Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KIMIA BAHAN ALAM LAUT


( GOLONGAN GLIKOSIDA )

KELOMPOK III

NURHAYANA (516 19 011 087)

VIRAWATI RASYID (511 19 011 052)

SRI RETNO NINGTIYAS (514 19 011 185)

RENI FIJAYANTI (516 19 011 234)

ASRIMANTO (516 19 011 050)

EVA ILHAM (516 19 011 085)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCASAKTI

MAKASSAR

2020
KATA PENGANTAR

Pertama-tama mari kita panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya. Sehingga pada saat ini kami bisa mengerjakan dan
menyelesaikan tugas “Makalah: Golongan Glikosida” . Mata kuliah Kimia Bahan Alam Laut
Dosen Hesty Setawaty., S.Farm., M.Si.
 Makalah ini berisikan pembahasan tentang Golongan Fenolat. Di makalah ini, kami
berusaha semaksimal mungkin dan sangat berharap agar pembaca mengerti, paham dan
menambah informasi tentang Golongan Fenolat. Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan Terima kasih kepada semua pihak. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita, Aamiin..

Makassar, 08 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1

B.     Tujuan...................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 3

A.    Glikosida................................................................................................... 3

B.    Sifat-Sifat Glikosida.................................................................................. 3

C.    Klasifikasi Glikosida................................................................................. 4

D. Mikroalga (Tetraselmis chuii)................................................................... 6

BAB III PENUTUP......................................................................................... 12

A.    Kesimpulan............................................................................................... 12

B.    Kritik dan Saran........................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………... 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara maritim dengan kawasan laut yang sangat luas dengan

panjang garis pantai lebih kurang 81.000 km. hal ini menjadikan perairan Indonesia memiliki

potensi kekayaan alam yang besar dengan tingkat keragaman hayati yang tinggi, di dalamnya

terdapat berbagai jenis organisme laut. Pemanfaatan organisme laut tidak hanya terbatas

sebagai bahan makanan. Tetapi juga sebagai sumber kimia alam yang berpotensi sebagai

obat.

Lingkungan laut merupakan sumber senyawa bioaktif yang sangat melimpah.

Senyawa bioaktif dari lingkungan laut yang secara umum berupa senyawa metabolit

sekunder sangat potensial untuk dikembangkan sebagai bahan obat. Senyawa bioaktif dari

lingkungan laut juga dapat dijadikan sebagai senyawa pemandu (lead compound) dalam

sintesis obat-obatan baru.

Salah satu zat aktif yang banyak ditemukan di alam dan juga di tumbuhan adalah

glikosida. Glikosida adalah zat aktif yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder.

Dalam dunia industri senyawa glikosida yang sering dipakai memiliki aglikon berupa

flavonoid atau steroid. Selain itu senyawa glikosida biasa dipakai untuk menyimpan senyawa

aktif agar tidak bereaksi sehingga tidak rusak sebelum dipakai. Secara umum, arti penting

glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam arti luas yang beberapa

diantaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan

1
penurunan tegangan permukaan. Oleh karena itu disusun makalah ini untuk mengetahui

definisi, sifat dan pembagian glikosida serta glikosida yang berkhasiat sebagai obat dan

tanaman penghasilnya.

Glikosida merupakan suatu senyawa kimia bahan alam yang apabila dihidrolisis

menghasilkan satu atau lebih gula (glikon) dan senyawa bukan gula. Jika gula yang

menyusunnya glukosa maka disebut dengan glukosida. Sedangkan jika senyawa gula yang

membentuk selain glukosa seperti ramnosa, digitoksa, simarosa dan gula lainnya disebut

glikosida. Senyawa penyusun glikosida bukan gula disebut aglikon.

Kandungan golongan senyawa metabolit sekunder diduga menjadi sumber senyawa

antibakteri di alam, misalnya mikroalga. Mikroalga merupakan organisme fotosintesis

mikroskopik yang ditemukan di lingkungan perairan dan laut (Demirbas & Demirbas, 2010).

Mikroalga diketahui memproduksi metabolit intraseluler dan ekstraseluler yang memiliki

aktivitas biologi sebagai antialga, antivirus, antifungi, antioksidan dan antibakteri. Salah satu

mikroalga tersebut adalah mikroalga (Tetraselmis chuii).

