karena rangkanya tersusun dari tulang
rawan.Kelas ini merupakan hewan yang tingkatannya paling rendah dalam
vertebrata dengan vertebrae yang lengkap dan terpisah-pisah, mempunyai
rahang yang dapat digerakkan dan anggota gerak yang berpasangan.Semuanya
adalah hewan predator dan penghuni lautan.Contoh ikan hiu dan ikan pari.

Ikan hiu Ikan pari

Ciri-ciri dari kelas Chondrichthyes yaitu:

1. Kulitnya liat, dilindungi sisik placoid yang kecil dan mempunyai


banyak kelenjar mucus.

10
2. Mempunyai sirip median dan sirip berpasangan, semua di sokong
oleh jari-jari sirip; pada yang jantan sirip pelvis ada clasper( alat
untuk copulasi).
3. Mulut terletak di ventral,dengan gigi yang dilapisi email dan
geraham yang dapat digerakkan bersendi pada tulang cranium.
4. Skeleton dari tulang rawan ,tidak ada tulang sejati.
5. Tiga bagian saluran setengah lingkaran pada alat pendengaran.
6. Cor terdiri dari 2 ruang, 1 atrium dan 1 ventrikel. 
7. Respirasi dengan menggunakan 5-7 pasang insang,masing-masing
berada di dalam celah yang terpisah.
8. Susunan saraf mempunyai 10 pasang nervi craniales.
9. Temperatur tubuh bervariasi sesuai dengan lingkungannya
(piokiloterm).
10. Jenis kelamin terpisah, gonad berpasangan, saluran reproduksi
bermuara pada cloaca, fertilisasi internal, ovipar dan ovivivipar.

Kelas Chondrichthyes terbagi menjadi dua subkelas, yakni


Elasmobranchii (Hiu, Pari dan Skate) dan Holocephalii (Kimera, kadang-
kadang disebut hiu hantu, dan kadang-kadang dipisahkan menjadi kelas
tersendiri).

Ada 2 subkelas yang termasuk Chondrichtyes yaitu:

 Subkelas Elasmobranchii
Kelompok ini memliki ciri-ciri celah insang 5-7 pasang, tanpa tutup
insang, mempunyai operculum, dan mempuyai kloaka. Subkelas ini
mencakup dua ordo, yakni:

1. Ordo Squaliformes

11
Ordo squaliformes memiliki cirri-ciri, yaitu celah insang pada sisi
lateral kepala, tepi anterior sirip dada tidak melekat pada sisi tubuh. Ordo
ini mencakup 13 famili yang salah satu contohnya family squalidae
dengan contoh sepsis squalus acnathias atau mencangkup semua jenis
hiu.

Hiu Putih Hiu Kepala Martil Hiu Basking

 Ordo Rajiformes (Hypotremata)


Ordo rajiformes memilki cirri yaitu celah insang pada sisi ventral
kepala, tepi anterior sirip dada berlekatan dengan sisi-sisi kepala dan
badan. Ordo ini mencakup 7 famili, yang salah satu di antaranya Famiili
Rajidae dengan contoh spesies Raja erinaceae, mencangkup semua ikan
pari.

 Subkelas Holocephalii

12
Kelompok ini memiliki cirri-ciri, yaitu insang 4 pasang terletak pada
sisi kepala tertutup oleh tutup insang, dengan celah insang satu pasang.
Tanpa sisik, tanpa spirakulum, tanpa kloaka, tepi anterior sirip dada tidak
melekat pada tubuh. Subkelas ini mencakup satu ordo Chimaeriformes dan
satu family Chemaeridae dengan contoh spesies Chimaera monatrosa.
mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip
dengan ikan hiu ataupun ikan pari dalam hal: bentuk tubuh dan jumlah celah
insang.

Ikan kerapu tiku

c. Kelas Ostheichthyes
Kelompok Ostheichthyes ini memiliki kerangka yang tersusun dari
tulang keras yang mengandung matriks kalsium fosfat. Kelas ini mempunyai
mulut berahang, bergigi, dan berlidah. Kulit berlendir, bersisik ganoid,
sikloid atau stenoid, atau tidak bersisik. Jantung beruang dua, darah berwarna
pucat mengandung eritrosit yang berinti dan leukosit. Ikan ini juga
mempunyai sistemlimfa dan sistem porta renalis. Mempunyai hati yang
berkantung empedu. Lambung dipisahkan dari usus oleh sebuah katup,
mempunyai kloaka, tetapi tidak jelas adanya pankreas.

Pada umumnya yang dimaksud ikan adalah ikan-ikan yang masuk kelas
ostheichthyes, yang tubuhnya bersekelton tulang-tulang keras, terbungkus
oleh kulit yang bersisik, berbentuk seperti terpedo. Kelompok hewan ini hidup

13
di laut dan dihampir setiap habitat di air tawar.Ciri-ciri khusus ikan kelas ini
yaitu:

a. Kulit terdiri atas epidermis halus yang menghasilkan kelenjar murcosa


guna memudahkan bergerak diair dan guna melindungi diri terhadap
microorganisme, yang menyebabkan penyakit., biasanya diliputi oleh:
1. Sisik ganoid, berbentuk belah ketupat dengan bagian kecil
yang tertancap di dalam saku dermis, permukaan sebelah luar
dilapisi oleh zat ganoine, dan mengandung duri-duri halus.di
bawah sisik yang membelah tubuh terdapat linea lateraliss
yang berupa suatu saluran, yang didalamnya terdapat alat
sensor yang peka terhadap getaran di dalam gelombang air.
2. Sisik cycloid, berbentuk bulat dan di beberapa ikan akan
nampak lingkaran yang berbeda-beda.
3. Sisik ctneoid, berbentuk bulat agak lonjong, berduri kecil-
kecil pada bagian anterior, sedang pada posterior memecah
diri menjadi beberapa bagian
beberapa spesies tidak bersisik, bersirip pada mediana, baik
dorsal maupun ventral.
b. Mulut terletak di ujung dan bergigi rahang yang tumbuh dengan baik
dan bersendi pada tulang tempurung kepala, mempunyai dua sacci
olfactorius yang umumnya berhubungan dengan rongga mulut,
bermata besar, tidak berkelopak mata. Mata hanya dapat melihat
benda-benda dekat dan berlaku sebagai alat pengenal terhadap benda
yang bergerak di dalam air. Dalam telinga terdapat saluran setengah
lingkaran dan sebuah otolith sebagai alat keseimbangan.
c. Sekeleton bertulang keras, kecuali yang bertulang rawan.

