HEWAN INVERTEBRATA
OLEH:
KELOMPOK 3
FADILA (917312906201.004)
RAHMAYUNINGSIH (917312906201.016)
KENDARI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmatdan
hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyellesaikan makalah ini tepat waktu.
Sallawat dan salam tak lupa selalu tercura kepada Rasulullah SAW, yang telah
member keselamatan pada umat manusia dari lubang kebodohan, dan dosa.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi
dan Toksikologi. Adapun judul makalah ini adalah “Bahan Obat Kelautan Hewan
Vertebrata”. Oleh karena itu penulis juga berterima-kasih kepada segenap pihak
yang telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari, makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu,
masukan dari Dosen mata kuliah diharapkan oleh penulis agar tugas-tugas serupa
selanjutntnya bisa lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. NN
B. Kesimpulan
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
hamster atau lebih dikenal dengan nama mencit(tikus kecil). Dengan begitu,
kita dapat mengetahui dengan jelas isi tubuh dari binatang mamalia.
B. Rumusan Masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Vertebrata
Vertebrata juga merupakan hewan amfibi yang dapat hidup di dua habitat
yang berbeda yaitu air dan darat. Karena keunikannya itulah, hewan amfibi
banyak diteliti oleh para ilmuan terutama mengenai sistem organ yang ada di
dalam tubuhnya. Untuk mengamati sistem organ yang ada pada amfibi, biasanya
4
para ilmuan mengambil contoh kata karena katak merupakan hewan yang mudah
didapat dan ditemukan di sekitar lingkungan kita. Selain itu, katak juga dianggap
memiliki organ yang mewakili hewan vertebrata.
Vertebrata juga merupakan anggota ( subfilum ) dari filum chordata. Ciri khas
dari filum chordata adalah:
1. Memiliki Notokord ( Notochord ) batang longitudinal yang
fleksibel yang terletak diantara saluran pencernaan dan
batang saraf. Notocord berperan sebagai penguat rangka di
sepanjang tubuh Chordata.
2. Memiliki batang saraf dorsal yang berongga yang terletak
dorsal terhadap notokord prgerakan.
3. Ekor ini membentang posterior terhadap anus, tetapi pada
sebagian besar spesies ekor ini telah tereduksi selama
perkembangan embriotik.
5
untuk menentukan arah dan posisi berenang. Pada ikan jantung terdiri
atas satu serambi dan satu bilik, dan tubuh terdiri atas kepala dan
badan. Ikan berenang dengan bantuan sirip. Jumlah sirip pada berbagi
jenis ikan berbeda-beda.
Ikan dapat ditemukan di hampir semua perairan baik air tawar,
air payau maupun air asin dan juga pada kedalaman bervariasi, dari
dekat permukaan air hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan
air. Namun, danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake tidak bisa
menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan dan
dipelihara untuk hiasan dalam akuarium, yang dikenal sebagai ikan
hias. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu
sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis
ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat
dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut
dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar (Affandi,1992)
Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang
hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan. Berdasarkan tulang
penyusunnya, kelas pisces dibedakan atas Agnatha, Chonrichtyes, dan
Osteichtyes. Ciri- ciri kelas Agnatha adalah mulut tanpa rahang
( bentuk bulat ) ,tubuh gilig/ silindris tubuh halus tanpa sisik, rangka
tubuh dari tulang rawan, tidak memiliki sirip berpasangan, cekung
hidung hanya satu, terdapat pada bagian medial, dan insang terletak
dalam kantong insang dengan celah insang di sisi lateral tubuh
(Brotowidjoyo,1995).
2. Klasifikasi Pisces
a. Kelas Agnatha
6
Kata Agnatha berasal dari kata (A = tidak, Gnathos = rahang).
Hewan yang termasuk agnatha merupakan ikan primitive yang tidak
memiliki rahang. Ciri-Ciri kelas Agnatha adalah:
7
Otaknya berkembang baik ,dengan 8 atau 10 pasang saraf
Cranial,mempunyai alt pendengaran denagn 1atau 2 bentuk
saluran setengah lingkaran dan Mempunyai Indra pembau.
Subkelas Ostracodermi.
Tubuhnya kecil, hidup didalam aliran air dibeberapa benua.
Tidak berahang dan tubuh ditutupi sisik yang kuat atau pelat-pelat
tulang(ostracodermi = cangkang kulit).Ostracodermi dibagi menjadi beberapa
ordo yaitu:
1. Ordo Cephalasidomorpha, merupakan vertebrata yang tidak
berahang yang kepalanya gepeng dan mempunyai mata dorsal.
2. Ordo Anaspida, adalah vertebrata tanpa rahang, bentuk badannya
ramping, dan hanyaostracodermi inilah yang mempunyai pelat sisik
dan perisai kepala yang kecil-kecil (Anaspida = Tanpa perisai).
3. Ordo Pteraspidomorpha, mempunyai perisai-perisai besar dari tulang
yang melindungikepala dan bagian anterior tubuhnya. Moncongnya
selalu menonjol kedepan dari mulut,dan sering sekali mempunyai duri-
duri ganjil pada perisainya atau sepanjang punggungnya ( pterospid =
sayap + perisai).