B. Tujuan
Untuk mengetahui golongan fenolat dari kimia bahan alam laut

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Glikosida

Menurut Michael Henrich dkk (2010), glikosida adalah istilah generik untuk bahan

alam yang secara kimia berikatan dengan gula. Oleh karena itu glikosida terdiri atas dua

bagian, gula dan aglikon.

Menurut Midian Sirait (2007) glikosida adalah suatu senyawa, bila dihidrolisis akan

terurai menjadi gula (glikon ) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Glikosida yang gulanya

berupa glukosa disebut glukosida. Gula pada umumnya berupa glukosa, fruktosa, laktosa,

galaktosa, dan manosa, tetapi dapat juga berupa gula khusus seperti sarmentosa

(sarmentosimarin), oleandrosa (oleandrin), simarosa (simarin), dan rutinosa (rutin). Aglukosa

(genin) adalah senyawa yang mempunyai gugus OH dalam bentuk alkoholis dan fenolis

(Midian Sirait, 2007).

Glikosida adalah suatu senyawa metabolit sekunder yang berikatan dengan senyawa

gula melalui ikatan glikosida. Glikosida memainkan peranan penting dalam sistem hidup

3
suatu organisme. Beberapa tumbuhan menyimpan senyawa-senyawa kimia dalam bentuk

glikosida yang tidak aktif. Senyawa-senyawa kimia ini akan dapat kembali aktif dengan

bantuan enzim hydrolase yang menyebabkan bagian gula putus, menghasilkan senyawa

kimia yang siap untuk digunakan. Beberapa glikosida dalam tumbuhan digunakan dalam

pengobatan.

B. Sifat-sifat Glikosida

1. Mudah larut dalam air, yang bersifat netral

2. Dalam keadaan murni; berbentuk kristal tak berwarna, pahit

3. Larut dalam alkali encer

4. Mudah terurai dalam keadaan lembab, dan lingkungan asa Pembagian glikosida

C. Klasifikasi Glikosida

Glikosida diklasifikasikan berdasarkan jenis glikon, jenis aglikon dan jenis ikatan

glikosidanya

1. Klasifikasi berdasarkan glikon

Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah glukosa maka molekulnya

dinamakan sebagai glukosida, Apabila gugus glikon suatu glikosida adalah fruktosa

maka molekulnya dinamakan sebagai fruktosida, Apabila gugus glikon suatu glikosida

adalah asam glukuronat maka molekulnya dinamakan sebagai glukuronida dan

sebagainya. Dalam tubuh, senyawa racun seringkali terikat oleh asam glukuronat untuk

meningkatkan kelarutannya dalam air menghasilkan glukuronida yang dapat

tereksresikan dari dalam tubuh.

2. Klasifikasi berdasarkan ikatan glikosida.

4
Berdasarkan letak ikatan glikosida, di bawah atau di atas dari struktur datar

molekul gula, maka glikosida dapat diklasifikasikan sebagai alfa-glikosida (bawah) atau

beta-glikosida (atas). Beberapa enzim seperti alfa-amilase hanya dapat menghidrolisis

ikatan-alfa.

3. Klasifikasi berdasarkan aglikon

Glikosida juga diklasifikasikan berdasarkan senyawa agikon alamiahnya.

Klasifikasi ini banyak digunakan untuk tujuan keilmuan biokimia dan farmakologi.

a) Glikosida alkohol (Alcoholic glycosides)

b) Glikosida antraquinon (Anthraquinone glycosides)

c) Glikosida Kumarin (Coumarin glycosides)

d) Glikosida Kromon (Chromone glycosides) Contohnya adalah smitilbin

e) Glikosida Sianogenik (Cyanogenic glycosides). Dalam klasifikasi ini aglikon

mengandung gugus cyanohydrin.

f) Glikosida flavonoid (Flavonoid glycosides) Aglikon jenis glikosida ini adalah

flavonoid.

g) Glikosida fenolik (Phenolic glycosides)

h) Saponin

i) Glikosida steroid (Steroidal glycosides) atau glikosida jantung Glikosida steviol

(Steviol glycosides) rhamnosa-glukosa berikatan pada bagian akhir aglikon

membentuk senyawaan yang berbeda.

j) Glikosida Iridoid (Iridoid glycosides)

k) Thioglikosida

(Julianto, 2019).