14
d. Cor terdiri atas dua ruangan ( auriculum dan ventruiculum) dengan
sinus venosus dan conus arteryosus yang berisi darah vena, darah dari
auriculum melalui ventriculum yang berdinding tebal dipompa menuju
insang melalui conus arteriosus, terdapat 4 pasang archus aorticus, sel
darah merah berbentuk oval dan berinti, darah tampak pucat dan butir-
butir darah relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan vertebrata
darat. Plasma darah mengandung erythorcyt yang bernukleus. Limpa
sebagai bagian sistem sirkulasi terdapat di dekat lambung dengan
pembuluh-pembuluh lymphe.
e. Pernafasan dilakukan dengan bereberapa pasang insang yang terletak
pada arcus branchius yang berada dalam ruangan celah insang pada
kedua tepi samping dari pharynx, tertutup oleh operculum, biasanya
memiliki vesica peneumatica (gelembung udara) berisi gas-gas O2, N2,
CO2 yang berfungsi sebagai alat hydrostatis dengan menyesuaikan diri
kedalam air dan memiliki ductus pneumaticus. Waktu bernapas
operculum menutup melekat pada dinding tubuh, archus branchialis
mengembang ke arah latera.air masuk melalui mulut kemudian klep
mulut menutup sedang arcus branchialis berkontraksi, dengan
demikian operculum terangkat terbuka.Beberapa jenis mempunyai
bentuk seperti paru-paru misalnya pada dipnoi.
f. Otak terdiri atas lobus olfactorius, hemisphericus, lobus opticus
cerbellum.dari otak akan terdapat 10 pasang nervis cranialis sebagai

15
saraf perifer. Dari nervecord pada tiap vertebrae akan keluar syaraf-
syaraf yang akan memberi persyarafan pada tiap-tiap segmen tubuh
sekitarnya.
g. Suhu tubuhnya tergantung pada kondisi lingkungan sekitar.
h. Memiliki sepasang gonad, umumnya ovipar (beberapa ada yang
ovovovivipar atau vivipar) fertilasi (pembuahan) terjadi di luar tubuh
(kecuali beberapa sepesies), telur kecil berukuran sampai 12 mm,
kandungan kuning telur (yolk) bermacam-macam, segmentasi
biasanya secara meroblastis, tidak mempunyai membran embryo,
hewan mudanya (post larva) kadang-kadang tidak mirip dengan yang
dewasa.

i. Memiliki sirip ekor yang berdasarkan anatominya dibedakan menjadi


4 type yaitu:
1. Type protocercal, yaitu akhir columna vertebralis sampai
ujung ekor dan ekor berujung tumpul.

2. Type dhipicercal, yaitu akhir columna vertebralis sampai


ujung ekor dengan bentuk ujung runcing.

16
3. Type homocercal, yaitu bila columna vertebralis berakhir
tidak persis di ujung ekor, tapi agak membelok sedikit, tapi
ujung membagi diri menjadi dua bagian yang sama.

4. Type heterocercal, yaitu bila columna vertebralis berakhir


menjorok ke salah satu ujung ekor yang membagi diri
menjadi dua tidak sama panjangnya.

Osteichthyes mencakup subkelas Brachiopterygii dan subkelas


Sarcopterygii (yunani, sarkodes = berdaging) dan subkelas Actinopterygii
(yunani, aktin = berkas, pteryg = sirip).

 Subkelas Brachiopterygii
Kelompok ini memiliki tubuh yang tertutup oleh sisik tebal berbentuk
jajaran genjang, pangkal sirip menyempit dan tertutup oleh sisik-sisik, sirip
punggung tersusun atas 8 atau lebih lembaran-lembaran sirip berjejer ke
belakang, masing-masing dengan satu spina di bagian depan, ekor bertipe
diphycercal, gelembung udara seperti paru-paru. Contoh spesies adalah
Polypterus bichir.

 Subkelas Sarcopterygii
Kelompok ini memiliki sirip dada dan sirip pelvis yang berotot. Sirip ini
digunakan untuk berjalan di dasar perairan atau darat. Ikan yang termasuk

17
kelompok ini adalah ikan bersirip lobus dan ikan paru-paru (lungfish). Contoh
ikan bersirip lobus adalah coelancanth dengan nama spesies Latimeria
chalumnae. Ikan paru-paru hidup di rawa dan kolam. Ikan paru-paru akan naik
ke permukaan untuk bernapas, jika perairan mongering saat musim kemarau,
ikan paru-paru bersarang dalam lumpur.

 Subkelas Actinopterygii
Kelompok ini memilki sirip yang ditunjang oleh duri panjang yang lentur
sehingga disebut kelompok ikan bersirip duri, tanpa lubang hidung yang
bermuara di dalam mulut, tulang-tulang radius di dalam bonggol sirip yang
berpasangan tidak tersusun dalam dua deret. Subkelas ini mencakup sejumlah
ordo, yakni :

a.    Ordo Acipenseriformes

Ordo ini memilki ciri-ciri, yakni tubuh tertutup oleh lima baris kepingan
tulang, moncong memanjang, sirip ekor heterosercal. Ordo ini mencakup
family Acipenseridae dengan contoh spesies Acipenser orcyhynchus.

b.   Ordo Amiformes

18
Ordo ini memiliki cirri sirip ekor heterocercal pendek,, tulang-tulang
radius berlekatan dengan scapula-coracoid yang serupa tulang rawan.
Ordo ini memiliki satu family amidae dengan contoh spesies Amia calva.

c.    Ordo lepidosteiformes

Ordo ini memiliki cirri kulit bersisik ganoid yang berbentuk rhomboid,
moncong sangat memanjang dan pada ujungnya terdapat lubang hidung,
sirip ekor heterocercal pendek. Ordo mencakup satu family Lepidosteidae
dengan contoh spesies Lepisosteus osseus (ikan gar).

d.   Ordo Clupeiformes

Ordo ini memilki cirri-ciri  sisik-sisik bertipe sikloid, sirip ekor


homocercal, sirip penggung dan sirip dubur tanpa spina. Ordo ini
mencakup 29 famili di antaranya family clupeidaea dengan contoh spesies
Clupea harengus.

19
e.    Ordo scopeliformes

Ordo ini memilki cirri, sirip dorsal dan sirip anal tanpa spina, terdapat
dorsal kedua, mulut besar dan dilengkapi dengan gigi-gigi yang kecil yang
jumlahnya banyak, memilki alat penerangan. Contohnya adalah Harpodon
nehereus.

f.     Ordo Cyprinoformes

Ordo ini memiliki cirri, gelembung udara berhubungan dengan esophagus


dengan perantaraan suatu saluran, sirip-sirip tanpa spina atau dengan stau
spina pada tiap sirip punggung, sirip dada atau sirip ekor, sirip perut
terletak  di daerah abdomen. Ordo ini  mencakup subordo Cyprinoidea
dengan 5 famili di antaranya family Cyprinidae dengan contoh spesies
Cyprinus carpio serta subordo Siluroidea dengan 17 famili diantaranya
family Clariidae dengan contoh Claris bathracus

g.    Ordo Anguiliformes

Ordo ini memiliki cirri, tubuh memanjang seperti belut, kulit tanpa sisik
atau dengan sisik-sisik yang sangat kecil, sirip punggung dan sirip dubuur
panjang dan sempit, biasanya bertemu di bagian belakang, sirip perut (bila
ada) terletak di daerah abdomen, sirip-sirip tanpa spina. Ordo ini
mencakup 10 famili, di antarnya family Anguilidae contohnya Anguilla
bicolor, family Muraenidae contohnya Muraena picta.

20
h.   Ordo belaniformes

Ordo ini memilki cirri, tubuh pipih memanjang, tertutup oleh sisik sikloid,
sirip-sirip tanpa spina, sirip ventral di daerah abdomen, beberapa
anggotanya mempunyai sirip dada yang lebar dan panjang yang dapat
digunakan untuk terbang di atas permukaan air. Ordo ini mencakup 4
famili, di antaranya  Exocoetidae dengan contoh spesies Exocoetus
pecilopterus.

i.    Ordo Syngnathiformes

Ordo ini memilki cirri, tubuh tertutup oleh lapisan sisik atau cincin-cincin
bertulang, mulut terlatak di ujung moncong yang berbentuk buluh, jari-jari
sirip pada sirip punggung dan sirip dada tidak bercabang. Ordo ini
mencakuup 5 famili diantaranya Syngnathidae dengan spesies
Hippocamppus kuda.