Subkelas Cyclostomata.
Bersifat semiparasit terhadap ikan-ikan berangka tulang. Mulut
berfungsi sebgai penghisap, pada pinggir mulut terdapat tentakel dan
Lidahnya di sesuaikan untuk melekat pada tubuh dan memarut daging
mangsanya, tulang tempurung kepala adalah tulang rawan, tubuhnya bulat
panjang atau slinders, bagian ekornya pipih, pada daerah kanan kiri terdapat
6-14 pasang insang, memiliki dua ren yang mempunyai saluran papieae
8
urogenitalis, otak telah berkembang dengan baik dengan 8-10 pasang
syarafcranialis, suhu tubuhnya tergantung dengan lingkungan, memiliki gonad
yang besar. Dibagi menjadi beberapa ordo yaitu:
1. Mixiniformes (hagfish, Lamprey), Merupakan vertebrata yang tidak
mempunyai sirip punggung ,sirip daging kecil disekitar ekor.mulut
diujung moncong dilengkapi dengan 4 pasang Tantakel ,tidak mempunyai
Boucal Funnel,ada beberapa gizi ,kantong hidung dekat ujung kepala
.Punya saluran ke Pharyncx,kantong insang ada 10-14 pasang.tidak
mempunyai larva.telur langsung menetas menyerupai binatang dewasa
(Anak) .dapat menghasilkan banyak lendir dalam waktu yang relatif
singkat .Ada 1 Famili,3 Genus dan 25 spesies terdapat di laut beriklim
dingin pada kedalaman 20-650 meter.
2. Petromizontiformes (belut laut).
Tubuh berupa kombinasi antar kepala dan badan, berbentuk silinder. Ekor
pipih lateral. Sirip median. Ada corong bukal (buccal funnel/corong
mulut) di sebelah ventral kepala dan bergigi. Satu lubang hidung. Dua
buah mata, tertutup dengan kulit tembus cahaya (bukan kelopak mata).
Dibelakang tiap mata ada 7 celah insang. Di sepanjang sisi tubuh terdapat
titik-titik perasa. Anus pada dasar ekor, di dekatnya ada papilla urogenital.
Tidak ada sisik. Seluruh tubuh tertutup dengan epitel berlendir.
9
b. Kelas Chondrichthyes
Chondrichthyes (Gr. Chondros = tulang rawan: ichthyes= ikan). Kelas
ini diberi nama Chondrichthyes karena rangkanya tersusun dari tulang
rawan.Kelas ini merupakan hewan yang tingkatannya paling rendah dalam
vertebrata dengan vertebrae yang lengkap dan terpisah-pisah, mempunyai
rahang yang dapat digerakkan dan anggota gerak yang berpasangan.Semuanya
adalah hewan predator dan penghuni lautan.Contoh ikan hiu dan ikan pari.
10
2. Mempunyai sirip median dan sirip berpasangan, semua di sokong
oleh jari-jari sirip; pada yang jantan sirip pelvis ada clasper( alat
untuk copulasi).
3. Mulut terletak di ventral,dengan gigi yang dilapisi email dan
geraham yang dapat digerakkan bersendi pada tulang cranium.
4. Skeleton dari tulang rawan ,tidak ada tulang sejati.
5. Tiga bagian saluran setengah lingkaran pada alat pendengaran.
6. Cor terdiri dari 2 ruang, 1 atrium dan 1 ventrikel.
7. Respirasi dengan menggunakan 5-7 pasang insang,masing-masing
berada di dalam celah yang terpisah.
8. Susunan saraf mempunyai 10 pasang nervi craniales.
9. Temperatur tubuh bervariasi sesuai dengan lingkungannya
(piokiloterm).
10. Jenis kelamin terpisah, gonad berpasangan, saluran reproduksi
bermuara pada cloaca, fertilisasi internal, ovipar dan ovivivipar.
Subkelas Elasmobranchii
Kelompok ini memliki ciri-ciri celah insang 5-7 pasang, tanpa tutup
insang, mempunyai operculum, dan mempuyai kloaka. Subkelas ini
mencakup dua ordo, yakni:
1. Ordo Squaliformes
11
Ordo squaliformes memiliki cirri-ciri, yaitu celah insang pada sisi
lateral kepala, tepi anterior sirip dada tidak melekat pada sisi tubuh. Ordo
ini mencakup 13 famili yang salah satu contohnya family squalidae
dengan contoh sepsis squalus acnathias atau mencangkup semua jenis
hiu.
Subkelas Holocephalii
12
Kelompok ini memiliki cirri-ciri, yaitu insang 4 pasang terletak pada
sisi kepala tertutup oleh tutup insang, dengan celah insang satu pasang.