5
D. Mikroalga (Tetraselmis chuii)

Mikroalga adalah jenis rumput laut atau alga yang berukuran mikroskopis. Mikroalga

memanfaatkan energi matahari dan karbondioksida untuk keperluan fotosintesis sehingga

mikroalga disebut sebagai produsen primer dengan waktu pertumbuhan yang cepat yaitu

mulai hitungan hari sampai beberapa minggu.

Mikroalga juga mudah dibudidayakan, tidak memerlukan area yang terlalu luas, dan

pemanenan bisa dilakukan setiap hari. Salah satu spesies dari mikroalga yang berpotensi

untuk dibudidayakan adalah Tetraselmis chuii. Tetraselmis chuii mempunyai prospek cerah

di masa mendatang karena mengandung nilai gizi yang tinggi. Penelitian yang telah

dilakukan terhadap Tetraselmis chuii menunjukkan bahwa Tetraselmis chuii mengandung

protein sebesar 48.42%, karbohidrat 12.10% dan lemak 9.70% [3]. Ekstrak Tetraselmis chuii

mempunyai aktivitas antioksidan berkisar antara 2.55-31.29 mg/mL dan total klorofil

berkisar antara 3.65-19.20 mg/g [4]. Ekstrak juga mempunyai aktivitas antimikroba terhadap

bakteri E. coli dan S. aureus, serta jamur C. albicans dan A. flavus [5]. Tetraselmis chuii juga

diperkirakan memiliki kandungan senyawa fitokimia seperti mikroalga pada umumnya,

namun penelitian mengenai senyawa fitokimia yang terkandung dalam mikroalga

Tetraselmis chuii belum pernah dilakukan.

1. Klasifikasi mikroalga (Tetraselmis chuii)

Butcher (1959), mengklasifikasikan kedudukan Tetraselmis chuii sebagai berikut :

Filum : Chlorophyta

Kelas : Chlorodendrophyceae

Ordo : Volvocales

Sub ordo : Chlamidomonacea

6
Genus : Tetraselmis

Species : Tetraselmis chuii

2. Budidaya mikroalga (Tetraselmis chuii)

Budidaya dilakukan dengan cara stok kultur Tetraselmis chuii ditambahkan pada air laut

steril. Perbandingan antara kultur yang ditambahkan dengan air laut steril yaitu 1 : 10

(v/v). Kultur dan air laut tersebut ditambahkan pupuk chlorophyceae sebanyak 1%

sebagai nutrisi pertumbuhan. Lingkungan disekitar akuarium didesain untuk

mendukung pertumbuhan mikroalga dengan penerangan cahaya lampu sebesar 6000 lux

dan aerasi sebesar 1.40 L/menit selama 7 hari. Setelah 7 hari, kultur dipanen

menggunakan sentrifuse kecepatan 2500 rpm, selama 10 menit untuk mendapatkan

biomassanya dan sebagian kultur dijadikan sebagai stok kultur untuk budidaya

berikutnya.

3. Ekstraksi metode sonikasi

Ekstraksi dilakukan dengan menimbang biomassa Tetraselmis chuii sesuai

kebutuhan dan ditambah dengan pelarut etanol 70% dengan rasio biomassa sel : pelarut

adalah 1:5 (b/v). Campuran biomassa dan pelarut tersebut diekstrak dengan gelombang

7
ultrasonik pada frekuensi 50 kHz selama 15 menit. Hasil ekstraksi tersebut disaring

dengan kertas saring untuk menghilangkan ampasnya sehingga diperoleh ekstrak

dengan pelarut. Untuk mendapatkan ekstrak murni, dihilangkan pelarutnya

menggunakan rotary vacuum evaporator suhu 400 C, kecepatan 60 rpm, dan tekanan

200mBar sampai tidak ada lagi pelarut yang menetes.