21
j.     Ordo Ophiocephaliformes

Ordo ini memiliki cirri tubuh tertutup oleh sisik-sisk sikloid, kepala pipih
dorsoventral, tertutup oleh sisik-sisik yang lebar, sirip tanpa spina, insang
mepunyai benguanan tamabahan, gelembung udara sangat pangjang
sampai ke daerah caudal. Ordo ini mencakup satu family Ophiocephalidae
dengan spesies Ophiocephalus striatus.

k.   Ordo Synbranchidae

Ordo ini memilki cirri, tubuh panjang gilig seperti ular, tanpa sisik, tanpa
gelembung udara, sirip dorsal, sirip ekor, sirip dubur berhubungan
menjadi satu, sirip-sirip tanpa spina, celah insang tunggal di bagian
ventral. Ordo ini mencakup 2 famili di antaranya family Synbranchidae
dengan contoh spesies Monopterus albus.

l.    Ordo Perciformes

22
Ordo ini memiliki cirri, sirip  biasanya dengan spina, spira punggung dua
buah , sirip ventral di daerah dada, berjari-jari sirip tidak lebih dari 6 buah.
Ordo ini mencakup 1.000 famili diantaranya family Anabantidae dengan
contoh Anabas scandens dan family Trichiruridae dengan contoh
Trichiurus muticus

m. Ordo Pleuronectiformes

Ordo ini memilki cirri, tubuh pipih, kedua mata terletak disisi dirsal, sirip-
sirip umumnya tanpa spina, mencakup 4 famili Pleuronectidae dengan
contoh spesies Pleuronetes americanus dan family Cynoglossidae dengan
contoh spesies Cynoglosus litrus.

n.   Ordo Echeneiformes

Ordo ini memiliki cirri, sirip dorsal


pertama mengalami modifikasi menjadi
alat pelekat, pada sirip dorsal dan sirip anal tidak terdapat spina, tanpa
gelembung udara. Ordo ini mencakup family Echeneidae dengan contoh
Echeneis naucrates

o.    Ordo Tetradontiformes

Ordo ini memilki cirri, sisik-sisik mengalami modofikasi menjadi spina-


spina, tubuhnya tertutup oleh lem peng-lempeng tulang, celah insang
kecil. Mencakup 6 famili diantaranya family tetradontidae dengan contoh
spesies Tetradon sp dan Diadontidae dengan contoh spesies Diodon sp.

23
2. Penyu

Penyu merupakan hewan reptile yang hamper seluruh masa hidupnya


berada didalam lautan. Penyu termasuk binatang ovipar, pembuahan telur
berlangsung didalam tubuh induknya. Dalam memilih pantai untuk tempat
bertelur, penyu dipengaruhi oleh beberapa factor lingkungan antara lain
pasang surut, penutupan vegetasi, lebar dan kemiringan pantai dan juga tipe
pasir. Penyu memiliki kemampuan untuk memproduksi telur dalam jumlah
yang besar. Dari ratusan butir telur yang dihasilkan, hanya belasan tukik
yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa (Panjaitan et
al,2012).
Dari 7 jenis penyu yang ada didunia, 6 diantaranya hidup diperairan
Indonesia yaitu penyu belimbing(Dermochelys coriacea), Penyu
Hijau(Chelonia mydas), Penyu sisik(Eretmochelys imbricata), Penyu
lekang(Lepidochelys olivacea), Penyu tempayan(Caretta caretta) dan
Penyu pipih(Natator depressus) (Panjaitan et al,2012).
Penyu adalah kura-kura laut. Menurut data para ilmuwan,
penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura (145 - 208 juta tahun yang
lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Penyu laut termasuk ke dalam
kelompok reptilia yang mempunyai daerah jelajah yang sangat luas,
yang mendiami laut tropis dan subtropis di seluruh dunia. Penyu laut
diperkirakan telah menghuni bumi ini lebih dari 100 juta tahun. Oleh
karena itu penyu laut dikenal sebagai fosil hidup. Penyu merupakan
penjaga keseimbangan ekosistem laut karena dimana ada habitat
penyu pasti disana terdapat kekayaan laut yang melimpah.

24
Penyu berbeda dengan kura-kura, perbedaan penyu dan kura-
kura terletak dimana mereka dapat hidup, kura-kura hidup di darat
sedangkan penyu hidup di laut tapi terkadang muncul di darat. Selain
itu perbedaan penyu dan kura-kura adalah kura-kura dapat memasukan
kepalanya ke dalam tempurung nya, sedangkan penyu tidak dapat
memasukan kepalanya kedalam tempurung nya.

Gambar 1. Perbedaan Penyu dan Kura-kura

Ada 3 perbedaan antara penyu dan kura-kura, yaitu:


1. Dilihat dari bentuk kakinya, kaki penyu itu tidak berjari beda dengan kura-kura
kakinya itu membentuk jari
2. Dilihat dari tempurung, yang mempunyai tempurung itu hanya kura-kura
sedangkan penyu tidak punya.
3. Penyu itu mengenal yang namanya “mudik” , penyu akan kembali ke tempat
kelahirannya ketika dia akan melahirkan, jadi kalau dia dulu melahirkan di
perairan indonesia terus berpetualang di benua Amerika atau Afrika pasti suatu
saat ketika dia akan melahirkan dia akan kembali ke tempat asalnya.

a. Klasifikasi Penyu:
Menurut Jatu (2007), klasifikasi penyu digolongkan dalam :

25
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Order : Testudines
Suborder : Cryptodira
Superfamily : Chelonioidea (Bauer 1893)
Family : Cheloniidae (Oppel 1811)
Species : 1. Cheloniamydas (Penyu hijau)
2. Eretmochelys imbricate (Penyu sisik)
3. Lepidochelys kempi (Penyu lekang kempi)
4. Lepidochelys olivacea (Penyu lekang)
5. Natator depressus (Penyu pipih)
6. Caretta caretta (Penyu tempayan)
Family : Dermochelyidae
Species : Dermochelyscoriacea (Penyu belimbing)

b. Morfologi Penyu
Secara morfologi, penyu mempunyai keunikan–keunikan tersendiri
dibandingkan hewan–hewan lainnya. Tubuh penyu terbungkus oleh tempurung
atau karapas keras yang berbentuk pipih serta dilapisi oleh zat tanduk. Karapas
tersebut mempunyai fungsi sebagai pelindung alami dari predator. Penutup pada
bagian dada dan perut disebut dengan plastron. Ciri khas penyu secara morfologis
terletak pada terdapatnya sisik infra marginal (sisik yang menghubungkan antara
karapas, plastron dan terdapat alat gerak berupa flipper). Flipper atau tungkai
pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung, ini memberinya ketangkasan
berenang di dalam air dan flipper pada bagian belakang berfungsi sebagai alat
kemudi dan alat penggali..