Tanpa sisik, tanpa spirakulum, tanpa kloaka, tepi anterior sirip dada tidak
melekat pada tubuh. Subkelas ini mencakup satu ordo Chimaeriformes dan
satu family Chemaeridae dengan contoh spesies Chimaera monatrosa.
mencakup jenis ikan langka yang disebut ikan tikus. Ikan ini tidak mirip
dengan ikan hiu ataupun ikan pari dalam hal: bentuk tubuh dan jumlah celah
insang.
c. Kelas Ostheichthyes
Kelompok Ostheichthyes ini memiliki kerangka yang tersusun dari
tulang keras yang mengandung matriks kalsium fosfat. Kelas ini mempunyai
mulut berahang, bergigi, dan berlidah. Kulit berlendir, bersisik ganoid,
sikloid atau stenoid, atau tidak bersisik. Jantung beruang dua, darah berwarna
pucat mengandung eritrosit yang berinti dan leukosit. Ikan ini juga
mempunyai sistemlimfa dan sistem porta renalis. Mempunyai hati yang
berkantung empedu. Lambung dipisahkan dari usus oleh sebuah katup,
mempunyai kloaka, tetapi tidak jelas adanya pankreas.
Pada umumnya yang dimaksud ikan adalah ikan-ikan yang masuk kelas
ostheichthyes, yang tubuhnya bersekelton tulang-tulang keras, terbungkus
oleh kulit yang bersisik, berbentuk seperti terpedo. Kelompok hewan ini hidup
13
di laut dan dihampir setiap habitat di air tawar.Ciri-ciri khusus ikan kelas ini
yaitu:
14
d. Cor terdiri atas dua ruangan ( auriculum dan ventruiculum) dengan
sinus venosus dan conus arteryosus yang berisi darah vena, darah dari
auriculum melalui ventriculum yang berdinding tebal dipompa menuju
insang melalui conus arteriosus, terdapat 4 pasang archus aorticus, sel
darah merah berbentuk oval dan berinti, darah tampak pucat dan butir-
butir darah relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan vertebrata
darat. Plasma darah mengandung erythorcyt yang bernukleus. Limpa
sebagai bagian sistem sirkulasi terdapat di dekat lambung dengan
pembuluh-pembuluh lymphe.
e. Pernafasan dilakukan dengan bereberapa pasang insang yang terletak
pada arcus branchius yang berada dalam ruangan celah insang pada
kedua tepi samping dari pharynx, tertutup oleh operculum, biasanya
memiliki vesica peneumatica (gelembung udara) berisi gas-gas O2, N2,
CO2 yang berfungsi sebagai alat hydrostatis dengan menyesuaikan diri
kedalam air dan memiliki ductus pneumaticus. Waktu bernapas
operculum menutup melekat pada dinding tubuh, archus branchialis
mengembang ke arah latera.air masuk melalui mulut kemudian klep
mulut menutup sedang arcus branchialis berkontraksi, dengan
demikian operculum terangkat terbuka.Beberapa jenis mempunyai
bentuk seperti paru-paru misalnya pada dipnoi.
f. Otak terdiri atas lobus olfactorius, hemisphericus, lobus opticus
cerbellum.dari otak akan terdapat 10 pasang nervis cranialis sebagai
15
saraf perifer. Dari nervecord pada tiap vertebrae akan keluar syaraf-
syaraf yang akan memberi persyarafan pada tiap-tiap segmen tubuh
sekitarnya.
g. Suhu tubuhnya tergantung pada kondisi lingkungan sekitar.
h. Memiliki sepasang gonad, umumnya ovipar (beberapa ada yang
ovovovivipar atau vivipar) fertilasi (pembuahan) terjadi di luar tubuh
(kecuali beberapa sepesies), telur kecil berukuran sampai 12 mm,
kandungan kuning telur (yolk) bermacam-macam, segmentasi
biasanya secara meroblastis, tidak mempunyai membran embryo,
hewan mudanya (post larva) kadang-kadang tidak mirip dengan yang
dewasa.
16
3. Type homocercal, yaitu bila columna vertebralis berakhir
tidak persis di ujung ekor, tapi agak membelok sedikit, tapi
ujung membagi diri menjadi dua bagian yang sama.
Subkelas Brachiopterygii
Kelompok ini memiliki tubuh yang tertutup oleh sisik tebal berbentuk
jajaran genjang, pangkal sirip menyempit dan tertutup oleh sisik-sisik, sirip
punggung tersusun atas 8 atau lebih lembaran-lembaran sirip berjejer ke
belakang, masing-masing dengan satu spina di bagian depan, ekor bertipe
diphycercal, gelembung udara seperti paru-paru. Contoh spesies adalah
Polypterus bichir.
Subkelas Sarcopterygii
Kelompok ini memiliki sirip dada dan sirip pelvis yang berotot. Sirip ini
digunakan untuk berjalan di dasar perairan atau darat. Ikan yang termasuk
17
kelompok ini adalah ikan bersirip lobus dan ikan paru-paru (lungfish). Contoh
ikan bersirip lobus adalah coelancanth dengan nama spesies Latimeria
chalumnae. Ikan paru-paru hidup di rawa dan kolam. Ikan paru-paru akan naik
ke permukaan untuk bernapas, jika perairan mongering saat musim kemarau,
ikan paru-paru bersarang dalam lumpur.