4. Analisis Rendemen dan Skrining fitokimia

Ekstrak murni yang diperoleh ditimbang beratnya untuk mengetahui rendemen

ekstrak tersebut, kemudian ekstrak diuji kandungan senyawa fitokimianya

menggunakan kromatografi lapis tipis. Uji senyawa fitokimia dilakukan dengan

menotolkan ekstrak sebanyak 5 µL pada silika gel. Masing-masing silika gel dielusi

dengan fase gerak berupa campuran pelarut yang sesuai dengan polaritas senyawa

fitokimia yang dianalisis. Silika gel hasil Kromatografi Lapis Tipis dibaca dengan

penampak noda yang spesifik dengan sifat senyawa fitokimia yang dianalisis [7].

5. Hasil Dan Pembahasan

a) Analisis Rendemen . Rendemen ekstrak dihitung berdasarkan perbandingan berat

akhir (berat ekstrak yang dihasilkan) dengan berat awal (berat biomassa sel yang

digunakan) dikalikan 100%.

Hasil rendemen ekstrak mikroalga Tetraselmis chuii dengan metode sonikasi

menggunakan pelarut etanol 70% dengan frekuensi sebesar 50 kHz selama 15 menit

adalah 3.97 gram dari 10 gram biomassa sel (30.97%). Rendemen yang cukup

tinggi ini diperoleh karena pada metode sonikasi, terjadi kavitasi saat diberi

perlakuan gelombang ultrasonik untuk memecah dinding sel bahan. Kavitasi adalah

proses pembentukan gelembung-gelembung mikro (microbubbles) karena

8
meningkatnya tekanan pada saat ekstraksi sebagai akibat dari adanya gelombang

ultrasonik. Gelembung-gelembung ini tidak stabil sehingga mudah pecah ketika

gelembung tersebut mencapai volume yang tidak cukup lagi menyerap energi.

Pecahnya gelembunggelembung ini melibatkan energi yang besar dan

menghasilkan efek panas yang membantu kontak antara pelarut dan bahan dalam

ekstraksi sehingga hasil ekstraksi lebih maksimal.

Pelarut juga berperan dalam menghasilkan rendemen yang tinggi karena pelarut

yang digunakan (etanol 70%) memiliki sifat kepolaran yang sama dengan sebagian

besar komponen yang terdapat pada biomassa sel Tetraselmis chuii seperti protein,

karbohidrat dan klorofil. Asam amino, gula, beberapa senyawa fitokimia seperti

alkaloid, flavonoid, dan glikosida flavonoid serta klorofil terlarut dalam pelarut

polar sehingga senyawa yang terekstrak dengan pelarut etanol 70% ini cukup

banyak dan menghasilkan rendemen yang tinggi. Hal ini didukung oleh ekstrak

yang berwarna hijau pekat.

b) Skrining Fitokimia

Pada penelitian ini dilakukan identifikasi terhadap enam jenis senyawa

fitokimia yang diperkirakan terdapat pada ekstrak mikroalga Tetraselmis chuii.

Senyawa fitokimia tersebut adalah senyawa golongan alkaloid, flavonoid,

antrakuinon, glikosida steroid, glikosida flavonoid, dan saponin.

Hasil analisis senyawa fitokimia diperoleh tiga senyawa fitokimia yang

terkandung pada ekstrak mikroalga Tetraselmis chuii yaitu senyawa golongan

alkaloid, flavonoid bebas dan glikosida flavonoid.

9
Pada pengujian senyawa golongan alkaloid, plat silika gel hasil uji KLT

disemprot dengan pereaksi Dragendorff, uji positif apabila menghasilkan noda

berwarna coklat atau jingga. Pada uji alkaloid, warna yang dihasilkan adalah

berwarna jingga yang menandakan uji positif pada golongan alkaloid. Mikroalga

laut memiliki metabolit sekunder berupa alkaloid, terpenoid dan flavonoid. Salah

satu contohnya adalah mikroalga laut Nannochloropsis oculata yang

pemanfaatannya digunakan sebagai antibakteri untuk mencegah penyakit vibriosis

pada ikan karena bakteri Vibrio sp.

Pada pengujian senyawa flavonoid, plat silika gel hasil uji KLT disemprot

dengan amonia. Timbul noda berwarna kuning (cepat memudar) yang menandakan

ekstrak mengandung flavonoid bebas. Flavonoid bebas jenis flavonol akan

memberikan warna kuning ketika disemprot dengan penampak noda uap ammonia.