26
Gambar 2. Bagian-Bagian Tubuh Penyu (Sumber : Yayasan Alam Lestari 2000)

Pada penyu-penyu yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang


dapat dilihat dari warna tubuh, bentuk karapas, serta jumlah dan posisi sisik pada
badan dan kepala penyu. Penyu mempunyai alat pencernaan luar yang keras,
untuk mempermudah menghancurkan, memotong, dan mengunyah makanan.
Walau selama bertahun-tahun berkelana di dalam air, sesekali hewan
kelompok vertebrata, kelas reptilia itu tetap harus naik kepermukaan air setiap 20
- 30 menit untuk mengambil nafas karena penyu bernafas dengan paru-paru.
Tubuh penyu lunak dan termasuk berdarah dingin, serta dilindungi cangkang yang
kuat, telinga penyu tidak terlihat tapi penyu mempunyai gendang telinga yang
terlindungi oleh kulit. Penyu pada umunya bermigrasi dengan jarak yang cukup
jauh dengan waktu yang tidak terlalu lama, jarak 3000 km dapat ditempuh selama
58 – 73 hari. Tidak banyak regenerasi yang dihasilkan seekor penyu, dari ratusan
butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya
belasan yang berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun tidak
memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan predator alaminya seperti
kepiting, burung dan tikus dipantai, serta ikan-ikan besar begitu tukik (anak
penyu) tersebut menyentuh peraian dalam.

c. Jenis-Jenis Penyu
Jenis penyu di dunia terdiri dari 7 macam, yaitu :

27
1. Penyu hijau / Green Turtle (Chelonia mydas)
Penyu hijau adalah penyu laut besar yang termasuk dalam keluarga
Cheloniidae. Dinamai penyu hijau bukan karena sisiknya berwarna hijau, tapi
warna lemak yang terdapat di bawah sisiknya berwarna hijau. Jumlah Penyu
Hijau semakin berkurang karena banyak diburu untuk diambil pelindung
tubuhnya (karapaks dan platron) sebagai hiasan, telurnya sebagai sumber
protein tinggi dan obat, juga dagingnya sebagai bahan makanan.

Gambar 3. Penyu Hijau

Penyu hijau memiliki ciri-ciri karapas berbentuk oval dan bentuk


karapasnya tidak meruncing di punggung serta memiliki kepala yang bundar.
Memiliki sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang, kuku pada kaki
depannya hanya satu, warna karapasnya coklat atau kehitam-hitaman. Ukuran
panjang penyu hijau antara 80-150 cm dengan berat dapat mencapai 132 kg
(Safrizal 2009).
Penyu hijau sangat jarang ditemui di perairan beriklim sedang, tetapi
sangat banyak tersebar di wilayah tropis dekat dengan pesisir benua dan
sekitar kepulauan. Penyu hijau dewasa merupakan herbivora dengan makanan
utamanya adalah lamun dan alga, sedangkan tukik penyu hijau merupakan
omnivora. Penyu hijau terdapat di kawasan pesisir Afrika, India dan Asia
Tenggara serta sepanjang garis pantai Australia dan Kepulauan Pasifik
Selatan. Penyu hijau ini pula merupakan penyu yang banyak ditemukan di
Indonesia. (Safrizal 2009).

28
2. Penyu Sisik / Hawksbill Turtle (Eretmochelys imbricata)
Penyu sisik atau dikenal sebagai hawksbill turtle karena paruhnya tajam
dan menyempit/ meruncing dengan rahang yang agak besar mirip paruh
burung elang. Demikian pula karena sisiknya yang tumpang tindih/ over
lapping (imbricate) seperti sisik ikan maka orang menamainya penyu sisik.
Penampilan penyu sisik mirip dengan penyu lainnya. Penyu ini umumnya
memiliki bentuk tubuh yang datar, dengan sebuah karapaks sebagai
pelindung, dan sirip menyerupai lengan yang beradaptasi untuk berenang di
samudra terbuka. Penyu sisik dewasa memiliki ukuran panjang total karapas
82,5 cm sampai 91 cm dengan berat tubuh maksimum 82,5 kg (Ismu 1992).

Gambar 4. Penyu Sisik

Perbedaan E. imbricata dari penyu lainnya yang sangat mudah dibedakan


adalah paruhnya yang melengkung dengan bibir atas yang menonjol dan
tampilan pinggiran cangkangnya yang seperti gergaji. Tengkorak kepala
bagian depan (anterior) sempit dan bentuk rahang atas seperti sebuah paruh
yang bengkok dan sempit. Warna kulit sisik pada karapas penyu dewasa
sangat mencolok, biasanya kuning sawo dengan bercak-bercak coklat
kemerahan, coklat kehitaman dan kuning tua, sedangkan warna kulit sisik
pada bagian perut (plastron) kuning muda yang kadang-kadang dihiasi juga
dengan bercak-bercak coklat kehitaman (Ismu 1992).
Sebagian besar penyu sisik bertelur di pulau-pulau terpencil. Penyu sisik
selalu memilih kawasan pantai yang gelap, sunyi dan berpasir untuk bertelur.

29
Paruh penyu sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu menjangkau
makanan yang berada di celah-celah karang seperti sponge dan anemon.
Penyu Sisik bersifat karnivora tetapi setelah dewasa bersifat omnivora. Penyu
Sisik memakan moluska, krustase, uburubur, rumput laut. Rahang berbentuk
paruh merupakan alat yang kuat untuk memecah cangkang moluska maupun
kepiting yang didapat di sekitar karang. (Yusri, Safran 2009)

3. Penyu lekang / Olive Ridley Turtle (Lepidochelys olivacea)


Penyu lekang memiliki karapas berbentuk kubah tinggi, terdiri dari 5
pasang coastal scutes dimana setiap sisinya terdiri dari 6-9 bagian, bagian
pinggir karapasnya lembut. Penyu lekang ini serupa dengan penyu hijau
namun kepalanya lebih besar dan bentuk karapasnya lebih langsing dan
bersudut.

Gambar 5. Penyu Lekang

Tubuhnya berwarna hijau pudar, mempunyai lima buah atau lebih sisik
lateral di sisi sampingnya dan merupakan penyu terkecil di antara semua jenis
penyu yang ada saat ini. Penyu lekang merupakan penyu karnivor, makannya
berupa kepiting, kerang, udang dan kerang remis (Safrizal 2009).

4. Penyu Lekang Kempii / Kemp’s ridley Turtle (Lepidochelys kempi)


Dalam bahasa Inggris spesies ini disebut sebagai Kemp’s ridley turtle.
Tubuhnya mirip dengan penyu lekang hanya sedikit lebih besar. Kata
Kemp’s pada Kemp’s ridley turtle digunakan untuk mengenang Richard Kemp

30
yang telah meneliti jenis ini sehingga bisa dibedakan dengan penyu lekang.
Tidak seorangpun tahu makna kata “ridley” di tengah nama mereka. Sebagian
orang berpendapat kata tersebut mungkin berasal dari kata “riddle” atau
“riddler” (teka-teki) karena memang teka-teki selalu ditimbulkan oleh penyu
jenis ini. Tidak ada yang tahu dari mana spesies ini datang dan di mana
feeding ground mereka.

Gambar 6. Penyu Lekang kempii

Genus Lepidochelys ini sering kali melakukan peneluran secara bersama-


sama dalam jumlah yang sangat besar yang dikenal dengan sebutan arribada
(Spanyol) yang berarti arrival (Inggris). Pada 1947, Kemp’s ridley turtle
melakukan peneluran yang sangat spektakuler dengan jumlah induk sekitar 40
ribu ekor bertelur secara bersamaan di pantai sepanjang 300 km di Rancho
Nuevo (Mexico) di siang hari. Hal ini kemungkinan bertujuan untuk
memastikan sebagian telur akan terselamatkan walaupan sebagian lagi akan
dimakan pemangsa. Seperti halnya penyu tempayan, penyu lekang kempii
termasuk jenis karnivora. Mereka juga memakan kepiting, kerang, udang dan
kerang remis.