Subkelas Actinopterygii
Kelompok ini memilki sirip yang ditunjang oleh duri panjang yang lentur
sehingga disebut kelompok ikan bersirip duri, tanpa lubang hidung yang
bermuara di dalam mulut, tulang-tulang radius di dalam bonggol sirip yang
berpasangan tidak tersusun dalam dua deret. Subkelas ini mencakup sejumlah
ordo, yakni :
a. Ordo Acipenseriformes
Ordo ini memilki ciri-ciri, yakni tubuh tertutup oleh lima baris kepingan
tulang, moncong memanjang, sirip ekor heterosercal. Ordo ini mencakup
family Acipenseridae dengan contoh spesies Acipenser orcyhynchus.
b. Ordo Amiformes
18
Ordo ini memiliki cirri sirip ekor heterocercal pendek,, tulang-tulang
radius berlekatan dengan scapula-coracoid yang serupa tulang rawan.
Ordo ini memiliki satu family amidae dengan contoh spesies Amia calva.
c. Ordo lepidosteiformes
Ordo ini memiliki cirri kulit bersisik ganoid yang berbentuk rhomboid,
moncong sangat memanjang dan pada ujungnya terdapat lubang hidung,
sirip ekor heterocercal pendek. Ordo mencakup satu family Lepidosteidae
dengan contoh spesies Lepisosteus osseus (ikan gar).
d. Ordo Clupeiformes
19
e. Ordo scopeliformes
Ordo ini memilki cirri, sirip dorsal dan sirip anal tanpa spina, terdapat
dorsal kedua, mulut besar dan dilengkapi dengan gigi-gigi yang kecil yang
jumlahnya banyak, memilki alat penerangan. Contohnya adalah Harpodon
nehereus.
f. Ordo Cyprinoformes
g. Ordo Anguiliformes
Ordo ini memiliki cirri, tubuh memanjang seperti belut, kulit tanpa sisik
atau dengan sisik-sisik yang sangat kecil, sirip punggung dan sirip dubuur
panjang dan sempit, biasanya bertemu di bagian belakang, sirip perut (bila
ada) terletak di daerah abdomen, sirip-sirip tanpa spina. Ordo ini
mencakup 10 famili, di antarnya family Anguilidae contohnya Anguilla
bicolor, family Muraenidae contohnya Muraena picta.
20
h. Ordo belaniformes
Ordo ini memilki cirri, tubuh pipih memanjang, tertutup oleh sisik sikloid,
sirip-sirip tanpa spina, sirip ventral di daerah abdomen, beberapa
anggotanya mempunyai sirip dada yang lebar dan panjang yang dapat
digunakan untuk terbang di atas permukaan air. Ordo ini mencakup 4
famili, di antaranya Exocoetidae dengan contoh spesies Exocoetus
pecilopterus.
i. Ordo Syngnathiformes
Ordo ini memilki cirri, tubuh tertutup oleh lapisan sisik atau cincin-cincin
bertulang, mulut terlatak di ujung moncong yang berbentuk buluh, jari-jari
sirip pada sirip punggung dan sirip dada tidak bercabang. Ordo ini
mencakuup 5 famili diantaranya Syngnathidae dengan spesies
Hippocamppus kuda.
21
j. Ordo Ophiocephaliformes
Ordo ini memiliki cirri tubuh tertutup oleh sisik-sisk sikloid, kepala pipih
dorsoventral, tertutup oleh sisik-sisik yang lebar, sirip tanpa spina, insang
mepunyai benguanan tamabahan, gelembung udara sangat pangjang
sampai ke daerah caudal. Ordo ini mencakup satu family Ophiocephalidae
dengan spesies Ophiocephalus striatus.
k. Ordo Synbranchidae
Ordo ini memilki cirri, tubuh panjang gilig seperti ular, tanpa sisik, tanpa
gelembung udara, sirip dorsal, sirip ekor, sirip dubur berhubungan
menjadi satu, sirip-sirip tanpa spina, celah insang tunggal di bagian
ventral. Ordo ini mencakup 2 famili di antaranya family Synbranchidae
dengan contoh spesies Monopterus albus.
l. Ordo Perciformes
22
Ordo ini memiliki cirri, sirip biasanya dengan spina, spira punggung dua
buah , sirip ventral di daerah dada, berjari-jari sirip tidak lebih dari 6 buah.
Ordo ini mencakup 1.000 famili diantaranya family Anabantidae dengan
contoh Anabas scandens dan family Trichiruridae dengan contoh
Trichiurus muticus
m. Ordo Pleuronectiformes
Ordo ini memilki cirri, tubuh pipih, kedua mata terletak disisi dirsal, sirip-
sirip umumnya tanpa spina, mencakup 4 famili Pleuronectidae dengan
contoh spesies Pleuronetes americanus dan family Cynoglossidae dengan
contoh spesies Cynoglosus litrus.
n. Ordo Echeneiformes
o. Ordo Tetradontiformes
23
2. Penyu
24
Penyu berbeda dengan kura-kura, perbedaan penyu dan kura-
kura terletak dimana mereka dapat hidup, kura-kura hidup di darat
sedangkan penyu hidup di laut tapi terkadang muncul di darat. Selain
itu perbedaan penyu dan kura-kura adalah kura-kura dapat memasukan
kepalanya ke dalam tempurung nya, sedangkan penyu tidak dapat
memasukan kepalanya kedalam tempurung nya.