Untuk memastikan terdapat senyawa flavonoid pada plat KLT, plat KLT dilihat

dengan sinar UV. Sinar UV yang biasa digunakan adalah sinar UV dengan panjang

gelombang 365 nm dengan tujuan untuk menampakkan noda yang berfluoresensi

sehingga pada pengamatan terlihat noda yang memancarkan cahaya. Pada sinar UV

365 nm, noda pada plat silika gel akan berfluoresensi yaitu memancarkan cahaya

tampak saat dikenai sinar UV karena senyawa tersebut akan mengadsorpsi sinar

UV, sedangkan silika gel yang tidak berfluoresensi pada UV 365 nm akan berwarna

gelap sehingga noda yang tampak pada sinar UV 365 nm terlihat terang dan silika

gel akan tampak sebagai daerah gelap di bawah sinar UV.

Hasil pengamatan pada UV 365 nm, plat KLT menghasilkan fluoresensi kuning.

Senyawa flavonoid jenis flavonol akan berfluoresensi kuning, kuning redup atau

10
jingga apabila diamati pada sinar UV 365 nm . Senyawa golongan flavonoid

terdapat pada hampir seluruh tanaman hijau. Mikroalga Tetraselmis chuii

merupakan jenis tanaman hijau karena ia memiliki pigmen klorofil dan termasuk

dalam alga hijau (chlorophyceae). Flavonoid merupakan golongan fitokimia yang

bersifat polar karena memiliki gugus hidroksil (gula) sehingga flavonoid

merupakan senyawa yang bersifat polar dan larut pada pelarut polar seperti etanol,

metanol, aseton, air, dan lain-lain. menunjukkan bahwa flavonoid terdapat pada

ekstrak mikroalga Tetraselmis chuii dengan menghasilkan warna kuning ketika

disemprot penampak noda berupa uap amonia.

Pada pengujian senyawa glikosida flavonoid, selulosa dilihat pada UV 365

nm dan akan menghasilkan fluoresensi biru. Ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol

70% mengandung glikosida flavonoid. Sebagian besar senyawa flavonoid dalam

tanaman ditemukan dalam bentuk glikosida yang artinya unit flavonoid terikat pada

suatu gula. Glikosida flavonoid terbentuk karena gugus hidroksil dalam molekul

flavonoid (aglikon) berikatan dengan gugus karbonil dari gula (glikon). Pada

tanaman, glikosida flavonoid ini memiliki fungsi sebagai cadangan gula karena ia

tidak dapat diangkut oleh sel tanaman karena adanya bagian aglikon (gugus selain

gula).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil ekstraksi metode sonikasi pada frekuensi 50 Khz selama 45 menit dengan

pelarut etanol 70% diperoleh rendemen ekstrak sebesar 30.97%. Hasil skrining fitokimia

metode Kromatografi Lapis Tipis menunjukkan bahwa ekstrak etanol mikroalga Tetraselmis

chuii mengandung 3 senyawa fitokimia yaitu senyawa alkaloid, flavonoid dan glikosida

flavonoid yang ditunjukkan dengan timbulnya noda warna spesifik pada silika gel hasil

KLT.

B. Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya. Saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan untuk perbaikan makalah penulis selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Butcher, R, W. 1959. An Introductory Account Of The Smaller Algae Or British Coastals


Waters, Part 1 Introduction and Chlorophyceae, Fishery Investigation Series IV. HMSO.
London.
Demirbas, A. dan Demirbas, M.F., 2010, Algae Energy: Algae as a new source of biodiesel,
Springer-Verlag, London.

Heinrich, Dkk, 2010. Farmakognosi dan fitoterapi. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Julianto S.T, 2019. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining Fitokimia. Jogjakarta.
Penerbit: Universitas Islam Indonesia.

Sani Nasrul, R. Dkk., 2014. Analisis Rendemen Dan Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol
Mikroalga Laut (Tetraselmis chuii). Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol.2 No.2 p.121-
126.

Sirait, Midian, 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Penerbit ITB.

13

Anda mungkin juga menyukai