5. Penyu Pipih / Flatback Turtle (Natator depressus)


Penyu pipih adalah spesies penyu yang endemik di landas kontinen
Australia. Penyu pipih termasuk ke dalam super familia Cheloniidae dan satu-
satunya spesies yang ditemukan dalam genus Natator. Penyu pipih dewasa

31
memiliki karapas rendah berkubah, dengan tepi terbalik, yang panjangnya
sekitar 90-95 cm.

Gambar 7. Penyu Pipih

Karapas berwarna zaitun abu-abu dan plastron berwarna krem. Bayi penyu
pipih memiliki karapas abu-abu dengan sisik khas bergaris hitam. Plastron
dan tepi karapas berwarna putih. Jenis ini karnivora sekaligus herbivora.
Mereka memakan timun laut, ubur-ubur, kerang-kerangan, udang, dan
invertebrata lainnya.

6. Penyu Tempayan / Loggerhead Turtle (Caretta caretta)


Penyu ini dalam bahasa Inggris bernama loggerhead turtle. Warna
karapasnya coklat kemerahan, kepalanya yang besar dan paruh yang
bertumpuk (overlap) salah satu ciri mengenali penyu tempayan. Disamping
itu, terdapat lima buah sisik di kepala bagian depan (prefrontal), umumnya
terdapat empat pasang sisik coastal. Lima buah sisik vertebral. Plastron
berwarna coklat muda sampai kuning. Penyu tempayan termasuk jenis
karnivora yang umumnya memakan kerang-kerangan yang hidup di dasar laut
seperti kerang remis, mimi dan invertebrata lain.

32
Gambar 8. Penyu Tempayan

Penyu tempayan memiliki rahang yang sangat kuat untuk menghancurkan


kulit kerang. Penyu tempayan dapat dijumpai hampir di semua lautan di
dunia. Hewan ini memiliki panjang 70 cm - 210 cm dengan berat 135 kg - 400
kg. Penyu tempayan memiliki kebiasaan akan kembali ke pantai tempat asal ia
menetas untuk bertelur. Penyu tempayan mulai bertelur setelah berumur 20 -
30 tahun dan mempunyai masa penetasan telur selama 60 hari.

7. Penyu Belimbing / Leatherback Turtle (Dermochelys coriacea)


Penyu belimbing adalah sejenis penyu raksasa dan satu-satunya jenis dari
suku Dermochelyidae yang masih hidup. Penyu ini merupakan penyu terbesar
di dunia dan merupakan reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis
buaya. Penyu belimbing dikenal oleh beberapa masyarakat dengan sebutan
penyu raksasa, kantong atau mabo.

Gambar 9. Penyu Belimbing

33
Penyu belimbing memiliki karapas berwarna gelap dengan bintik putih.
Ukuran penyu belimbing dapat mencapai 180 cm dan berat mencapai 500 kg.
Penyu belimbing dapat ditemukan dari perairan tropis hingga ke lautan
kawasan sub kutub dan biasa bertelur di pantai-pantai di kawasan tropis.
Spesies ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di lautan terbuka dan
hanya muncul ke daratan pada saat bertelur. Penyu belimbing betina dapat
bertelur empat sampai lima kali per musim, setiap kali sebanyak 60 sampai
129 telur. Penyu belimbing bertelur setiap dua atau tiga tahun dengan masa
inkubasi sekitar 60 hari.

3.Ular Laut
Pengertian Ular Laut
Ular laut (Hydrophiinae) adalah anak suku dari suku ular berbisa Elapidae
yang semuanya hidup di dalam laut, nama ilmiah ular-ular ini sesuai dengan ciri-
cirinya (Hydro="air/laut/perairan" dan Ophis="ular"). Ular laut terdiri dari banyak
jenis (salah satu di antaranya ular Erabu atau Laticauda spp.) dan semuanya
merupakan ular yang memiliki racun yang sangat kuat.
Sebelumnya, terdapat sekitar 17 genus ular laut. Namun studi DNA
dilakukan kembali dan akhirnya ilmuwan sepakat ada 9 genus.
 Rumpun Hydrophiini:
1. Aipysurus - Ular zaitun (Lacépède 1804)
2. Emydocephalus - Ular laut kepala kura-kura (Krefft 1869)
3. Ephalophis - Ular payau Grey (M. A. Smith 1931)
4. Hydrelaps - Ular payau Darwin (Boulenger 1896)
5. Hydrophis - Ular laut Oseania (Sonini & Latreille 1801)
6. Kolpophis - Ular laut kepala lebar (M. A. Smith 1926)
7. Parahydrophis - Ular setu (Burger & Natsuno 1974)
8. Thalassophis - Ular laut indo-malaya (P. Schmidt 1852)

34
 Rumpun Laticaudini:
1. Laticauda – Ular Erabu (Laurenti 1768)

Morfologi Ular Laut


Keluarga ular Hydrophiinae terdiri dari jenis-jenis ular laut, kebanyakan
dari mereka seratus persen aquatik dalam hidupnya, namun mereka masih harus
ke atas permukaan air karena mereka tidak memiliki insang. Biasanya ditemukan
di laut, namun beberapa spesies juga dapat hidup di air payau.
Kebanyakan spesies dapat ditemukan beberapa meter dari pesisiran pantai.
Mereka telah beradaptasi dengan baik untuk hidup sepenuhnya di laut, mereka
memiliki lubang hidung yang berada di atas kepalanya sehingga dapat menghirup
udara saat berada di bawah air.  Beberapa juga mampu menyerap sedikit kadar
oksigen di air melalui kulit mereka, mirip seperti cara amfibi, sehingga tetap
dapat di bawah air selama beberapa jam. 
Buntut mereka telah berevolusi dengan memiliki bentuk seperti dayung
untuk memudahkan berenang. Semua ular dari keluarga ini bertaring depan
dan berbisa tinggi namun biasanya mereka tidak agresif.  Bahkan spesimen 'mati'
ditemukan di pantai sebaiknya jangan disentuh, karena beberapa spesies dalam
kebiasaan pura-pura mati ketika terdampar oleh air pasang . Semua ular laut
melahirkan dan biasa memangsa ikan dan belut. Ular laut biasanya hanya hidup di
lautan tropis, di Indonesia mereka utamanya tersebar di Samudra India bagian
tengah dan utara serta bagian barat Samudra Pasifik. 

a. Jenis-Jenis Ular Laut


1. Ular zaitun
Ular zaitun adalah kelompok ular laut yang terdapat di perairan Indo-
Australia. Dinamai demikian karena tubuh mereka yang berwarna zaitun.