a. Klasifikasi Penyu:
Menurut Jatu (2007), klasifikasi penyu digolongkan dalam :
25
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Sauropsida
Order : Testudines
Suborder : Cryptodira
Superfamily : Chelonioidea (Bauer 1893)
Family : Cheloniidae (Oppel 1811)
Species : 1. Cheloniamydas (Penyu hijau)
2. Eretmochelys imbricate (Penyu sisik)
3. Lepidochelys kempi (Penyu lekang kempi)
4. Lepidochelys olivacea (Penyu lekang)
5. Natator depressus (Penyu pipih)
6. Caretta caretta (Penyu tempayan)
Family : Dermochelyidae
Species : Dermochelyscoriacea (Penyu belimbing)
b. Morfologi Penyu
Secara morfologi, penyu mempunyai keunikan–keunikan tersendiri
dibandingkan hewan–hewan lainnya. Tubuh penyu terbungkus oleh tempurung
atau karapas keras yang berbentuk pipih serta dilapisi oleh zat tanduk. Karapas
tersebut mempunyai fungsi sebagai pelindung alami dari predator. Penutup pada
bagian dada dan perut disebut dengan plastron. Ciri khas penyu secara morfologis
terletak pada terdapatnya sisik infra marginal (sisik yang menghubungkan antara
karapas, plastron dan terdapat alat gerak berupa flipper). Flipper atau tungkai
pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung, ini memberinya ketangkasan
berenang di dalam air dan flipper pada bagian belakang berfungsi sebagai alat
kemudi dan alat penggali..
26
Gambar 2. Bagian-Bagian Tubuh Penyu (Sumber : Yayasan Alam Lestari 2000)
c. Jenis-Jenis Penyu
Jenis penyu di dunia terdiri dari 7 macam, yaitu :
27
1. Penyu hijau / Green Turtle (Chelonia mydas)
Penyu hijau adalah penyu laut besar yang termasuk dalam keluarga
Cheloniidae. Dinamai penyu hijau bukan karena sisiknya berwarna hijau, tapi
warna lemak yang terdapat di bawah sisiknya berwarna hijau. Jumlah Penyu
Hijau semakin berkurang karena banyak diburu untuk diambil pelindung
tubuhnya (karapaks dan platron) sebagai hiasan, telurnya sebagai sumber
protein tinggi dan obat, juga dagingnya sebagai bahan makanan.
28
2. Penyu Sisik / Hawksbill Turtle (Eretmochelys imbricata)
Penyu sisik atau dikenal sebagai hawksbill turtle karena paruhnya tajam
dan menyempit/ meruncing dengan rahang yang agak besar mirip paruh
burung elang. Demikian pula karena sisiknya yang tumpang tindih/ over
lapping (imbricate) seperti sisik ikan maka orang menamainya penyu sisik.
Penampilan penyu sisik mirip dengan penyu lainnya. Penyu ini umumnya
memiliki bentuk tubuh yang datar, dengan sebuah karapaks sebagai
pelindung, dan sirip menyerupai lengan yang beradaptasi untuk berenang di
samudra terbuka. Penyu sisik dewasa memiliki ukuran panjang total karapas
82,5 cm sampai 91 cm dengan berat tubuh maksimum 82,5 kg (Ismu 1992).
29
Paruh penyu sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu menjangkau
makanan yang berada di celah-celah karang seperti sponge dan anemon.
Penyu Sisik bersifat karnivora tetapi setelah dewasa bersifat omnivora. Penyu
Sisik memakan moluska, krustase, uburubur, rumput laut. Rahang berbentuk
paruh merupakan alat yang kuat untuk memecah cangkang moluska maupun
kepiting yang didapat di sekitar karang. (Yusri, Safran 2009)
Tubuhnya berwarna hijau pudar, mempunyai lima buah atau lebih sisik
lateral di sisi sampingnya dan merupakan penyu terkecil di antara semua jenis
penyu yang ada saat ini. Penyu lekang merupakan penyu karnivor, makannya
berupa kepiting, kerang, udang dan kerang remis (Safrizal 2009).
30
yang telah meneliti jenis ini sehingga bisa dibedakan dengan penyu lekang.
Tidak seorangpun tahu makna kata “ridley” di tengah nama mereka. Sebagian
orang berpendapat kata tersebut mungkin berasal dari kata “riddle” atau
“riddler” (teka-teki) karena memang teka-teki selalu ditimbulkan oleh penyu
jenis ini. Tidak ada yang tahu dari mana spesies ini datang dan di mana
feeding ground mereka.
31
memiliki karapas rendah berkubah, dengan tepi terbalik, yang panjangnya
sekitar 90-95 cm.
Karapas berwarna zaitun abu-abu dan plastron berwarna krem. Bayi penyu
pipih memiliki karapas abu-abu dengan sisik khas bergaris hitam. Plastron
dan tepi karapas berwarna putih. Jenis ini karnivora sekaligus herbivora.
Mereka memakan timun laut, ubur-ubur, kerang-kerangan, udang, dan
invertebrata lainnya.
32
Gambar 8. Penyu Tempayan
33
Penyu belimbing memiliki karapas berwarna gelap dengan bintik putih.
Ukuran penyu belimbing dapat mencapai 180 cm dan berat mencapai 500 kg.