35
Gambar 12. Aipysurus laevis

Klasifikasi ular zaitun adalah sebagai berikut :


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Subfamili : Hydrophiinae
Genus : Aipysurus (Lacépède 1804)
Spesies : Aipysurus laevis

Adapun spesies-spesies dari ular zaitun ialah :


Aipysurus apraefrontalis (Smith 1926)
Aipysurus duboisii (Bavay 1869)
Aipysurus eydouxii (Gray 1849)
Aipysurus foliosquama (Smith 1926)
Aipysurus fuscus (Tschudi 1837)
Aipysurus laevis (Lacépède 1804)
Aipysurus mosaicus (Sanders, Rasmussen, Elmberg, Mumpuni, Guinea, Blias,
Lee & Fry 2012
Aipysurus tenuis (Lönnberg & Andersson 1913)

36
2. Ular Laut Kepala Kura-Kura
Emydocephalus annulatus, umumnya dikenal sebagai ular laut berkepala
penyu atau ular laut pemakan telur adalah spesies yang berbisa dari ular laut
yang dapat ditemukan di perairan Oceania dekat Australia dan beberapa
Kepulauan Pasifik seperti Filipina dan Loyalty Islands dari Kaledonia Baru.

Gambar 13. Emydocephalus annulatus

Ular jenis ini memiliki kepala yang tumpul dan berukuran sedang serta
memiliki badan ramping dan bervariasi dalam warna. Seekor satu ular hanya
mungkin menunjukkan satu warna atau mungkin campuran antara pola putih
dan kuning dengan lingkaran hitam. Ular ini memiliki sisik di atas kepala
yang besar. Ukuran rostral pada ujung moncong berbentuk kerucut, dan kedua
dari tiga skala supralabial adalah yang terbesar. Tubuhnya memiliki sisik
tumpang tindih sebanyak 15-17 baris yang halus. Serta memiliki 125-145
sisik ventral.

Klasifikasi ular kepala kura-kura adalah sebagai berikut :


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata

37
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Subfamili : Hydrophiinae
Genus : Emydocephalus
Spesies : Emydocephalus annulatus

3. Ular Payau Grey


Spesies ini endemik dari barat laut Australia di daerah yang cukup
terpencil. Ephalophis greyae dapat ditemukan di sepanjang pantai barat laut
Australia Barat dari Kimberley Region ke Shark Bay (Storr et al. 1986).

Gambar 14. Ephalophis greyae

Habitat ular ini berada di dataran pesisir dangkal (McDowell 1974), di


hutan bakau dan lumpur muara (Heatwole 1999). Ular payau Grey mencari
makan di sepanjang perbatasan daerah pasang surut, jenis makanan dari ular
ini biasanya ikan gobi atau telur ikan gobi (H. Penrose dan M. Guinea pers.
Comms 2009 ).

Klasifikasi ular payau grey adalah sebagai berikut :


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata

38
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Subfamili : Hydrophiinae
Genus : Emydocephalus
Spesies : Ephalophis greyae

4. Ular Payau Darwin


Spesies ini dapat dijumpai di sepanjang pantai utara Australia dan di
pantai selatan Papua New Guinea. Tidak ada informasi tentang status
populasi, namun, tidak ada bukti ancaman utama. Hydrelaps darwiniensis
adalah jenis ular laut mangrove dan mampu hidup di daerah yang dihuni oleh
manusia. Spesies ini terdaftar sebagai spesies yang hampir punah, karena
jumlahnya yang sangat sedikit. Ular payau Darwin biasanya berada di daerah
bakau yang berlumpur (Guinea et al 1993).

Gambar 15. Hydrelaps darwiniensis (Black-ring Sea Snake)

Klasifikasi dari ular payau Darwin adalah sebagai berikut :


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata

39
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Subfamili : Hydrophiinae
Genus : Hydrelaps
Spesies : Hydrelaps darwiniensis

5. Ular Laut Oseania


Ular laut Oseania atau ular laut biasa (common sea snake) adalah
kelompok ular laut yang tersebar luas di perairan Nusantara hingga Polinesia
Perancis.

Gambar 16. Hydrophis cyanocinctus

Ular jenis ini ditemukan di Samudera Hindia (Dari Teluk Persia, Iran,
Pakistan, India, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Malaysia,
Filipina: Visayan Sea, Panay) dan perairan laut di sekitar Korea, Jepang,
Kepulauan Solomon, Laut Cina Selatan (termasuk Hainan ), Laut Cina timur
(termasuk Taiwan ), daerah pesisir Shandong dan Liaoning ( China ) pantai
Teluk Persia ( Oman , Uni Emirat Arab ), timur melalui Asia Selatan sampai
New Guinea.
Cyanocinctus Hydrophis mendiami perairan pantai yang dangkal.
Sehingga ular ini sering tertangkap oleh alat tangkap trawl. Ular ini
memakan invertebrata laut dan juga berbagai kelompok ikan seperti belut
laut dan ikan gobi. Spesies ini merupakan ovoviviparous. Anakan ular yang
baru lahir panjangnya sekitar 38 cm.

40
Klasifikasi ular laut oseania adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Subfamili : Hydrophiinae
Genus : Hydrophis (Latreille In Sonnini & Latreille 1801)
Spesies : Hydrophis cyanocinctus

6. Ular Laut Kepala Lebar


Bighead Sea Snake adalah spesies ular laut yang tersebar di Samudera
Hindia (Malaysia, Vietnam dan Indonesia: Kalimantan, Jawa).

Gambar 17. Kolpophis annandalei (Bighead Sea Snake)

Klasifikasi ular laut kepala lebar ialah :


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae

41
Genus : Kolpophis
Spesies : Kolpophis annandalei (Laidlaw 1901)

7. Ular Setu
Ular setu (Parahydrophis mertoni) adalah ular dalam keluarga
Colubroidea. Jenis ini adalah satu-satunya spesies di genus Parahydrophis.
Parahydrophis mertoni pertama kali dikenalkan secara ilmiah oleh Roux pada
tahun 1910. Spesies ini ditemukan di bagian selatan Asia di Indonesia dan di
Australia .

Gambar 18. Parahydrophis mertoni

Klasifikasi ular setu adalah sebagai berikut :


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Colubroidea
Subfamili : Elapidae
Genus : Parahydrophis
Spesies : Parahydrophis mertoni (Roux 1910)

8. Ular Laut Indo-Malaya


Anomali Sea Snake (Thalassophis anomalus) adalah spesies dari ular laut
yang memiliki bisa mematikan. Distribusinya mencakup Laut China Selatan

42
(Malaysia, Teluk Thailand), dan Samudera Hindia (Sumatera, Jawa,
Kalimantan).

Gambar 19. Thalassophis anomalus (Anomali Sea Snake)

Klasifikasi ular laut indo-malaya adalah sebagai berikut :


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Genus : Thalassophis
Spesies : Thalassophis anomalus (Schmidt 1852)

9. Ular Erabu
Laticauda adalah genus dari ular dari subfamili ular laut Laticauda.
Spesies yang paling disesuaikan dengan kehidupan laut dari semua anggota
ular laut. Mereka memiliki sisik ventral yang lebar khas ular terestrial dan
sirip ekor yang kurang berkembang. Spesies ini mampu hidup di darat dan di
laut dangkal.

43
Gambar 20. Laticauda colubrina

Klasifikasi ular erabu adalah sebagai berikut :


Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Genus : Laticauda
Spesies : Laticauda colubrine
Panjang Maksimum : Betina : 142 cm
Jantan : 87.5 cm
Ular erabu atau ular laut belang merupakan jenis ular yang paling tersebar
luas dari marga Laticauda. Ular tersebut merupakan spesies ular amfibi yang
menghabiskan sebagian besar hidupnya di laut, tetapi datang ke darat untuk
bereproduksi, ia merupakan salah satu jenis ular laut yang menghabiskan
cukup banyak waktunya di daratan. Dalam adaptasi gaya hidup semi-akuatik,
Ular Laut Belang telah berkembang morfologi yang khusus. Ular ini memiliki
sisik ventral dan bentuk tubuh silinder yang khas dari ular darat, sebuah fitur
yang tidak dimiliki oleh ular laut asli, hal ini membantu dalam menjelajahi
darat dan di pohon-pohon rendah. Sama seperti ular laut lainnya, ekornya
berbentuk dayung, yang memberikan gerakan cepat di air.

44
Ular Laut Belang menampilkan belang-belang melintasi seluruh tubuhnya,
spesies ular ini memiliki dimorfisme seksual, yang betina memiliki tubuh
lebih berat dan sekitar sepertiga lebih panjang dari jantan. Kepala dan ekor
terlihat mirip, yang berfungsi untuk membingungkan predator sehingga
mengarahkan serangan mereka ke ekornya. Kepalanya kecil, sedikit berbeda
dari tubuh, yang berwarna abu-abu kebiruan dengan mulus, sisik berspasi
teratur. Belang-belang hitam sama jarak melingkari tubuhnya dan kontras
tajam dengan kuning terang atau krem. Moncong, bibir atas dan garis tebal di
atas mata berwarna kuning, tapi bagian sisa kepalanya hitam.
Ular ini akan pergi ke daratan khususnya pada sebuah pulau terpencil untuk
beristirahat, mencerna makanannya dan mengganti kulit, selain itu ia juga
dapat menelur, yang dapat berjumlah 4 - 20 butir telur. Masing-masing jenis
kelamin spesies ular ini memiliki kebiasaan berburu yang berbeda, namun
keduanya memangsa terutama pada belut, khususnya ular yang sudah dewasa,
dimana saat masih muda mereka memangsa pada ikan, cumi, kepiting dan
telur ikan. Ular betina lebih cenderung memangsa pada belut lebih besar yang
berada pada celah-celah terumbu karang, dimana yang jantan lebih sering
ditemukan memburu belut yang lebih kecil di dasar laut. Ular ini juga telah
terlihat aktif berburu di pantai, pada saat surut, dimana ia mencari sisa-sisa
makanan, Ular ini biasanya ditemukan pada perairan tropis yang cetek,
dimana banyak terumbu karang hingga kedalaman 10 m dan hutan bakau.
Berikut adalah delapan spesies yang diakui sampai saat ini:
1. Laticauda Colubrina ( Schneider 1799) – Ular laut bibir kuning
2. Laticauda crockeri (Slevin 1934) - Ular laut Crocker
3. Laticauda frontalis (De Vis 1905)
4. Laticauda guineai (Heatwole, Busack & Cogger 2005) - Ular laut Guinea
5. Laticauda laticaudata (Linnaeus 1758) – Ular laut bibir biru
6. Laticauda saintgironsi (Cogger & Heatwole 2006) - Ular laut Saint Girons

45
7. Laticauda schistorhynchus (Günther 1874) – Ular laut katuali atau Ular
laut Niue
8. Laticauda semifasciata (Reinwardt di Schlegel 1837) – Ular laut hitam
banded.
Spesies L. schistorhynchus dan L. semifasciata telah ditempatkan dalam
genus Pseudolaticauda oleh beberapa penulis. Anggota dari genus Laticauda
dapat tumbuh hingga panjang 1,5 meter (4,9 kaki). Spesies Laticauda
ditemukan di seluruh laut selatan dan pulau-pulau Asia tenggara menyebar
dari India di barat, utara sejauh Jepang, dan tenggara ke Fiji. Mereka sebagian
besar ditemukan di perairan pesisir. Kebanyakan dari spesies ini memakan
moray, belut, cumi-cumi, kepiting, dan ikan. Ular ini tidak pernah dijumpai
makan di daratan.

C. Kandungan Senyawa Aktif Biota Laut


 Senyawa Taurin atau biasa dikenal sebagai asam 2-
aminoethanosulfinat (C2H7NO3S) yang berasal dari Ekstrak Kuda Laut
dapat Mempengaruhi proses pemeliharaan spermatogenesis. Oleh
karena itu Kuda laut dikenal sebagai obat Afrodisiak.
 Senyawa kimia dalam sisik ikan seperti protein organic (Kolagen dan
Ichtylepidin) dapat digunakan sebagai proses penyembuhan jaringan
lunak rongga mulut, regenerasi dentin tulang alveolar.
 Ekstrak kuda laut mengandung taurin, zat besi dan progesterone yang
tinggi dapat meningkatkan kadar hemoglobin darah melalui proses
fisiologis tubuh.
 Didalam ekstrak kuda laut terkandung senyawa bioaktif seperti
flavonoid, triterpenoid, steroid, saponin, dan fenol hidrokuinon.
 Kandungan tepung abu kuda laut berupa 8 jenis asam amino esensial
dan 7 jenis asam amino nonesensial

46
 Squamlamine yang merupakan senyawa bioaktif dari isolasi ikan hiu
Squalus achantias menunjukan sifat bioaktif sebagai antibakteri. Dsn
juga memiliki manfaat dalam penanganan jenis kanker tertentu.
 Asam lemak w-3 (n-3 LC PUFA) dikenal dapat mencegah timbulnya
penyakit Cardiovascular (CvD).
 Senyawa Selenium pada ikan Tuna dapat menghambat tumbuhnya
kabker seperti kanker kulit, dan paru-paru.
 Senyawa karotenoid pada ikan berwarna merah-orange berguna sebagai
antioksidan.
 Sirip ikan hiu berperan sebagai anti bakteri

D. Teknik Collecting Biota Laut.


 Teknik pengumpulan Kuda laut segar didapat dari nelayan kemudian
dilakukan penyortiran berdasarkan panjang tubuh, jumlah cincin ekor,
tonjolan mata, tonjolan dagu, jumlah sirip insang, dan jumlah sirip
punggung.
 Sampel ikan yang digunakan berasal dari nelayan dalam keadaan beku
dan kemudian diidentifikasi.
 Untuk ikan hiu, sebelum pengambilan sampel sirip, tubuh ikan diukur
panjang tubuh dan bobot tubuh terlebih dahulu. Sampel yang diambil
adalah sirip ekor hiu yang masuk dalam kategori dewasa. Dengan
panjang total tubuh ikan yang berikisar lebih besar dari 100 cm dan
ditandai dengan hilangnya tanda pusar pada bagian ventral tubuh dekat
mulut (BPSPL, 2017). Sirip ekor hiu yang masih segar diambil dalam
kondisi terpisah dari bagian tubuh utama. Selanjutnya, beberapa sirip
ekor hiu ditimbang beratnya hingga 1 Kg. kemudian sampel tersebut
dilakukan preparasi dan ekstraksi.