Penyu belimbing dapat ditemukan dari perairan tropis hingga ke lautan
kawasan sub kutub dan biasa bertelur di pantai-pantai di kawasan tropis.
Spesies ini menghabiskan sebagian besar hidupnya di lautan terbuka dan
hanya muncul ke daratan pada saat bertelur. Penyu belimbing betina dapat
bertelur empat sampai lima kali per musim, setiap kali sebanyak 60 sampai
129 telur. Penyu belimbing bertelur setiap dua atau tiga tahun dengan masa
inkubasi sekitar 60 hari.
3.Ular Laut
Pengertian Ular Laut
Ular laut (Hydrophiinae) adalah anak suku dari suku ular berbisa Elapidae
yang semuanya hidup di dalam laut, nama ilmiah ular-ular ini sesuai dengan ciri-
cirinya (Hydro="air/laut/perairan" dan Ophis="ular"). Ular laut terdiri dari banyak
jenis (salah satu di antaranya ular Erabu atau Laticauda spp.) dan semuanya
merupakan ular yang memiliki racun yang sangat kuat.
Sebelumnya, terdapat sekitar 17 genus ular laut. Namun studi DNA
dilakukan kembali dan akhirnya ilmuwan sepakat ada 9 genus.
Rumpun Hydrophiini:
1. Aipysurus - Ular zaitun (Lacépède 1804)
2. Emydocephalus - Ular laut kepala kura-kura (Krefft 1869)
3. Ephalophis - Ular payau Grey (M. A. Smith 1931)
4. Hydrelaps - Ular payau Darwin (Boulenger 1896)
5. Hydrophis - Ular laut Oseania (Sonini & Latreille 1801)
6. Kolpophis - Ular laut kepala lebar (M. A. Smith 1926)
7. Parahydrophis - Ular setu (Burger & Natsuno 1974)
8. Thalassophis - Ular laut indo-malaya (P. Schmidt 1852)
34
Rumpun Laticaudini:
1. Laticauda – Ular Erabu (Laurenti 1768)
35
Gambar 12. Aipysurus laevis
36
2. Ular Laut Kepala Kura-Kura
Emydocephalus annulatus, umumnya dikenal sebagai ular laut berkepala
penyu atau ular laut pemakan telur adalah spesies yang berbisa dari ular laut
yang dapat ditemukan di perairan Oceania dekat Australia dan beberapa
Kepulauan Pasifik seperti Filipina dan Loyalty Islands dari Kaledonia Baru.
Ular jenis ini memiliki kepala yang tumpul dan berukuran sedang serta
memiliki badan ramping dan bervariasi dalam warna. Seekor satu ular hanya
mungkin menunjukkan satu warna atau mungkin campuran antara pola putih
dan kuning dengan lingkaran hitam. Ular ini memiliki sisik di atas kepala
yang besar. Ukuran rostral pada ujung moncong berbentuk kerucut, dan kedua
dari tiga skala supralabial adalah yang terbesar. Tubuhnya memiliki sisik
tumpang tindih sebanyak 15-17 baris yang halus. Serta memiliki 125-145
sisik ventral.
37
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Subfamili : Hydrophiinae
Genus : Emydocephalus
Spesies : Emydocephalus annulatus
38
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Subfamili : Hydrophiinae
Genus : Emydocephalus
Spesies : Ephalophis greyae
39
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Subfamili : Hydrophiinae
Genus : Hydrelaps
Spesies : Hydrelaps darwiniensis
Ular jenis ini ditemukan di Samudera Hindia (Dari Teluk Persia, Iran,
Pakistan, India, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Malaysia,
Filipina: Visayan Sea, Panay) dan perairan laut di sekitar Korea, Jepang,
Kepulauan Solomon, Laut Cina Selatan (termasuk Hainan ), Laut Cina timur
(termasuk Taiwan ), daerah pesisir Shandong dan Liaoning ( China ) pantai
Teluk Persia ( Oman , Uni Emirat Arab ), timur melalui Asia Selatan sampai
New Guinea.
Cyanocinctus Hydrophis mendiami perairan pantai yang dangkal.
Sehingga ular ini sering tertangkap oleh alat tangkap trawl. Ular ini
memakan invertebrata laut dan juga berbagai kelompok ikan seperti belut
laut dan ikan gobi. Spesies ini merupakan ovoviviparous. Anakan ular yang
baru lahir panjangnya sekitar 38 cm.
40
Klasifikasi ular laut oseania adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Subfamili : Hydrophiinae
Genus : Hydrophis (Latreille In Sonnini & Latreille 1801)
Spesies : Hydrophis cyanocinctus
41
Genus : Kolpophis
Spesies : Kolpophis annandalei (Laidlaw 1901)
7. Ular Setu
Ular setu (Parahydrophis mertoni) adalah ular dalam keluarga
Colubroidea. Jenis ini adalah satu-satunya spesies di genus Parahydrophis.
Parahydrophis mertoni pertama kali dikenalkan secara ilmiah oleh Roux pada
tahun 1910. Spesies ini ditemukan di bagian selatan Asia di Indonesia dan di
Australia .
42
(Malaysia, Teluk Thailand), dan Samudera Hindia (Sumatera, Jawa,
Kalimantan).