47
E. Proses Formulasi
 Penggunaan sirip hiu sebagai antibakteri
Sampel yang telah dicincang halus diekstraksi dengan menggunakan 3
jenis pelarut pro analis, yaitu: pelarut polar (metanol), semipolar
(kloroform) dan non polar (n-heksan). Ekstraksi dilakukan dengan
maserasi sampel sirip ekor hiu Carcharhinus melanopterus yang sudah
dicincang pada suhu kamar dengan pelarut n-heksan sebanyak 900ml
untuk 300gr sampel daging sirip (Nimah et al, 2012), lalu direndam
pada labu erlenmeyer dan dilanjutkan pemberian perlakuan yang sama
dilakukan pula pada pelarut kloroform dan metanol. Proses maserasi
dilakukan selama 2x24 jam dengan pengulangan sebanyak 3 kali, lalu
sampel akan disaring menggunakan kertas saring Whatman.
Selanjutnya, hasil penyaringan diuapkan secara vakum menggunakan
rotavapor pada suhu ±40OC untuk mendapatkan ekstrak pekat. Hasil
dari penyaringan (filtrat) kemudian dimasukkan ke dalam botol vial
yang sebelumnya telah ditimbang bobot untuk mendapat nilai
rendemennya. Rendemen hasil ektraksi dapat dihitung
menggunakan rumus (Sani et al, 2014)

Hasil rotavapor dituang ke dalam cawan untuk diuapkan dengan


menggunakan kipas angin agar mempercepat proses penguapan.
Ekstrak yang diperoleh kemudian ditimbang untuk kemudian disimpan
di freezer (±200C) yang nantinya akan digunakan untuk uji
selanjutnya.

Identifikasi golongan senyawa metabolit sekunder (Harborne, 1998):

 Uji alkaloid sampel ekstrak 2 mL (±0,05% b/v) dilarutkan dalam asam


klorida 2 N (v/v) sebanyak 5 ml, ditambahkan 3 tetes pereaksi Wagner yang
dibuat dengan cara 10 ml akuades dipipet kemudian ditambahkan 2,5 gram

48
iodin dan 2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan
akuades menjadi 200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini berwarna coklat dan
hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Wagner terdapat endapan
coklat.
 Uji flavonoid dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel (0,05%
b/v) ditambahkan serbuk Mg dan HCL pekat. Senyawa flavonoid ditunjukkan
dengan terbentuknya warna merah atau jingga hingga kuning.
 Uji saponin dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel (±0,05%
b/v) dilarutkan dalam aquades pada tabung reaksi, ditambah 10 tetes KOH
dan dipanaskan dalam penangas air 50°C selama 5 menit, dan dikocok
selama 15 menit. Jika terbentuk busa mantap dan tetap stabil selama 15 menit
menunjukkan adanya senyawa saponin.
 Uji steroid dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel (±0,05%
b/v) ditambah dengan pereaksi Liberman Burchard 1 mL. Senyawa steroid
ditujukan dengan terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman.
 Uji polifenol dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel
(±0,05% b/v) dilarutkan dalam aquades 10 mL, dipanaskan 5 menit dan
disaring. Filtrat yang terbentuk ditambahkan 4-5 tetes FeCl35% (b/v).
Senyawa polifenol ditujukan dengan terbentuknya warna hijau kehitaman.

Uji antibakteri ekstrak terhadap Vibrio parahaemolyticus:

 Peremajaan bakteri uji : Bakteri Vibrio parahaemolyticus diambil dari stok


bakteri yang diperoleh dari Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air
Payau Kabupaten Maros. Bakteri diinokulasi dengan menggoreskan ose pada
medium TSA dilakukan dengan mengambil 1 ose kultur murni, kemudian
diinokulasi dengan metode gores. Setelah itu diinkubasi pada suhu 30oC
selama 24 jam.

49
 Pembuatan suspensi bakteri uji Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan
mengambil 1 ose kultur murni bakteri uji Vibrio parahaemolyticus. Kemudian
diinokulasi ke dalam tabung reaksi berisi 30 ml NaCL 0,9% lalu
dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Selanjutnya, diinkubasi 1x24
jam pada suhu 30oC. Kekeruhan medium tersebut dibandingkan dengan
standar 0,5 suspensi McFarland yang memiliki tingkat kekeruhan yang
sebanding dengan 1,5 x 108 colony forming unit (CFU)/ml. Suspensi
McFarland dibuat dengan mencampur larutan 1,175% barium klorida
(BaCl2) sebanyak 0,05 ml dan larutan 1% asam sulfat (H2SO4) sebanyak
9,95 ml dengan pemberian H2SO4 terlebih dahulu. Sebanyak 200 μl suspensi
bakteri yang sebanding dengan standar 0,5 suspensi McFarland diambil
menggunakan mikropipet, kemudian ditambahkan ke dalam botol kaca berisi
20 ml medium TSA lalu medium digoyangkan secara perlahan. Selanjutnya,
medium dalam botol kaca dituang ke dalam cawan petri. Lalu, medium
ditunggu hingga memadat.

 Ekstrak kuda laut sebagai Peningkatan kadar haemoglobin


Bahan uji kuda laut jenis Hippocampus kuda Bleeker, 1852 diperoleh dari
Balai Budidaya Laut (BBL) Lampung dalam keadaan kering, selanjutnya
diekstrak di LPPT Universitas Gadjah Mada unit Obat Tradisional untuk
mendapatkan fraksi protein dengan menggunakan metode perkolasi
dengan pelarut air.
Mencit diperoleh dari LPPT (Laboratorium Penelitian Dan Pengujian
Terpadu) UGM dan dipelihara di laboratorium Pemeliharaan Hewan
Percobaan Fakultas Farmasi UGM. Berat rata-rata mencit adalah 35-40 g.
Pembuatan larutan hasil ekstraksi diencerkan dengan menggunakan

50
akuades hingga diperoleh konsentrasi akhir 100, 200, 300 mg/kg BB.
Masingmasing takaran fraksi protein ekstrak kuda laut diberikan kepada
mencit per oral 0,5 ml/hari. Sebagai kontrol, mencit diberi akuades per
oral 0,5 ml/hari. Lama perlakuan untuk kelompok ekstrak dan kontrol
adalah 34 dan 67 hari yang dipilih berdasar siklus spermatogenesis.
Pengambilan darah melalui ekor atau telinga sebanyak 1 ml pada hari-0
dan hari-34 sudah membuat mencit mengalami anemia. Pada hari ke-34
mencit pada kelompok satu sampai empat dikorbankan untuk mengukur
semua parameter yang berhubungan dengan pemberian ekstrak kuda laut.
Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan pada kadar hemoglobin, nilai
hematokrit dan berat ginjal. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada
kelompok 5 sampai delapan di hari ke-67. Penghitungan kadar
hemoglobin dilakukan menggunakan metode spektrofotometri,
pengukuran nilai hematokrit dilakukan menggunakan mikrohematokrit,
dan pengukuran indeks ginjal dilakukan dengan membandingkan berat
ginjal terhadap berat total mencit (rasio indeks ginjal). Analisis hasil Data
kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan indeks ginjal dianalisa
menggunakan analisis varian satu arah (SPSS 12.0). Jika diketahui ada
beda nyata, dilanjutkan dengan menggunakan uji DMRT (Duncan
Multiple Range Test) untuk membandingkan ada tidaknya perbedaan yang
bermakna antara satu perlakuan dengan perlakuan lain.

51
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa


Bahan obat kelautan yang berasal dari vertebrata lau sangat beragam baik itu
berasal dari jenis ikan, ular laut dan penyu dengan kandungan senyawa
bioaktif yang beragam yang bias digunakan sebagai bahan penelitian.

B. Saran
Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bahan obat
kelautan, khususnya yang berasal dari vertebrata laut karena masih banyak
biota laut yang belum teridentifikasi kandungannya untuk bahan pengobatan
kedepannya.

52

Anda mungkin juga menyukai