9. Ular Erabu
Laticauda adalah genus dari ular dari subfamili ular laut Laticauda.
Spesies yang paling disesuaikan dengan kehidupan laut dari semua anggota
ular laut. Mereka memiliki sisik ventral yang lebar khas ular terestrial dan
sirip ekor yang kurang berkembang. Spesies ini mampu hidup di darat dan di
laut dangkal.
43
Gambar 20. Laticauda colubrina
44
Ular Laut Belang menampilkan belang-belang melintasi seluruh tubuhnya,
spesies ular ini memiliki dimorfisme seksual, yang betina memiliki tubuh
lebih berat dan sekitar sepertiga lebih panjang dari jantan. Kepala dan ekor
terlihat mirip, yang berfungsi untuk membingungkan predator sehingga
mengarahkan serangan mereka ke ekornya. Kepalanya kecil, sedikit berbeda
dari tubuh, yang berwarna abu-abu kebiruan dengan mulus, sisik berspasi
teratur. Belang-belang hitam sama jarak melingkari tubuhnya dan kontras
tajam dengan kuning terang atau krem. Moncong, bibir atas dan garis tebal di
atas mata berwarna kuning, tapi bagian sisa kepalanya hitam.
Ular ini akan pergi ke daratan khususnya pada sebuah pulau terpencil untuk
beristirahat, mencerna makanannya dan mengganti kulit, selain itu ia juga
dapat menelur, yang dapat berjumlah 4 - 20 butir telur. Masing-masing jenis
kelamin spesies ular ini memiliki kebiasaan berburu yang berbeda, namun
keduanya memangsa terutama pada belut, khususnya ular yang sudah dewasa,
dimana saat masih muda mereka memangsa pada ikan, cumi, kepiting dan
telur ikan. Ular betina lebih cenderung memangsa pada belut lebih besar yang
berada pada celah-celah terumbu karang, dimana yang jantan lebih sering
ditemukan memburu belut yang lebih kecil di dasar laut. Ular ini juga telah
terlihat aktif berburu di pantai, pada saat surut, dimana ia mencari sisa-sisa
makanan, Ular ini biasanya ditemukan pada perairan tropis yang cetek,
dimana banyak terumbu karang hingga kedalaman 10 m dan hutan bakau.
Berikut adalah delapan spesies yang diakui sampai saat ini:
1. Laticauda Colubrina ( Schneider 1799) – Ular laut bibir kuning
2. Laticauda crockeri (Slevin 1934) - Ular laut Crocker
3. Laticauda frontalis (De Vis 1905)
4. Laticauda guineai (Heatwole, Busack & Cogger 2005) - Ular laut Guinea
5. Laticauda laticaudata (Linnaeus 1758) – Ular laut bibir biru
6. Laticauda saintgironsi (Cogger & Heatwole 2006) - Ular laut Saint Girons
45
7. Laticauda schistorhynchus (Günther 1874) – Ular laut katuali atau Ular
laut Niue
8. Laticauda semifasciata (Reinwardt di Schlegel 1837) – Ular laut hitam
banded.
Spesies L. schistorhynchus dan L. semifasciata telah ditempatkan dalam
genus Pseudolaticauda oleh beberapa penulis. Anggota dari genus Laticauda
dapat tumbuh hingga panjang 1,5 meter (4,9 kaki). Spesies Laticauda
ditemukan di seluruh laut selatan dan pulau-pulau Asia tenggara menyebar
dari India di barat, utara sejauh Jepang, dan tenggara ke Fiji. Mereka sebagian
besar ditemukan di perairan pesisir. Kebanyakan dari spesies ini memakan
moray, belut, cumi-cumi, kepiting, dan ikan. Ular ini tidak pernah dijumpai
makan di daratan.
46
Squamlamine yang merupakan senyawa bioaktif dari isolasi ikan hiu
Squalus achantias menunjukan sifat bioaktif sebagai antibakteri. Dsn
juga memiliki manfaat dalam penanganan jenis kanker tertentu.
Asam lemak w-3 (n-3 LC PUFA) dikenal dapat mencegah timbulnya
penyakit Cardiovascular (CvD).
Senyawa Selenium pada ikan Tuna dapat menghambat tumbuhnya
kabker seperti kanker kulit, dan paru-paru.
Senyawa karotenoid pada ikan berwarna merah-orange berguna sebagai
antioksidan.
Sirip ikan hiu berperan sebagai anti bakteri
47
E. Proses Formulasi
Penggunaan sirip hiu sebagai antibakteri
Sampel yang telah dicincang halus diekstraksi dengan menggunakan 3
jenis pelarut pro analis, yaitu: pelarut polar (metanol), semipolar
(kloroform) dan non polar (n-heksan). Ekstraksi dilakukan dengan
maserasi sampel sirip ekor hiu Carcharhinus melanopterus yang sudah
dicincang pada suhu kamar dengan pelarut n-heksan sebanyak 900ml
untuk 300gr sampel daging sirip (Nimah et al, 2012), lalu direndam
pada labu erlenmeyer dan dilanjutkan pemberian perlakuan yang sama
dilakukan pula pada pelarut kloroform dan metanol. Proses maserasi
dilakukan selama 2x24 jam dengan pengulangan sebanyak 3 kali, lalu
sampel akan disaring menggunakan kertas saring Whatman.
Selanjutnya, hasil penyaringan diuapkan secara vakum menggunakan
rotavapor pada suhu ±40OC untuk mendapatkan ekstrak pekat. Hasil
dari penyaringan (filtrat) kemudian dimasukkan ke dalam botol vial
yang sebelumnya telah ditimbang bobot untuk mendapat nilai
rendemennya. Rendemen hasil ektraksi dapat dihitung
menggunakan rumus (Sani et al, 2014)
48
iodin dan 2 gram kalium iodida lalu dilarutkan dan diencerkan dengan
akuades menjadi 200 ml dalam labu takar. Pereaksi ini berwarna coklat dan
hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Wagner terdapat endapan
coklat.
Uji flavonoid dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel (0,05%
b/v) ditambahkan serbuk Mg dan HCL pekat. Senyawa flavonoid ditunjukkan
dengan terbentuknya warna merah atau jingga hingga kuning.
Uji saponin dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel (±0,05%
b/v) dilarutkan dalam aquades pada tabung reaksi, ditambah 10 tetes KOH
dan dipanaskan dalam penangas air 50°C selama 5 menit, dan dikocok
selama 15 menit. Jika terbentuk busa mantap dan tetap stabil selama 15 menit
menunjukkan adanya senyawa saponin.
Uji steroid dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel (±0,05%
b/v) ditambah dengan pereaksi Liberman Burchard 1 mL. Senyawa steroid
ditujukan dengan terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman.
Uji polifenol dilakukan dengan menggunakan sebanyak 2 mL sampel
(±0,05% b/v) dilarutkan dalam aquades 10 mL, dipanaskan 5 menit dan
disaring. Filtrat yang terbentuk ditambahkan 4-5 tetes FeCl35% (b/v).
Senyawa polifenol ditujukan dengan terbentuknya warna hijau kehitaman.
49
Pembuatan suspensi bakteri uji Pembuatan suspensi bakteri dilakukan dengan
mengambil 1 ose kultur murni bakteri uji Vibrio parahaemolyticus. Kemudian
diinokulasi ke dalam tabung reaksi berisi 30 ml NaCL 0,9% lalu
dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Selanjutnya, diinkubasi 1x24
jam pada suhu 30oC. Kekeruhan medium tersebut dibandingkan dengan
standar 0,5 suspensi McFarland yang memiliki tingkat kekeruhan yang
sebanding dengan 1,5 x 108 colony forming unit (CFU)/ml. Suspensi
McFarland dibuat dengan mencampur larutan 1,175% barium klorida
(BaCl2) sebanyak 0,05 ml dan larutan 1% asam sulfat (H2SO4) sebanyak
9,95 ml dengan pemberian H2SO4 terlebih dahulu. Sebanyak 200 μl suspensi
bakteri yang sebanding dengan standar 0,5 suspensi McFarland diambil
menggunakan mikropipet, kemudian ditambahkan ke dalam botol kaca berisi
20 ml medium TSA lalu medium digoyangkan secara perlahan. Selanjutnya,
medium dalam botol kaca dituang ke dalam cawan petri. Lalu, medium
ditunggu hingga memadat.
50
akuades hingga diperoleh konsentrasi akhir 100, 200, 300 mg/kg BB.
Masingmasing takaran fraksi protein ekstrak kuda laut diberikan kepada
mencit per oral 0,5 ml/hari. Sebagai kontrol, mencit diberi akuades per
oral 0,5 ml/hari. Lama perlakuan untuk kelompok ekstrak dan kontrol
adalah 34 dan 67 hari yang dipilih berdasar siklus spermatogenesis.
Pengambilan darah melalui ekor atau telinga sebanyak 1 ml pada hari-0
dan hari-34 sudah membuat mencit mengalami anemia. Pada hari ke-34
mencit pada kelompok satu sampai empat dikorbankan untuk mengukur
semua parameter yang berhubungan dengan pemberian ekstrak kuda laut.
Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan pada kadar hemoglobin, nilai
hematokrit dan berat ginjal. Perlakuan yang sama juga dilakukan pada
kelompok 5 sampai delapan di hari ke-67. Penghitungan kadar
hemoglobin dilakukan menggunakan metode spektrofotometri,
pengukuran nilai hematokrit dilakukan menggunakan mikrohematokrit,
dan pengukuran indeks ginjal dilakukan dengan membandingkan berat
ginjal terhadap berat total mencit (rasio indeks ginjal). Analisis hasil Data
kadar hemoglobin, nilai hematokrit dan indeks ginjal dianalisa
menggunakan analisis varian satu arah (SPSS 12.0). Jika diketahui ada
beda nyata, dilanjutkan dengan menggunakan uji DMRT (Duncan
Multiple Range Test) untuk membandingkan ada tidaknya perbedaan yang
bermakna antara satu perlakuan dengan perlakuan lain.
51
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut tentang bahan obat
kelautan, khususnya yang berasal dari vertebrata laut karena masih banyak
biota laut yang belum teridentifikasi kandungannya untuk bahan pengobatan
kedepannya.
52